Anda di halaman 1dari 7

AMANKAN JALANAN INDONESIA!

Sharqi Muhammad Ash-Shiddiqi

Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya.


Perekonomian Indonesia sudah menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Walaupun pertumbuhan ekonomi banyak membawa dampak baik, timbul pula
masalah-masalah baru. Jalanan mulai dipenuhi kendaraan bermotor akibat turunnya
harga barang dan masyarakat yang semakin konsumtif. Kemacetan merajalela di
area urban dan asap membuat hidup di perkotaan kurang nyaman. Salah satu
masalah yang diakibatkan oleh kenaikan jumlah kendaraan bermotor adalah
tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Menurut World Health Organization
(WHO, 2015), kecelakaan lalu lintas temasuk salah satu dari 10 penyebab kematian
terbesar di Indonesia. Peningkatan kendaraan yang tidak disertai pembangunan
infrastruktur yang sepadan, kurangnya kesadaran pengemudi, dan implementasi
kebijakan pemerintah yang kurang efektif menyebabkan terjadinya hal ini. Oleh
karena itu, penting untuk dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi kecelakaan
lalu lintas, yaitu dengan cara mengurangi faktor risiko terjadinya kecelakaan.
Contohnya dengan mengurangi jumlah kendaraan bermotor, meningkatkan
infrastruktur agar sepadan dengan jumlah kendaraan dan meningkatkan kesadaran
pengemudi.

Indonesia tergabung dalam the Group of 20 (G20), yaitu forum internasional


20 ekonomi terbesar di dunia yang terdiri atas 19 negara dan Uni Eropa (Mustafa,
2017). Hal tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia memang kaya. Ekonomi
yang kuat tersebut berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 24% pada tahun
1999 menjadi 11,4% pada tahun 2013 (The World Bank, 2014). Oleh karena itu,
makin banyak orang yang mampu membeli kendaraan bermotor. Menurut
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD, 2013), Jumlah
kendaraan bermotor di Indonesia meningkat tiga kali lipat antara tahun 2001 dan
2010. Hal ini tidak diimbangi dengan perkembangan infrastruktur yang cukup.
Pekembangan jalan di Indonesia hanya meningkat sebanyak seperempat pada
waktu yang sama. 80% jalanan yang ada juga tidak dalam kondisi yang baik.
Ketidakseimbangan ini menyebabkan kemacetan terutama di perkotaan besar
seperti Jakarta. Beberapa studi mengasosiasikan kemacetan dengan tingginya
angka kecelakaan lalu lintas (SWOV, 2010). Hal ini mungkin disebabkan oleh
hilangnya fokus pengemudi pada saat kemacetan dan ketidaksabaran pengemudi.

Dari semua jenis kendaraan bermotor, yang paling banyak meningkat di


Indonesia adalah sepeda motor. Kendaraan ini cukup cepat dan harganya terjangkau
masyarakat umum sehingga menarik minat banyak orang. Namun, banyak
pengemudi motor yang menyetir dengan sembrono, terutama pada daerah yang
padat kendaraan. Banyak pengemudi sepeda motor yang mendahului tanpa melihat
sekitarnya, mengambil jalur kendaraan lain, dan melawan arus. Hal-hal ini
meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas (Soehodho, 2007).

Pengemudi-pengemudi Indonesia umumnya kurang mematuhi peraturan-


peraturan yang diberlakukan pemerintah. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor,
terutama sepeda motor, tidak seimbang dengan peningkatan jumlah surat izin
mengemudi. Padahal, surat izin mengemudi adalah cara bagi yang berwenang untuk
memastikan bahwa pengemudi memang mampu untuk mengemudi. Pada tahun
2004, peningkatan jumlah sepeda motor hampir 2 kali lipat peningkaan surat izin
mengemudi. Ini menunjukkan bahwa banyak pengemudi kendaraan bermotor di
Indonesia yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aturan lalu lintas
dan tidak memiliki kemampuan mengemudi yang cukup tetapi tetap mengemudi.
Tentunya hal ini meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas (Soehodho,
2007).

Masalah-masalah di atas diperparah dengan kurangnya data mengenai


kecelakaan lalu lintas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelaporan kecelakaan
oleh yang bersangkutan. Banyak kasus yang diselesaikan sendiri oleh pelaku dan
korban sehingga tidak diketahui oleh aparat pemerintah yang berwenang. Laporan
dari beberapa lembaga juga menunjukkan data yang berbeda. Contohnya, pada
tahun 2006, kepolisian nasional melaporkan 16.000 kematian akibat kecelakaan
lalu lintas. Namun, lembaga asuransi, PT Jasa Raharja, melaporkan 30.000
kematian. Kemungkinan ini disebabkan oleh definisi yang berbeda antara kedua
lembaga mengenai apa yang dimaksud dengan kematian akibat kecelakaan lalu
lintas. Definisi kepolisian mungkin mendefinisikannya sebagai kematian di tempat
sedangkan lembaga asuransi menghitung juga kematian hingga 30 hari setelah
kejadian (Soehodho, 2007). Namun, sebaiknya ditetapkan satu definisi agar tidak
membingungkan.

Dampak dari kecelakaan lalu lintas tidak kecil. Selain merupakan salah satu
penyebab kematian terbesar di Indonesia, kecelakaan lalu lintas juga berdampak
secara ekonomi dan emosi (Mohan, Tiwaru, Khayesi, & Nafukho, 2006). Terdapat
biaya pengobatan dan perbaikan kendaraan baik untuk pelaku maupun korban.
Apabila kasus diselesaikan dengan baik, mungkin biaya dapat menjadi tanggung
jawab pelaku. Selain itu, apabila kecelakaan parah, pelaku ataupun korban akan
memerlukan waku pemulihan sehingga tidak dapat mencari nafkah. Kecelakaan
yang besar dapat menutup jalan dan membuat orang lain membuang waktu mereka.
Kecelakaan lalu lintas juga dapat menyebabkan syok psikologis dan trauma
emosional yang tidak baik untuk kesehatan mental. Itulah mengapa perlu dilakukan
berbagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Mencegah kecelakaan lalu lintas tentunya tidak mudah karena penyebabnya


sangat beragam. Mulai dari kurangnya infrastruktur hingga kelalaian pengemudi.
Keamanan lalu lintas juga belum menjadi agenda utama negara. Agar pemerintah
bertindak, penting untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa kecelakaan lalu
lintas itu memiliki dampak yang sangat merugikan dan merupakan masalah besar
di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan paparan mengenai
masalah ini seperti melalui media cetak televisi, atau bahkan esai populer. Aspirasi
masyarakat yang tinggi dapat mendorong keamanan lalu lintas menjadi agenda
utama pemerintah.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah salah satunya adalah mengurangi


jumlah kendaraan bermotor. Pemerintah dapat memberikan mode transportasi lain
agar orang tidak membawa kendaraan sendiri. Hal ini sudah diterapkan di beberapa
kota besar, terutama Jakarta. Namun, jumlahnya tidak sepadan dengan jumla
penduuk sehingga seringkali penuh. Penerapannya juga terbatas pada kota-kota
besar. Selain dengan cara ini, pemerintah juga dapat memberikan sangsi yang kebih
berat kepada pemilik kendaraan bermotor. Contohnya dengan meningkatkan pajak
yang harus dibayar pemilik kendaraan dan meningkatkan harga parkir. Dengan
begitu, orang akan lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum yang
disediakan pemerintah. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan apabila pemerintah
sudah menyediakan transportasi umum yang mencukupi, baik dari kualitas maupun
kuantitas.

Infrastruktur lalu lintas yang ada perlu ditingkatkan. Masalah yang ada
sekarang adalah pemerintah terlalu fokus pada pembangunan jalan. Beberapa tahun
ini, sangat banyak peresmian jalan yang diberitakan. Namun, jalan-jalan yang sudah
dibangun tidak dirawat dengan baik. Selain mengganggu kenyamanan, adanya
kecacatan pada jalan seperti lubang dan retakan membahayakan pengemudi.
Pemerintah perlu menyeimbangkan antara pembangunan jalan dan perawatan jalan.

Kesadaran pengemudi mengenai keamanan lalu lintas juga perlu


ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan tidak hanya oleh pemerintah. Siapa pun dapat
melakukan edukasi kepada masyarakat. Mungkin di perkotaan sudah banyak yang
memahami dan mematuhi aturan lalu lintas walaupun tidak semua, tetapi di luar
perkotaan, pelanggaran masih merajalela. Edukasi dapat berupa penyuluhan,
talkshow dengan orang-orang yang terkenal di masyarakat, lomba, dan lainnya.
Edukasi yang baik dapat membangun kepedulian masyarakat untuk mencoba
berubah. Apa saja yang perlu diketahui masyarakat? Masyarakat perlu mengetahui
tentang pentingnya alat pelindung diri, perawatan kendaraan, dan etika serta aturan
mengemudi. Penggunaan alat pelindung diri yang sering dilanggar adalah
penggunaan helm dan penggunaan sabuk pengaman. Walaupun sudah banyak yang
menggunakan, banyak masyarakat yang menggunakan alat tersebut hanya agar
tidak dihukum polisi, bukan untuk keselamatan pribadi. Perawatan kendaraan juga
sangat penting untuk diketahui. Contohnya, lampu-lampu pada kendaraan perlu
dipastikan menyala semua agar dapat memberi tanda kepada pengendara lain, kaca
spion diganti apabila rusak karena penting untuk melihat belakang, dan masih
banyak lagi (Gopalakrishnan, 2012). Etika dan aturan mengemudi juga perlu
dipahami. Mereka dibuat untuk meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan lalu
lintas, tetapi masih banyak yang belum memahami atau bahkan mengetahuinya.
Disinilah pentingnya edukasi.

