Dampak dari kecelakaan lalu lintas tidak kecil. Selain merupakan salah satu
penyebab kematian terbesar di Indonesia, kecelakaan lalu lintas juga berdampak
secara ekonomi dan emosi (Mohan, Tiwaru, Khayesi, & Nafukho, 2006). Terdapat
biaya pengobatan dan perbaikan kendaraan baik untuk pelaku maupun korban.
Apabila kasus diselesaikan dengan baik, mungkin biaya dapat menjadi tanggung
jawab pelaku. Selain itu, apabila kecelakaan parah, pelaku ataupun korban akan
memerlukan waku pemulihan sehingga tidak dapat mencari nafkah. Kecelakaan
yang besar dapat menutup jalan dan membuat orang lain membuang waktu mereka.
Kecelakaan lalu lintas juga dapat menyebabkan syok psikologis dan trauma
emosional yang tidak baik untuk kesehatan mental. Itulah mengapa perlu dilakukan
berbagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Infrastruktur lalu lintas yang ada perlu ditingkatkan. Masalah yang ada
sekarang adalah pemerintah terlalu fokus pada pembangunan jalan. Beberapa tahun
ini, sangat banyak peresmian jalan yang diberitakan. Namun, jalan-jalan yang sudah
dibangun tidak dirawat dengan baik. Selain mengganggu kenyamanan, adanya
kecacatan pada jalan seperti lubang dan retakan membahayakan pengemudi.
Pemerintah perlu menyeimbangkan antara pembangunan jalan dan perawatan jalan.
Pihak kepolisian perlu menjadi lebih tegas mengenai penerapan aturan lalu
lintas. Banyak orang yang meremehkan aturan akibat kelalaian aparat dalam
memberikan sangsi. Peraturan-peraturan lalu lintas dilanggar dan tidak diberikan
sangsi yang cukup sehingga orang-orang terus melanggar dan akhirnya menjadi
budaya. Contohnya adalah motor yang melawan arus. Banyak orang yang rutin
melakukannya. Walaupun mereka mengetahui hal tersebut dilarang dan berbahaya,
mereka tetap melakukannya karena kurangnya sangsi. Tentunya melawan arus
sangat berpotensi menjadi kecelakaan lalu lintas. Contoh yang lain adalah mengenai
surat izin mengemudi. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, masih banyak
pengemudi yang tidak memiliki surat izin mengemudi. Kemungkinan hal in terjadi
juga akibat kurangnya sangsi. Kepolisian perlu meningkatkan pengecekan surat izin
mengemudi dan memberikan sangsi sesuai aturan yang berlaku. Selain itu, surat
izin mengemudi sebaiknya diberikan kepada yang benar-benar memahami aturan
dan mampu mengemudi karena beberapa pemegang surat izin mengemudi mampu
mengendarai, tetapi kurang memahami aturan. Oleh karena itu, pemerintah perlu
menegaskan penerapan aturan lalu lintas sebelum pelanggaran-pelanggaran
membudaya di masyarakat.
Mohan, D., Tiwari G., Khayesi M., Nafukho, F. Road Traffic Injury Prevention
Training Manual. World Health Organization. Diakses tanggal 9 Februari
2019. Diakses melalui
<https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/43271/9241546751_eng.
pdf;jsessionid=EBC49B66F3E060200920E758F3979AF7?sequence=1>
Mustafa, J. 2017. What is the G20 and how does it work? The Telegraph. Diakses
tanggal 31 Januari 2019. Diakses melalui
<https://www.telegraph.co.uk/business/0/what-is-the-g20-and-how-does-
it-work/>
SWOV Institute for Road Safety Research. 2010. The relationship between road
safety and congestion on motorways. Diakses tanggal 9 Februari 2019.
Diakses melalui
<https://www.swov.nl/sites/default/files/publicaties/rapport/r-2010-
12.pdf>
The World Bank. 2014. Reducing Extreme Poverty in Indonesia. Diakses tanggal
9 Februari 2019. Diakses melalui
<http://www.worldbank.org/en/country/indonesia/brief/reducing-extreme-
poverty-in-indonesia>