Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan

A. PENGERTIAN

Tumor   adalah     suatu   benjolan   atau   struktur   yang menempati   area  


tertentu   pada   tubuh,   dan   merupakan neoplasma  yang  dapat  bersifat  jinak  atau 
ganas   (FKUI,  2008  : 268).
Kanker   adalah   sebuah  penyakit  yang   ditandai   dengan pembagian   sel 
yang   tidak   teratur   dan   kemampuan   sel-sel   ini untuk   menyerang  jaringan 
biologis   lainnya,   baik   dengan pertumbuhan   langsung   di   jaringan   yang  
bersebelahan   (invasi) atau   dengan   migrasi   sel   ke   tempat   yang   jauh  
(metastasis). Pertumbuhan   yang   tidak   teratur   ini   menyebabkan   kerusakan
DNA,   menyebabkan  mutasi  di  gen  vital   yang   mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker   kolon   adalah  suatu   bentuk   keganasan   dari  masa
abnormal/neoplasma   yang   muncul   dari   jaringan   epithelial   dari colon (Brooker,
2001 : 72).
Kanker   kolon/usus   besar   adalah   tumbuhnya   sel   kanker yang ganas di
dalam  permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel  yang bersifat ganas yang tumbuh   pada  
kolon   dan   menginvasi   jaringan   sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa  pengertian  diatas  dapat  ditarik kesimpulan bahwa   kanker  
kolon   adalah   suatu   pertumbuhan   tumor   yang bersifat ganas dan merusak sel
DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu


dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari :
a)      Kolon asendens (kanan)
b)      Kolon transversum
c)       Kolon desendens (kiri)
d)      Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.  Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan
ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar  BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.

C. ETIOLOGI

Terdapat  beberapa etiologi utama kanker yaitu:


1.       Diet :  kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran,  
buah-buahan),   kebiasaan   makan   makanan berlemak tinggi dan sumber protein
hewani.
2.       Kelainan kolon
a.       Adenoma   di   kolon   :   degenerasi   maligna   menjadi adenokarsinoma.
b.      Familial   poliposis   :   polip   di   usus   mengalami   degenerasi maligna
menjadi karsinoma
c.       Kondisi ulserative : Penderita   colitis   ulserativa   menahun   mempunyai  
risiko terkena karsinoma kolon.
3.        Genetik : Anak   yang   berasal   dari   orangtua  yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi  3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak   yang orangtuanya
sehat (FKUI,  2001 : 207).
4.       Radiasi dan paparan zat kimia dan senyawa lain yang berpotensi menimbulkan
reaksi karsinogenik.

D. PATOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
sertamerusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker
dapatterlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering
ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan
cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada
bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada
sekum dan kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah
adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang
jumlahnya berbeda – beda. Tumor dapat menyebar:
a)      secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih
b)       melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan Mesokolon
c)        melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem
portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat
reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi  kanker  kolon menurut  modifikasi  DUKES  adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
a.       A  : kanker   hanya   terbatas   pada   mukosa   dan   belum   ada metastasis.
b.      B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
c.       B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
d.      C1 : kanker   telah   mengadakan metastasis   ke   kelenjar   getah bening sebanyak
satu sampai empat buah.
e.      C2 : kanker telah  mengadakan   metastasis   ke   kelenjar   getah bening lebih dari 5
buah.
f.        D  : kanker telah mengadakan metastasis  regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas & tidak dapat dioperasi lagi.

F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat
juga mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat
badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan
adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering
dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi
(nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah
merah segar dalam feses.

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
a)      Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b)      Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c)       Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang
pada feses,   obstruksi. 
d)      Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus,
ketidaknyamanan rectal.

   
G.  STADIUM KLINIS
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong,
2000 : 143).
TIS          : Carcinoma in situ
T1           : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2           : Sudah mengenai otot dinding
T3           : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4           : Sama dengan T3 dengan fistula
N             : Limfonodus terkena
M            : Ada metastasis

H.KOMPLIKASI

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.


Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

I.PEMERIKSAAN PENUNJANG

a)      Endoskopi           : pemeriksaan   endoskopi   perlu dilakukan baik sigmoidoskopi


maupun kolonoskopi.
b)      Radiologis           : Pemeriksan   radiologis yang   dapat   dilakukan   antara   lain
adalah  foto  dada dan  foto  kolon (barium  enema).  Foto dada dilakukan   untuk  
melihat   apakah   ada   metastasis   kanker   ke paru.
c)       Ultrasonografi (USG)     : Sulit   dilakukan   untuk   memeriksa   kanker   pada  
kolon,   tetapi digunakan  untuk  melihat  ada  tidaknya metastasis  kanker  ke kelenjar
getah bening di abdomen dan hati.
d)      Histopatologi    : Biopsy   digunakan   untuk   menegakkan diagnosis.  Gambar
histopatologis   karsinoma  kolon   adalah  adenokarsinoma  dan perlu ditentukan
diferensiansi sel.
e)      Laboratorium    : Pemeriksaan   Hb   penting   untuk   memeriksa   kemungkinan
pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

