Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

TUTORIAL MODUL II
“Buang Air Besar Berdarah”

KELOMPOK IV
Moh. Fadhel 17 777 001
Suganda Maulana 17 777 009
Nadya Amalia 17 777 013
Andi Hasri Ainun Anisa 17 777 016
Siti Rahma Supu 17 777 017
Andinan Swastika S.B 17 777 019
Nurmalisa 17 777 024
Ahmad Khoerul ikhsanudin 18 777 060
Sayyid M.Faiz 18 777 061

Dosen Pembimbing:
dr. Maria Rosa Da Lima
dr. Sakinah Abdullah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2019
BUANG AIR BESAR BERDARAH

Skenario 1
Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke Puskemas dengan keluhan
utama berak encer yang disertai darah dan lendir. Keluhan ini dirasakan sejak
beberapa bulan yang lalu. Wanita ini juga mengeluh sakit perut yang sifatnya hilang
timbul dan penurunan berat badan kurang lebih 5 kg dalam satu bulan terakhir. Ia
berusaha mengobati penyakitnya dengan meminum obat anti diare namun tidak
memberikan hasil. Pemeriksaan fisis menunjukkan adanya anemia dan nyeri perut
khususnya pada regio bawah abdomen.

Kata Kunci
• Wanita, 45 tahun
• Berak encer + darah +lendir beberapa bulan lalu
• Sakit perut hilang timbul
• BB menurun ± 5 kg sebulan terakhir
• Riwayat obat anti diare ( tidak sembuh)
• Anemia
• Nyeri perut di bagian abdomen bawah

Kata Sulit
Diare: walaupun defenisi diare masih belum pasti,sebagian besar pasien
menganggap diare adalah peningkatan massa tinja,frekuensi buang air
besar,atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja.dimana pembentukan feses yang
melebihi 250 g/hari yang mengandung air 70 % hingga 95 %.

Klarifikasi Masalah

1. Mekanisme berak encer, disertai darah dan lendir?


2. Apa yang menyebabkan nyeri perut hilang timbul ?
3. Penyebab anemia?
4. Penyebab berat badan menurun?
5. Mekanisme kerja obat anti diare dan kenapa pasien tidak sembuh?
6. Anamnesis tambahan?
7. Diagnosis banding?
1. Anatomi, Histologi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Anatomi
Saluran Pencernaan Bagian Bawah
Vaskularisasi dan innervasi
Seluruh usus halus kecuali duodenum diperdarahi oleh A. mesenterika superior
(dicabangkan dari aorta tepat di bawah A. seliaka)
Colon dibagi menjadi dua bedasarkan suplai darah yang diterima.
A. mesenterika superior memperdarahi belahan kanan (caecum, colon asenden, dan
dua pertiga proximal colon transversum)
A. mesenterika inferior memperdarahi (sepertiga distal colon transversum, colon
desendens, colon sigmoid dan proximal rektum)
Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari A.hemoroidalis media dan
inferior
Innervasi usus halus berasal dari system saraf otonom (simpatis dan
parasimpatis)
Innervasi colon berasal dari system saraf otonom (simpatis dan parasimpatis)
kecuali sfingter externa yang dikendalikan secara volunter.
Histologi
Usus halus dan usus besar seperti pada tractus GI lainnya secara histology terdiri dari 4
lapisan yaitu tunika mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa/ adventisia.
Pada usus halus terdapat struktur tambahan yaitu plica circularis, vili-vili intestine, dan
terdapat krypte lieberkuhn. Jenis-jenis sel pada kapisan ini yaitu sel-sel absorptive, sel
goblet, sel paneth, sel argantaffine, dan stem cell. Pada usu besar tidak terdapat plica
circularis dan vili-vili usu namun ditemukan sel goblet dalam jumlah besar.
Fisiologi
Usus Halus
• Fungsi Sekresi
Sekresi Mukus oleh kelenjar Brunner
Sekresi getah pencernaan oleh Krypte Lieberkuhn
• Fungsi Absorpsi
o Absorpsi air terjadi melalui proses osmosis. Dalam sehari, usus halus
mengabsorpsi air ± 8 L.
o Absorpsi ion seperti ion Na+, Cl-, Ca2+, ada yang melaui transport aktif, difusi
terfasilitasi, dan lain-lain
o Absorpsi nutrient yaitu glukosa, asam amino dan lemak terutama terjadi pada
duodenum dan sebagian jejunum. Sedangkan absorpsi vitamin B12 dan garam
empedu terjadi pada ileum.
Colon
• Sekresi.
Colon menyekresi mucus alkali yang tidak mengandung enzim
• Absorpsi
Colon mengabsorpsi air ± 800 ml per hari
• Penyimpanan
2. Mekanisme Berak Encer, Disertai Darah dan Lendir
Mekanisme diare
Mekanisme dasar diare ada lima, yaitu:
• Diare sekretorik
Sekresi cairan usus netto yang isotonic dengan plasma dan menetap selama puasa.
Misalnya infeksi yang diperantarai oleh enterotoksin maupun yang secara langsung
merusak epitel permukaan (kausa virus)
• Diare osmotic
Gaya osmotic berlebihan yang ditimbulkan oleh zat terlarut dalam lumen dan
mereda dengan puasa. Misalnya akibat penggunaan antasida dan garam
magnesium lainnya.
• Penyakit eksudatif
Keluarnya tinja purulen berdarah yang menetap selama puasa. Tinja sering keluar,
tetapi volumenya mungkin sedikit atau banyak. Misalnya akibat penyakit usus
meradang idiopatik dan infeksi yang merusak lapisan epitel.
• Malabsorpsi
Keluarnya tinja dalam jumlah besar disertai peningkatan osmolaritas akibat nutrient
dan kelebihan lemak (steatorea) yang tidak diserap; hal ini biasanya mereda dengan
puasa. MIsalnya akibat infeksi yang mengganggu absorpsi sel mukosa (Giardia
Lamblia) dan berkurangnya luas permukaan usus halus.
• Gangguan motilitas
Sangat bervariasi dalam hal pengeluaran tinja, volume, dan konstitensinya; bentuk
lain diare harus disingkirkan. Misalnya akibat disfungsi saraf (termasuk Irritable
Bowel Syndrome) dan hipertiroidisme.

Ketika mukosa usus (terutama pada mukosa usus besar) teriritasi, maka dapat
menyebabkan sel goblet menjadi lebih aktif. Sel-sel goblet menghasilkan banyak
mucus yang berfungsi untuk proteksi mukosa. Ketika mucus jumlahnya terlalu
berlebihan, maka dapat muncul dalam feses dan bermanifestasi sebagai feses
berlendir
Feses yang disertai darah diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah pada dinding
saluran cerna. Pembuluh darah pada dinding traktus gastrointestinal mulai terdapat
pada lamina propria tunika mukosa namun jumlah pembuluh darah yang banyak
ditemukan pada tunika submukosa. Hal ini berarti bahwa jika terdapat ulkus yang
mengenai tunika submukosa, maka dapat bermanifestasi sebagai feses disertai
darah. Darah dapat bermanisfestasi sebagai melena maupun hematokezia. Darah
yang berwarna lebih gelap terjadi akibat oksidasi hemoglobin oleh bakteri usus.
Melena atau “darah hitam” menunjukkan bahwa perdarahan saluran cerna terjadi
pada bagian usus proximal atau bagian usus distal dengan masa transit yang lama
sehingga memberi kesempatan bakteri untuk mengoksidasi hemoglobin. Sedangkan
hematokezia atau “darah segar” dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna
bagian distal (misalnya rektum) atau pada proximal usus tetapi dengan masa transit
yang singkat sehingga tidak member kesempatan bakteri usus untuk mengoksidasi
hemoglobin secara maksimal.

