Anda di halaman 1dari 27

SIFAT-SIFAT UMUM VIRUS DAN PARASIT

Makalah disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II

Dosen Pengampu: Ns. Herlina, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An

Disusun oleh:
Rifah Miladdina 1710711040
Parida Pebruanty 1710711042
Rio Prawira Octavieri 1710711068
Gina Regiana 1710711082

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2017
1. Virus
 Sejarah Virus
Virus berasal dari bahasa latin Virion yang berarti racun. Ditemukan pertama kali
oleh seorang ilmuan Jerman, Aldof Mayer. Pada tahun 1883 ketika ia sedang meneliti
penyebab penyakit mosaik pada tanaman tembakau. Namun, ia menyimpulkan bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri.
Setelah itu, seorang ilmuwan asal Russia yang bernama Dmitri Ivanowsky pada
tahun 1893 menyelidiki bahwa penyebab penyakit tersebut bukanlah bakteri yang lolos
pada penyaringan bakteri atau dengan kata lain mempunyai ukuran yang lebih kecil dari
bakteri, ia menyebutnya sebagai patogen yang beracun.
Setelah itu, pada tahun 1897, M. Beijerinck menyatakan bahwa patogen tersebut
bukan bakteri yang hanya dapat berkembang biak pada makhluk hidup saja. Penelitian
mengenai virus ini kemudian dikembangkan oleh Wendell Stanley pada tahun 1935 yang
telah mampu melakukan pengkristalan pada patogen tersebut, namun ternyata patogen
tersebut masih mampu menyebabkan penyakit yang sama, maka patogen tersebut diberi
nama TMV (Tobacco Mozaic Virus).

"Virus adalah agen Infeksius terkecil (dengan diameter antara 20 nm sampai kira-kira 300 nm)
yang hanya mempunyai 1 jenis asam nukleat (RNA/DNA) sebagai genom mereka.” (Geo
F.Brooks, Janet S.Butel, dan Stephen A.Morse, 2001: 1)
1. 1 Sifat-sifat Umum Virus
• Asam nukleat terbungkus mantel protein yang di kelilingi membran dari lipid.
• Unit infeksius secara keseluruhan (virion).
• Mantel protein virus bergabung bersama-sama membentuk kapsaid.
• Di dalam lingkungan ekstraseluler virus akan diam (inert) dan hanya mengalami
replikasi didalam sel hidup.
Adapun sifat – sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah :
1. Bahan genetic virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat
(DNA), akan tetapi bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut.
2. Struktur virus secara relative sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang
mengelilingi atau melindungi asam nukleat.
3. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu dalam nucleus, sitoplasma
atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di
luar sel hidup.
4. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk
dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu
partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat
infektif.
5. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan
pengawasan system enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam
nukleat dan protein virus.
6. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan
metabolismenya.
7. Komponen – komponen virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam
sel hospes tidak lama setelah dibebaskan.
8. Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang
mengandung lipid, protein, dan bahan – bahan lain yang sebagian berasal dari sel
hospes.
9. Partikel virus lengkap disebut Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang
dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenic yang disebut kapsid dengan atau
tanpa selubung di luar kapsid.
Istilah dan Definisi di dalam Virologi
• Kapsaid
mantel protein yang membungkus genom asam nukleat.
• Kapsomer
unit morfologik yang terliat dengan mikroskop elektron, terletak di atas permukaan
icosahedral partikel virus.
• Virus lemah
sebuah partikel virus yang secara fungsional mengalami kekurangan dalam beberapa
aspek replikasi.
• Amplop
sebuah membran lipid yang mengelilingi partikel virus. Ini diperoleh melalui proses
pertunasan yang menembus membran sel selama pematangan virus. Glikoprotein
yang dikodekan oleh virus ditujukan di atas permukaan amplop. Proyeksi ini disebut
peplomers.
• Nukleokapsid
suatu komplek protein asam nukleat yang mewakili bentuk bungkus gen virus.
• Unit struktur
Protein dasar yang membentuk dinding mantel. Struktur ini biasanya terdiri dari
kumpulan lebih dari satu sub unit protein yang tidak sama.
• Sub unit
Sebuah rantai polipeptid virus yang terkumpul menjadi satu.
• Virion
partikel virus lengkap. Struktur ini virion membantu pemindahan asam nukleat viral
dari satu sel ke sel lainnya.
1. 2 Proses Evolusi Virus
Asal mula virus tidak diketahui dengan pasti. Terdapat perbedaan yang
mendalam antara virus RNA, virus DNA, dan virus yang mempunyai keduanya
(RNA/DNA). Karena perbedaan tersebut mungkin diakibatkan dari perbedaan asal
mulanya.

Ada 2 teori asal mula virus yang terangkum :


1. Virus mungkin berasal dari DNA, RNA atau dari kedua komponen asam
nukleat sel inang. Kemudain melakuan reflikasi secara autonom yg lambat
alun secara independen.
2. Virus mungkin mengalami degenerasi bentuk dari parasit intraseluler. Namun
tidak ada bukti bahwa virus berevolusi dari bakteri, walaupun organisme
intraseluler obligat yang lain bisa terjadi, seperti rickettsia dan chalmidia.
1. 3 Klasifikasi Virus
 Dasar Klasifikasi
1. Morfologi virion, meliputi : ukuran, struktur, tidak adanya peplomers dan
membrannya.
2. Bagian-bagian fisikokimia virion, meliputi : banyaknya molekul, berat jenis,
stabilitas pH, stabilisasi suhu dan tingkat pengaruhnya terhadap agen fisik
dan kimiawi, khusunya ether dan detergen.
3. Bagian-bagian gen virus
4. Bagian-bagian protein virus
5. Organisasi dan replikasi gen
6. Bagian-bagian antigen
7. Bagian-bagian biologi
 Sistem Taksonomi Virus
Sistem yang diterapkan yaitu virus dibagi menjadi kelompok utama yang
disebut family. Nama family virus mempunyai akhiran –viridae. Di dalam setiap
famili, subdivisi disebut genera yang biasanya berdasarkan pada perbedaan
serologi dan fisikokimia. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan genera
bervariasi dari famili ke famili. Nama genus mempunyai akhiran –virus.
Pada 4 famili (Poxviridae, Herpesviridae, Parvoviridae, Paramyxoviridae),
kelompok besar yang disebut sub famili didefinisikan dengan mempertimbangkan
kompleksitas hubungan di antara anggota virus. Jenis – jenis virus digunakan
untuk mengelompokkan famili virus yang memiliki karakter yang umum. Hanya
1 jenis saat ini yang telah didefinisikan, yaitu Famili Mononegavirales, meliputi
famili Filoviridae, Paramyxoviridae, dan Rhabdoviridae,
Sejak tahun 1995, The International Committee on Taxonomy of Viruses
telah mengumpulkan lebih dari 4000 virus binatang dan tumbuhan menjadi 71
famili, 11 subfamili, dan 164 genera, tetapi masih ada ratusan virus yang masih
belum ditemukan, 24 famili virus diantaranya dapat menginfeksi manusia dan
binatang.
1. 4 Virus yang Mengandung DNA
A. Parvovirus
Virus ini sangat kecil, ukuran partikelnya kira-kira 18-26 nm, tidak
mempunyai amplop. Genom linier, DNA-nya untai tunggal dengan ukuran 5,6
kb. Replikasi hanya terjadi pada sel yang aktif membelah. Beberapa parvovirus
melakukan replikasi secara autonom tetapi virus satelit adenoassociated tidak
sempurna, sehingga memerlukan bantuan Adenovirus ataupun Virus Herpes.
Human Parvovirus B 19 melakukan replikasi di dalam sel erythroid immatur
dan menyebabkan efek yang berat yaitu meliputi krisis aplastik, fifth disease
dan kematian janin.
B. Papovavirus
Kecil (45-55nm), non amplop, stabil terhadap panas, virus ini resisten
terhadap ether dengan tangkup berbentuk kubus dan mempunyai 72 kapsomer.
Virus ini mempunyai siklus pertumbuhan yang lambat, menstimulasi sintesa
DNA sel dan replikasinya di dalam nukleus. Papovavirus manusia yang
diketahui adalah virus papilloma (kutil) jumlahnya lebih dari 70 jenis. virus
Papova menyebabkan infeksi kronis dan bersifat laten pada inang alamiahnya
dan semua dapat menginduksi tumor pada beberapa spesies binatang.
Papillomavirus adalah faktor penyebab kanker genital manusia.
C. Adenovirus
Berukuran medium (80-110 nm), virus non amplop dengan tangkup
berbentuk kubus dan mempunyai 252 kapsomer. Genomnya liner dengan DNA
untai ganda berukuran 36-38 kbp. Replikas terjadi di dalam nukleus.
Adenovirus menyebabkan penyakit pernapasan akut, konjungtivitis dan
gastroenteritis. Beberapa Adenovirus manusia dapat menyebabkan tumor pada
hamster baru lahir dan banyak serotipe yang menginfeksi binatang.
D. Virus Herpes
Merupakan keluarga virus besar dengan diameter sebesar 150-200 nm.
Diameter nukleokapsidnya sebesar sebesar 100 nm dengan tangkup berbentuk
kubus dan mempunyai 162 kapsomer serta dikelilingi oleh amplop yang
mengandung protein. Genom linier dengan DNA untai ganda berukuran 124-
235 kbp. Virus herpes manusia meliputi herpes simpleks tipe 1 dan 2 (lesi oral
dan genital), virus varicella-zoster (ruam saraf dan caca air/chicken pax),
cytomegalovirus, virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksius dan penyebab
neoplasma manusia), Virus Herpes manusia 6 dan 7 ( T limfotropik ) dan Virus
Herpes manusia 8 ( penyebab sarkoma Kaposi). Virus Herpes yang lain bisa
terjadi pada beberapa binatang.
E. Virus Pox
Ukurannya besar berbentuk batu bata atau bulat telur, panjang 220-450
nm X tebal 140-260 nm. Struktur partikel nya komplek dengan amplop yang
mengandung lipid. Genom linier, tertutup secara kovalen. Keseluruhan proses
replikasi terjadi di dalam sitoplasma sel. Semua Virus Pox cenderung dapat
menyebabkan lesi kulit. Ada beberapa yang patogen terhadap manusia (
smallpox, vaccinia, Molluscum contagiosum), sedangkan lainnya bisa patogen
terhadap binatang dan juga bisa menginfeksi manusia ( cowpox, monkeypox).
F. Hepadnavirus
Berukuran kecil (40-48 nm), mempunyai molekul DNA untai ganda
sirkuler berukuran 3,2 kbp. Virus terdiri dari inti nukleokapsid icosahedral 27
nm di dalam amplop tertutup yang mengandung lipid dan antigen permukaan
virus. Hepadnavirus menyebabkan hepaitis akut dan kronis yaitu infeksi
persisten yang menimbulkan resiko tinggi terhadap perkembangan kanker hati.
Ada 3 jenis virus yang diketahui bisa menginfeksi mamalia (manusia,
woodchuck, tupai tanah) dan lainnya menginfeksi bebek.
1. 5 Virus yang Mengandung RNA
A. Picornavirus

