Stress test seperti exercise EKG yang telah dibahas sebelumnya dapat membantu
menyingkirkan diagnosis banding PJK obstruktif pada pasien-pasien tanpa rasa nyeri, EKG
istirahat normal dan marka jantung yang negatif. Multislice Cardiac CT (MSCT) dapat
digunakan untuk menyingkirkan PJK sebagai penyebab nyeri pada pasien dengan
kemungkinan PJK rendah hingga menengah dan jika pemeriksaan troponin dan EKG tidak
meyakinkan.
2. DIAGNOSIS BANDING
Pasien dengan kardiomiopati hipertrofik atau penyakit katup jantung (stenosis dan regurgitasi
katup aorta) dapat mengeluh nyeri dada disertai perubahan EKG dan peningkatan marka
jantung menyerupai yang terjadi pada pasien NSTEMI. Miokarditis dan perikarditis dapat
menimbulkan keluhan nyeri dada, perubahan EKG, peningkatan marka jantung, dan
gangguan gerak dinding jantung menyerupai NSTEMI. Stroke dapat disertai dengan
perubahan EKG, peningkatan marka jantung, dan gangguan gerak dinding jantung. Diagnosis
banding non kardiak yang mengancam jiwa dan selalu harus disingkirkan adalah emboli paru
dan diseksi aorta.
3. STRATIFIKASI RISIKO
Beberapa cara stratifikasi risiko telah dikembangkan dan divalidasi untuk SKA. Beberapa
stratifikasi risiko yang digunakan adalah TIMI (Thrombolysis In Myocardial Infarction)
(Tabel 4), dan GRACE (Global Registry of Acute Coronary Events) (Tabel 6), sedangkan
CRUSADE (Can Rapid risk stratification of Unstable angina patients Suppress ADverse
outcomes with Early implementation of the ACC/AHA guidelines) digunakan untuk
menstratifikasi risiko terjadinya perdarahan (Tabel 8). Stratifikasi perdarahan penting untuk
menentukan pilihan penggunaan antitrombotik.
Stratifikasi risiko berdasarkan kelas Killip merupakan klasifikasi risiko berdasarkan indikator
klinis gagal jantung sebagai komplikasi infark miokard akut dan ditujukan untuk
memperkirakan tingkat mortalitas dalam 30 hari (Tabel 7). Klasifikasi Killip juga digunakan
sebagai salah satu variabel dalam klasifikasi GRACE.
Perdarahan dikaitkan dengan prognosis yang buruk pada NSTEMI, sehingga segala upaya
perlu dilakukan untuk mengurangi perdarahan sebisa mungkin. Variabel-variabel yang dapat
memperkirakan tingkat risiko perdarahan mayor selama perawatan dirangkum dalam
CRUSADE bleeding risk score, antara lain kadar hematokrit, klirens kreatinin, laju denyut
jantung, jenis kelamin, tanda gagal jantung, penyakit vaskular sebelumnya, adanya diabetes,
dan tekanan darah sistolik. Dalam skor CRUSADE, usia tidak diikutsertakan sebagai
prediktor, namun tetap berpengaruh melalui perhitungan klirens kreatinin. Skor CRUSADE
yang tinggi dikaitkan dengan kemungkinan perdarahan yang lebih tinggi.
Selain stratifikasi risiko yang telah disebutkan di atas, untuk tujuan revaskularisasi dan
strategi invasif, pasien juga dibagi dalam beberapa kelompok risiko, yaitu risiko sangat tinggi
dan risiko tinggi. Penentuan faktor risiko ini berperan dalam penentuan perlu-tidaknya
dilakukan angiografi dan waktu dari tindakan tersebut. Kriteria faktor risiko untuk strategi
invasif dapat dilihat di tabel 10 dan 11.