Maternitas Mola Hidatidosa Pada Kehamilan
Maternitas Mola Hidatidosa Pada Kehamilan
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2
2.2 Etiologi
penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang menyebabkannya
antara lain :
1. faktor ovum : ovum memang sudak patologik sehingga mati, tapi terlambat di
keluarkan.
2. Imonoselektif dari trofoblas.
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
4. Paritas tinggi.
5. Kekurangan protein.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas.
Mola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya
mungkin terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan-bahan
plasenta yang tumbuh tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali.
Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang paling
mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi.
Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun
atau diatas 40 tahun.
Faktor resiko terjadinya mola adalah:
Status sosial-ekonomi yang rendah
Diet rendah protein, asam folat dan karotin.
2.3 Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
3
Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal
dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul
gelembung.
4
2.4 Klasifikasi
a. Mola hidatidosa sempuna
villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran
vesikel berpariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa
sentimeter dan sering berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil.
5
Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat
laki-laki atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua
orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan 2
sperma.
2. Mola sempurna biparental
Genotif ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal
mempengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi.
Mola sempurna biparental jarang ditemukan.
b. Mola hidatidosa parisal
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan
mungkin tampak sebagai jaringan janin. Pasien dengan mola parsial tidak
memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya
datang dengan tanda dan gelaja yang mirip dengan aborsi inkomplit atau
misedabortion yakni pendarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin.
Mual dan muntah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS. Pembesaran
rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intolerasi panas, gugup, penurunan BB
yang tidak dapat dijelaskan, tanga gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
Gejala-gejala pre/exlampsi seperti pembengkakkan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah proteinurya ( terdapat protein pada air seni)
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala sebagai berikut.
Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan nyata dari kehamilan biasa dan amenore.
Terdapat pendarahan pervagina yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna kecoklatan seperti bumbu rujak.
6
Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan
seharusnya.
Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
7
preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap
pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih
aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan
peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti
tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur
evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk
anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi
menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan
kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG
tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin
menghentikan fertilisasi.
8
BAB III
9
5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
10
3.2 Diagnose Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3.3 Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat
membantu menentukan intervensi yang tepat.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan
salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
c. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan
distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat
mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
d. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga
nyeri tidat dapat dipersepsikan.
11
2. Diagnosa Keperawatan II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien
dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan hygienenya.
b. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien
ketergantungan pada perawat
c. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk
mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian
dalam memenuhi kebutuhannya.
d. Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien.
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
secara mandiri.
3. Diagnosa Keperawatan III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil :
Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi :
a. Kaji pola tidur
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
12
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
c. Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat
merangsang untuk tidur.
d. Batasi jumlah penjaga klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di
ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
e. Memberlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
f. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat
tenang dan mudah tidur.
4. Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :
a. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola
demam dapat membantu diagnosa.
b. Pantau suhu lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus
mendekati normal.
c. Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga
dapat menurunkan suhu tubuh.
e. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada
hipothalamus.
13
5. Diagnosa Keperawatan V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga
mengurangi kecemasan.
c. Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien
akan merasa diperhatikan.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti
tentang penyakitnya.
e. Beri dorongan spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang.
6. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi.
7. Evaluasi
a. Rasa nyeri berkurang.
b. Tidak terjadi komplikasi.
c. Nutrisi terpenuhi.
d. Pasien tidak cemas.
14
BAB IV
PENUTUP
5.1 Simpulan
Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel – sel trofoblas (yaitu
bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari – ari janin )hasil pembuahan
yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung – gelembung menyerupai buah anggur.
Pertumbuhan gelembung setiap hari semakin banyak bahkan bisa berkembang secara
cepat. Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan mola hidatidosa tampak cepat
besar
Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masil belum
diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial
ekonomi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sdering hamil dan gangguan peredatran darah
kedalam rahim.
5.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik seta saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan makalah di atas.
15