Berukuran kecil (28-30 nm), virus ini resisten dengan ether, tangkup
berbentuk kubus. Genom RNA untai tunggal dan positif-sense yaitu dapat melayani
sebagai suatu mRNA, ukuran 7,2-8,2 kb. Kelompok virus yang menginfeksi
manusia adalah enterovirus (polio-coxsackie dan echovirus serta virus yang tak
tergolongkan), rhinovirus (lebih dari 100 serotipe yang menyebabkan influenza
([commond cold]) dan hepatovirus (hepatitis A). Rhinovirus bersifat labil terhadap
asam dan mempunyai densitas yang kuat. Enterovirus bersifat stabil terhadap asam
dan densitasnya rendah. Picornavirus menginfeksi binatang termasuk penyakit kaki
dan mulut pada sapi dan ensefalomyocarditis pada tikus.

B. Astrovirus

Ukuran sama dengan picornavirus tetapi partikelnya seperti bentuk


bintang tertentu pada permukaannya. Genom linier, positif-sense, RNA untai
tunggal ukuran 7,2-7,9 kb. Agen ini penyebab gastroenteritits pada manusia dan
binatang.

C. Callicivirus

Ukuran sama dengan picornavirus tetapi agak sedikit lebih besar (27-38
nm). Partikel kelihatannya mempunyai depresi berbentuk piala pada
permukaannya. Genom RNA untai tunggal berukuran 7,4-7,7 kb, positif –sense.
Virion tidak mempunyai ampolp. Virus patogen terhadap manusia yang penting
adalah virus Norwalk, virus ini menyebabkan gastroenteritis akut epidemik dan
Hepatitis E virus. Agen lainnya menginfeksi tikus, singa laut, dan primata.

D. Reovirus

Ukuran medium (60-8 nm), resisten terhadap ether, non-amplop dan


mempunyai tangkup berbentuk icosahedral. Genom linier untai ganda, RNA
bersegmen berukuran total 16-27 kbp. Ukuran segmen RNA secara individual
antara 680-3900 bp. Replikasi terjadi di dalam sitoplasma. Reovirus manusia
termasuk rotavirus yang mempunyai gambaran bentuk roda gigi tertentu yang
menyebabkan gastroenteritis. Reovirus yang secara antigen sama, menginfeksi
beberapa binatang. Genus Colivirus termasuk virus demam sengkenit Colorado
adalah virus manusia.

E. Arbovirus

Semua virus ini (lebih dari 350) mempunyai siklus kompleks melibatkan
arthropoda sebagai vektor yang memindahkan virus ke inang bertulang
belakang (vertebrata) dengan cara menggigit. Replikasi virus rupanya tidak
melukai arthropoda yang diinfeksinya. arbovirus menginfeksi manusia,
mamalia, burung dan ular serta menggunakan nyamuk dan sengkenit (ticks)
sebagai vektor. Arbovirus mempunyai bermacam-macam famili virus yaitu
meliputi Reo-, Toga-, Bunya-, Rhabdo- dan Arenavirus.

F. Togavirus

Beberapa arbovirus utama yang patogen terhadap manusia disebut virus


alfa, baik virus toga maupun virus rubella termasuk dalam kelompok ini.
Mereka mempunyai amplop yang mengandung lipid dan sensitif terhadap ether,
genom untai tunggal, RNA positif-sense berukuran 9,7-11,8 kb. Ukuran amplop
virion sebesar 50-70 nm. Partikel virus matur dengan cara pertunasan dari
membran sel inang. Contohnya virus encephalitis equina timur. Virus rubela
tidak mempunyai vektor arthropoda.

G. Flavivirus

Diameter amplop virus 45-60 nm, mengandung RNA untai tunggal,


positif-sense,. Ukuran genom bervariasi dari 9,5 kb (hepatitis C) sampai 10,7 kb
(flavivirus) dan ada yang sampai 12,5 kb (pestivirus). Virion matur mengumpul
di dalam cisternae retikulum endoplasma. Termasuk dalam kelompok arbovirus
adalah virus yellow fever dan virus dengue. Kebanyakan dari mereka ditularkan
melalui arthropoda yang menghisap darah. Virus Hepatitis C tidak mempunyai
vektor.

H. Arenavirus

Pleomorfik, ukuran amplop virus antara 50-300 nm. Genom bersegmen,


RNA sirkuler untai tunggal negatif-sense dan ambisense dengan ukuran total
10-14 kb. Replikasi terjadi di dalam sitoplsma dengan perakitan melalui
pertunasan pada membran plasma. Semua arenavirus yang patogenik terhadap
manusia menyebabkan infeksi kronis pada binatang pengerat (rodensia). Salah
satu contohnya adalah virus demam Lassa dari Afrika. Virus ini memerlukan
kondisi penyimpanan yang maksimum di laboratorium.

I. Coronavirus

Virus mempunyai amplop (terbungkus), ukuran 80-220 nm, partikel


berisi genotip positif-sense tak bersegmen, RNA untai tunggal berukuran 20-30
kb, nukleokapsid heliks dengan diameter 10-20 nm. Coronavirus mirip dengan
orthomyxovirus tetapi mempunyai proyeksi permukaan berbentuk daun bunga
yang tersusun dalam rumbai-rumbai seperti corona matahari. Nukleokapsid
coronavirus tumbuh di dalam sitoplasma dan matang melalui pertunasan
kemudiaan masuk ke dalam vesikel sitoplasmik. Coronavirus pada manusia
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas akut yang disebut colds
(selesma). Coronavirus dari binatang secara cepat menyebabkan infeksi
persisten yang meliputi hepatitis virus pada tikus dan virus bronkitis unggas
yang infeksius.

J. Retrovirus
Berbentuk spheris (berbentuk bola), virus beramplop (80-100 nm)
berasal dari genom yang berisi 2 RNA linier, positif-sense, untai tunggal dari
polaritas yang sama sebagai mRNA virus. Retrovirus tersebar luas; ada jga
provirus endogen yang dihasilkan dari infeksi kuno dari sel germ yang
ditularkan sebagai warisan gen pada kebanyakan spesies. termasuk kelompok
ini yaitu virus leukemia dan sarkoma pada manusia dan binatang. Retrovirus
menyebabkan AIDS dan memungkinkan identifikasi onkogen seluler.

K. Bunyavirus

Berbentuk bulat atau pleomorfik. Partikel beramplop dengan ukuran 80-


120 nm. Genom gterbuat dari RNA segmen lipat tiga, sirkuler, untai tunggal
dengan negatif-sense atau ambisense, secara keseluruhan berukuran 11-21 kb.
Replikasi terjadi di dalam sitoplasma dan amplop diperoleh melalui pertunasan
ke dalam golgi. virus ini ditularkan kepada vertebrata oleh arthropoda
(arbovirus). Hantavirus tidak ditularkan oleh arthropoda tetapi oleh rodensia
(binatang pengerat) yang mengalami infeksi persisten melalui aerosol dari
ekskret yang terkontaminasi. Mereka menyebabkan demam berdarah dan
nefropati dan juga menyebabkan sindrom paru-paru berat.

L. Orthomyxovirus

Ukuran medium 80-120 nm, virus terbungkus (beramplop),


menunjukkan tangkup berbentuk heliks. Genom RNA linier, bersegmen untai
tunggal negatif-sense berukuran total 10-13,6 kb. Selama replikasi,
nukleokapsid terangkai di dalam nukleus, sementara hemaglutinin dan
neurominidase terkumpul di dalam sitoplasma. Semua orthomyxovirus dalah
virus influenza yang menginfeksi manusia atau binatang. Penularan dari spesies
lain menjelaskan timbulnya straun pandemi virus influenza A baru pada
manusia.

M. Paramyxovirus

Berukuran (150-300 nm). Partikel pleomorfik. Nukleokapsid internal


berukuran 13-18 nm, dan RNA linier, untai tunggal, negatif-sense, tidak
bersegmen, berukuran 16-20 kb. Baik nukleokapsid maupun hemaglutinin
dibentuk di dalam sitoplasma. Virus ini mempunyai rentang inang yang sempit.
Berbeda dengan virus influenza, paramyxovirus lebih stabil secara genetik.

N. Rhabdovirus

Virion berbentuk mirip dengan peluru yaitu datar pada satu sisi dan sisi
lainnya bulat, terbungkus (beramplop) dengan ukuran 75x180 nm. Genom RNA
linier, negatif-sense, untai tunggal dan tidak bersegmen dengan ukuran 13-16
kb. Partikel-partikelnya dibentuk melalui pertunasan dari membran sel. Virus ini
mempunyai rentang inang yang luas. Virus rabies termasuk termasuk salah satu
dari kelompok ini.
O. Bornavirus

Terbungkus (beramplop), virus berbentuk spheris (0-125 nm). Genom


RNA linier, negatif-sense, untai tunggal tidak bersegmen dengan ukuran 8,5-
10,5 kb. Virus ini unik diantara virus –virus yang mempunyai RNA negatif-
sense yaitu replikasi dan transkripsi genom viral terjadi di dalam nukleus. Virus
penyakit borna bersifat neurotropik dan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikiatri pada manusia.

P. Filovirus

Berbentuk pleomorfik terbungkus (beramplop) dan mungkin bisa


tampak sangat panjang mirip benang. Ciri khasnya adalah leba 80 nm dan
panjang kira-kira 1000 nm. Bungkus (amplop) berisi peplomer besar. Genom
RNA linier, negatif-sense, untai tunggal dengan ukuran 19,1 kb. Virus Ebola
dan Marburg menyebabkan demam berdarah berat di Afrika. Virus ini
memerlukan kondisi penyimpanan maksimum (bioasafety derajat 4) untuk
penanganannya.

Q. Virus-virus yang lain

Informasi tidak cukup untuk memungkinkan klasifikasi. Ini dipakai


terhadap agen menimbulkan beberapa penyakit virus yang lambat atau tidak
sesuai dengan adat kebiasaannya, meliputi gangguan neurologik degeneratif
seperti penyakit kuru atau Creutzfeldt-Jakob atau scrapie of sheep serta pada
beberapa virus gastroenteritis.

R. Viroids (menyerupai virus)

Agen infeksius kecil yang menyebabkan penyakit tanaman. Viroid


adalah agen yang tidak sesuai sebagai definisi virus klasik. Viroid tanaman
memiliki molekul RNA untai tunggal, sirkuler tertutup secara kovalen, terdiri
dari kira-kira 360 nukleotid yang mengisi struktur basa berpasangan seperti
tongkat yang tinggi. Viroid melakukan replikasi secara keseluruhan dengan
mekanisme baru, yaitu RNA viroid tidak mengkodekan beberapa hasil protein;
penyakit yang membinasakan tanaman yang disebabkan oleh viroid terjadi
dengan mekanisme yang tidak diketahui.
1. 6 Jenis Bentuk Tangkup Partikel Virus
Berdasarkan subunit morfologi, virus memiliki tiga jenis tangkup diantaranya
adalah tangkup berbentuk kubus, tangkup berbentuk heliks, dan tangkup berbentuk
kompleks. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
a. Tangkup Berbentuk Kubus
Virus dengan tangkup bentuk kubus memiliki pola icosahedral,
icosahedron memiliki 20 muka, mempunyai 12 puncak dan aksis rotasinya
memiliki 5 lipatan, 3 lipatan, da 2 lipatan. Unit punya mempunyai 5 perbatasan
(pentavalen) dan yang lain mempunyai 6 (heksavalen). Kelompok virus DNA
maupun RNA merupakan contoh tangkup berbentuk kubus (Geo. F. Brooks,
dkk, 2008)
b. Tangkup Berbentuk Heliks
Virus ini memiliki tangkup yang berbentuk seperti memutar, karena
protein subunit terikat dengan asam nukleat virus secara periodik dn
membelitnya ke dalam heliks. Contoh tangkup ini adalah semua virus binatang
kecuali rhabdovirus. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
c. Tangkup Berbentuk Kompleks
Tangkup berbentuk kompleks memiliki struktur atau bentuk yang lebih
kompleks daripada bentuk kubus maupun bentuk heliks. Sebagai contohnya
adalah virus pox yang memiliki bentuk seperti batu bata yang berhubungan
dengan permukaan eksternal dan sebelah dalam antara inti dengan badan
lateral. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
1. 7 Cara Mengukur Virus
Mengukur virus tidak dapat hanya dengan menggunakan mata telanjang. Terdapat
metode yang dapat digunakan untuk mengukur virus.
a. Melihat Langsung Dengan Menggunakan Mikroskop Elektron
Untuk melihat virus dengan metode ini diperlukan preparat yang terbuat
dari ekstrak jaringan atau irisan ultra tipis dari sel yang terinfeksi. (Geo. F.
Brooks, dkk, 2008)
b. Filtrasi Melalui Membran Penyerapan Bertingkat
Membran ini memiliki pori – pori yang berbeda. Apabila preparat virus
telah berhasil melewati membran yang telah diketahui ukuran pori – porinya
maka ukuran virus tersebut dapat diperkirakan. Jadi, diameter virus tersebut
merupakan diameter pori – pori membran kemudian dikali 0,64. (Geo. F.
Brooks, dkk, 2008)
c. Sedimentasi Dengan Menggunakan Ultrasentrifuse
Partikel virus larut dalam cairan maka mereka akan mengendap sesuai
proporsi ukuran. Jika ultrasentrifuse dengan kekuatan lebih dari 100.000 kali
gravitasi mungkin dapat membawa partikel untuk mengendap. Ukuran dan
bentuk partikel serta rata-rata pengendapannya dapat memnentukan ukuran
partikel. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)

d. Pengukuran Dengan Perbandingan

Inti Virion: Amplop Sensitivitas Ukuran Ukuran Jenis Asam Famili


Asam Bentuk atau Ether Jumlah Asam Fisik di Nukleat2
Nukleat Tangkup Telanjang Kapsomer Nukleat dalam
Kapsid Partikel Virion
(nm)1
DNA Icosahedral Telanjang Resisten 32 18-26 5,6 ss parvovirid
72 45-55 5-8 ds sirkuler papovavir
252 80-110 36-38 ds adenovirid
Amplop Sensitif 180 40-48 3,2 ds sirkuler2 hepadnavi
162 150-200 124-235 ds herpesviri
Komplek Mantel Resisten 230x400 130-375 ds poxvirida
Komplek
RNA Icosahedral Telanjang Resisten 32 28-30 7,2-8,4 ss picomavir
28-30 7,2-7,9 ss astroiridae
32 27-38 7,4-7,7 ss calicivirid
1325 60-80 16-27 ds bersegmen reoviridae
Amplop Sensitif 42 50-70 9,7-11,8 ss togavirida
Tidak Amplop Sensitif 45-60 9,5-12,5 ss flavivirida
diketahui 50-300 10-14 ss bersegmen arenavirid
atau 80-220 20-30 ss coronaviri
komplek 80-110 7-116 ss diploid retrovirida
Heliks Amplop Sensitif 80-120 11-21 ss bersegmen bunyaviri
80-120 10-13,6 ss bersegmen orthomyx
150-300 16-20 ss paramyxo
75x180 13-16 ss rhabdovir
80-125 8,5-10,5 ss bornavirid
80-10007 19,1 ss filoviridae

Untuk metode ini menggunakan tabel diatas sebagai perbandingan, namun


dengan catatan:
1. Staphylococcus memiliki diameter kurang lebih 1000 nm
2. Bacterial virus (bakteriophaga) ukurannya bervarisi dari 10 nm sampai 100
nm. Ada yang berbentuk spheris atau heksagonal dan mempunyai ekor
yang panjang dan pendek.
3. Molekul protein memiliki diameter dari 5 nm (serum albumin), 7 nm
(globulin), sampai 23 nm (hemocyanins) (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
1. 8 KOMPOSISI KIMIA VIRUS
1. Protein virus
 Untuk mempermudah perpindahan asam nukleat virus dari sel inang satu ke
yang lain
 Melindungi gen virus terhadap inaktivasi oleh nukleus nukleus
 Melengkapi partikel virus untuk dapat memasuki sel yang rentan
 Menyokong struktur tangkup virus
 Protein menentukan karakter antigen virus. Respon imunitas sel inang, secara
langsung akan melawan faktor antigen protein atau glikoprotein virus yang tak
terlindungi di permukaan partikel virus.
2. Asam nukleat virus
 Virus hanya berisi satu jenis asam nukleat yaitu DNA saja atau RNA saja.
 Berfungsi memberikan sandi informasi genetika penting untuk replikasi virus.
 Ukuran gen DNA virus antara 3,2 kbp (hepadnavirus) sampai 375 kbp (virus
pox).
 Ukuran gen RNA virus antara 7 kb (picornavirus & astrovirus) sampai 30 kb
(virus corona)
3. Selubung lipid virus
 Sejumlah virus mengandung lipid yang berbeda sebagai bagian dari struktur
mereka. Lipid diperoleh ketika nukleokapsid virus bertunas melalui membran
sel di dalam proses maturasi. Pertunasan hanya terjadi pada tempat dimana
protein spesifik virus telah masuk ke dalam membran sel inang. Proses
pertunasan bervariasi tergantung pada strategi replikasi virus dan
nukleokapsid.
 Virus yang mengandung lipid sensitif terhadap pengobatan dengan ether dan
zat pelarut organik yang lain, menunjukkan bahwa kerusakan dan hilangnya
lipid mengakibatkan kehilangan infektivitasnya. Virus yang tidak
mengandung lipid secara umum resisten terhadap ether.
4. Glikoprotein virus
 Amplop virus mengandung glikoprotein.
 Berasal dari membran sel inang, tetapi glikoprotein amplop virus dikode oleh
virus.
 Bertambahnya gula pada glikoprotein virus mencerminkan sel inang yang di
dalamnya terdapat pertumbuhan virus.
 Sebagai antigen virus yang penting, sering terlibat dalam penggabungan
membran pada tahap infeksi.
1. 9 PENGAMANAN LABORATORIUM
 prosedur – prosedur yang dilakukan di laboratorium sering mempunyai resiko
tinggi jika teknik yang seharusnya tidak diikuti dengan benar. Berikut adalah
bahaya yang mungkin terjadi pada petugas laboratorium terhadap resiko
terpapar infeksi yaitu :
1. Aerosol ditimbulkan oleh homogenisasi jaringan terinfeksi,
sentrifugasi, getaran ultrasonik, pecahan barang pecah belah.
2. Ingesti dari pipet mulut, makan atau merokok di dalam laboratorium,
membasuh tangan yang tidak benar.
3. Penetrasi kulit dari jarum, pecahan barang pecah belah, kontaminasi
pada tangan akibat bocornya kontainer, memegang jaringan yang
terinfeksi, gigitan binatang.
4. Percikan masuk ke mata.
 Berikut adalah tindakan yang harus dilakukan dalam rangka pengamanan tubuh
yaitu:
1. Latihan sekaligus menerapkan teknik teknik aseptik.
2. Larangan menggunakan pipet mulut.
3. Jangan makan, minum, atau merokok di dalam laboratorium.
4. Menggunakan alat alat pelindung tubuh ( jas, sarung tangan, masker).
5. Sterilisasi sampah buangan dari percobaan.
6. Memakai topi/kerudung pengaman.
7. Imunisasi jika tersedia vaksin yang relevan.
1. 10 Reaksi terhadap Agen Fisika dan Kimia
a. Panas dan Dingin
Pada 37°C virus icosahedral stabil dan infektivitasnya hilang sedikit
setelah beberapa jam, pada suhu yang sama virus beramplop lebih labil dan
titernya menurun. Infektivitas virus akan rusak dengan pemanasan selama 30
menit di suhu 50°C - 60°C. Virus dapat diawetkan pada suhu dibawah titik
beku, serta beberapa virus dapat diawetkan di suhu kering atau kurang lebih
4°C (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
b. Stabilisasi Virus dengan Garam
Virus dapat distabilkan dengan garam berkonsentrasi 1 mol/L, dimana
virus tersebut tidak diinaktivasi dengan pemanasan selama 1 jam dengan suhu
50°C. Virus – virus dapat distabilkan oleh garam tertentu, diantaranya adalah
MgVirus – virus dapat distabilkan oleh garam tertentu, diantaranya adalah
MgSO4 1 mol/L menstabilkan orthomyxo dan paramyxovirus, kemudian MgCl2
1 mol/L menstabilan picornavirus dan reovirus, sedangkan Na 2So4 1 mol/L
menstabilkan virus herpes. Stabilisasi virus dengan garam sangat berperan bagi
persediaan vaksin. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
c. pH
Pada pH 5,0 sampai 9,0 virus selalu stabil. Terdapat beberapa virus yang
resisten terhadap keadaan asam seperti enterovirus, sedangkan pada saat
keadaan basa semua virus bisa rusak. Berkurang 1 unit pH dapat berpengaruh
pada proses reaksi hemagglutinasi. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
d. Radiasi
Virus dapat aktif oleh sinar ultraviolet, sinar x, dan partikel dengan energi
yang tinggi. Partikel yang tidak dapat melakukan replikasi dan tidak terkena
radiasi mungkin masih bisa memperlihatkan fungsi spesifik dalam sel
inangnya. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
e. Inaktivasi Fotodinamik
Cairan pewarna toluidine biru, merah netral, dan proflavine dapat
membuat virus menjadi rentan terhadap inaktivasi cahaya. (Geo. F. Brooks,
dkk, 2008)
f. Kerentanan terhadap Ether
Hal ini dapat digunakan untuk membedakan virus – virus yang memiliki
amplop dengan yang tidak. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)

g. Sabun Deterjen
Deterjen nonionic dapat melarutkan lipid membran virus, sedangkan
deterjen anionic dapat melarutkan amplop virus dan merusak kapsid menjadi
polipeptida terpisah. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
h. Formaldehid
Formaldehid dapat merusak infektivitas virus dengan beraksi terhadap
asam nukleat. Formaldehid juga sering digunakan dalam pembuatan vaksin.
(Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
1. 11 INTERAKSI ANTAR VIRUS
A. Rekombinasi
Menghasilkan keturunan virus yang membawa sifat yang tidak ditemukan pada
masing masing induk. Mekanisme klasiknya adalah bahwa untaian asam nukleat pecah,
dan bagian genom dari satu orang tua bergabung dengan bagian genom dari orang tua
kedua. Virus rekombinan secara genetika stabil, menghasilkan keturunan seperti dirinya
sendiri selama replikasi.
B. Reaktivasi Genetik
Penyelamatan petanda terjadi diantara genom virion aktif dan genom partikel virus
yang telah di-inaktivasi pada beberapa jalur. Bagian dari genom virus yang ter-inaktivasi
menyatu kembali dengan bagian dari induk yang aktif, maka marker khusus dari induk
yang ter-inaktivasi aman dan muncul di dalam keturunan yang dapat hidup terus.
Reaktivasi keberagaman terjadi ketika beberapa partikel virus inaktif berinteraksi dengan
sel yang sama untuk menghasilkan virus yang viable.
C. Komplementasi (pelengkap)
Dasar untuk komplementasi adalah bahwa satu virus menyediakan sebuah hasil gen
dimana pada yang kedua cacat, memungkinkan virus kedua untuk tumbuh. Genotip dari
dua virus tidak tetap berubah.
D. Pencampuran fenotip
Biasanya terjadi antar anggota yang berbeda dari famili virus yang sama; protein
kapsid yang tercampur bersama harus mampu berinteraksi secara tepat untuk membentuk
sebuah kapsid intak secara struktural. Tetapi, pencampuran fenotip juga dapat terjadi
diantara virus-virus beramplop, dan tidak harus mempunyai hubungan yang erat.

1. 12 Ekologi Dan Cara Penularan Virus


1. Siklus manusia-arthropoda: contohnya: demam kuning urban, dengue.
Arthropoda
Manusia Manusia
Arthropoda

2. Siklus arthropoda-vertebrata yang lebih rendah dengan infeksi tangensial


manusia: contohnya: demam kuning hutan, ensefalitis St Louis. Manusia yang
terinfeksi merupakan inang terakhir. Ini merupakan mekanisme penularan yang
lebih sering.

Arthropoda
Vertebrata yang vertebrata yang
Lebih rendah lebih rendah

Arthropoda Manusia

3. Siklus arthropoda-arthropoda dengan kadangkala menginfeksi manusia


dan vertebrata yang lebih rendah: contohnya : demam sengkenit Colorado,
ensefalitis La Crosse.
Arthropoda

Manusia Vertebrata yang


lebih rendah

Arthropoda
2. Parasit
2. 1 Flagellata Usus
a. Giardia Lamblia
Suatu flagellata, adalah satu-satunya protozoa patogen yangs sering
ditemukan dalam duodenum dan jejunum manusia. Ia adalah penyebab
giardiasis. Giardia lamblia adalah nama lain yang sering ditujukan untuk parasit
yang menyebabkan giardiasis pada manusia; sebutan giardia intestinalis sering
digunakan di Eropa dan Lamblia intestinalis di bekas Uni Sovyet.
 Morfologi dan Identifikasi
A. Ciri khas organisme: Trofozoit Giardia lamblia adalah organisme
berbentuk hati, simetris dengan panjang 10-20 µm. Guncangan atau
gerakan menari dari trofozoit giardia dalam sediaan segar adalah
temuan pasti. Sebagai parasit yang berjalan masuk ke dalam kolon,
mereka secara khas membentuk kista.
B. Biakan: Pembiakan, walaupun memungkinkan, secara diagnostik
kurang berguna.
 Patogenesis dan Temuan Klinis
Giardia lamblia merupakan patogen yang relatif ringan pada
manusia. Kista bisa ditemukan dalam jumlah besar pada feses orang yang
sama sekali tak bergejala.
 Tes Laboratorium Diagnostik
Diagnosis tergantung pada penemuan kista yang khas dalam feses
cair. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) terhadap feses telah
dianggap sebagai perangkat diagnosis cepat yang spesifik dan sensitif
(Seradyn Color Vue – Giardia; LMD laboratories). Aspirasi duodenum
atau pemakaian teknik kapsul duodenum (Entero-test) mungkin diperlukan
selain pemeriksaan feses diagnostik.
 Penatalaksanaan
Metronidazol (Flagyl) akan mematikan lebih dari 90% infeksi
Giardia lamblia. Quinacrin hidrokhlorida oral (Atabrine) dan
Furazolidone (Furoxon) merupakan alternatif. Tinidazol (Fasigyn), dipakai
untuk pengobatan 1 hari digunakan secara luas dan efektif tetapi tidak
tersedia di AS. Paromomycin (Humarin)mmungkin berguna dalam
kehamilan.
 Epidemiologi
Giardia lamblia terdapat di seluruh dunia, manusia terinfeksi
setelah mencerna makanan atau minuman yang terkontaminasi feses yang
mengandung kista Giardia atau melalui kontaminasi feses secara
langsung.
b. Trichomonas
Trichomonas adalah protozoa flagellata dengan 3-5 flagellata anterior,
organella lain dan suatu membran yang berundulasi. Trichomonas vaginalis
menyebabkan bentuk trichomoniasis yang paling sering pada manusia.
 Morfologi dan Identifikasi

