Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN


GEMPA

Oleh :

Mohammad Ridwan

NIM 141903103040

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIL

UNIVERSITAS JEMBER

2016
LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang wilayahnya diapit oleh dua lempeng


yaitu lempeng eurasia dan lempeng pasifik. Wilayah indonesia juga terdapat
banyak gunung berapi sehingga indonesia sering dilanda gempa yang berpusat di
dasar laut ataupun di daerah gunung berapi. Bangunan gedung yang tahan gempa
sangatlah dibutuhkan di masyarakat indonesia demi keamanan dan keselamatan
jiwa masyarakat indonesia.

Perkembangan pembangunan Di Indonesia yang pesat saat ini dituntut


untuk memperhatikan dari ancaman gempa yang sering melanda setiap daerah di
wilayah Indonesia. Segala upaya dan inovasi dilakukan untuk mewujutkan
kebutuhan tersebut. Mulai dari perencanaan struktur campuran beton yang
kuat,perhitungan penulangan,Studi tentang tanah ,dan lain-lain.

Perkembangan dibidang insfrastruktur diindonesia mulai meningkat dan


selalu ditingkatkan demi kelancaran roda perekonomian di setiap plosok wilayah
indonesia. Bagunan dengan struktur tahan gempa sangat berperan penting
didalamnya.Untuk itu pengembangan pengetahuan tentang bangunan tahan gempa
harus selalu ditingkatkan dan diawasi dengan ketat.

Dalam makalah ini berisi tentang ulasan tentang definisi beton bertulang
serta beton bertulang tahan gempa. Tujuan dari penulisan makalah ini untuk
memberikan informasi kepada pembaca akan kriteria bangunan tahan gempa dan
apa saja yang dibutuhkan untuk mendapatkan struktur bangunan yang tahan
gempa.
BAB 1
Beton Bertulang

1.Bahan Dan Sifat Beton Bertulang

Kayu, besi dan beton bertulang merupakan tiga bahan utama suatu
struktur dibentuk. Beton bertulang adalah kombinasi dua unsur bahan, yaitu
tulangan baja dan beton yang digunakan secara bersama, sehingga desain struktur
elemen beton bertulang dilakukan berdasarkan prinsip yang berbeda dengan
perencanaan desain satu bahan.
Sistem struktur yang dibangun dengan beton bertulang, seperti bangunan gedung,
jembatan, dinding penahan tanah, terowongan , tanki, saluran air dan lainnya,
dirancang dari prinsip dasar desain dan penelitian elemen beton bertulang yang
menerima gaya aksial, momen lentur, gaya geser, momen puntir, atau kombinasi
dari jenis gaya-gaya dalam tersebut. Prinsip dasar desain ini berlaku umum bagi
setiap tipe sistem struktur selama diketahui variasi gaya aksial, momen lentur,
gaya geser dan unsur gaya dalam lainnya, serta bentang dan dimensi setiap
elemen.
Secara umum pembahasan analisis dan desain dilakukan secara terpisah, tetapi
untuk struktur beton bertulang, kedua bahasan ini dalam prosedur perencanaannya
merupakan satu siklus; sebab umumnya sistem struktur beton bertulang
merupakan sistem struktur statik tak tentu; di mana dimensi penampang elemen
harus ditetapkan terlebih dahulu bagi analisis sebelum dilakukan desain akhir.
Pada beton bertulang, unsur beton mempunyai kekuatan tekan yang besar,
tetapi tidak mampu menerima tegangan tarik., sehingga tulangan baja yang
ditanam dalam beton menjadi unsur kekuatan yang memikul tegangan tarik.
Tulangan baja juga digunakan untuk menerima tegangan tekan , karena
baja sanggup menahan kekuatan tekan seperti kekuatan tarik, sehingga
pemasangan tulangan pada daerah tekan dinamakan tulangan tekan .
Kombinasi kerja antara beton dan baja berdasarkan beberapa hal :
a. Lekatan antara tulangan baja dengan beton yang mencegah slip tulangan
terhadap beton (sifat monolit) bahan.
b. Sifat kedap beton yang mencegah proses korosi tulangan.
c. Derajat pemuaian akibat panas yang sama antara baja dan beton yang
meniadakan beda tegangan antara dua permukaan bahan.

2. Pengertian Dan Sifat Unsur Beton

Beton adalah Batuan buatan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu
campuran tertentu dari semen, air dan agregat (batu pecah, kerikil, dan pasir)
Pengertian sifat bahan beton perlu dipahami untuk menjadi parameter bagi
perencanaan elemen struktur beton.
Agregat adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai
secara bersama-sama dengan suatu media pengikat semen hidraulik membentuk
beton. Selain agregat, terdapat agregat ringan yang dalam keadaan kering dan
gembur mempunyai berat sekitar 1100 kg/m3.
Klasifikasi agregat yang umum adalah sbb :

 Agregat halus seperti pasir sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dengan ukuran butir
terbesar 5.0 mm.

 Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5-40 mm.

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan tertentu untuk mendapatkan suatu penampang yang berdasarkan asumsi
bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
Apabila beton mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 maka disebut beton berat
normal.
Tegangan adalah intensitas gaya per satuan luas.Kuat tekan beton yang
disyaratkan adalah kuat tekan yang ditetapkan dari hasil perencanaan campuran
beton dengan benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang dinyatakan dalam mega pascal (MPa).
Untuk definisi parameter kekuatan beton bertulang, kuat tarik leleh merupakan
tarik leleh minimum yang disyaratkan atau titik leleh dari tulangan. Satuan dari
kuat tarik leleh ini dalam megapascal (MPa).Kuat nominal didefinisikan sebagai
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan
ketentuan dan asumsi metoda perencanaan sebelum dikalikan dengan suatu faktor
reduksi yang sesuai. Sedangkan kuat perlu adalah kekuatan komponen struktur
atau penampang yang diperlukan menahan beban terfaktor atau momen dan gaya-
dalam akibat suatu kombinasi muatan/beban.Kuat rencana didefinisikan sebagai
kuat nominal yang dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan. Dalam
perencanaan diperlukan parameter modulus elastisitas yang dinyatakan dari rasio
antara tegangan normal tarik atau tekan dengan regangan dari unsur elemen
dibawah batas proporsional dari material.

Klasifikasi beton
Berdasarkan volume beton dibedakan atas:

1. Beton biasa (Ordinary concrete)


2. Beton ringan (Light weight concrete)
3. Beton penyekat panas (Heat insulation concrete)
Sifat-sifat Dasar Beton

 Beton harus memenuhi kekuatan yang direncanakan


 Campuran beton harus mempunyai suatu mibilitas tertentu
 Campuran beton tidak boleh mengalami segregasi (pemisahan selama
pengecoran)

Kekuatan Beton
Beton sangat tahan terhadap tekanan dibanding terhadap gaya-gaya lainnya. kuat
tekan merupakan ciri yang terpenting dari kuat tidaknya beton
Kuat tekan beton tergantung
a) Aktivitas semen
b) Perbandingan air dan semen
c) Kwalitas agregat
d) Kondisi pengerasan

3.Bagian Struktur Beton Bertulang

Struktur Beton Konvensional Terdiri dari :


- balok
- kolom
- pelat
Angka-angka dimensi dapat dinyatakan :
Dalam meter : panjang balok, jarak antar balok, tinggi kolom, panjang dan lebar
pelat
Dalam sentimeter : lebar dan tinggi balok, lebar dan tebal kolom, tebal pelat.
Dalam milimeter : diameter tulangan

A.TULANGAN BETON

 Tulangan dapat berupa besi polos atau besi ulir.


 Notasi untuk menyatakan ukuran yaitu besarnya diameter pada besi polos
diberi notasi Ф dan pada besi ulir (deformed) dengan notasi D (huruf D
besar).
 Contoh penulisan :
 2Ф12 berarti 2 batang besi polos dengan diameter 12 mm
 Ф14 – 200, berarti batang besi polos diameter 14 mm berjarak 200 mm
 5D20, berarti 5 batang besi berulir dengan diameter 20 mm
 D20 – 150 berarti batang besi berulir diameter 20 berjarak 150 mm
B.BALOK BETON

Balok direncanakan untuk menahan tegangan tekan dan tegangan tarik


yang diakibatkan oleh beban lentur yang bekerja padabalok tersebut. Karena sifat
beton yang kurang mampu dalam menahan tegangan tarik maka beton diperkuat
dengan tulangan baja pada daerah dimana tegangan tarik itu bekerja. Selain gaya
lentur hal lain yang harus diperhatikan dalam perencanaan balok antaralain adalah
kapasitas geser, defleksi, retak dan panjang penyaluran yang harus sesuai dengan
persyaratan.

 Perletakan balok dapat bebas atau terjepit.


 Penggambarannya dengan penampang memanjang dan beberapa
penampang melintang sesuai dengan keperluan sehingga dapat
menjelaskan penulangan yang diberikan.
 Balok yang menahan balok anak atau pelat, maka balok anak atau pelat
tidak digambarkan penulangannya tetapi daerahnya diberikan bayang-
bayang (silhue)

C. KOLOM BETON

 Kolom umumnya berbentuk persegipanjang, bujursangkar atau bulat.


 Penulangannya dapat secara simetri atau mengelilingi sisinya.
 Penyambungan penulangan dilaksanakan secara praktis pada permukaan
suatu lantai atau di tengah kolom.
 Tulangan di bagian bawah dibengkokkan ke dalam dulu dan menjadi stek
dengan panjang kurang lebih 40 kali diameternya.
BAB II

Stuktur Beton Tahan gempa

1. Persyaratan Desain Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa

•Persyaratan untuk melakukan desain penampang beton bertulang yang


direncanakan untuk memikul beban gempa ditentukan berdasarkan Kategori
Desain Seismik (KDS) dari struktur tersebut

•Struktur dengan KDS A cukup memenuhi persyaratan dalam SNI 2847:2013 Bab
1 hingga 19 dan diistilahkan sebagai Struktur Rangka Pemikul Momen
Biasa/SRPMB (Ordinary Moment Frame, OMF).

•Untuk struktur dengan KDS B, persyaratan desain sama seperti struktur dengan
KDS A, hanya saja ada sedikit persyaratan detailing yang dicantumkan pada pasal
21.2.

•Struktur-struktur yang digolongkan ke dalam KDS C didesain sebagai Struktur


Rangka Pemikul Momen Menengah/SRPMM (Intermediate Moment Frame,
IMF), harus memenuhi persyaratan desain dalam SNI
2847:2013 Bab 1 hingga 19 ditambah dengan persyaratan detailing dalam pasal
21.3

•Struktur yang terletak pada daerah/wilayah dengan tingkat resiko gempa yang
tinggi akan dikategorikan sebagai KDS D, E atau F.

•Persyaratan khusus dalam desain penampang beton bertulang untuk struktur


dengan KDS D, E dan F diberikan dalam 21.1.3 hingga 21.1.7 serta pasal 21.5
hingga pasal 21.8.

•Rangka pemikul momen yang didesain untuk KDS D, E atau F diistilahkan


sebagai Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus/SRPMK (Special Moment
Frame, SMF).

•Persyaratan tambahan untuk desain dinding geser, balok kopel, diafragma dan
pondasi diberikan dalam pasal 21.9 hingga 21.12.
Penggunaan mutu material beton yang digunakan dalam struktur pemikul
beban gempa yang termasuk KDS D, E serta F ditentukan dengan jelas dalam
pasal 21.1.4 sebagai berikut :
–Kuat tekan beton f /c tidak boleh kurang dari 21 MPa
–Untuk beton ringan, maka kuat tekannya f /c tidak boleh melampaui 35 MPa,
kecuali dapat dibuktikan dengan pengujian bahwa komponen struktur yang
dihasilkan dari beton ringan tersebut memiliki kekuatan dan ketegaran yang sama
atau lebih dari komponen struktur setara yang dibuat dari beton normal dengan
kekuatan yang sama
Persyaratan mutu tulangan untuk struktur dengan KDS D, E, F yang
dijelaskan dalam pasal 21.1.5 menyatakan bahwa tulangan pemikul lentur dan
aksial atau kombinasi keduanya yang timbul akibat beban gempa bumi, harus
berupa tulangan ulir yang memenuhi ASTM A706M mutu 420 MPa. Sedangkan
tulangan yang memenuhi ASTM A615M mutu 280 MPa dan 420 MPa boleh
dipergunakan asalkan :
•Kuat leleh aktual berdasarkan pengujian di pabrik tidak melampaui kuat leleh
yang ditentukan sebesar lebih dari 125 MPa
•Rasio kuat tarik aktual terhadap kuat leleh aktual tidak kurang dari 1,25

2.Komponen Lentur Pada SRPMK


•Syarat dimensi penampang (SNI 2847:2013 pasal 21.5.1)Sebuah komponen
lentur bagian dari SRPMK, harus memenuhi kriteria yang ditetapkan
di dalam SNI 2847:2013 pasal 21.5.1.1 hingga 21.5.1.4 sebagai berikut :
•Gaya tekan aksial terfaktor, Pu, tidak lebihdari Agf /c/10. (Pu< Agf /c/10)
•Panjang bentang bersih, ln, harus lebihbesar dari 4 kali tinggi efektif. (ln> 4d)
•Lebar penampang, bw, tidak kurang dari 0,3 kali tinggi penampang namun tidak
boleh diambil kurang dari 250 mm. (bw> 0,3hatau 250 mm)
•Lebar penampang, bw, tidak boleh melebihi lebar kolom pendukung ditambah
nilai terkecil dari : lebar kolom atau ¾ kali dimensi kolom dalam arah sejajar
komponen lentur

3.Persyaratan Tulangan Transversal (SNI 2847:2013 pasal 21.5.3)


•Sengkang tertutup harus disediakan pada daerah hingga dua kali tinggi balok
diukur dari muka tumpuan pada kedua ujung komponen struktur lentur.
•Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari muka
tumpuan. Jarak antar sengkang tertutup tidak boleh melebihi dari nilai terkecil
antara
•d/4
•6db(6 kali diameter tulangan memanjang terkecil)
•150 mm

Sengkang tertutup dapat terdiri dari dua buah tulangan, yaitu :


sebuah sengkang dengan kait gempa pada kedua ujung dan ditutup oleh pengikat
silang. Pada pengikat silang yang berurutan yang mengikat tulangan memanjang
yang sama, kait 90º-nyaharus dipasang berselang-seling.
•Tulangan transversal untuk SRPMK harus didesain untuk memikul gaya geser
rencana yang ditimbulkan oleh kuat lentur maksimum, Mpr, dengan tanda
berlawanan, yang dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan.
•Pada saat yang bersamaan komponen struktur tersebut dianggap memikul beban
gravitasi terfaktor di sepanjang bentangnya. Besarnya gaya geser rencana tersebut
dihitung dengan menggunakan persamaan :

•Besarnya nilai Mpr, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut :

•Kuat geser yang disumbangkan oleh beton, Vc, dapat diambil sama dengan nol
apabila gaya geser akibat gempa lebih besar atau sama dengan 50% dari kuat
geser perlu maksimum di sepanjang daerah tersebut, serta apabila gaya aksial
tekan terfaktor, termasuk akibat gempa, lebih kecil dari Agf /c/20.
GAMBAR TULANGAN UNTUK KOLOM TAHAN GEMPA
DAFTAR PUSTAKA

Purwono,Rachmat.2010.Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan


Gempa.Surabaya.ITS Press

http://docplayer.info/291832-Desain-struktur-beton-bertulang-tahan-gempa.html

http://www.tekniksipil.org/beton-bertulang/perencanaan-beton-bertulang/

Anda mungkin juga menyukai