J.PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila   sudah   pasti   karsinoma   kolon,   maka   kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi   adalah   penangan   yang   paling   efektif   dan cepat untuk tumor yang
diketahui   lebih   awal   dan   masih   belum metastatis,   tetapi   tidak   menjamin
semua sel  kanker telah terbuang.  Oleh   sebab   itu   dokter   bedah biasanya   juga
menghilangkan   sebagian  besar jaringan   sehat   yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi   radiasi   memakai   sinar   gelombang   partikel   berenergi tinggi
misalnya sinar  X,  atau  sinar  gamma,  difokuskan untuk merusak   daerah   yang  
ditumbuhi   tumor,   merusak   genetic, sehingga  membunuh   kanker.  Terapi   radiasi  
merusak   sel-sel yang   pembelahan   dirinya   cepat,   antara  alin   sel  kanker,   sel
kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan   sel   tubuh   menyebabkan  
lemas,   perubahan   kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. kemotherapy
Chemotherapy   memakai  obat  antikanker   yang   kuat,   dapat masuk   ke  
dalam   sirkulasi   darah,   sehingga   sangat   bagus untuk   kanker   yang  telah  
menyebar. Obat chemotherapy   ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau
dimakan, pada umumnya  lebih dari  satu   macam  obat,  karena  digabungkan akan
memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian
Pengkajian   adalah  langkah   awal  dan   dasar   dalam   proses keperawatan     
secara    menyeluruh      (Boedihartono,        1994     : 10). Berdasarkan klasifikasi
Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.       Aktivitas/istirahat:
Gejala:
  Kelemahan, kelelahan/keletihan
  Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
  Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.       Sirkulasi:
Gejala:                  Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:                  Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3.       Integritas ego:
Gejala:
  Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
  Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
  Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:                  Menyangkal, menarik diri, marah.
4.       Eliminasi:
Gejala:                  Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
  Perubahan bising usus, distensi abdomen
  TEraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5.       Makanan/cairan:
Gejala:
  Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan
bahan pengawet)
  Anoreksia, mual, muntah
  Intoleransi makanan
Tanda:                  Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6.       Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:                  Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung
proses penyakit
7.       Keamanan:
Gejala:                  Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:                  Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8.       Interaksi sosial
Gejala:
  Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
  Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
9.       Penyuluhan/pembelajaran:
  Riwayat kanker dalam keluarga
  Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
  Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
  Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

B.      Prioritas Masalah Keperawatan
1.   Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2.   Meningkatkan kenyamanan
3.   Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4.   Mencegah komplikasi
5.   Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

C.      Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut :
1.       Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
2.      Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a.       Peningkatan bunyi usus/peristaltic
b.      Peningkatan defekasi cair
c.       Perubahan warna feses
d.      Nyeri/kram abdomen
3.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder
akibat obstruksi
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a.        Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b.      Peningkatan  bunyi usus
c.       Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d.      Mual, muntah, diare
5.       Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
6.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal),
pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
7.       Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
8.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
9.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
a.       Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
b.      Tidak akurat mengikuti instruksi
c.       Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

D.    Intervensi Dan Rasional


1.         Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik,
tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat

INTERVENSI RASIONAL
1)      Awasi masukan dan haluaran dengan Memberikan indikator langsung
cermat, ukur feses cair. Timbang berat keseimbangan cairan
badan tiap hari.

2)      Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu) Hipotensi, takikardi, demam dapat
menunjukkan respons terhadap dan/atau
efek kehilangan cairan
3)      Observasi kulit kering berlebihan dan
membran mukosa, penurunan turgor Menunjukkan kehilangan cairan
kulit, pengisian kapiler lambat berlebihan/ dehidrasi

4)      Pertahankan pembatasan peroral, tirah


baring; hindari kerja Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan
dan untuk menurunkan kehilangan cairan
5)      Observasi perdarahan dan tes feses usus
tiap hari untuk adanya darah samar
Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi
dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan
6)      Kolaborasi pemberian cairan merusak koagulasi, potensial resiko
paranteral, transfusi darah sesuai pendarahan
indikasi
Mempertahankan istirahat usus akan
memerlukan penggantian cairan untuk
7)      Kalaborasi pemberian obat sesuai memperbaiki kehilangan/ anemia
indikasi: Antiemetik, mis,
trimetobenzamida (Tigan); hidroksin Digunakan untuk mengontrol
(Vistaril); proklorperazin (Compazine), mual/muntah pada eksaserbasi akut,
Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol), Mengontrol demam, Merangsang
Vitamin K pembentukan protrombin hepatik,
menstabilisasi koagulasi dan
menurunkan resiko perdarahan
2.         Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan diare
atau penurunan frekuaensi defekasi.
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali
normal

INTERVENSI RASIONAL
1.       Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda
baring siapkan alat yang diperlukan sehingga perlu diantisipasi dengan
dekat tempat tidur, pasang tirai dan menyiapkan keperluan klien
segera buang feses setelah defekasi).