A. Ciri khas organisme: Trichomonas vaginalis berbentuk buah pear, dengan


membran pendek berundulasi yang segaris dengan sebuah flagella dan 4
flagella anterior. Organisme ini bergerak dengan gerakan bergoyang-goyang
dan berputar. Trichomonas yang tidak patogen, T hominis dan T tenax, tidak
dapat dengan cepat dibedakan dari Trichomonas vaginalis ketika hidup.
Trichomonas yang ditemukan dalam mulut adalah T tenax; dalam usus, T
hominis; dan dalam saluran genitourinaria (pria dan wanita), T vaginalis.
B. Biakan: Trichomonas vaginalis bisa dibiakkan dalam berbagai media cair dan
padat yang bebas dari sel, dalam biakan jaringan, dan dalam embrio ayam.
Trypticase serum yang disederhanakan biasanya dipakai untuk biakan semen.
C. Kebutuhan pertumbuhan: Trichomonas vaginalis tumbuh baik pada suhu
35-37◦C dalam keadaan anaerob. pH optimal untuk pertumbuhan in vitro (5,5-
6,0).
Patogenesis, patologi dan temuan klinis
T. hominis dan T. tenax secara umum dipandang sebagai komensal yang
tidak merugikan. Trichomonas vaginalis dapat menyebabkan peradangan
ringan.
Tes Labortorium Diagnostik
A. Spesimen dan pemeriksaan mikroskopis:
Sekresi atau discharge vagina atau urethra sebaiknya diperiksa secara
mikroskopis dalam tetesan garam fisiologis untuk melihat ciri khas
trichomonas yang bergerak.
B. Biakan: biakan dari discharge vagina atau urethra, dari
sekresi prostat, atau dari spesimen semen bisa bisa menunjukkan
organisme bila pemeriksaan langsung hasilnya negatif.
Imunitas
Infeksi tidak memberikan imunitas yang nyata, walaupun reinfeksi yang
melampaui waktu tampaknya menyebabkan gejala-gejala yang tidak begitu
berat pada wanita, ini menunjukkan bahwa sedikit resistensi bisa timbul.
Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi vagina yang berhasil membutuhkan pengrusakan
trichomonas, dimana metronidazol (Flagly) topikal dan sistemik adalah yang
terbaik. Tinidazol (fasigyn) dan ornidazol (Tiberal) sama-sama efektif dengan
efek samping yang lebih sedikit.
Epidemiologi dan pengendalian
Trichomonas vaginalis adalah parasit yang umum terdapat pada wanita
dan pria. Pengendalian infeksi Trichomonas vaginalis selalu membutuhkan
pengobatan yang simultan pada kedua pasangan seksual. Perlindungan secara
mekanis (kondom) sebaiknya dipakai selama hubungan seksual sampai infeksi
diberantas pada keduanya.
2. 2 Hemoflagellata
Hemoflagellata manusia meliputi genus trypanosoma dan leishmania.
Terdapat dua tipe berbeda pada trypanosoma manusia: (1) tipe Afrika, yang
menyebabkan penyakit tidur dan ditularkan oleh lalat tsetse (glossina):
Trypanosoma brucei rhodesiense dan Trypanosoma brucei gambiense, dan (2) tipe
Amerika, yang menyebabkan penykit Chagas dan ditularkan oleh kutu (triatoma,
dll): Trypanosoma (Schyzotrypanum) cruzi.
Genus leishmania dibagi menjadi sejumlah spesies yang menginfeksi
manusia, yang menyebabkan leishmania kutaneus (nyeri Oriental), mukokutaneus
(espundia), dan visceral (kala-azar). Semua infeksi ini ditularkan oleh lalat pasir
(Phlebotomus pada “old world” dan Lutzomya pada “new world”).
Genus Trypanosoma tampak di darah sebagai trypomasigot. Kinetolasnya
adalah suatu badan yang tercat gelap terletak bersebelahan dekat nodus yang sangat
kecil (blepharoplast) darimana flagella keluar.
Bentuk-bentuk perkembangan flagellata lainnya meliputi: (1) tahap
leishmania bulat intraseluler, yaitu amasigot; (2) tahap flagellata ekstraseluler, yaitu
promasigot; dan (3) suatu epimastigot, tahap ekstraseluler yang lebih panjang
dengan sebuah membran undulasi pendek dan kinetoplas yang terletak lebih
posterior, dekat nukleus.
2. 3 Lieshmania
Leishmaniatropica adalah parasit yang menginfeksi manusia dan tikus
(hewan pengeret). Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut Leishmaniasis
kulit. Leishmaniatropicabersel tunggal trypanosome parasit yang bertanggung
jawab untuk kulit menyebabkan Leishmaniasis. Leishmaniasis ditemukan sekitar 88
negara di seluruh dunia. Deskripsi pertama tentang parasit ini dilakukan oleh
Boroshy (1898) dan Wright (1903). Pemberian nama Leishmaniatropica dilakukan
oleh Luke (1906). Sinonimnya adalah Helcosomatropica, Herpetomonastropica,
Herpetomonasfuruncolosa.
• Morfologi dan identifikasi
Leishmaniatropica berbentuk oval, berdiameter 2 mikron atau dengan
ukuran 3x4 2 mikron, tidak mempunyai flagella, terdapat axonema, 1 nukleus, 1
blefaroplas dan 1 kinetoplas. Bila organism tersebut diwarnai dengan Giemsa atau
Wright, maka nucleus dan kinetoplas akan berwarna merah, sedang sitoplasma akan
berwarna biru. Stadium leishmania hanya terdapat didalam tubuh tuan rumah
(manusia), leishmania hidup intra seluler dan berkembang biak dengan membelah
diri.
Marfologi parasit ini cara mengifeksinya sama yaitu pada manusia, parasit
ini hidup intraseluler dalam darah, yaitu dalam sel retikulo-endotel (re) sebagai
stadium amastigot. Parasit ini berkembang biak secara belah pasang dan berukuran
kira-kira 2 mikron. Sel RE dapat terisi penuh oleh parasit, sehingga sel itu pecah.
a. Ciri khas dan organisme
Hanya mastigot tak berflagella intraseluler (badan Liesmania Donovani)
yang terdapat pada mamalia
b. Biakan dan ciri khas pertumbuhan
lieshmania donovani biasanya tumbuh lambat, membentuk rumpun yang
kusut dalam cairan.
c. Variasi
terdapat perbedaan-perbedaan stain dalam hal virulensi, tropisme jaringan,
serta ciri biologi dan epidemilogi.
• Patogenesis, patologi, dan temuan klinis
terdapat demam ringan, kadang-kadang hektik. Beberapa bentuk terutama
di india, berkembang suatu bangkitam kembali lesi kutaneus yang merebak
kesembuhan.
• Tes laboratorium diagnostik
a. Spesimen
aspirasi limponoid, kerokan biopis, dari tepi lesi, bukan bagian tengah,
penting bentuk kutaneus.
b. Pemeriksaan mikrosopis
olesan dan irisan yang dicat Giemsa bisa menunjukan amastigot, terutam
dalam material kala azhar dan bawah tepi luka kulit.
c. Biakan
medium NNN adalah medium yang paling umum diguanakan.
d. Serologi
tes IHA dan tes IFA mungkin berguna, tetapi mereka kurang sensitif dan
bisa bereaksi silang dengan T cruzi.
• Imunitas
lieshmania kutaenus memberikan imunisasi permanen dan solid.
• Penatalaksana
lesi tunggal bisa dibersihkan, dikuret, diobati dengan antibiotik jika
mengalami infeksi.
• Epidemiologi
tak ada reservoar dan hewan pengerat merupakan resevoar dari kala azar
endemis. Tidak ada hewan-hewan yang pernah ditemukan untuk bentuk india
dan kenya.
2. 4 Trypanosoma
Trypanosoma adalah genus dalam kelas Kinetoplastida, sebuah kelompok
monofiletik parasit uniseluler protozoa flagellata. Nama ini berasal dari bahasa
Yunani trypano- (penggerek) dan soma (tubuh) karena gerak seperti pembuka botol
mereka.
• Morfologi dan identifikasi
Morfologi Trypanosoma mempunyai ukuran 14-33 x 1,5-3,5 µm (rata-
rata 15-20 µm) Membran bergelombang terdapat pada seluruh tubuh,
mempunyai 1 flagella pada ujung anterior, kinetoplas letaknya lebih ke
posterior dekat axonema, letak nukleus di tengah-tengah atau sentral. Bentuk ini
terdapat di dalam tuan rumah perantara maupun sebenarnya. Trypanosoma
masuk didalam tuan rumah perantara pada waktu mengisap darah sebagai
makanannya. Di dalam tubuh manusia Trypanosoma hidup ekstra sellul¬er di
dalam darah, limfe dan cairan otak. Terdapat granula spesifik, tidak berwarna,
bergerak aktif, berkembang biak membe¬lah memanjang, bila diwarnai dengan
Giemsa atau Wright, inti akan ber¬warna merah udang, dan sitoplasma
berwarna biru. Bentuk kritidia berukuran 15-20 µm (rata-rata 15 µm). Membran
bergelombang terdapat pada bagian tubuh kean¬terior, kinetoplas letaknya lebih
ketengah dengan axonema, letak nukleus di tengah-tengah, terdapat granula
spesifik (seperti trypanosoma). Terdapat sebagai stadium sementara pada lalat
Genus glossina untuk T.gambiense, T.rhodesiense, sedangkan untuk T.cruzi
adalah serangga Genus triatoma. Berkembang biak membelah dua dan
memanjang, dan di dalam kelenjar ludah lalat glossina tadi, kritidia tersebut
mengalami metamorfose menjadi trypanosoma yang siap ditularkan.
a. Ciri khas dan organisme
T brucei gambiense dan T brucei rhodesience Afrika bervariasi dalm
ukuran dan bentuk tubuh serta panjang flagella(biasanya 15-30 µm) tetapi
secara esensial tidak dapat dipisahkan.
b. Biakan
T cruzi dan T rangeli cepat dibiakan (3-6 minggu) dalam bentuk
epimastigot dalam media cair atau difasik.
Trypanosoma brucei rhodiensis, parasit ini lebih agresif dan memiliki
kemampuan berkembang biak lebih cepat dibandingkan Trypanosoma brucei
gabiensis. Penyakit ini dapat mengakibatkan fatal setelah 9 sampai 12 bulan
terinfeksi.
c. Pariasi
Trypanosoma Afrika dari komflek T brucei menakjubkan karena
mereka mengalami pertumbuhan serial dari selubung-selubung antigenetik
glikoprotein yang terkendali secara ginetik.
• Patogenesis, patologi, dan temuan klinis
Trypanosoma infektif T b gambiense dan T b rhodeisiense dimasukan melalui
gigitan lalat tsetse dan berkembangbiak pada tempak inokulasi.
• Tes laboratorium diagnostik
a. Spesimen
darah lebih baik dikumpulkan ketika suhu pasien meningkat.
b. Pemeriksaan mikrosopis
darah segar dijaga dan segera diperiksa untuk Trypanosoma motil yang
aktif.
c. Biakan
biakan bentuk Afrika tidak memuaskan.
d. Inokulasi hewan
bisa terdeteksi dengan menginkulasi darah kedalam tubuh curut secara
inteapersonal.
e. Serologi
tes IHA dan tes IFA atau CF (Mochado) yang positif memberikan
komfirmasi penunjang untuk infeksi.
f. Xenodiagnosis
ini adalah metode pilihan dalam penyakit yg dicurigai merupakan
chagas jika pemeriksaan hasilnya negatif.
• Imunitas
antibodi protektif dan CF menunjukan yg spesifik dapat terdeteksi dalam
plasma dan menyebabkan hilangnya bentuk dalam darah.
• Penatalaksana
tidak ada obat yg efektif untuk trypanosomiasis amerika, walaupun nifurtimox.
• Epidemiologi
pengendalian tergantung pada pencarian, isolasi, dan pentalaksana pasien
dengan penyakit tersebut.
2. 5 Amoeba-amoeba Usus
Amoeba Usus adalah protozoa parasit, bagian dari genus amoeba. Protozoa
ini menginfeksi manusia dan primata lainnya. E. histolytica diperkirakan telah
menginfeksi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Losch, di Rusia (1875),
ditemukan pada tinja seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di
ulkus usus besar manusia.
• Morfologi dan identifikasi
memiliki tiga bentuk, yaitu trofozoit, prekista, dan kista. Bentuk
trofozoit merupakan bentuk invasif dan umumnya terdapat di usus besar (dalam
jaringan mukosa atau submukosa), sedangkan kista berada di lumen usus.
Entamoeba histolytica dalam bentuk trofozoit mampu bertahan selama 5 jam
dalam suhu 37οC, 16 jam dalam suhu 25οC, 96 jam dalam suhu 5οC.
Sedangkan bentuk kista dapat bertahan selama 2 hari dalam suhu 37οC, 7 jam
dalam suhu 28 οC, dan dalam 15 – 30 menit pada 4ppm chlor. Penderita
terinfeksi oleh Entamoeba histolytica karena tertular bentuk kista matang berinti
empat.
a. Ciri khas dan organisme
tiga tahap yang dijumpai : amoeba aktif, kista inakif, dan prekista
intermedia. Trofozoit amoeba adalah satu-satunya bentuk yg ada jaringan.
Ukurannya 15-30 µm.
b. Biakan
Trofozoit cepat dipelajari dalam biakan.
c. Kebutuhan pertumbuhan
pertumbuhan paling kuat pada berbagai media.
d. Variasi
dalam ukuran kista disebabkan oleh perbedaan nutrisi atau keberadaan
spesies.
• Patogenesis, patologi, dan temuan klinis
Trofozoit muncul dari kista yang ditermakan setelah aktivasi dari proses
pengeluaran kista dalam perut duodenum.
• Tes laboratorium diagnostik
a. Spesimen
feses cair, feses padat untuk kista, kerokan biopis dikumpulkan dari
sigmoidoskopi, aspirasi abses dikumpulkan dari tepi abses, darah untuk tes
serelogi dan hitungan tes.
b. Biakan
biakandiagnotik dibuat dalam lapisan cairan menutupi basa nutrisi solid.
c. Serologi
tes CF tidak selalu memuaskan, karena antigen yang baik dan sangat
spesifik tidak tesedia.
• Penatalaksana
amoebiasis asitiomatik (yang mengeluarkan kista) dapt diobati dengan
Iodoquinol (Yodoxin), Diloxanide furoat, paromomycin.
• Epidemiologi
kista biasanya termakan melalui air yang terkontaminasi.
2. 6 Balantidium Coli
a. Morfologi dan Identifikasi
1. Ciri khas organisme
Trofozoitnya merupakan suatu organisme berbentuk oval, bercilia,
memiliki ukuran 60 x 45 µm atau lebih besar, dinding selnya dibatasi
barisan spiral cilia, sitoplasma melingkupi dua vakuola kontraktil, vakuola
dan dua partikel makanan, serta dua nucleus (satu makronukleus berbentuk
seperti ginjal, dan satu mikronukleus berbentuk bulat). Gerakannya maju
dan rotasi mengelilingi axis yang panjang. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
2. Biakan
Organisme ini dibiakkan dengan tujuan untuk membiakkan amoeba usus
(Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
b. Patogenesis, Patologi, dan Temuan Klinis
Kista termakan oleh inang baru, dinding kista melebur dan trofozoitnya
terlepas ke kolon, lalu berkembang biak secara seksual dan aseksual, kemudian
membentuk kista yang keluar bersamaan dengan feses, setelah itu trofozoit
berkembang biak, dan terakhir terbentuk abses dan ulserasi yang tidak
teratur.Diare yang berulang dan diselingi dengan konstipasi merupakan masalah
klinis yang paling sering. Kasus yang ekstrim merupakan amoebiasis usus yang
parah. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
c. Tes Laboratorium Diagnostik
Untuk tes laboratorium diagnostic ini bergantung pada deteksi
laboratorium trofozoit di feses cair atau kista di feses padat. (Geo. F. Brooks,
dkk, 2008)
d. Imunitas
Manusia sepertinya memiliki resistensi yang tinggi terhadap infeksi
balantidial. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
e. Penatalaksanaan
Pemberian oxytetracyclin lalu diikuti dengan iodoquinol atau
metronidazole bila perlu (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
f. Epidemiologi
Dapat ditemukan di daerah tropis. Peternak babi dan pekerja rumah
penyembelihan beresiko terkena balantidium coli. Dalam peradaban terdapat
babi di Papua Nugini pernah mengalami tingkat infeksi 28%. (Geo. F. Brooks,
dkk, 2008)
2. 7 Amoeba yang Hidup Bebas
Amoeba tanah yang hidup bebas seperti Naegleria Fowleri, Archantamoeba
Castellani, dan mungkin Hartmanella. Kasus ini timbul pada anak – anak yang
berenang dan menyelam di air hangat yang terkontaminasi. N. Fowleri masuk
melalui hidung dan lempeng cibiform dari ethmoid dan langsung masuk ke jaringan
otak, sedangkan Archantamoeba masuk melalui ulkus di kulit atau penembusan
traumatic. Diagnosis dilakukan melalui pengecekkan mikroskopis cairan spinal.
Pengobatan dengan amphotericin B telah berhasil pada beberapa kasus. (Geo. F.
Brooks, dkk, 2008)
2. 8 Sporozoa Darah
1. Plasmodium
Parasit amoeboid intraseluler pada vertebrata yang menghasilkan pigmen.
Penularannya kepada manusia dengan gigitan nyamuk anopheles betina
penghisap darah. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
a. Morfologi dan Identifikasi
1. Ciri khas organisme
Terdapat 4 spesies yaitu P Vivax, P Ovale, P Malariae, dan P
Falciparum. Berikut adalah ciri khas keempat spesies. (Geo. F. Brooks,
dkk, 2008)

P Vivax P Malariae P Falciparum P Ovale


(malaria tertiana (malaria kwartana) (malaria tertiana (malaria ovale)
jinak) ganas)
Parasit sel Membesar, pucat, Tidak membesar. Tidak membesar. Membesar,
darah berbintik halus Tidak berbintik Berbintik kasar (celah pucat.berbintik
(bintik schuffner). (kecuali pada strain- maurer). Menginvasi schuffner yang
Terutama strain tertentu). semua sel darah merah nyata. Sel
menginvasi sel Terutama tanpa memandang seringkali oval,
retikuloendotel, sel menginvasi sel darah umurnya. berfimbriae, atau
darah merah muda. merah yang lebih mengalami krenasi.
tua.
Derajat Lebih dari Kurang dari Maksimum Kurang dari
parasitemia 30.000/µL darah 10.000/µL darah melampaui 10.000/µL
maksimum 200.000/µL;
pada umumnya umumnya 50.000/µL
Trofozoit Cincin besar (1/3 – Cincin besar (1/3 Cincin kecil (1/5 Cincin besar (1/3
stadium cincin ½ diameter sel diameter sel darah diameter sel darah diameter sel darah
darah merah). merah). Biasanya merah). Sering dua merah). Biasanya
Biasanya satu satu granua granula, umumnya satu granula
granula kromatin, khromatin, cincin infeksi multipel; khromatin; cincin
cincin tipis. tebal. cincin tipis, bisa terpencar.
menempel pada sek
darah merah.
Pigmen dalam Halus; coklat muda; Kasar; tua cuklat; Kasar; hitam; sedikit Kasar; kuning tua –
trofozoit yang berpencar kelompok – kelompok coklat; berpencar
tumbuh kelompok terpencar,
sangat banyak
Trofozit yang Sangat pleiomorfik Kadang-kadang Kompak dan bulat Kompak dan bulat
lebih tua berbentuk pita
Schizont matur Lebih dari 12 Kurang dari 12 Biasanya lebih dari 12 Kurang dari 12
(yang merozoit (14-24) merozoit besar (6- merozoit (8-32). merozoit besar (6-
bersegmen) 12). Seringkali Sangat jarang dalam 12). Seringkali
dalam bentuk roset darah tepi. dalam bentuk roset.
Gametosit Bulat atau oval Bulat atau oval Berbentuk bulan sabit Bulat atau oval
Distribusi Semua bentuk Semua bentuk Hanya cincin dan Semua bentuk
dalam darah bulan sabit
tepi

2. Biakkan
Dibiakkan dalam media cair yang memiliki serum, eritrosit, garam
anorganik, dan berbagai faktor pertumbuhan lainnya, serta asam amino.
Digunakan untuk vaksin (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
3. Ciri khas pertumbuhan
Dalam sel darah merah, parasite merubah hemoglobin menjadi
globin dan hematin , yang terakhir dirubah menjadi pigmen malaria.
(Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
b. Patogenesis, Patologi, dan Temuan Klinis
Dihasilkan dari gigitan nyamuk anopheles betina, sporozoit dalam kurang
lebih 1 jam masuk ke sel parenkim hati, dan terjadi perkembangan dalam
tubuh manusia. Parasite dalam sel darah merah berkembang biak, dan
merusak sel iangnya secara serentak. Malaria klinis terjadi ketika hypozoit
dan merozoit dalam hati mendobrak keluar. P Vivax, P Ovale, dan P
Malariae menyukai sel darah merah muda atau tua namum tidak keduanya,
sedangkan P Falciparum menyukai sel darah merah semua usia. (Geo. F.
Brooks, dkk, 2008)
Malaria ditandai dengan menggigil pada permulaan, selama 15 menit – 1
jam, mual, muntah, dan nyeri kepala. Tahap demam yang bergantian,
berlangsung selama beberapa jam, ditandai dengan demam yang
memuncak, serinngkali mencapai 41°C. Tahap terakhir adalah berkeringat.
(Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
c. Tes Laboratorium Diagnostik
a. Spesimen dan pemeriksaan mikroskopik
Preparat darah tebal dengan pengecatan giemsa adalah dasar utama
diagnosis malaria yang berfungsi untuk membedakan spesies. Tes
diagnosis segera (RDT) dapat menentukan P Falciparum atau keempat
spesies tetapi tidak secara individual. RDT berpran penting dalam
diagnosis di lapangan. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
b. Temuan laboratoris lain
Tes fungsi hati bisa memberikan hasil yang abnormal selama
serangan. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
d. Imunitas
Beberapa populasi di afrika, dimana penyakit Sickle Cell, defisiensi
glucose-6-phosphate dehydrogenase, dan thalsemia memberikan
perlindungan terhadap infeksi falciparum. Orang berkulit hitam di afrika
barat resisten terhadap P Vivax. Masih terdapat usaha – usaha penelitian
untuk membuat vaksin. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
e. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Chloroquin (aralen) merupakan obat yang dapat mengobati semua bentuk
yang dicurigai malaria selama serangan akut. Seseorang dengan defisiensi
glucose-6-phosphate dehydrogenase sebaiknya diberikan primaquin dengan
dosis rendah yang lebih lama. Di Afrika bagian selatan Sahara dianjurkan
resimen proguanil tambahan setiap hari. Untuk menghindari dapat dengan
obat oles diethytoluamide dan tidur menggunakan kelambu yang dibubuhi
pyrethrin (RID). (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
f. Epidemiologi dan Pengendalian
P Vivax dan P Falciparum tersebar luas di seluruh sabuk malaria. P ovale
jarang sekali di Afrika Barat. Semua bentuk malaria dapat ditularkan
melalui plasenta atau transfuse darah atau jarum yang digunakan secara
bersamaan dengn yang memiliki penyakit malaria. Suatu usaha utama yang
diprakarsai oleh WHO untuk “menggulung malaria” sekarang tengah
berjalan. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
2. Babesia Microti
Penyakit hewan yang menyebabkan penyakit kuning infeksius pada anjing
dan demam pada lembu di Texas. Ditularkan oleh sengkenit dan menginfeksi
sel darah merah disebabkan oleh babesia microti. Penyakit ini jumlahnya
meningkat di Massachusetts, terutama Nantucket. Kasus ini terjadi pada tentara
yang menjalani splenektomi di California. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
Penyakit ini timbul dala 7-10 hari setelah gigitan sengkenit, ditandai
dengan malaise, anorexia, mual, kelelahan, demam, berkeringat, myalgia,
arthralgia, dan depresi. Chloroquin memberikan perbaikan klinis tidak
menyembuhkan. Hasil klinis yang baik menggunakan clindamycin ditmbah
quinine. (Geo. F. Brooks, dkk, 2008)
2. 9 SPOROZOA SPOROZOA LAIN
1. ISOSPORA
 Ciri khas organisme oosit oval memanjang, oosit I belli berukuran 25-33 x
12-16 mikrometer dan seringkali mempunyai suatu dinding kita asimetris.
 Parasit ini belum pernah dibiakkan.
 I belli menempati usus halus. Gejala dan tanda coccidiosis disebabkan oleh
invasi dan perkembangbiakkan parasit dalam mukosa usus. Oosit
bersemayam di lumen usus dan dibuang melalui feses.
 Coccidiosis lebih sering menjangkit anak-anak daripada dewasa. Infeksi
kronis terjadi pada orang-orang dengan gizi buruk dan pada orang dengan
imunosupresi.
2. SARCOCYCTIS
 Di dalam otot, parasit ini tumbuh dalam sarcokista yang memanjang yang
panjangnya berkisar antara kurang dari 0,1 mm sampai beberapa
sentimeter.
 Infeksi sarcocyctis berat bisa mematikan pada beberapa binatang.
 Manusia sepertinya dapar berperan sebagai inang perantara. Sarcocystis
pernah ditemukan dalam jantung manusia, laring, dan lidah, seperti juga
pada otot rangka ekstremitas.
 Infeksi usus pada manusia terjadi setelah memakan daging domba, sapi,
atau daging terinfeksi lain yang dimasak setengah matang.
2. 10 CRYPTOSPORIDIUM
 Organisme ini adalah coccidia yang terkait dengan isospora. Dikenal sebagai
parasit pada binatang pengerat, unggas, kera rhesus, lembu, dan herbivora
lainnya.
 Parasit ini berupa bulatan-bulatan intraseluler yang sangat kecil (2-5 mikrometer)
yang ditemukan dalam jumlah banyak, sedikit di bawah membran sel bagian luar
yang melapisi lambung atau usus.
 Gambaran klinis yang menonjol dari parasit ini adalah diare, yang ringan dan
sembuh sensiri pada orang normal (1-2 minggu) tetapi bisa berat dan
berkepanjangan pada individu dengan kelemahan imun, sangat muda atua tua.
 Pada penerima imunosupresan, bisa diindikasikan penghentian imunosupresan;
untuk mereka dengan AIDS, hanya terapi penunjang yang terus-menerus yang
dipakai.

2. 11 TOXOPLASMA GONDII
 Adalah protozoa yang terdapat di seluruh dunia yang menginfeksi berbagai hewan
dan unggas tetapi tampaknya tidak menyebabkan penyakit bagi mereka.
 Trafozoitnya berbentuk perahu, sel berdinding tebal yang berukuran 4-7 x 2-4
mikrometer dalam sel jaringan dan agak lebih besar di luar itu.
 Bisa dibiakkan hanya bila terdapat sel hidup dalam telur.
 Pertumbuhan optimal pada suhu 37-39 derajat celcius dalam sel hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo. F. dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai