Anda di halaman 1dari 9

ISSN 2302-4178 Jurnal Galung Tropika, 3 (3) September 2014, hlmn.

192-200

EVALUASI PENURUNAN ANGKA MORTALITAS DAN


MORBIDITAS AYAM PEDAGING YANG MENDAPATKAN
PENAMBAHAN TEPUNG LEMPUYANG
(ZINGIBER AROMATICUM VAL) DALAM RANSUM
Evaluation of Decrease Morbidity and Mortality of Broilers Get The Addition of Flour
Ginger (Zingiber aromaticum val) in The Ration

Ernita Risa1), Rahmawati Semaun2) dan Intan Dwi Novita3)


1)
ernitamustaman@yahoo.com
2)
rahmapasca@yahoo.com
3)
intan0211@gmail.com
1,2,3)
Prodi Ilmu Peternakan Fapetrik UMPAR

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suplementasi tepung


lempuyang yang berbeda pada ransum terhadap penurunan angka mortalitas dan
morbiditas (penyebab penyakit) dari kematian ayam pedaging tersebut. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan sebanyak tiga kali dan
tiga taraf perlakuan yaitu P0=kontrol, P1=0,5% tepung lempuyang, P2=2,5% tepung
lempuyang, P3=4,5% tepung lempuyang dan P4=6,5% tepung lempuyang. Angka
mortalitas ayam pedaging pada perlakuan P0 (4 ekor), P1 (2 ekor) P2 (0 ekor) P3 (0 ekor)
dan P4 (1 ekor). P0 (control) berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan P1,P2,P3 dan
P4. Perlakuan P1 (2 ekor) berpengaruh nyata terhadap perlakuan P0, P2, P3 tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap perlakuan P4. Persentase morbiditas atau angka serangan
penyakit adalah 7 % (7 ekor dari 90 ekor). Penyakit yang muncul selama pemeliharaan
adalah Tetelo (Newcastle Disease) yang pada akhirnya menyebabkan kematian tujuh ekor
ayam pedaging. Ayam yang mati akibat penyakit Tetelo (Newcastle Disease) selanjutnya
dilakukan bedah bangkai oleh dokter hewan di Dinas Peternakan Kabupaten Sidrap.
Berdasarkan hasil penelitian pemberian tepung lempuyang dalam ransum dengan dosis
2,5% dan 4,5% dapat meningkatkan kekebalan ayam pedaging dengan angka mortalitas
0%. Sedangkan Angka mortalitas tertinggi diperoleh perlakuan P0 yaitu 4%, dan
Pemberian tepung lempuyang dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan kekebalan
ayam pedaging.
Kata kunci: Ayam pedaging, tepung lempuyang, mortalitas, morbiditas

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of different ginger powder
supplementation in the diet on a decrease in mortality and morbidity (disease-causing) of
the broiler mortality. This study used a completely randomized design (CRD) with three
replications and three times the level of treatment that is P0 = control, P1 = 0,5% ginger
powder, P2 = 2,5% flour ginger, P3 = 4,5% flour and ginger P4 = 6,5% ginger powder.
Broiler mortality rate in the P0 treatment (4 tails) , P1 (2 tail) P2 (0 tails) P3 (0 tails) and
P4 (1 tail). P0 (control) very significant effect on the treatment of P1, P2, P3 and P4.
Evaluasi Penurunan Angka Mortalitas dan Morbiditas Ayam Pedaging 193
yang Mendapatkan Penambahan Tepung Lempuyang (Zingiber aromaticum val) dalam Ransum