Pihak kepolisian perlu menjadi lebih tegas mengenai penerapan aturan lalu
lintas. Banyak orang yang meremehkan aturan akibat kelalaian aparat dalam
memberikan sangsi. Peraturan-peraturan lalu lintas dilanggar dan tidak diberikan
sangsi yang cukup sehingga orang-orang terus melanggar dan akhirnya menjadi
budaya. Contohnya adalah motor yang melawan arus. Banyak orang yang rutin
melakukannya. Walaupun mereka mengetahui hal tersebut dilarang dan berbahaya,
mereka tetap melakukannya karena kurangnya sangsi. Tentunya melawan arus
sangat berpotensi menjadi kecelakaan lalu lintas. Contoh yang lain adalah mengenai
surat izin mengemudi. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, masih banyak
pengemudi yang tidak memiliki surat izin mengemudi. Kemungkinan hal in terjadi
juga akibat kurangnya sangsi. Kepolisian perlu meningkatkan pengecekan surat izin
mengemudi dan memberikan sangsi sesuai aturan yang berlaku. Selain itu, surat
izin mengemudi sebaiknya diberikan kepada yang benar-benar memahami aturan
dan mampu mengemudi karena beberapa pemegang surat izin mengemudi mampu
mengendarai, tetapi kurang memahami aturan. Oleh karena itu, pemerintah perlu
menegaskan penerapan aturan lalu lintas sebelum pelanggaran-pelanggaran
membudaya di masyarakat.

Kecelakaan lalu lintas seharusnya tidak menjadi salah satu pembunuh


terbesar di Indonesia. Namun, kenyataannya banyak orang yang meninggal akibat
kelalaian dari berbagai pihak. Pemerintah kurang memberi infrastruktur berupa
jalan dan kendaraan umum baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perintah
kurang membatasi kepemilikan kendaraan bermotor. Pengemudi di jalanan kurang
memperhatikan aturan dan perlindungan diri. Penerapan aturan oleh pihak yang
berwenang kurang tegas. Ini adalah masalah-masalah yang kita hadapi sekarang.
Solusinya ada di tangan kita. Ayo amankan jalanan Indonesia!
DAFTAR PUSTAKA

Gopalakrishnan, S. 2012. A Public Health Perspective of Road Traffic Accidents.


Journal of Family Medicine and Primary Health Care. 2012 Jul-Des; 1(2):
144–150. Diakses tanggal 31 Januari 2019. Diakses melalui
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3893966/>

Mohan, D., Tiwari G., Khayesi M., Nafukho, F. Road Traffic Injury Prevention
Training Manual. World Health Organization. Diakses tanggal 9 Februari
2019. Diakses melalui
<https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/43271/9241546751_eng.
pdf;jsessionid=EBC49B66F3E060200920E758F3979AF7?sequence=1>

Mustafa, J. 2017. What is the G20 and how does it work? The Telegraph. Diakses
tanggal 31 Januari 2019. Diakses melalui
<https://www.telegraph.co.uk/business/0/what-is-the-g20-and-how-does-
it-work/>

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 2013.


Structural Policy Country Notes Indonesia. Diakses tanggal 9 Februari
2019. Diakses melalui <https://www.oecd.org/dev/asia-
pacific/Indonesia.pdf>

SWOV Institute for Road Safety Research. 2010. The relationship between road
safety and congestion on motorways. Diakses tanggal 9 Februari 2019.
Diakses melalui
<https://www.swov.nl/sites/default/files/publicaties/rapport/r-2010-
12.pdf>

World Health Organization (WHO). 2015. Indonesia: WHO Statistical Profile.


Diakses tanggal 31 Januari 2019. Diakses melalui
<https://www.who.int/gho/countries/idn.pdf?ua=1>

The World Bank. 2014. Reducing Extreme Poverty in Indonesia. Diakses tanggal
9 Februari 2019. Diakses melalui
<http://www.worldbank.org/en/country/indonesia/brief/reducing-extreme-
poverty-in-indonesia>

Anda mungkin juga menyukai