Edema Paru Ec CHF
Edema Paru Ec CHF
KELOMPOK 4
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Konsep
dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kasus Dislokasi Persendian ” ini dapat
terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, factor-
faktor resiko, cara mengatasi, mencegah, penatalaksanaan, dan bagaimana
proses perawatan pasien dengan kasus dislokasi persendian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
guna menjadi acuan bekal pengalaman bagi penulis di masa yang akan dating.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat
mendorong dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera
olahraga. Cedera terhadap sistem mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain,
strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat penggunaan berlebihan secara
bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet profesional juga
rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga
dapat mengalami cedera muskoluskletal, salah satunya adalah dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka
sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang
sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga
agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan
terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan
(acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Dislokasi persendian?
2. Apa sajakah etiologi Dislokasi persendian?
3. Bagaimanakah perjalanan penyakit (patofisiologi) Dislokasi persendian?
4. Apa sajakah manifestasi klinis Dislokasi persendian?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang Dislokasi persendian?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan medis Dislokasi persendian?
7. Apa saja komplikasi pada Dislokasi persendian?
8. Bagaimana proses pengkajian pada Dislokasi persendian?
9. Apa sajakah diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada Dislokasi
persendian?
10. Bagaimanakah perencanaan keperawatan pada Dislokasi persendian?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Dislokasi persendian
2. Mengetahui etiologi Dislokasi persendian
3. Menjelaskan patofisiologi Dislokasi persendian
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala Dislokasi persendian
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Dislokasi persendian
6. Mengetahui penatalaksanaan Dislokasi persendian
7. Mengetahui komplikasi pada Dislokasi persendian
8. Mengindetifikasi proses pengkajian pada Dislokasi persendian
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada Dislokasi
persendian
10. Mengetahui perencanaan keperawatan pada Dislokasi persendian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dislokasi merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen
penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi
sesudah gerakan memuntuir yang tajam (Kowalak, 2011)
2.2 Etiologi
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan
serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan
otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun
pada usia 30 tahun.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada
bagian lututnya dan menyebabkan dislokasi.
6
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain
sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari
karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
7. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat
berdansa diatas lantai yang licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2.3 Klasifikasi
Dislokasi sendi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Dislokasi kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
b. Dislokasi patologik
Terjadi akibat penyakit sendi dan jaringan sekitar sendi. Misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan
tulang yang berkurang.
c. Dislokasi traumatic
Kedaruratan orteoprodi( pasokan darh, susunan saraf rusuk dan
mengalami stres berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema
(karena mengalami pengerasan) terjadi karena trauma yang kuat
sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekelilingnya dan
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi sebagai berikut:
a. Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip serta disertai
nyeri akut dan pembengkakan disekitar sendi
b. Dislokasi berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint. Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang yang disebabkan
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,
tonus/kontraksi otot dan tarikan.
7
Berdasarkan tempaat terjadiny
8
2.4 Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena
kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen
sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat
dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma
jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang
ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi
kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
2.5 Pathway
Etiologi
9
Kompresi jaringan tulang yg terdorong ke depan
dislokasi
10
2.6 Manifestasi Klinis
1. Adanya bengkak / oedema
2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot(kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan
sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah
ke dalam jaringan sekitarnya (tampak kemerahan).
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami
dislokasi
11
C: Compression = Membalut gunanya membantu mengurangi
pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.
E: Elevasi = Peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
2. Terapi dingin
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1) Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya :
dua puluh – tiga puluh menit dengan interval kira-kira sepuluh
menit.
2) Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah
dibungkus dengan lama lima - tujuh menit, dapat diulang dengan
tenggang waktu sepuluh menit.
4) Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau
fluorimethane ke bagian tubuh yang cedera.
3. Latihan ROM
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan, latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung
jaringan yang sakit.
12
4. Penatalaksanaan medis : Farmakologi
Analgetik
2.9 Komplikasi
Komplikasi dislokasi meliputi :
a. Komplikasi dini
Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera. Pasien tidak dapat
mengerutkan oto deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tersebut.
Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak
Fraktur dislokasi
Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak
adanya nadi,CRT(capillary refill time) menurun,sianosis pada bagian
distal,hematoma melebar,dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan darurat spilinting,perubahan posisi pada
yang sakit,tindakan reduksi,dan pembedahan.
b. Sindrome kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
13
jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang
menentukan otot, saraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari
luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
c. Komplikasi lanjut
d. Kekakuan sendi bahu
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
e. Kelemahan otot.
f. Dislokasi yang berulang
Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
1) Umur
2) Pekerjaan
3) Jenis kelamin
2. Keluhan utama
15
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan,
ekstermitas, nyeri tekan otot, dan deformitas pada daerah trauma,
untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien
dapat menggunakan metode PQRS.
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
16
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak
mengalami penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan tanda-
tanda vital yang meliputi brikardia, hipotensi dan tanda-tanda
neurogenik syok.
2. B3 ( brain)
3. B6 (Bone)
c. Klasifikasi Data
A. Data subjektif
17
b) Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
c) Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
d) Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
e) Klien mengatakan sangat lemas
f) Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
g) Klien mengatakan susah bergerak
B. Data objektif
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
18
berperilaku distraksi (mondar hasil : fowler)
mandir, aktivitas berulang,
Memperlihatkan Berikan kompres
memegang daerah nyeri),
pengendalian hangat pada
perilaku ekspresif(gelisah,
nyeri. lokasi dislokasi
meringis, menangis,
menghela napas panjang) Melaporkan tidak Ajarkan teknik
adanya nyeri distraksi dan
relaksasi
Tidak
menunjukan Beri HE tentang
adanya nyeri penyebab nyeri,
meningkat.(tidak dan antisipasi
ada ekspresi ketidaknyamanan
nyeri pada
Kolaborasi dalam
wajah,tidak
pemberian
gelisah atau
analgetik
ketegangan
otot,tidak merintih Mengetahui
atau menangis.) keadaan umum
pasien dan
tingkat nyeri
pasien
Kompres hangat
berperan dalam
vasodilatasi
pembuluh darah.
Teknik distraksi
dan relaksasi
berfungsi dalam
19
mengalihkan
fokus nyeri
pasien
Penanaman HE
pada pasien
berfungsi untuk
mengurangi
kecemasan
pasien terhadap
kondisinya
Analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pada
dislokasi.
20
mandiri, gerakan kriteria hasil : dengan ahli fisioterapi pengobatan dan pemulihan dari
tidak teratur atau dalam memberikan posisi sakit atau cedera
Klien
tidak terapi yang tepat
mengatakan
terkoordinasi
dapat
melakukan
pergerakan
dengan
bebas
Gerakan
pasien
terkoordinir
Pasien dapat
melakukan
aktivitas
secara
mandiri
21
pasien tampak lemas, makan pasien kembali masalah
mukosa bibir kering, baik3) Keadaan
Atur posisi
tampak kurang berminat umum pasien kembali
pasien(semi
terhadap makanan normal
fowler)
Kolaborasi dalam
pemasangan alat
invasif(NGT)
Mengetahui faktor
penyebab
kesulitan
mengunyah dan
menentukan
intervensi
selanjutnya
Mengurangi
aktivitas pada
rahang yang sakit
Mempertahankan
asupan nutrisi
pasien
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi
22
Pasien dapat melkukan mobilitas secara normal
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang
tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.
Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah
dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset
dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet,
juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu
akan gampang dislokasi lagi.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian
rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di
dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital).
4.2 SARAN
23
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik
yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat
lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
24