Treatment P1 (2 tail) significantly affect treatment P0, P2, P3 but did not significantly
affect P4 treatment. The percentage of morbidity or disease attack rate was 7 % (7 of 90
tail tail). Diseases that arise during maintenance is Tetelo (Newcastle Disease) that
ultimately led to the death of seven broiler chickens. Chickens that died of disease Tetelo
(Newcastle Disease) is then performed by a veterinarian surgeon carcass in the DVO
Sidrap. Based on the results of research administration lempuyang flour rations at a dose of
2.5% and 4.5% can improve the immunity of broilers with a mortality rate of 0%. While
the highest mortality rate was obtained treatment P0 which is 4%, and the granting of flour
lempuyang with the appropriate dose may increase the immunity of broilers.
Keywords: Broiler, Flour Lempuyang, Mortality, Morbiditas

PENDAHULUAN seperti kapur. Penyakit diare ini tentunya


disebabkan oleh adanya antigen atau
Latar Belakang bakteri yang masuk pada sistem
Ternak unggas adalah pencernaan ayam. Selain feses yang
penyumbang terbesar terhadap produksi encer, biasanya ayam terlihat lemah
daging nasional. Menurut Dirjen dengan sayap menurun ke bawah, dan
Peternakan (2001) ternak unggas biasanya juga ayam mengalami
memberi sumbangan daging untuk pertumbuhan yang lambat dari
kebutuhan nasional sebesar 56,6 % dari kawanannya.
total produksi daging ternak. Ayam ras Penyakit pada ternak tentunya
pedaging sudah merupakan komoditi menjadi faktor pembatasan usaha
industri yang mengolah pakan menjadi peternak karena berdampak pada
produk daging dalam kurun waktu produksi baik kehilangan produktivitas
singkat dibandingkan ternak lainnya yaitu telur atau penurunan produktivitas daging
35 hari sudah dapat mencapai bobot karena sebagian ayamnya sedikit demi
badan 2.000 gram. Hal ini disebabkan sedikit berkurang. Di peternakan besar
ayam ras pedaging mampu tumbuh pada kondisi seperti ini, ayam akan diberi
dengan cepat dan mengkonversikan obat kimia sebagai langkah penanganan.
pakan lebih baik dibandingkan unggas Tentu tidak menjadi kendala karena
lain. Potensi tersebut dapat terwujud modal yang tertanam pada hasil yang
dengan pengelolaan yang memadai. akan diperoleh tidak merugikan peternak.
Ayam merupakan salah satu Tetapi pada peternakan kecil pembelian
unggas yang sering dijumpai di obat kimia tentu menguras modal karena
peternakan-peternakan kecil atau sebatas jumlah hewan ternak yang dipelihara
hewan peliharaan. Seperti halnya tidak banyak sehingga peternak mencari
manusia ayam pun mengalami sakit, obat yang meminimumkan modal,
misalnya diare. Penyakit ini sangat misalnya pemberian potongan kunyit dan
terlihat jelas dari feses ayam. Feses yang lempuyang.
dikeluarkan ayam yang diare berstruktur Lempuyang dan Kunyit yang
encer dibarengi cairan bening serta warna diberikan pada ternak tidak harus di beli
feses yang tidak biasanya. Ada kalanya karena bumbu tersebut dapat diperoleh
berwarna hijau atau berwarna putih dari dapur. Dengan pemberian
194 Risa, et al.