2.       Tingkatkan/pertahankan asupan Mencegah timbulnya maslah kekurangan


cairan per oral. cairan.

3.       Ajarkan tentang makanan-minuman


yang dapat Membantu klien menghindari agen
memperburuk/mencetuskan diare. pencetus diare.

4.       Observasi dan catat frekuensi


defekasi, volume dan karakteristik Menilai perkembangan masalah.
feses.

5.       Observasi demam, takikardia, Mengantisipasi tanda-tanda bahaya


letargi, leukositosis, penurunan protein perforasi dan peritonitis yang memerlukan
serum, ansietas dan kelesuan. tindakan kedaruratan.

6.       Kolaborasi pemberian obat-obatan


sesuai program terapi (antibiotika, Antibiotika untuk membunuh /menghambat
antikolinergik, kortikosteroid). pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik untuk menurunkan peristaltik
usus dan menurunkan sekresi digestif,
kortikosteroid untuk menurunkan proses
inflamasi.

3.         Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
hilang atau skala nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi Rasional
1.       Dorong pasien untuk melaporkan Mencoba untuk mentoleransi nyeri,
nyeri daripada meminta analgesic
Menurukan tegangan abdomen dan
2.       Izinkan pasien untuk memulai posisi meningkatkan rasa control
yang nyaman, mis lutut fleksi
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
3.       Berikan tindakan yang nyaman kembali perhatian dan menigkatkan
( pijatan punggung, ubah posisi) & kemampuan koping.
aktivitas senggang
Membantu pasien untuk istirahat lebih
4.       Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, efektif dan memfokuskan kembali
mis, bimbingan imajinasi, visualisasi. perhatian, sehingga menurunakan nyeri
Berikan aktivitas tenggang dan ketidak nyamanan

5.       Berikan obat sesuai indikasi, mis, Menurunkan nyeri, meningkatkan


analgesik kenyamanan.
 

4.       Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Tujuan: setelsh dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan


nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat

INTERVENSI RASIONAL
1.       Pertahankan tirah baring selama Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
fase akut/pasca terapi mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi.
2.       Bantu perawatan kebersihan
rongga mulut (oral hygiene). Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.

3.       Berikan diet TKTP, sajikan


dalam bentuk yang sesuai Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan
perkembangan kesehatan klien untuk mengimbangi status hipermetabolisme
(lunak, bubur kasar, nasi biasa) klien keganasan.

4.       Kolaborasi pemberian obat-


obatan sesuai indikasi (roborantia) Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12
dapat mencegah anemia; pemberian asam
folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi
5.       Bila perlu, kolaborasi pemberian karen amalbasorbsi.
nutrisi parenteral.
Pemberian peroral mungkin dihentikan
sementara untuk mengistirahatkan saluran
cerna.

5.         Diagnosa :  Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi


Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan  pola
eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan
konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.

Intervensi Rasional
1.  pastikan kebiasaan defekasi pasien dan Membantu dalam jadwal irigasi efektif
gaya hidup sebelunya untuk pasien dengan kolostomi

2.   observasi gerakan usus, warna, Indikator kembalinya fungsi GI,


konsistensi, dan jumlah mengidentifikasi ketepatan intervensi

3.   berikan pelunak feses, supositoria Mungkin perlu untuk merangsang


gliserin sesuai indikasi peristaltik dengan perlahan/evakuasi
feses

6.         Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen
dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat
meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.
Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh / mengering

INTERVENSI RASIONAL
1.        Observasi luka, catat Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi
karakteristik drainase selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi
kapan saja
2.     Ganti balutan sesuai
kebutuhan, gunakan tekhnik Sejumlah besar drainase serosa menuntut
aseptic penggantian dengan sering untuk menurunkan iritasi
kulit dan potensial ptensi
3.     Dorong posisi miring
dengan kepala tinggi, hindari Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain
duduk lama menurunkan resiko pengumpulan. Duduk lama
meningkatkan tekanan parineal, menurunkan
sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan

4.    Kalaborasi irigasi luka


sesuai indikasi, gunakan Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi
cairan garam faal, larutan atau kontaminasi intraoperasi
hidrogen peroksida, atau
larutan antibiotic

5.    Kalaborasi rendam duduk


Meningkatkan kebersihan dan memudahkan
penyembuhan.