3. Nyeri Perut Hilang Timbul


Obstruksi atau penyempitan lumen dapat menyebabkan passage kimus terganggu.
Akibatnya bagian usus proximal dari obstruksi tersebut mengalami dilatasi/
peregangan. Meregangnya dinding usus menyebabkan otot polos tereksitasi
sehingga peristaltic usus meningkat. Jika peristaltic usus terlalu kuat maka dinding
usus terlau meregang sehingga dapat merangsang reseptor nyeri (secara mekanik).
Sealin itu, peristaltic yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh darah sekitar
sehingga suplai darah ke otot berkurang. Rangsangan nyeri ini kemudian dijalarkan
melalui saraf aferen ke system saraf pusat yang kemudian muncullah sensasi nyeri.
Ketika otot polos telah berkontraksi dengan kuat, energinya mulai berkurang. Otot
polos pun mengalami relaksasi. Dengan demikian, nyeri menghilang.

4. Anemia
Anemia yaitu berkurangnya kadar hemoglobin (hb)/jumlah eritrosit dalam darah tepi
di bawah nilai normal sesuai umur dan jenis kelamin. Sehubungan dengan traktus
gastrointestinal, anemia dapat disebabkan oleh:
• Asupan nutrisi yang kurang
Misalnya kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung besi dan vitamin B12.
• Kekurangan factor intrinsic
Sel-sel parietal lambung menghasilkan HCl dan factor intrinsic. Faktor intrinsic akan
berikatan dengan vitamin B12 sehingga dapat diserap di ileum. Kekurangan factor
intrinsic menyebabkan gangguan absorpsi vitamin B12.
• Gangguan absorpsi
Absorpsi besi dan berbagai vitamin terjadi pada usus halus bagian atas, sementara
absorpsi vitamin B12 terjadi pada ileum terminalis. Jika usus halus mengalami
gangguan, misalnya peradangan, maka dapat menyebabkan gangguan absorpsi
zat-zat yang dibuthkan dalam pembentukan hemoglobin sehingga dapat
menyebabkan anemia.
• Perdarahan saluran cerna
Perdarahan saluran cerna yang massif ataupun yang sedikit namun
perlangsungannya kronis dapat menyebabkan anemia.
Selain itu, anemia prevalensinya lebih tinggi pada wanita.

5. Berat Badan Menurun


Penurunan berat badan terjadi jika pengeluaran energy melebihi kalori intake. Berat
badan menurun dapat disebabkan oleh banyak hal. Sehubungan dengan scenario,
penyebabnya dapat berupa:
• Kurang nafsu makan
• Gangguan absorbsi
• Kehilangan cairan berlebih
Perlu diingat bahwa penurunan berat badan tanpa diiringi gejala lain, dan utamanya
bila ringan (< 3 kg dalam 6 bulan), biasanya tidak mengindikasikan adanya penyakit
tertentu.

6. Obat Anti Diare


 Antibiotik
Misalnya
- Tetraciklin: menghambat sintesa protein,bakteriostatik, spektrum antimikroba luas
- Cloramphenicol: memngambat sintesa protein dengan jalan menghambat enzyme
peptidil transferase, bakteriosastik
 Anti motilitas
Salah satu penyebab diare yaitu motilitas yang meningkat. Motilitas yang meningkat
menyebabkan absorpsi air maupun zat-zat terlarut tidak berlangsung dengan
maksimal sehingga jumlah air dan zat-zat tersebut meningkat. Dengan pemberian
antimotilitas, diharapkan member waktu yang maksimal untuk proses absorpsi.
 Oralit
Oralit terdiri dari larutan garam dan gula. Jika fungsi absorpsi usus halus bagus,
maka kedua zat ini akan meningkatkan osmolalitas dalam sel sehingga dapat
menarik air dari lumen ke dalam vili-vili usus.
Pasien tidak sembuh dengan pemberian obat diare. Berarti obat yang diberikan tidak
sesuai dengan patomekanisme diare pada pasien tersebut. Pada anamnesis
tambahan, perlu ditanyakan jenis obat yang dikonsumsi oleh pasien.

