Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ETIKA KEPERAWATAN

KELAS 1 A
Disusun Oleh :
KELOMPOK HETEROGEN
1. Dandre Yoga Suryawan (P17250191012)
2. Muhaamad Mukhlis M (P17250191017)
3. M. Aldi Ramadhan (P17250192022)
4. Widya Nurul Ainy (P17250193028)
5. Ajeng Ayu Septyana (P17250193030)
6. Firmanti Rizkiyuni (P17250193033)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PONOROGO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Jl.Dr. Ciptomangunkusumo No.82 A Ponorogo
2020
A. CARING
Keperawatan dan caring merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan.
Caring menggambarkan inti dari praktik keperawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian dalam pencapaian pelayanan keperawatan yang lebih baik
dan membangun struktur sosial yang lebih baik. (American Association of Colleges of
Nursing, 2008 ; Meidiana Dwidiganti, 2007 ; Potter Patricia & Anne Perry, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat pelaksana pada
mayoritas dalam kategori “baik” yaitu mencapai angka 57,9%. Dalam penelitian jurnal
ini mayoritas perilaku caring termasuk dalam kategori “baik” dikarenakan usia
responden yang sudah masuk usia 23-50 tahun.
Menurut Riva’i dan Mulyadi (2010) bahwa tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi tingkat kemampuannya. Kemampan yang dapat ditingkatkan dengan
tingkat pendidikan adalah kemampuan intelektual.
Menurut Gurusinga (2013) perilaku caring perawat mayoritas dikategorikan
sebagai berikut:
 BAIK (52,9%)
 CUKUP (36,1%)
 KURANG (10,3%)
 BURUK (0,7%)
Dalam penelitian jurnal dari Diah Fitri Purwaningsih, perilaku perawat di ruang rawat
inap mayoritas dapat dikategorikan baik yaitu (57,9%) dengan sampel sebanyak 11
responden dan kategori cukup (42,1%) sebanyak 8 responden.

B. NILAI ACTIVISM
Actifism yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktivitas perwat dalam
praktik, diman telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Fungsi perwat
dalam melakukan pengkajian pada individu sehat maupun sakit dimana gejala aktivitas
yang dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki, aktivitas ini dilakukan dengan berbagai car untuk mengembalikan
kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri di
tahap pengkajian, identifikasi masalah(diagnosa keperawatan), perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Nilai activism baik tersebut meliputi berpartisipasi dalam proses peer review
(penilaian sejawat), memiliki keinginan untuk terus belajar untuk selalu memperbarui
pengetahuan dan keterampilan terkini, berpartisipasi dalam berbagai riset dibidang
keperawatan dan mengimplementasikan temuan riset yang telah dilakukan, secara aktif
ikut meningkatkan kesehatan masyarakat, ikut berperan dalam memberikan pengaruh.

C. NILAI KEPRCAYAAN (TRUST)


Terbitnya hubungan percaya merupakan media dalam mengembangkan
hubungan antara perawat anatara klien maupun keluarga untuk melakukan sesuatu
tindakan penawangan yang nyaman bagi klien. Hubungan saling percaya interaksi
antara perawat dan klien untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah,
dan meningkatkan kemampuan koping, salah satunya dengan mengatasi masalah
kecemasan. Hubungan kepercayaaan terbentuk melalui hubungan terapeutik, yaitu
hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaaan, pikiran,
dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. (Stuart dan Sundeen,
1987)
Perawat profesional memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dengan
cermat. Pasien juga membutuhkan perwat untuk melakukan perawatan dini dan pasien
mempercayai mereka untuk perawatan mereka. Oleh karena itu, kepercayaan sangat
penting dalam hubungan perawatan profesional dan hasil pasien yang memuaskan.

D. PROFESIONALISME
Nilai-nilai profesionalisme keperawatan merupakan keyakinan dan prinsip-
prinsip yang mengarahkan seorang perawat profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Sedangkan profesionalisme merupakan kemampuan atau kompetensi untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik dan benar. ( weiss, S. A, dan
Tappon, 2015)
Nilai profesionalisme dapat berupa seperti di tabel berikut :
No Kompetensi Bentuk Contoh Penerapan

1. AFEKTIF  Pelayanan  Tanggung  Perawatan teratur


Jawab  Ramah,sabar
 Kepekaan  Membantu tanpa
 Assurance/ke diminta
pastian  Bertanya dan
pelayanan menghibur pasien
 Empati
2. KETERAMPIL  Assessment  Perlindungan  Ada petugas jaga
AN dan dan di malam hari
Intervensi keamanan  Pemeriksaan dasar
 Assessment dan memantau
dan hasil rekam medik
monitoring  Memandikan,
 terapi dan memindahkan
prosedur pasien yang tidak
treatment dapat berjalan
 Memasang infuse
dengan tepat

 Komunikasi
 Ketrampilan  Berbicara &
oral mendengarkan
Pasien
 Menjelaskan
treatment
 Member informasi
hasil pemeriksaan
dasar

 Laporan
 Ketrampilan klinik,rencana
menulis perawatan
 Membuat petunjuk
tertulis

 Ketrampilan
menghitung/  Menghitung obat
secara tepat
pemrosesan  Mencari informasi
informasi yang dibutuhkan
pasien

 Berpikir
kritis
 Evaluasi,men
gintegrasikan  Mengenali
data pasien kesalahan resep
dari berbagai  Memberi alternatif
sumber mengatasi
 Pemecahan kesulitan pasien
masalah  Melakukan
 Pengambilan pertolongan
keputusan darurat

 Manajemen

 Administrasi  Membagi shift


,koordinasi kerja
 Perencanaan  Membuat catatan
medic
 Berbagi tugas
dengan rekan kerja

 Kepemimpi
nan
 Membujuk pasien
 Kolaborasi,p yang bandel
engambilan dengan sabar
resiko
 Bercerita
 Kreativitas pengalaman untuk
 Akuntabilitas menghibur pasien
profesional  Tampil dengan
ramah
 Pengajaran
 Promosi  Menjelaskan cara
kesehatan perawatan di
rumah

3. ETIK PROFESI  Human  Moralitas,leg  Tidak melakukan


caring alitas mal praktek
 Advokasi  Memberikan hak
klien pasien akan
informasi
 Relasi sosial  Kerjasama  Ramah sesuai
 Penghargaan dengan budaya asli
terhadap  Bekerja secara tim
budaya

E. NILAI KEADILAN SOSIAL (JUSTICE)


Prinsip etik keperawatan justice, prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban
perawat untuk dapat berperilaku adil pada semua orang atau tidak berat sebelah.
Persepsi keadilan bagi perawat dan klien sering berbeda, terutama yang terkait
pemberian pelayanan. Perawat akan mendahulukan klien yang situasi dan kondisinya
memerlukan penannganan segera dan menunda pelayan–pelayanan lain yang
kebutuhannya termasuk dibawah prioritas.
Tidak seluruh klien dapat memahami situasi ini sehingga akan timbul rasa
kuang nyaman bagi klien yang merasa dirinya telat diperhatikan oleh perawat. Prinsip
justice dilihat dari alokasi sumber-sumber yang tersedia tidak berarti harus sama
dalam jumlah dan jenis tetapi dapat diartikan bahwa setiap individu mempunyai
kesempatan yang sama dalam mendapatkannya. Dalam sesuai dengan keluhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai