Askep Gadar Klmpok 1
Askep Gadar Klmpok 1
Askep Gadar Klmpok 1
Disusun Oleh :
Marfel Sahoa, S.Kep 19062053
Astri Engkol, S.Kep 19062071
Rani Kojongian, S.Kep 19062027
Celline Mamesah, S.Kep 19062100
Thenesia Sesa, S.Kep 19062016
Miranda Piri, S.Kep 19062123
Jesica Kader, S.Kep 19062085
Gabriela Kawengian, S.Kep 19062056
Eva Fenetiruma, S.Kep 19062049
Frisilia Lalela, S.Kep 19062018
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien
dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna
menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan
otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.
Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru,
atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2013).
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi
dimana fungsi jantung sebagai pompa untukmengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh
tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Saferi, 2013).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memom pada darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolis mejaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal (Mansjoerdan, 2013).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Ardini, 2007).
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Jantung
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung
terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongestif.
Klasifikasi berdasarkan derajat sakitnya dibagi dalam 4 kelas, yaitu:
a. Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas
sehari-hari tidak menyebabkan keluhan.
b. Kelas 2 : Penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai akti vitas fisik
terbatas. Tidak ada keluhan sewaktu istirahat, tetapi aktivitas sehari - hari akan
menyebabkan capek, berdebar, sesak nafas.
c. Kelas 3 : Penderita dengan aktivitas fisik yang sangat terbatas. Pada keadaan
istirahat tidak terdapat keluhan, tetapi aktivitas fisik ringan saja akan menyebabkan
capek, berdebar, sesak nafas.
d. Kelas 4 : Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan aktivitas fisik tanpa rasa
terganggu. Tanda-tanda dekompensasi atau angina malahan telah terdapat pada
keadaan istirahat.
2. Berdasarkan lokasi terjadinya terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis
yang terjadi meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung
S3, kecemasan kegelisahan, anoreksia, keringat dingin, dan paroxysmal nocturnal
dyspnea, ronki basah paru di bagian basal.
b. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongestif visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak
meliputi: edema ekstremitas bawah yang biasanya merupakan pitting edema,
pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher,
asites (penimbunan cairan di dalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, dan
lemah.
D. ETIOLOGI
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)
a. Meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel
b. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik
c. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati
d. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler, pericarditif konstriktif,
tamponade jantung
e. Gangguan sirkulasi: Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang melalui respon
mekanis
f. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung
untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat
g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejaksi
ventrikel kanan
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispnea
b. Ortopnea
c. Paroximal
d. Batuk
e. Mudah lelah
f. Kegelisahan dan kecemasan
2. Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan, dengan tanda dan gejala berikut:
a. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
b. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan
berat badan.
c. Hepatomegali
d. Anorexia dan mual
e. Nokturia, yang terjadi karena perfusi renal dan didukung oleh posisi penderita pada
saat berbaring
f. Kelemahan, yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi,
dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
G. KOMPLIKASI
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung Yaitu:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah
jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan otak).
3. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan aktivitas
trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium
sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena kejantung menuju
tomponade jantung
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah sebagai
berikut:
1. Foto thorok dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang disertai adanya
pembendungan cairan diparu karena hipertensi pulmonal. Tempat adanya infiltrat
precordial kedua paru dan efusi pleura
2. Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah lekosit
meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung. Keadaan asam basa
tergantung pada keadaan metabolisme, masukan kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal,
kadar natrium darah sedikit menurun walaupun kadar natrium total bertambah. Berat
jenis urine meningkat. Enzim hepar mungkin meningkat dalam kongesti hepar. Gagal
ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksi dengan
peningkatan PCO2. BUN dan kreatinin menunjukan penurunan perfusi ginjal. Albumin/
transferin serum mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau
penurunan sintesis proteindalam hepar mengalami kongesti. Kecepatan sedimentasi
menunjukan adanya inflamasi akut.
3. Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam rongga abdomen, dan
gambaran pembesaran hepar dan lien. Pembesaran hepar dan lien kadang sulit diperiksa
secara manual saat disertai asites.
4. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemik (jika
meliputi: Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga
hasil hemodelusi daran dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, CI, ureum, gula darah).