lempuyang dan kunyit secara rutin, ayam mortalitas dan morbiditas (penyebab
dapat sembuh kembali sehingga diyakini penyakit) dari kematian ayam pedaging
bahwa bahan menjadi obat pertama yang tersebut.
diberikan peternak kecil pada ayamnya Adapun kegunaan dari penelitian
yang sakit. Minyak atsiri pada kunyit ini adalah dengan suplementasi tepung
terbukti bersifat atau mematikan lempuyang dengan dosis yang tepat dapat
(bakterisidal) terhadap bakteri golongan menurunkan angka mortalitas dan
Bacillus caerus, Bacillus subtilis dan morbiditas ayam pedaging. Memberikan
Bacillus megetenium. Selain itu minyak informasi tentang manfaat bagi peternak
atsiri mampu menghambat pertumbuhan unggas dalam upaya menjaga kesehatan
sel vegetative bacillus dengan sporanya ayam pedaging dan produktifitasnya.
(Said, 2003). Nataamijaya dan
Muhammad (1999) melaporkan bahwa METODE PENELITIAN
pemanfaatan campuran lempuyang dan
Tempat dan Waktu
kunyit di dalam pakan ayam dapat
digunakan untuk memperbaiki indikator Penelitian ini dilaksanakan di
kesehatan ayam ras pedaging terhadap Kelurahan Arawa, Kecamatan Watang
penampilan karkas serta aspek higienis Pulu Kabupaten Sidenreng Rappang.
kandang. Selain menyangkut pada modal, Pelaksanaan penelitian mulai bulan Juli
pemberian obat kimia dapat sampai dengan Agustus 2013.
menimbulkan residua ayam yang Bahan dan Alat
selanjutnya berbahaya untuk dikonsumsi.
Bahan yang digunakan dalam
Manusia yang mengkonsumsi daging
penelitian ini adalah ayam broiler
ayam yang mengandung bahan kimia
berumur 1 hari (day old chick atau DOC)
secara berkepanjangan dapat
sebanyak 90 ekor, sekam padi, pakan,
menimbulkan kanker (carcinogenic
kunyit, lempuyang dan air sumur. Alat
effect), mutasi gen (mutagenic effect), dan
yang digunakan dalam penelitian ini
resisten terhadap antibiotik.
adalah kandang ayam (model panggung),
Berdasarkan uraian di atas,
timbangan, sprayer, ember, thermometer,
diharapkan suplementasi tepung
buku, pisau, tempat pakan, tempat
lempuyang dalam ransum sebagai
minum dan lampu pijar.
alternatif penambahan bahan pakan yang
mengandung zat-zat aditif yang tidak Metodologi Penelitian
berbahaya bagi ternak dan manusia serta Penelitian ini menggunakan
dapat mempengaruhi laju pertumbuhan rancangan acak lengkap dengan 5 taraf
ayam broiler dan berdampak positif perlakuan ( P0 (sebagai kontrol), P1, P2 ,
terhadap penurunan angka mortalitas dan P3 dan P4 ). Setiap perlakuan diulang
morbiditas ayam pedaging. sebanyak 3 kali. Sehingga terdapat 15
Tujuan penelitian ini adalah untuk unit kombinasi yang masing-masing unit
mengetahui pengaruh suplementasi terdiri dari 6 ekor ayam broiler. Jadi total
tepung lempuyang yang berbeda pada pengamatan 90 ekor. Penelitian
ransum terhadap penurunan angka dilaksanakan menggunakan penambahan
Evaluasi Penurunan Angka Mortalitas dan Morbiditas Ayam Pedaging 195
yang Mendapatkan Penambahan Tepung Lempuyang (Zingiber aromaticum val) dalam Ransum

