Disusun oleh:
Rifah Miladdina 1710711040
Parida Pebruanty 1710711042
Rio Prawira Octavieri 1710711068
Gina Regiana 1710711082
"Virus adalah agen Infeksius terkecil (dengan diameter antara 20 nm sampai kira-kira 300 nm)
yang hanya mempunyai 1 jenis asam nukleat (RNA/DNA) sebagai genom mereka.” (Geo
F.Brooks, Janet S.Butel, dan Stephen A.Morse, 2001: 1)
1. 1 Sifat-sifat Umum Virus
• Asam nukleat terbungkus mantel protein yang di kelilingi membran dari lipid.
• Unit infeksius secara keseluruhan (virion).
• Mantel protein virus bergabung bersama-sama membentuk kapsaid.
• Di dalam lingkungan ekstraseluler virus akan diam (inert) dan hanya mengalami
replikasi didalam sel hidup.
Adapun sifat – sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah :
1. Bahan genetic virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat
(DNA), akan tetapi bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut.
2. Struktur virus secara relative sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang
mengelilingi atau melindungi asam nukleat.
3. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu dalam nucleus, sitoplasma
atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di
luar sel hidup.
4. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk
dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu
partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat
infektif.
5. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan
pengawasan system enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam
nukleat dan protein virus.
6. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan
metabolismenya.
7. Komponen – komponen virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam
sel hospes tidak lama setelah dibebaskan.
8. Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang
mengandung lipid, protein, dan bahan – bahan lain yang sebagian berasal dari sel
hospes.
9. Partikel virus lengkap disebut Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang
dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenic yang disebut kapsid dengan atau
tanpa selubung di luar kapsid.
Istilah dan Definisi di dalam Virologi
• Kapsaid
mantel protein yang membungkus genom asam nukleat.
• Kapsomer
unit morfologik yang terliat dengan mikroskop elektron, terletak di atas permukaan
icosahedral partikel virus.
• Virus lemah
sebuah partikel virus yang secara fungsional mengalami kekurangan dalam beberapa
aspek replikasi.
• Amplop
sebuah membran lipid yang mengelilingi partikel virus. Ini diperoleh melalui proses
pertunasan yang menembus membran sel selama pematangan virus. Glikoprotein
yang dikodekan oleh virus ditujukan di atas permukaan amplop. Proyeksi ini disebut
peplomers.
• Nukleokapsid
suatu komplek protein asam nukleat yang mewakili bentuk bungkus gen virus.
• Unit struktur
Protein dasar yang membentuk dinding mantel. Struktur ini biasanya terdiri dari
kumpulan lebih dari satu sub unit protein yang tidak sama.
• Sub unit
Sebuah rantai polipeptid virus yang terkumpul menjadi satu.
• Virion
partikel virus lengkap. Struktur ini virion membantu pemindahan asam nukleat viral
dari satu sel ke sel lainnya.
1. 2 Proses Evolusi Virus
Asal mula virus tidak diketahui dengan pasti. Terdapat perbedaan yang
mendalam antara virus RNA, virus DNA, dan virus yang mempunyai keduanya
(RNA/DNA). Karena perbedaan tersebut mungkin diakibatkan dari perbedaan asal
mulanya.
Berukuran kecil (28-30 nm), virus ini resisten dengan ether, tangkup
berbentuk kubus. Genom RNA untai tunggal dan positif-sense yaitu dapat melayani
sebagai suatu mRNA, ukuran 7,2-8,2 kb. Kelompok virus yang menginfeksi
manusia adalah enterovirus (polio-coxsackie dan echovirus serta virus yang tak
tergolongkan), rhinovirus (lebih dari 100 serotipe yang menyebabkan influenza
([commond cold]) dan hepatovirus (hepatitis A). Rhinovirus bersifat labil terhadap
asam dan mempunyai densitas yang kuat. Enterovirus bersifat stabil terhadap asam
dan densitasnya rendah. Picornavirus menginfeksi binatang termasuk penyakit kaki
dan mulut pada sapi dan ensefalomyocarditis pada tikus.
B. Astrovirus
C. Callicivirus
Ukuran sama dengan picornavirus tetapi agak sedikit lebih besar (27-38
nm). Partikel kelihatannya mempunyai depresi berbentuk piala pada
permukaannya. Genom RNA untai tunggal berukuran 7,4-7,7 kb, positif –sense.
Virion tidak mempunyai ampolp. Virus patogen terhadap manusia yang penting
adalah virus Norwalk, virus ini menyebabkan gastroenteritis akut epidemik dan
Hepatitis E virus. Agen lainnya menginfeksi tikus, singa laut, dan primata.
D. Reovirus
E. Arbovirus
Semua virus ini (lebih dari 350) mempunyai siklus kompleks melibatkan
arthropoda sebagai vektor yang memindahkan virus ke inang bertulang
belakang (vertebrata) dengan cara menggigit. Replikasi virus rupanya tidak
melukai arthropoda yang diinfeksinya. arbovirus menginfeksi manusia,
mamalia, burung dan ular serta menggunakan nyamuk dan sengkenit (ticks)
sebagai vektor. Arbovirus mempunyai bermacam-macam famili virus yaitu
meliputi Reo-, Toga-, Bunya-, Rhabdo- dan Arenavirus.
F. Togavirus
G. Flavivirus
H. Arenavirus
I. Coronavirus
J. Retrovirus
Berbentuk spheris (berbentuk bola), virus beramplop (80-100 nm)
berasal dari genom yang berisi 2 RNA linier, positif-sense, untai tunggal dari
polaritas yang sama sebagai mRNA virus. Retrovirus tersebar luas; ada jga
provirus endogen yang dihasilkan dari infeksi kuno dari sel germ yang
ditularkan sebagai warisan gen pada kebanyakan spesies. termasuk kelompok
ini yaitu virus leukemia dan sarkoma pada manusia dan binatang. Retrovirus
menyebabkan AIDS dan memungkinkan identifikasi onkogen seluler.
K. Bunyavirus
L. Orthomyxovirus
M. Paramyxovirus
N. Rhabdovirus
Virion berbentuk mirip dengan peluru yaitu datar pada satu sisi dan sisi
lainnya bulat, terbungkus (beramplop) dengan ukuran 75x180 nm. Genom RNA
linier, negatif-sense, untai tunggal dan tidak bersegmen dengan ukuran 13-16
kb. Partikel-partikelnya dibentuk melalui pertunasan dari membran sel. Virus ini
mempunyai rentang inang yang luas. Virus rabies termasuk termasuk salah satu
dari kelompok ini.
O. Bornavirus
P. Filovirus
g. Sabun Deterjen
Deterjen nonionic dapat melarutkan lipid membran virus, sedangkan
deterjen anionic dapat melarutkan amplop virus dan merusak kapsid menjadi
polipeptida terpisah. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
h. Formaldehid
Formaldehid dapat merusak infektivitas virus dengan beraksi terhadap
asam nukleat. Formaldehid juga sering digunakan dalam pembuatan vaksin.
(Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
1. 11 INTERAKSI ANTAR VIRUS
A. Rekombinasi
Menghasilkan keturunan virus yang membawa sifat yang tidak ditemukan pada
masing masing induk. Mekanisme klasiknya adalah bahwa untaian asam nukleat pecah,
dan bagian genom dari satu orang tua bergabung dengan bagian genom dari orang tua
kedua. Virus rekombinan secara genetika stabil, menghasilkan keturunan seperti dirinya
sendiri selama replikasi.
B. Reaktivasi Genetik
Penyelamatan petanda terjadi diantara genom virion aktif dan genom partikel virus
yang telah di-inaktivasi pada beberapa jalur. Bagian dari genom virus yang ter-inaktivasi
menyatu kembali dengan bagian dari induk yang aktif, maka marker khusus dari induk
yang ter-inaktivasi aman dan muncul di dalam keturunan yang dapat hidup terus.
Reaktivasi keberagaman terjadi ketika beberapa partikel virus inaktif berinteraksi dengan
sel yang sama untuk menghasilkan virus yang viable.
C. Komplementasi (pelengkap)
Dasar untuk komplementasi adalah bahwa satu virus menyediakan sebuah hasil gen
dimana pada yang kedua cacat, memungkinkan virus kedua untuk tumbuh. Genotip dari
dua virus tidak tetap berubah.
D. Pencampuran fenotip
Biasanya terjadi antar anggota yang berbeda dari famili virus yang sama; protein
kapsid yang tercampur bersama harus mampu berinteraksi secara tepat untuk membentuk
sebuah kapsid intak secara struktural. Tetapi, pencampuran fenotip juga dapat terjadi
diantara virus-virus beramplop, dan tidak harus mempunyai hubungan yang erat.
Arthropoda
Vertebrata yang vertebrata yang
Lebih rendah lebih rendah
Arthropoda Manusia
Arthropoda
2. Parasit
2. 1 Flagellata Usus
a. Giardia Lamblia
Suatu flagellata, adalah satu-satunya protozoa patogen yangs sering
ditemukan dalam duodenum dan jejunum manusia. Ia adalah penyebab
giardiasis. Giardia lamblia adalah nama lain yang sering ditujukan untuk parasit
yang menyebabkan giardiasis pada manusia; sebutan giardia intestinalis sering
digunakan di Eropa dan Lamblia intestinalis di bekas Uni Sovyet.
Morfologi dan Identifikasi
A. Ciri khas organisme: Trofozoit Giardia lamblia adalah organisme
berbentuk hati, simetris dengan panjang 10-20 µm. Guncangan atau
gerakan menari dari trofozoit giardia dalam sediaan segar adalah
temuan pasti. Sebagai parasit yang berjalan masuk ke dalam kolon,
mereka secara khas membentuk kista.
B. Biakan: Pembiakan, walaupun memungkinkan, secara diagnostik
kurang berguna.
Patogenesis dan Temuan Klinis
Giardia lamblia merupakan patogen yang relatif ringan pada
manusia. Kista bisa ditemukan dalam jumlah besar pada feses orang yang
sama sekali tak bergejala.
Tes Laboratorium Diagnostik
Diagnosis tergantung pada penemuan kista yang khas dalam feses
cair. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) terhadap feses telah
dianggap sebagai perangkat diagnosis cepat yang spesifik dan sensitif
(Seradyn Color Vue – Giardia; LMD laboratories). Aspirasi duodenum
atau pemakaian teknik kapsul duodenum (Entero-test) mungkin diperlukan
selain pemeriksaan feses diagnostik.
Penatalaksanaan
Metronidazol (Flagyl) akan mematikan lebih dari 90% infeksi
Giardia lamblia. Quinacrin hidrokhlorida oral (Atabrine) dan
Furazolidone (Furoxon) merupakan alternatif. Tinidazol (Fasigyn), dipakai
untuk pengobatan 1 hari digunakan secara luas dan efektif tetapi tidak
tersedia di AS. Paromomycin (Humarin)mmungkin berguna dalam
kehamilan.
Epidemiologi
Giardia lamblia terdapat di seluruh dunia, manusia terinfeksi
setelah mencerna makanan atau minuman yang terkontaminasi feses yang
mengandung kista Giardia atau melalui kontaminasi feses secara
langsung.
b. Trichomonas
Trichomonas adalah protozoa flagellata dengan 3-5 flagellata anterior,
organella lain dan suatu membran yang berundulasi. Trichomonas vaginalis
menyebabkan bentuk trichomoniasis yang paling sering pada manusia.
Morfologi dan Identifikasi
2. Biakkan
Dibiakkan dalam media cair yang memiliki serum, eritrosit, garam
anorganik, dan berbagai faktor pertumbuhan lainnya, serta asam amino.
Digunakan untuk vaksin (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
3. Ciri khas pertumbuhan
Dalam sel darah merah, parasite merubah hemoglobin menjadi
globin dan hematin , yang terakhir dirubah menjadi pigmen malaria.
(Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
b. Patogenesis, Patologi, dan Temuan Klinis
Dihasilkan dari gigitan nyamuk anopheles betina, sporozoit dalam kurang
lebih 1 jam masuk ke sel parenkim hati, dan terjadi perkembangan dalam
tubuh manusia. Parasite dalam sel darah merah berkembang biak, dan
merusak sel iangnya secara serentak. Malaria klinis terjadi ketika hypozoit
dan merozoit dalam hati mendobrak keluar. P Vivax, P Ovale, dan P
Malariae menyukai sel darah merah muda atau tua namum tidak keduanya,
sedangkan P Falciparum menyukai sel darah merah semua usia. (Geo. F.
Brooks, dkk, 2008)
Malaria ditandai dengan menggigil pada permulaan, selama 15 menit – 1
jam, mual, muntah, dan nyeri kepala. Tahap demam yang bergantian,
berlangsung selama beberapa jam, ditandai dengan demam yang
memuncak, serinngkali mencapai 41°C. Tahap terakhir adalah berkeringat.
(Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
c. Tes Laboratorium Diagnostik
a. Spesimen dan pemeriksaan mikroskopik
Preparat darah tebal dengan pengecatan giemsa adalah dasar utama
diagnosis malaria yang berfungsi untuk membedakan spesies. Tes
diagnosis segera (RDT) dapat menentukan P Falciparum atau keempat
spesies tetapi tidak secara individual. RDT berpran penting dalam
diagnosis di lapangan. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
b. Temuan laboratoris lain
Tes fungsi hati bisa memberikan hasil yang abnormal selama
serangan. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
d. Imunitas
Beberapa populasi di afrika, dimana penyakit Sickle Cell, defisiensi
glucose-6-phosphate dehydrogenase, dan thalsemia memberikan
perlindungan terhadap infeksi falciparum. Orang berkulit hitam di afrika
barat resisten terhadap P Vivax. Masih terdapat usaha – usaha penelitian
untuk membuat vaksin. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
e. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Chloroquin (aralen) merupakan obat yang dapat mengobati semua bentuk
yang dicurigai malaria selama serangan akut. Seseorang dengan defisiensi
glucose-6-phosphate dehydrogenase sebaiknya diberikan primaquin dengan
dosis rendah yang lebih lama. Di Afrika bagian selatan Sahara dianjurkan
resimen proguanil tambahan setiap hari. Untuk menghindari dapat dengan
obat oles diethytoluamide dan tidur menggunakan kelambu yang dibubuhi
pyrethrin (RID). (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
f. Epidemiologi dan Pengendalian
P Vivax dan P Falciparum tersebar luas di seluruh sabuk malaria. P ovale
jarang sekali di Afrika Barat. Semua bentuk malaria dapat ditularkan
melalui plasenta atau transfuse darah atau jarum yang digunakan secara
bersamaan dengn yang memiliki penyakit malaria. Suatu usaha utama yang
diprakarsai oleh WHO untuk “menggulung malaria” sekarang tengah
berjalan. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
2. Babesia Microti
Penyakit hewan yang menyebabkan penyakit kuning infeksius pada anjing
dan demam pada lembu di Texas. Ditularkan oleh sengkenit dan menginfeksi
sel darah merah disebabkan oleh babesia microti. Penyakit ini jumlahnya
meningkat di Massachusetts, terutama Nantucket. Kasus ini terjadi pada tentara
yang menjalani splenektomi di California. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
Penyakit ini timbul dala 7-10 hari setelah gigitan sengkenit, ditandai
dengan malaise, anorexia, mual, kelelahan, demam, berkeringat, myalgia,
arthralgia, dan depresi. Chloroquin memberikan perbaikan klinis tidak
menyembuhkan. Hasil klinis yang baik menggunakan clindamycin ditmbah
quinine. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
2. 9 SPOROZOA SPOROZOA LAIN
1. ISOSPORA
Ciri khas organisme oosit oval memanjang, oosit I belli berukuran 25-33 x
12-16 mikrometer dan seringkali mempunyai suatu dinding kita asimetris.
Parasit ini belum pernah dibiakkan.
I belli menempati usus halus. Gejala dan tanda coccidiosis disebabkan oleh
invasi dan perkembangbiakkan parasit dalam mukosa usus. Oosit
bersemayam di lumen usus dan dibuang melalui feses.
Coccidiosis lebih sering menjangkit anak-anak daripada dewasa. Infeksi
kronis terjadi pada orang-orang dengan gizi buruk dan pada orang dengan
imunosupresi.
2. SARCOCYCTIS
Di dalam otot, parasit ini tumbuh dalam sarcokista yang memanjang yang
panjangnya berkisar antara kurang dari 0,1 mm sampai beberapa
sentimeter.
Infeksi sarcocyctis berat bisa mematikan pada beberapa binatang.
Manusia sepertinya dapar berperan sebagai inang perantara. Sarcocystis
pernah ditemukan dalam jantung manusia, laring, dan lidah, seperti juga
pada otot rangka ekstremitas.
Infeksi usus pada manusia terjadi setelah memakan daging domba, sapi,
atau daging terinfeksi lain yang dimasak setengah matang.
2. 10 CRYPTOSPORIDIUM
Organisme ini adalah coccidia yang terkait dengan isospora. Dikenal sebagai
parasit pada binatang pengerat, unggas, kera rhesus, lembu, dan herbivora
lainnya.
Parasit ini berupa bulatan-bulatan intraseluler yang sangat kecil (2-5 mikrometer)
yang ditemukan dalam jumlah banyak, sedikit di bawah membran sel bagian luar
yang melapisi lambung atau usus.
Gambaran klinis yang menonjol dari parasit ini adalah diare, yang ringan dan
sembuh sensiri pada orang normal (1-2 minggu) tetapi bisa berat dan
berkepanjangan pada individu dengan kelemahan imun, sangat muda atua tua.
Pada penerima imunosupresan, bisa diindikasikan penghentian imunosupresan;
untuk mereka dengan AIDS, hanya terapi penunjang yang terus-menerus yang
dipakai.
2. 11 TOXOPLASMA GONDII
Adalah protozoa yang terdapat di seluruh dunia yang menginfeksi berbagai hewan
dan unggas tetapi tampaknya tidak menyebabkan penyakit bagi mereka.
Trafozoitnya berbentuk perahu, sel berdinding tebal yang berukuran 4-7 x 2-4
mikrometer dalam sel jaringan dan agak lebih besar di luar itu.
Bisa dibiakkan hanya bila terdapat sel hidup dalam telur.
Pertumbuhan optimal pada suhu 37-39 derajat celcius dalam sel hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo. F. dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.