8. Langkah-langkah Diagnosis
 Anamnesis Tambahan
• Bagaimana warna darahnya ?
• Pada keadaan apa,nyeri hilang timbul di rasakan oleh pasien?
• Jenis obat diare yang di minum?
• Bagaimana Life style pasien (cuci tangan sebelum makan,pola makan, )?
• Adakah riwayat penyakit keluarga?
• Bagaimana daerah/lingkungan tempat tinggal pasien?
 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi (Secara Menyeluruh)
 -kongesti Vena
 -Peristaltik
 -Massa
 -distensi abdomen
 Auskultasi
 -bising usus (normal/abnormal)
 pada 4 kuadrant abdomen
 Pemeriksaan Penunjang
- Colonoskopy, Radiologi, Laboratorium
8. Diagnosis Banding
A. Inflammatory Bowel Disease (IBD)

Crohn Disease (CD) dan Ulcerative colitis (UC) / colitis ulserative adalah
gangguan rekuren kronis yang penyebabnya tidak diketahui. Kedua penyakit ini
memiliki banyak kesamaan gambaran dan secara kolektif disebut sebagai
Inflammatory Bowel Disease (IBD) idiopatik. CD dapat mengenai semua saluran
cerna, dari esophagus hingga anus, tetapi terutama menyerang usus halus dan
kolon.
Etiologi dan patogenesis:
Usus normal selalu berada dalam keadaan peradangan “fisiologik”, yang
mencerminkan keseimbangan dinamik antara (1) factor yang mengaktifkan system
imun pejamu, seperti mikroba di lumen, antigen makanan, dan rangsangan inflamasi
endogen; dan (2) pertahanan pejamu yang menekan (down-regulate) peradangan
dan mempertahankan integritas mukosa. Penelitian mengenai penyebab hilangnya
keseimbangan ini pada CD dan UC berhasil mengungkap banyak kesamaan,
walaupun kedua penyakit masih belum dapat diterangkan sehingga sebaiknya
disebut idiopatik. Walaupun CD dan UC memiliki banyak gambaran patofisiologi
yang sama, terdapat cukup banyak perbedaan sehingga keduanya layak diangga
sebagai penyakit yang berbeda.
Secara singkat, IBD adalah suatu kelompok heterogen penyakit yang ditandai
dengan respon imun mukosa yang berlebihan dan destruksi. Cedera jaringan pada
IBD besar kemungkinannya dipicu oleh faktor genetik dan imunologik yang beragam
yang dimodifikasi oleh pengaruh lingkungan, termasuk mikroba dan produknya.
Peradangan adalah jalur akhir bersama pada pathogenesis IBD. Baik
manifestasi klinik IBD maupun kelainan morfologi akhirnya merupakan hasil
pengaktifan sel radang-neutrofil pada awalnya dan selanjutnya sel mononukleus.
Berbagai produk sel radang ini menyebabkan cedera jaringan nonspesifik.
Peradangan menyebabkan:
o Gangguan integritas sawar epitel mukosa
o Hilangnya fungsi absorptive sel epitel permukaan
o Pengaktifan sekresi sel kripte
Peradangan akhirnya menyebabkan destruksi mukosa, sehingga gangguan
fungsi sawar dan absorptive mukosa semakin parah. Secara kolektif, proses ini
menyebabkan diare berdarah intermitten yang khas bagi penyakit ini. Sebagian
besar pendekatan terapeutik saat ini bekerja, secara keseluruhan atau sebagian,
melalui penekanan nonspesifik system imun.
Table 289-1 Epidemiology of IBD