tepung lempuyang dengan tepung kunyit dilihat pula hewan yang sakit. Penyebab
ke dalam ransum dengan dosis berbeda penyakit pada unggas dapat dibagi
yang diaplikasikan pada DOC broiler. menjadi aspek infeksius dan non
Adapun formulasi yang diaplikasikan infeksius. Penyakit infeksius disebabkan
adalah : adanya agen penyakit yang masuk dan
P0 : Tanpa Perlakuan / Kontrol (0%) menyerang, sehingga berdampak pada
P1 : Tepung lempuyang 0,5% + Tepung kondisi fisiologis ternak. Penyakit ini
kunyit 0,5% dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
P2 : Tepung lempuyang 2,5% + Tepung protozoa dan parasit. Penyakit Non
kunyit 0,5% Infeksius disebabkan oleh faktor lain,
P3 : Tepung lempuyang 4,5% + Tepung misalya kekurangan vitamin, mineral,
kunyit 0,5% keracunan atau gangguan hormonal
P4 : Tepung lempuyang 6,5% + Tepung (Trisunuwati dkk, 2006).
kunyit 0,5%
Pelaksanaan Penelitian
Data yang diperoleh dari
penelitian ini dihitung dengan 1) Pembuatan tepung kunyit dan tepung
lempuyang
mengunakan Rancangan Acak Lengkap
Bahan utama terdiri dari kunyit
(RAL)
dan lempuyang. Kunyit dan lempuyang
Komponen Pengamatan dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis
Parameter yang diamati pada kemudian dikeringkan di bawah sinar
penelitian ini adalah: matahari. Setelah kering kemudian
1) Mortalitas digiling sehingga berbentuk tepung.
Ukuran jumlah kematian pada Tepung kunyit dan tepung lempuyang
suatu populasi (Junaedi, 2009). Diperoleh disimpan di tempat yang aman dan siap
dengan membagi jumlah kematian selama diaplikasikan ke ternak dengan formulasi
penelitian dengan jumlah populasi selama P1 (tepung kunyit 0,5% + tepung
penelitian dikalikan 100. lempuyang 0,5%), P2 (tepung kunyit
2) Penyakit (angka morbiditas) 0,5% + tepung lempuyang 2,5%), P3
Morbiditas adalah derajat sakit, (tepung kunyit 0,5% + tepung lempuyang
cedera atau gangguan, pada suatu 4,5%) dan P4 (tepung kunyit 0,5% +
populasi morbiditas juga merupakan tepung lempuyang 6,5%).
suatu penyimpangan dari status sehat atau 2) Persiapan Kandang
keberadaan dari suatu kondisi sakit, Kandang yang digunakan dalam
biasanya dinyatakan dalam angka penelitian ini adalah kandang model
insidensi yang umum. Angka morbiditas litter, dengan ukuran 1 m x 1 m (Ilyas,
dapat diperoleh dengan membagi jumlah 2009). Tiap kotak (unit) kandang diisi
penderita selama penelitian dengan dengan 6 ekor ayam broiler yang
jumlah populasi selama penelitian dilengkapi dengan tempat pakan dan air
dikalikan 100. minum. Selain itu disiapkan indukan
Jumlah ayam yang mati lampu pijar 5 watt.
(mortalitas) diperiksa oleh dokter hewan, 3) Penanganan DOC (Day Old Chick)
untuk mengetahui penyebab kematian
196 Risa, et al.

5
Mortalitas ayam pedaging
4 ekor
4
3
2 ekor
(Ekor)

2
1 ekor
1
0 ekor 0 ekor
0
P0 P1 P2 P3
P4
Perlakuan

Gambar 1. Angka mortalitas ayam pedaging pada perlakuan P0 (4 ekor), P1 (2 ekor) P2


(0 ekor) P3 (0 ekor) dan P4 (1 ekor).