7.       Diagnosa :  Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis


kanker
Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani. 

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1.    Orientasikan klien dan orang Informasi yang tepat tentang situasi yang
terdekat terhadap prosedur rutin dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/
dan aktivitas yang diharapkan. rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan
membantu klien mengantisipasi dan menerima
situasi yang terjadi.
2.    Eksplorasi kecemasan klien
dan berikan umpan balik. Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat
masalah kecemasan dan menawarkan solusi
yang dapat dilakukan klien.
3.    Tekankan bahwa kecemasan
adalah masalah yang lazim Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar
dialami oleh banyak orang dalam dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya
situasi klien saat ini. dengan harapan klien dapat memahami dan
menerima keadaanya.
4.     Ijinkan klien ditemani keluarga
(significant others) selama fase
kecemasan dan pertahankan Memobilisasi sistem pendukung, mencegah
ketenangan lingkungan. perasaan terisolasi dan menurunkan
kecemsan.
5.    Kolaborasi pemberian obat
sedatif.

Menurunkan kecemasan, memudahkan


6.    Pantau dan catat respon verbal istirahat.
dan non verbal klien yang Menilai perkembangan masalah klien.
menunjukan kecemasan.
Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang
diberikan.

8.         Diagnosa :  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperaawatn selama 2x24 jam di harapkan klien
dapat menerima kondisi diri sesuai situasi, menerima perubahan kedalam konsep diri
tanpa harga diri yang negative.
Kriteria hasil : klien menyatakan penerimaan tentang kondisi diri dengan baik.
INTERVENSI RASIONAL
1.       Pastikan apakah konseling dlakukan Memberikan informasi tentang tingkat
bila mungkin dan/atau ostomi perlu pengetahuan pasien terhadap
untuk diskusikan pengetahuan tentang situasi pasien.
2.    Dorong pasien/orang tedekat untuk Membantu pasien untuk menyadari
menyatakn perasaan tentang ostomi perasaannya tidak biasa dan perasaan
bersalah tentng mereka tidak perlu/tidak
membantu
3.     Catat prilaku menarik diri.
Peningkatan ktergantungan, manipulasi, Dugaan masalah pada pnilaian yang
atau tidak terlibat pada perawatan. dapat memerlukan evaluasi lanjut dan
terapi lebih ketat.
4.    Berikan kesempatan pada pasien
untuk menerima ostomi melalui Ketergantungan pada perawatan diri
partisipasi pada perawatan diri. membantu untuk memperbaiki
kepercayaan diri dan peneriman situai
5.     Rencanakan/jadwalkan perawatan
dengan pasien Meningkatkan rasa kontroling dan
memberikan pesan pada pasien bahwa
ia dapat menangani hal tersebut,
6.    Pertahankan pendekatan positif meningkatkan harga diri
selama aktifitas perawatan. Jangan
perlihatkan rasa marah secara pribadi Bantu pasien/orang terdekat untuk
menerima perubahan tubuh dan
7.    Diskusikan kemungkinan kontak merasakan baik tentang diri sendiri.
dengan pengunjung ostomi, dan buat
perjanjian untuk kunjungan berikutnya Dapat  memberikan sistem pendukung
bila diperlukan. yang baik

9.         Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan dapat
meningkatkan pemahaman klien kondisi/tentang penyakit, tindakan dan prognosis.
Dengan melakukan prosedur yang diperlukan, menjelaskan alasan tindakan.
Kriteria hasil : klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan penyakit serta
prosedur yang akan dilakukan pada dirinya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1.       Kaji tingkat pengetahuan klien/ orang Proses pembelajaran sangat
terdekat dan kemampuan/kesiapan  dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
belajar klien. mental klien.
2.        
3.   Jelaskan tentang proses penyakit,
penyebab/faktor risiko, dan dampak Meningkatkan pengetahuan klien
penyakit terhadap perubahan status tentang masalah yang dialaminya.
kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran
dan pola interaksi sosial klien.
4.    Jelaskan tentang terapi pembedahan,
radiasi dan kemoterapi serta efek Meningkatkan partisipasi dan
samping yang dapat terjadi kemandirian klien untuk mengikuti
program terapi.
5.   Tekankan pentingnya mempertahan
kan asupan nutrisi dan cairan yang
adekuat. Penderita kanker yang mengikuti
program terapi yang tepat dengan status
gizi yang adekuat meningkatkan kualitas
hidupnya. 

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2.  Jakarta: EGC
Doenges dkk. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Jakarta:
EGC
Prayuda hendi, Muhammad. Asuhan Keperawatan Pasien dengan  Ca
Colon. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 13 november 2011
Malini, eva. 2009. Askep Hemeroid Pasien Hemeroid dan Ca
Colorectal. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 27 november 2011

Anda mungkin juga menyukai