I. PENATALAKSANAAN
Menurut kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
1. Terapi non farmakologi
a. Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Oksigenasi
c. Dukung diit: pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema
2. Terapi farmakologi
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penuruna
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
b. Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalenia.
c. Terapi vasodilator : Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia
Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006. Semarang: UNDI
Kasron. 2012. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha Medika
Mansjoerdan, A. 2013. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Media Aesculapius
Udjianti, W. J. 2013. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Saferi, A. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
Syaifuddin, B. 2012. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Yogyakart: Nuha Medika
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAR DARURAT PADA NN. D.E DENGAN CHF
DI RUANGAN ISOLASI NON TRAUMA INTALASI GAWAT DARURAT
RSUP. PROF DR. R. D. KANDOU MANADO
PENGKAJIAN
Nama Pasien : Nn. D.E Umur : 17 tahun Jenis Kelamin : Perempuan
No RM : 00717969
Tgl Lahir : Tutuyan, 21/11/2002
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat Rumah : Tutuyan, Bolaang Mongondow Timur
Diagnosa Medis : CHF
Tanggal MRS : 19/02/2020
Kendaraan : Ambulan
Keluhan Utama : Sesak Napas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengalami sesak napas sejak 7 hari yang lalu, batuk
darah dan berbusa, pasien mengatakan merasa lemah dan
jantung terasa berdebar. KU : Cukup, Kes : CM, TTV : TD
: 130/70 mmHg, HR : 110x/menit, RR : 30x/menit, SB :
37ºC, SpO2 : 78%.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya
I. PRIMARY SURVEY
a. Airway : Tidak bebas, suara napas gurgling, terdapat sekresi sputum
diserti darah konsistensi kental dan berbusa.
b. Breathing : Pasien tampak sesak. Frekuensi napas 30x/menit, irama napas
tidak teratur, pernapasan cuping hidung, adanya tanda distress
pernapasan, terapasang oksigen RM 9 liter, suara napas
tambahan ronchi +/+
c. Circulation : Akral teraba dingin, CRT > 2 detik, frekuensi nadi
110x/menit, irama regular, teraba lemah, TD :130/70 mmHg,
kulit tampak lembab, turgor kulit kering. Pasien terpasang
IVFD, NaCl 0,9% dan Furosemide di manu sinistra.
Keadaan umum cukup, pasien tampak lemah, tingkat
d. Disability : kesadaran compos mentis,nilai GCS E4 V5 M6 = 15,
Kesimpulan : pasien dapat membuka mata spontan, orientasi
waktu, tempat, dan orang baik, pasien mampu mengikuti
instruksi, pupil isokor, respon cahaya (+), kekuatan otot
4/4/4/4
e. Eksposure : Tidak ada trauma, tidak ada jejas, tidak terdapat luka
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
2 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
3 Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan irama jantung
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN dan
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL
1. Pola napas tidak SLKI: Pola SIKI: Manajemen
efektif Napas Jalan Napas
berhubungan Setelah
dengan depresi dilakukan Observasi
pusat pernafasan tindakan 1. Monitor pola 1. Mendeteksi tanda
DS : keperawatan napas awal bahaya
- Pasien selama 3x8 jam 2. Monitor adanya 2. Mendeteksi tanda
mengatakan sesak diharapkan pola bunyi napas awal bahawa
nafas napas membaik tambahan
DO : dengan kriteria Mandiri
- Pasien tampak hasil : 3. Posisikan 3. Mendeteksi tanda
sesak nafas 1. Frekuensi semifowler atau awal bahaya pada
- Pasien tampak napas 4 fowler pernapasan
bernapas dengan (Cukup 4. Pertahankan 4. Memaksimalkan
cupping hidung Membaik). kepatenan jalan ekspansi paru
- Irama nafas tidak 2. Pernapasan napas
teratur Cuping Penkes
- Adanya tanda Hidung 5 5. Anjurkan asupan 5. hidrasi adekuat
distress (Menurun) cairan 2000 yang mencairkan
pernafasan ml/hari. secret
- Ekspansi dinding Kolaborasi
dada tidak 6. Kolaborasi 6. Memenuhi
maksimal pemberian kebutuhan O2
- Terpasang oksigen dalam tubuh
oksigen 9 menggunakan
Liter/menit
menggunakan kanul binasal
RM dengan 2L/menit.
- TTV
TD : 130/70
mmHg
HR 110x/menit
RR : 30x/menit
SB : 37,7 C
SPO2 :78%
- KU cukup, GCS
E4V5M6 =15
2. Bersihan jalan SLKI: SIKI: latihan
napas tidak efektif Bersihan jalan batuk efektif,
berhubungan napas Pemantauan
dengan hipersekresi Respirasi,
jalan nafas ditandai Manajemen Jalan
dengan Napas
Ds: Observasi
- pasien Setelah 1. Monitor adanya 1. Adanya retensi
mengatakan batuk dilakukan retensi sputum sputum
disertai dengan tindakan mengganggu pola
darah keperawatan Mandiri nafas
Do: diharapkan 2. Atur Posisi 2. Membantu
- pasien tampak masalah semifowler pengembangan
batuk bersihan jalan ekspansi paru
- terdapat sekresi napas pasien 3. Berikan minum 3. Mengurangi
sputum disertai meningkat hangat dahak/mengecerkan
darah, konsistensi dengan kriteria dahak
kental dan hasil 4. Lakukan 4. Penghisapan lendir
berbusa 1. Frekuensi penghisapan membantu
napas 4
- Suara napas (cukup lendir kurang membebaskan jalan
tambahan ronchi meningkat) dari 15 detik napas sumbatan
+/+ 2. Pola napas 4 Penkes
- Irama nafas tidak (cukup 5. Anjurkan minum 5. Air hangat dapat
teratur meningkat) air hangat membantu untuk
- TTV 3. Produksi mengencerkan
TD : 130/70 sputum 4 sekret
mmHg (cukup 6. Ajarkan teknik 6. Batuk secara efektif
HR 110x/menit menurun) batuk efektif mempermudah
RR : 30x/menit 4. Batuk efektif pengeluaran dahak
SB : 37,7 C meningkat dan mengurangi
SPO2 :78% tingkat kelelahan
- KU cukup, GCS Kolaborasi akibat batuk
E4V5M6 =15 7. Kolaborasi 7. Memudahkan
pemberian pengenceran dan
mukolitik atau pembuangan sekret
ekspektoran dengan cepat
3 Penurunan Curah SLKI: Curah SIKI: Perawatan
Jantung b.d Jantung jantung
Perubahan irama Setelah Observasi
jantung ditandai dilakukan 1. Identifikasi 1. Penurunan curah
dengan : tindakan gejala jantung dapat
DS : keperawatan penurunan curah diidentifikasi
- Pasien diharapkan jantung melalui gejala
mengatakan curah jantung yang muncul
merasa lemah meningkat, meliputi dyspnea,
- Pasien dengan kriteria kelelahan, edema,
mengatakan hasil: ortopnea, dan
jantung terasa 1. Kekuatan adanya
berdebar nadi perifer peningkatan
DO : (3) sedang CVP)
- Pasien tampak 2. Takiikardia 2. Monitor tekanan 2. Tekanan darah
lemah (3) sedang darah pada pasien
- Akral teraba 3. Edema (4) dengan curah
dingin cukup jantung perlu
- CRT > 2 detik menurun untuk dimonitor
- Terdapat edema 4. Tekanan karna penting
pada ekstremitas darah (4) untuk membantu
bawah cukup penegakan
- Pitting edema + membaik diagnostic
- TTV : TD : 3. monitor keluhan 3. Nyeri dada yang
130/70 Mmhg, nyeri dada muncul pada
N : 110 x/m, R : pasien dengan
30x/m, SB : penurunan curah
37,7oC jantung, biasanya
- Ku : cukup, Kes memicu adanya
: CM komplikasi atau
- GCS : E4V5M6 kelainan yang
terjadi yang
berhubungan
dengan system
Terapeutik coroner
4. Posisikan pasien 4. Posisi semi
semi fowler atau fowler atau
fowler dengan fowler diberikan
kaki ke bawah agar klien
atau posisi nyaman dan
nyaman membuat
sirkulasi darah
berjalan dengan
baik
5. Fasilitasi pasien 5. Gaya hidup yang
dan keluarga sehat dapat
untuk modifikasi membantu
gaya hidup sehat perubahan pola
hidup, sehingga
pasien dapat tetap
ada dalam ruang
lingkup sehat jika
gaya hidup
diubah menjadi
Kolaborasi lebih sehat
6. Kolaborasi 6. Antiaritmia
pemberian adalah obat yang
antiaritmia, Jika digunakan untuk
perlu menangani
kondisi aritmia
atau ketika
denyut jantung
berdetak terlalu
cepay / terlalu
lambat dan tidak
teratur.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
DX
1 Rabu 1. Memonitor pola napas S:
19/02/2020 Hasil: klien tampak Klien mengatakan
09.00 sesak, pola napas klien masih terasa sesak
tampak tidak bebas, napas.
irama napas tidak O:
teratur, pernapasan - Klien tampak
cuping hidung, tampak sesak
adanya distres - Pola napas klien
pernapasan, tampak tampak tidak bebas
menggunakan otot - Irama napas klien
bantu napas, frekuensi tidak teratur
30 x/m. - Pernapasan cuping
09.05 2. Memonitor adanya hidung
bunyi napas tambahan - Tampak adanya
Hasil: tampak bunyi distres pernapasan
napas tambahan ronchi - Tampak
pada klien. menggunakan otot
09.10 3. Memposisikan bantu napas
semifowler atau fowler - Terdapat bunyi
Hasil: klien tampak napas tambahan
duduk semifowler ronchi
09.10 4. Mempertahankan - Frekuensi napas 28
kepatenan jalan napas x/m
Hasil: jalan napas klien A:
paten Pola napas tidak
09.20 5. Menganjurkan asupan efektif belum teratasi
cairan 2000 ml/hari.
Hasil: klien P:
mengatakan sering Intervensi dilanjutkan
minum, dalam sehari ±
1500 air yang klien
minum.
09.05 6. Berkolaborasi
pemberian oksigen
Hasil: klien di berikan
terapi O2
menggunakan RM 9
ltr/m.
2 Rabu 1. Memonitor adanya S:
19/02/2020 retensi sputum Klien mengatakan
09.00 Hasil: tampak terdapat batuk dan berlendir,
sekresi sputum disertai disertai darah.
darah dengan O:
konsistensi kental dan - Klien tampak
berbusa. batuk
09.10 2. Mengatur posisi - Terdapat sekresi
semifowler sputum disertai
Hasil: klien tampak darah dengan
duduk semifowler konsistensi kental
09.25 3. Memberikan minum dan berbusa
hangat - Suara napas klien
Hasil: klien tampak gurgling
minum air hangat A:
09.25 4. Menganjurkan minum Bersihan jalan napas
air hangat tidak efektif belum
Hasil: klien tampak teratasi
minum air hangat P:
Intervensi dilanjutkan
09.30 5. Mengajarkan teknik
batuk efektif
Hasil: klien mengerti
apa yang diajarkan
mengenai teknik batuk
efektif
10.00 6. Berkolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran
Hasil: diberikan terapi
Nebulizing dengan
jenis obat yang
digunakan Combivent
3 Rabu 1. Mengidentifikasi gejala S:
19/02/2020 penurunan curah - Klien menggatakan
10.05 jantung merasa lemah dan
Hasil: Klien tampak sesak nafas
lemah, klien tampak O:
keringat dingin, klien - KU : sedang. KES:
sesak nafas dan pucat Compos Mentis
dan CRT >2 detik - GCS 15 E4M6V4
10.05 2. Memonitor tekanan - TTV :
darah - TD : 120/80
Hasil : TD : 130/70 mmHg
mmHg - N: 100x/m
10.10 3. Memonitor keluhan - RR : 28x/m
nyeri dada - SB : 37, 7oC
Hasil : pasien tidak - Klien tampak
mengeluh nyeri dada lemah
09.10 4. Memposisikan pasien - Klien tampak
semi fowler atau fowler sesak nafas
dengan kaki ke bawah - Terdapat edema
atau posisi nyaman pada ekstermitas
Hasil: Klien bawah
diposisikan dengan - Pitting edema +
posisi semi-fowler - CRT > 2 detik
10.15 5. Memfasilitasi pasien - Akral teraba dingin
dan keluarga untuk A:
modifikasi gaya hidup - Masalah
sehat keperawatan
Hasil: Klien dan penurunan curah
keluarga diberikan jantung belum
pendidikan kesehatan teratasi
untuk menjaga atau P:
merubah pola makan - Intervensi
dan gaya hidup sehat dilanjutkan di
seperti berolahraga, rawat inap
isirahat yang cukup
14.45 6. Berkolaborasi
pemberian antiaritmia,
Jika perlu
Hasil: diberikan terapi
KSR 600gr via oral
Pathway
Iskemik miokardium
Infark miokard
CHF
Pola Nafas
Tidak Efektif
DAFTAR OBAT