DOC yang baru tiba dikeluarkan mortalitas ayam pedaging. Angka


dari box. Selanjutnya dilakukan mortalitas ayam pedaging pada perlakuan
perhitungan lalu ditimbang per ekor P0 sebanyak 4 ekor, P1 sebanyak 2 ekor,
kemudian membagi berat DOC dengan dan P4 sebanyak 1 ekor, sedangkan P2
jumlah DOC untuk menghasilkan nilai dan P3 angka mortalitasnya nol.
rata-rata. DOC diberikan air minum yang Pada gambar 1 menunjukkan
diberi larutan gula merah secukupnya. bahwa P0 (control) berpengaruh sangat
4) Fase Pemeliharaan nyata terhadap perlakuan P1,P2,P3 dan
Pemberian pakan pada fase P4. Perlakuan P1 (2 ekor) berpengaruh
pemeliharaan DOC menggunakan pakan nyata terhadap perlakuan P0, P2, P3
jadi, yaitu pakan butiran BP 11 yang tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
mengandung protein 21-23% yang perlakuan P4.
diberikan secara ad libitum (tidak Hasil penelitian ini
terbatas). Pada umur 14-30 hari diberi mengindikasikan bahwa pemberian
pakan jadi secara teratur, terdiri dari tepung lempuyang dalam ransum
konsentrat 45%, dedak 10% dan jagung memberikan pengaruh positif terhadap
45%. Pemberian suplementasi tepung penurunan mortalitas ayam pedaging.
kunyit dan tepung lempuyang dalam Pemberian tepung lempuyang dalam
ransum dengan dosis yang berbeda sesuai ransum dapat meningkatkan daya tahan
dengan perlakuan diberikan pada umur tubuh ayam sehingga ayam akan menjadi
14 hari. tahan terhadap penyakit dan angka
mortalitas yang diperoleh masih rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Suhirman dkk (2006),
lempuyang mempunyai fungsi sebagai
1. Mortalitas
anti bakteri, anti jamur, memperkuat daya
Pemberian tepung lempuyang tahan tubuh.
yang berbeda pada ransum tidak
berpengaruh nyata (P˃0,05) terhadap
Evaluasi Penurunan Angka Mortalitas dan Morbiditas Ayam Pedaging 197
yang Mendapatkan Penambahan Tepung Lempuyang (Zingiber aromaticum val) dalam Ransum

Mortalitas ayam pedaging selama faktor suhu/cuaca pada ayam ketika


pemeliharaan adalah 7%. Persentase musim hujan dalam waktu yang lama.
mortalitas tertinggi diperoleh pada Pada minggu ke tiga terjadi musim hujan
perlakuan P0 yaitu 4%, hal ini selama satu minggu secara terus menerus
disebabkan karena perlakuan P0 tidak dan menyebabkan ayam kedinginan dan
mendapatkan suplementasi tepung sangat mudah terserang penyakit. Hal ini
lempuyang dalam ransum, sehingga sejalan dengan pendapat Nova (2008)
meningkatkan antibodi alami pada ayam bahwa lingkungan memberikan pengaruh
pedaging. Hal ini sesuai dengan sebesar 70% terhadap keberhasilan suatu
pernyataan Panda dkk (2008), bahwa peternakan. Kondisi cuaca yang tidak
suplementasi tanaman herbal pada air normal akan mempengaruhi penurunan
minum atau pakan ternak cenderung konsumsi pakan, penurunan bobot badan
berpengaruh positif terhadap fertilitas dan dan akhirnya akan menyebabkan
daya tetas telur unggas, selain itu juga kematian.
dapat meningkatkan antibodi alami pada Perlakuan P2 dan P3 persentase
ayam. mortalitasnya 0%. Hal ini disebabkan
Perlakuan P1 yang diberikan karena dosis tepung lempuyang dalam
tepung lempuyang dalam ransum ransum yang digunakan tepat sehingga
sebanyak (0,5%) persentase mortalitasnya menciptakan keseimbangan mikroflora
adalah 2%, P2 (2,5%) persentase dalam usus. Penambahan tepung
mortalitasnya adalah 0%, P3(4,5%) lempuyang dalam ransum tidak
persentase mortalitasnya adalah 0% dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata
P4 (6,5%) persentase mortalitasnya (P>0,05) terhadap mortalitas. Mortalitas
adalah 1%. Mortalitas pada perlakuan P1 dalam penelitian ini 7%, di atas ambang
da P4 ini diduga disebabkan karena dosis normal yaitu 5%. Tingkat kematian ayam
tepung lempuyang dalam ransum tidak pedaging sebesar 5 % tidak terlalu
sesuai dan tidak terjadi keseimbangan mempengaruhi biaya produksi tetapi
bakteri didalam usus. Hal ini sejalan untuk kematian sebesar 20 – 30 % dapat
dengan pendapat Mahendra (2005) bahwa mempengaruhi biaya produksi yang besar
zat bioaktif yang terkandung dalam (Clayton, 1967). Pada penelitian ini
ramuan herbal yang tepat dosisnya sudah termasuk baik karena mempunyai
bersifat saling melengkapi (sparing tingkat kematian sebesar 7%. Faktor-
effect), dan berefek positif. Probiotik faktor yang dapat mempengaruhi
merupakan makanan tambahan berupa mortalitas antara lain bobot badan,
mikroba hidup, baik bakteri, kapang/yeast bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan,
yang dapat menguntungkan bagi lingkungan, sanitasi, peralatan, dan
inangnya dengan jalan memperbaiki kandang serta suhu lingkungan. Kematian
keseimbangan mikroba dalam saluran biasanya terjadi pada periode awal
pencernaan Menurut (Fuller, 1992). (starter), sedangkan pada periode finisher
Penyebab mortalitas lainnya pada jarang terjadi kecuali akibat serangan
penelitian adalah faktor lingkungan. pernafasan. Angka kematian naik turun
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah dalam satu periode pencatatan maka
198 Risa, et al.

besar kemungkinan adanya kesalahan karena itu kasus ND merupakan ancaman


manajemen yang terjadi, sedangkan bila serius bagi industri peternakan di
angka itu naik sedikit lalu tetap atau Indonesia (Santhia, 2003).
konstan maka kematian dapat disebabkan Mortalitas maupun morbiditas
oleh adanya bakteri atau penyakit lainnya dapat mencapai 50 – 100% akibat
(Fadillah, 2004). terinfeksi oleh penyakit ini. Penularan
virus ND dapat terjadi secara langsung
2. Morbiditas antar ayam dalam satu kelompok ternak
Persentase morbiditas atau angka tertular. Sumber virus biasanya berasal
serangan penyakit adalah 7 % (7 ekor dari ekskreta ayam terinfeksi baik melalui
dari 90 ekor). Penyakit yang muncul pakan, air minum, lendir, feses, maupun
selama pemeliharaan adalah Tetelo udara yang tercemar virus, peralatan dan
(Newcastle Disease) yang pada akhirnya pekerja kandang. Selama sakit, ayam
menyebabkan kematian tujuh ekor ayam mengeluarkan virus dalam jumlah besar
pedaging. Ayam yang mati akibat melalui feses (Alexander, 2001)
penyakit Tetelo (Newcastle Disease) Penyakit ND pada penelitian
selanjutnya dilakukan bedah bangkai oleh menyerang ayam broiler pada umur 3 - 4
dokter hewan di Dinas Peternakan minggu. ND ini dapat dideteksi dengan
Kabupaten Sidrap. Hal ini dapat dilihat gejala klinis pada usus dapat terjadi
pada Gambar 2. enteritis dan nekrosa, eksudat kental dan
Newcastle disease (ND) atau berwarna kehijauan bercampur darah.
tetelo merupakan penyakit menular yang Pada saluran pernafasan akan didapatkan
sangat merugikan bagi peternak. peradangan di sinus hidung, trachea,
Kejadian penyakit bersifat akut sampai laryng dan juga pneumonia. Eksudat yang
kronis, dapat menyerang semua jenis bersifat katarrhalis sampai mucopurulent
unggas terutama ayam pedaging. Oleh dapat ditemukan pada saluran pernafasan.

5
4%
morbiditas ayam

4
pedaging (%)

3
2%
2
1%
1
0% 0%
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 2. Persentase morbiditas ayam pedaging pada perlakuan P0 (4%), P1 (2%) P2
(0%) P3 (0 %) dan P4 (1%).
Evaluasi Penurunan Angka Mortalitas dan Morbiditas Ayam Pedaging 199
yang Mendapatkan Penambahan Tepung Lempuyang (Zingiber aromaticum val) dalam Ransum