Ulcerative Colitis Crohn's Disease


Incidence (North America) per 2.2–14.3/100,000 3.1–14.6/100,000
person-years
Age of onset 15–30 & 60–80 15–30 & 60–80
Ethnicity Jewish > Non-Jewish Caucasian > African
American > Hispanic > Asian
Male:female ratio 1:1 1.1–1.8:1
Smoking May prevent disease May cause disease
Oral contraceptives No increased risk Odds ratio 1.4
Appendectomy Protective Not protective
Monozygotic twins 6% concordance 58% concordance
Dizygotic twins 0% concordance 4% concordance
Crohn’s Disease
Pada Crohn disease, kelainan nyata yang hanya melibatkan usus halus
ditemukan pada 30-40% kasus, usus halus dan kolon pada 40-55% kasus, dan
hanya pada kolon sekitar 15-25%. CD dapat mengenai duodenum, lambung,
esophagus, bahkan mulut tetapi sangat jarang terjadi. Gambaran klasik CD adalah
batas yang tegas antara segmen yang sakit dengan bagian usus yang sehat.
Apabila banyak segmen yang terkena, usus di antaranya pada dasarnya normal (skip
lesion).
Peradangan pada CD bersifat transmural sehingga dapat mengenai seluruh
lapisan dinding usus.CD yang aktif ditandai oleh inflamasi focal dan pembentukan
fistula. Yang kemudian pada proses penyembuhan, terbentuk fibrosis dan stricture
usus. Dindind usus menebal akibat peradangan, edema, fibrosis, dan hipertrofi
muskularis propia. Lumennya pun menyempit menyebabkan obstruksi usus yang
kronik dan rekurent. Jika inflamasi berlanjut sampai serosa bahkan mesenterium,
sering muncul gambraran creeping fat.

Gambaran Klinik
Gambaran CD sangat bervariasi dan tergantung pada bagian usus yang
terkena. Manifestasi utama adalah serangan berulang diare, kram abdomen, dan
demam yang berlangsung beberapa hari sampai minggu. Melenan ditemukan pada
sekitar 50% kasus yang melibatkan kolon, biasanya ringan namun kadang-kadang
massif. Pada sebagian besar kasus, perjalanan penyakit berfluktuasi antara
beberapa tahun sakit dan beberapa tahun sehat. Pada perjalanan yang kronis ini
dapat terjadi malabsorpsi dan sebagian manifestasi ekstraintestinal.
Ulcerative Colitis
Ulcerative Colitis adalah suatu penyakit ulcero-inflamatorik yang
mengenai colon, tetapi terbatas pada mukosa dan submukosa, kecuali pada kasus
yang sangat parah. UC berawal pada rectum dan meluas perkontinitum ke proximal,
kadang-kadang mengenai seluruh kolon.
Gambaran Klinik
UC adalah penyakit kronis rekurent yang ditandai dengan serangan diare
mukoid berdarah yang mungkin menetap selama beberapa hari, minggu, atau bulan
kemudian mereda, hanya untuk kambuh setelah interval asimtomatik beberapa
bulan sampai tahun atau bahkan beberapa decade. Onset biasanya perlahan
berupa kram perut, tenesmus, dan nyeri abdomen bawah yang hilang setelah buang
air besar. Tinja yang berdarah lebih sering terjadi pada UC dibandingkan CD, dan
pengeluaran darahnya mungkin cukup banyak.

B. Carcinoma Colon

Colon (termasuk rektum) merupakan tempat keganasan saluran cerna yang


paling sering. Kanker usus besar merupakan penyakit yang terjadi pada orang tua,
dengan insidensi puncak pada usia 60 dan 70 tahun. Penyakit ini jarang ditemukan
di bawah usia 40 tahun, kecuali orang dengan riwayat colitis ulcerative atau poliposis
familial. Kedua jenis kelamin terserang dalam jumlah yang sama. Sekitar 60% dari
semua kanker usus terjadi pada bagian rektosigmoid, sehingga dapat teraba pada
pemeriksaan rectum atau terlihat pada pemeriksaan sigmoidoskopi.
Tumor dapat berupa massa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan
dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura anular. Lesi anular lebih
sering terjadi pada rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar sering pada
caecum dan colon ascenden. Secara histologi, hampir semua kanker usus besar
adalah adenocarcinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan dapat menyekresi mucus
yang jumlahnya berbeda-beda.
Walaupun penyebab kanker colon masih belum diketahui, telah dikenali
beberapa factor predisposisi di antaranya yaitu colitis ulcerative dan diet serat
rendah namun tinggi karbohidrat murni
Keluhan yang paling sering yaitu perubahan pola buang air besar dan
perdarahan per anus. Gejala umumnya berkembang lamban. Keluhan dan tanda-
tanda fisik timbul sebagai bagian dari komplikasi seperti obstruksi.biasanya pada
kolon transversum. Obstruksi parsial awalnya di tandai dengan nyeri abdomen. Bila
obstruksi total dapat menyebabkan nausea, muntah, distensi dan obstipasi. Dapat
berdarah sebagai bagian dari tumor yang rapuh dan mengalami ulserasi.
Gejala dan tanda penyakit ini juga sering dibagi berdasarkan letak kanker.
Karsinoma colon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
akibat iritasi dan respon reflex. Sering terjadi diare, nyeri mirip kejang, dan kembung.
Lesi pada colon kiri cenderung melingkar sehingga sering timbul gangguan
obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk pita. Baik mucus maupun darah segar
sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronis.
Karsinoma pada colon kanan (isi colon berupa cairan) cenderung tetap
tersamar hingga lanjut sekali. Terdapat sedikit kecenderungan terjadi obstruksi
karena lumen besar dan feses masih encer. Anemia akibat peradrahan sering
terjadi, dan darah sering tersamar. Mukus jarang terlihat karena bercampur feses.
Pengobatan karsonima colon dan rectum adalah pengangkatan tumor dan
pembuluh limfe secara pembedahan. Tindakan yang paling sering dilakukan adalah
hemikolektomi kanan, kolektomi transversal, hemikolektomi kiri atau reseksi anterior,
dan reseksi abdominoperineal. Pembedahansangat berhasil bila dilakukan pada
pasien yang kankernya belum mengalami metastasis.

C. Hemorrhoid

1. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis
2. Klasifikasi
Berdasarkan letaknya Hemorid dapat dibagi menjadi eksterna, interna, atau
gabungan keduanya.
a. Hemoroid eksterna
Hemorid eksterna diselubungi oleh anoderm dan terletak disebelah distal
linea dentata. Hemoroid eksterna dapat membengkak dan menimbulkan
rasa tidak nyaman bahkan nyeri apabila terjadi trombosis.
b. Hemoroid interna
Hemoroid interna terletak disebelah proksimal linea dentata dan diselubungi
mukosa anorektal, biasanya tidak nyeri dan timbul perdarahan merah terang
atau prolaps saat defekasi. Rasa nyeri biasanya berkaitan dengan fisura,
abses, atau trombosis hemorid eksterna. Hemoroid interna diklasifikasikan
sebagai berikut :
 Derajat 1 : Gejala perdarahan merah segar pada saat defekasi tanpa
adanya prolaps.
 Derajat 2 : Prolaps anal cushion keluar dari dubur saat defekasi tetapi
masih bisa masuk kembali secara spontan.
 Derajat 3 : Seperti derajat 2 namun tidak dapat masuk spontan, harus
didorong kembali
 Derajat 4 : Telah terjadi prolaps yang tidak bisa masuk kembali.
3. Epidemiologi dan Etiologi
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak di temukan
pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun (januari 1993 s.d
Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi di dapatkan 108 (26,09%)
kasus hemoroid. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau southern
pole disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini antara lain:
buang air besar dan sulit, dubur terasa panas, serta ada benjolan pada dubur,
perdarahan melalui dubur dan lain lain. Sejak dulu hemoroid di obati oleh dukun-
dukun, wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir akhir ini karena kasusnya makin
banyak semua dokter di perbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid memiliki
faktor resiko cukup banyak antara lain kurang mobilisasi, lebih banyak tidur,
konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum air, kurang makan
makanan yang berserat (sayur dan buahan), faktor genetika/keturunan, kehamilan,
penyakit yang meningkatkan tekanan intra abdomen (tumor abdomen, tumor usus),
dan sirosis hati. Penatalaksanaan hemoroid di bagi atas penatalaksanaan secara
medic dan secara bedah bergantung pada derajatnya.

Penyebab timbulnya hemoroid :

a. Faktor pekerjaan
Dimana orang yang harus berdiri, duduk lama atau harus mengangkat
barang-barang mempunyai prediposisi untuk terkena hemoroid.
b. Mengedan berlebihan
c. Kebiasaan buang air besar yang sulit
Dikarenakan harus mengejan karena feses yang mengeras, berbau lebih
busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekuensi BAB lebih dari 3
kali sehari. Pada saat obstipasi atau konstipasi kronis kronis dierlukan waktu
mengejan yang lebih lama, hal ini mengakibatkan peregangan muskulus
spinter ani terjasi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka
akan membuat peregangannya bertambah buruk.
d. Diet rendah serat
e. Faktor umur
Pada umur tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot spinter
juga menjadi tipis. Karena spinternya lemah, maka bisa timbul prolaps.
f. Kurang minum air
g. Hubungan seks perianal
h. Kehamilan
Disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal.

4. Manifestasi klinik
a. Perdarahan : biasanya saat defikasi warna merah segar, menetes, tidak
bercampur feses, dan jumlahnya bervariasi
b. Prolaps : bila hemoroid bertambah besar, pada mulanya hemoroid dapat
tereduksi spontan, tetapi lama kelamaan tidak bisa dimasukan
c. Rasa tidak nyaman hingga nyeri : bila teregang terdapat trombosis luas
dengan edema, atau peradangan.
d. Feses dipakaian dalam : karena hemoroid mencegah penutupan anus
dengan sempurna
e. Gatal : apabila proses pembersihan kulit perianal menjadi sulit atau apabila
ada cairan keluar.
f. Bengkak : hanya pada hemoroid intero-eksterna atau eksterna
g. Nekrosis pada hemoroid interna yang prolaps dan tidak dapat direduksi
kembali

5. Diagnosis
Dignosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan penunjang.
a. Anamnesis: keluhan yang terdapat pada manifestasi klinis
b. Pemeriksaan fisis: hemoroid eksterna dapat dilihat dengan insfeksi terutama
bila telah terjadi trombosis, sedangkan hemoroid interna dapat diamati
apabila mengalami prolaps.
c. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan dalam rektal secara digital dan
anaskopi
6. Penatalaksanaan
Tatalaksana hemoroid dapat dibedakan menjadi non bedah dan bedah
(hemoroidektomi). Sealain itu pilihan tatalaksana bergantung pada derajat
hemoroid. Kebanyakan pasien dengan hemoroid derajat 1 dan 2 dapat diobati
dengan tindakan lokal dan modifikasi diet. Pada sebagian derajat 2, derajat 3 dan
4 pasien perlu dirujuk kedokter spesialis bedah untuk dilakukan hemoroidektomi.
a. non farmakologis
 Menjaga heiginitas, menghindari pengejanan berlebihan saat defikasi atau
aktifitas berat.
 Modifikasi diet dengan makanan berserat, banyak minum air dan
mengurangi makan daging.
b. farmakologi
 Antibiotik : Apabila ada infeksi
 Salep rektal atau supositoria untuk anastesi dan pelembab kulit (sedian
supositoria atau krim yang mengandung fluocortolone pivalate dan
lidocain), dan pelancar defekasi (cairan parafin, magnesium sulfat).
Pemakaian dilakukan dengan cara dioleskan pada hemoroid dan dicoba
untuk dikembalikan dalam anus
c. bedah
7. Pencegahan
Yang paling dalam mencegah hemoroid yaitu mempertahankan tinja tetap lunak
sehingga mudah keluar, dimana hal ini menurunkan tekanan dan pengedaan dan
mengosongkan usus sesegera mungkin setelah persaannya kebelakang timbul.
Latihan olahraga seperti berjalan dan peningkatan konsumsi serat diet juga
membantu mengurangi konstipasi dan mengedan
8. Komplikasi
perdarahan hebat, abses, fistula perianal, inkarsersi dan stiptur ani.
9. Prognosis
Keluhan pasien hemoroid dapat di hilangkan dengan terapi yang tepat.
D. Divertikulitis

a. Definisi
Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada divertikula, yaitu
kantung-kantung yang terbentuk di sepanjang saluran percernaan, terutama di usus
besar (kolon). Kondisi terbentuknya divertikula di dinding usus besar disebut juga
dengan divertikulosis. Divertikula umumnya terbentuk pada orang berusia 40 tahun
ke atas karena ususnya sudah melemah, serta pada orang-orang yang jarang
mengonsumsi makanan berserat, seperti sayur dan buah.
Penyebab:

 Usia. Risiko terkena divertikulitis akan semakin tinggi seiring pertambahan usia.
 Faktor genetik. Genetik dipercaya berhubungan dengan terjadinya divertikulitis,
dibuktikan dengan divertikulitis yang terjadi di Asia lebih dominan terjadi di sisi
kanan, sedangkan di Amerika Serikat lebih sering terjadi di sisi kiri perut.
 Penggunaan obat-obatan tertentu. Penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteroid secara rutin dapat meningkatkan risiko divertikulitis.
 Obesitas. Berat badan yang berlebih meningkatkan risiko divertikulitis dan
perdarahan.
 Diet rendah serat. Selain berisiko terbentuk divertikula, terlalu sedikit makan
makanan yang banyak mengandung serat berisiko menimbulkan peradangan
pada divertikula yang terbentuk.
 Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko dan komplikasi divertikulitis.
 Kurang olahraga. Olahraga dapat menurunkan risiko seseorang menderita
divertikulitis.

Gejala Divertikulitis

Divertikulitis biasanya diawali dengan gejala penyakit divertikulosis, yang meliputi:

 Nyeri pada perut. Rasa nyeri akan lebih terasa sesaat setelah makan atau
ketika bergerak.
 Sembelit, diare, atau keduanya.
 Perut kembung atau perut terasa dipenuhi gas.
 Terkadang buang air besar disertai lendir.

Kadang divertikulosis dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala. Namun, divertikulosis


yang sudah mengalami peradangan dan menjadi divertikulitis, akan menimbulkan
gejala:

 Demam.
 Nyeri perut yang semakin parah dan berkelanjutan.
 Mual dan muntah.
 Buang air besar berdarah.

Pengobatan Divertikulitis

Penanganan divertikulitis biasanya dilakukan berdasarkan tingkat keparahan


divertikulitits yang dialami pasien. Jika penderita mengalami gejala ringan dan tidak
ada tanda komplikasi, maka jenis pengobatan yang dilakukan meliputi:

 Pemberian obat, yaitu antibiotik untuk mengobati infeksi dan penghilang rasa
sakit.
 Diet tinggi cairan dan rendah serat. Diet ini dilakukan hingga nyeri sudah
menghilang. Ketika nyeri sudah menghilang, perlahan-lahan tambahkan serat
dalam makanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Patologi Sylvia. Jakarta: EGC


2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
3. Price, Sylvia A., dkk. 1995. Patofisiologi Jilid I Edisi IV.1995. Jakarta : EGC
4. Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiology Kedokteran Ed. 11.
Jakarta: EGC
5. Tanto, C . kapita selekta kedokteran. Edisi IV. 2014
6. Simadibara K. M. ilmu penyakit dalam. Edisi V. 2009
7. Buku ajar diktat antomi biomedik 2. 2016. FK Unhas

Anda mungkin juga menyukai