Patologi anatomi yang terjadi pada Berdasarkan hasil dan


saluran pernafasan tidak khas untuk pembahasan, maka dapat disimpulkan
penyakit Newcastle disease saja. Pada sebagai berikut:
susunan saraf dan otak dapat ditemukan 1) Pemberian tepung lempuyang dalam
degenerasi dan nekrosa otak. ransum dengan dosis 2,5% dan 4,5%
Gejala klinis penyakit ND yang dapat meningkatkan kekebalan ayam
menyerang ayam pedaging pada pedaging dengan angka mortalitas
penelitian ini adalah: 0%.
1. Gangguan pernapasan dimulai dengan 2) Angka mortalitas tertinggi diperoleh
megap-megap, batuk, bersin dan perlakuan P0 yaitu 4%
ngorok waktu bernapas. 3) Pemberian tepung lempuyang dengan
2. Ayam tampak lesu. dosis yang tepat dapat meningkatkan
3. Napsu makan menurun. kekebalan ayam pedaging
4. Mencret, kotoran encer agak
kehijauan bahkan dapat berdarah. 2. Saran
5. Jengger dan kepala kebiruan, kornea Berdasarkan hasil penelitian dan
menjadi keruh, sayap turun, otot kesimpulan maka diharapkan adanya
tubuh gemetar, kelumpuhan hingga teknologi yang modern untuk
gangguan saraf yang dapat memproduksi tepung lempuyang yang
menyebabkan kejang-kejang dan siap diaplikasikan keternak ini sehingga
leher terpuntir. masyarakat atau peternak cendrung
Tindakan pengobatan yang menggunakan tanaman herbal sebagai
dilakukan yaitu dengan menambahkan air alternatif pengganti vaksin.
gula merah ke dalam air minum ayam.
Upaya yang dilakukan agar penyakit ND DAFTAR PUSTAKA
ini tidak kembali lagi adalah menjaga
kebersihan kandang dalam kaitannya Alexander, D.J. 2001. Newcastle disease:
dengan langkah mengurangi populasi The Gordon Memorial Lecture.
bibit penyakit . Hal ini sesuai dengan Br. Poult. Sci. 42:5-22.
pernyataan Suprijatna, et. al. (2005) Clayton, E. S. 1967. The Economic of the
bahwa pencegahan penyakit pada unggas Poultry Industry. Longmans.
dapat dilakukan dengan cara sanitasi, Green and Co. Ltd. London.
pemberian pakan sesuai standar Fuller, R. 2002. Probiotics for farm
kebutuhan, penyediaan lingkungan yang animal. In Gerald W, London.
nyaman, pengontrolan manajemen Ilyas. 2009. Budidaya Ternak Ayam
pemeliharaan, program vaksinasi dan Buras. Dinas Pertanian dan
biosecurity. Peternakan Kabupaten Pinrang,
Pinrang.
KESIMPULAN DAN SARAN Junaedi, W. 2009. Defenisi Mortalitas.
http://wawan-
1. Kesimpulan junaedi.blogspot.com. (Diakses
tanggal 15 April 2013).
200 Risa, et al.

Nataamijaya, A.G. dan Z. Muhammad. Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R.


1999. Pengaruh Penambahan Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar
Tepung Bawang Putih (Allium Ternak Unggas. Penebar
Sativum) Terhadap Performans, Swadaya, Jakarta.
Karkas Dan Organ Jeroan Ayam Trisunuwati, P.,Indarti R., Masdiana.
Pedaging. hlm. 140−145. 2006. Penuntun Praktikum
Prosiding Seminar Nasional Epidemiologi. Laboratorium
Peternakan, Februari 2001. Epidemiologi Fakultas Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Universitas Brawijaya , Malang.
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Said. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit.
PT Sinar Widya Lestari, Jakarta.
Santhia, K. 2003. Strategi Diagnosa Dan
Penanggulangan Newcastle
Disease. Prosiding Seminar
Regional Perunggasan.
Universitas Udayana. Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai