Anda di halaman 1dari 7

6.

bagaimana metabolisme dan pengahancuran sel darah merah

Jawab:

Hemopoesis atau hematopoesis adalah proses pembentukan darah.

Tempat hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :

Janin : umur 0-2 bulan (kantung kuning telur) umur 2-7 bulan (hati, limpa) umur 5-9 bulan (sumsum
tulang)

Bayi : Sumsum tulang

Dewasa. : vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum dan pelvis, ujung proksimal femur.

Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum tulang. Untuk
kelangsungan hemopoesis diperlukan :

1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)

Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk eritrosit,
lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling
primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.

Sel induk pluripotent mempunyai sifat :

A.Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis meskipun terus
membelah;

B.Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;

C.Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-fungsi tertentu.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi menjadi :

Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai kemampuan untuk
menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.

Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi melalui salah satu
garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel induk
limfoid.

Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa jenis sel. Misalnya
CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel
granulosit dan sel-sel monosit.
Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel saja. Contoh CFU-
E (colony forming unit- erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-G (colony forming unit-
granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi granulosit.

2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang

Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh secara
kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :

Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang

Sel-sel stroma :

Sel endotel

Sel lemak

Fibroblast

Makrofag

Sel reticulum

3.Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan proteoglikan.


Lingkungan mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :

1.Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah mikro dalam sumsum
tulang.

2.Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh adanya adhesion molecule

3.Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor, cytokine, dan lain-lain

Bahan-bahan pembentuk darah

3.Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :

1.Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.

2.Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.

3.Cobalt, magnesium, Cu, Zn.

4.Asam amino.

5.Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain.

4. Mekanisme regulasi

Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan pelepasan
sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon
kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan ataupun kekurangan
(defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini
adalah :

Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :

1.Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)

2.Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)

3.Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)

4.Thrombopoietin

5. promoting activity (BPA)

6.Stem cell factor (kit ligand)

2.Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti limfosit, monosit,
atau makrofag, serta sebagian oleh sel- sel penunjang, seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang
merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel
induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses hemopoesis
normal.

Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk diginjal khusus
merangsang precursor eritroid.

Hormon nonspesifik

Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :

1.Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.

2.Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.

3.Glukokortikoid.

4.Growth hormon

5.Hormone tiroid

Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme umpan balik yang
dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah (positive loop) atau menekan
hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu (negative loop).

Sumber: Dictio Haljor dan Hari yoga pratama.2010."pembentukan Hematopoesis".(artikel). Tersedia:


https://www.dictio.id/t/bagaimana-proses-hematopoiesis/6151.(17 Januari 2017)

Sel darah merah

Sel-sel darah yang paling banyak adalah sel-sel darah merah atau eritrosit dengan
persentase sekitar 99,9% dari seluruh elemen padat darah. Dalam darah, jumlah
eritosit sekitar 700 kali lebih banyak dibandingkan sel-sel darah putih (leukosit) dan 17
kali lebih banyak dari keping darah (trombosit).
etiap laki-laki dewasa dalam 1 mikroliter atau 1 milimeter kubik (mm3) darahnya
mengandung sekitar 4,5 – 6,3 juta eritrosit, sedangkan perempuan dewasa mengandung
4,2 – 5,5 juta eritrosit. Jumlah eritrosit yang lebih tinggi pada laki-laki karena laki-laki
memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi daripada perempuan, dan konsentrasi
eritrosit yang lebih besar diperlukan untuk menyediakan oksigen yang dibutuhkan untuk
metabolisme sel-sel.

Setetes darah mengandung sekitar 260 juta eritrosit, dan rata-rata darah orang dewasa mengandung 25
triliun eritrosit. Jumlah eritrosit sekitar sepertiga dari keseluruhan jumlah sel yang terdapat dalam tubuh
manusia.

Struktur Eritrosit

Eritrosit yang normal berbentuk cakram atau piringan yang di bagian tengah

kedua sisinya mencekung (bikonkaf), dengan diameter sekitar 7,5 μm. Bentuk bikonkaf

memberikan keuntungan yaitu menjadikan eritrosit memiliki permukaan yang lebih luas

bagi difusi oksigen, dibandingkan dengan bentuk bulat datar dengan ukuran yang sama,

dan membuat pergerakan gas ke dalam dan ke luar sel berlangsung lebih cepat. Selain

itu eritrosit juga bersifat fleksibel sehingga memungkinkan eritrosit berjalan melalui

kapiler yang sempit dan berkelok-kelok untuk menyampaikan oksigen ke jaringan tanpa

Mengalami kerusakan. Diameter eritrosit dalam keadaan nomal 7,5 – 8 μm mampu

mengalami deformasi pada saat melalui kapiler yang bahkan berdiameter 3 μm. Eritrosit

tidak memiliki inti atau organel yang lain. Sepertiga isi eritrosit adalah haemoglobin

(pigmen merah). Kandungan haemoglobin dalam eritrosit inilah yang menjadikan darah

berwarna merah. Dalam satu eritrosit mengandung sekitar 280 juta molekul

haemoglobin. Isi sel darah merah lainnya termasuk lipid, adenosin trifosfat (ATP), dan

enzim karbonat anhidrase.

Eritrosit memiliki dua fungsi utama, yaitu mengangkut oksigen dari paru-paru

dan mengendarkannya ke jaringan yang lain. Eritrosit juga mengangkt karbondioksida

dari jaringan untuk dibawa ke paru-paru. Pengangkutan gas dalam eritrosit dilakukan oleh Hem

Siklus hidup Eritrosit


Umur eritrosit pendek, tanpa DNA dan RNA, eritrosit tidak dapat membentuk

protein untuk memperbaiki sel, pertumbuhan, pembelahan dan memperbaharui pasokan

enzim. Usia eritrosit hanya mampu bertahan selama 120 hari. Selama rentang waktu 4

bulan, eritrosit pengembara sekitar 700 mil ketika bersirkulasi melalui pembuluh darah.

Seiring dengan penuaan eritrosit, membran plasmanya tidak dapat diperbaharui menjadi

rapuh dan rentan, serta mengalami kerusakan ketika masuk ke dalam sistem pembuluh

sempit. Sebagian besar eritrosit mengakhiri hidupnya di limfa, karena jaringan

kapilernya sempit dan berbelit-belit. Selain menghancurkan eritrosit, limfa juga berfungsi

untuk menyimpan eritrosit sehat di dalam pulpa interiornya, tempat penyimpanan

trombosit dan banyak mengandung limfosit. Eritrosit yang rusak ditelan dan dicerna oleh

sel makrofag dengan cara fagositosis. Bagian heme dari hemoglobin dipecah menjadi

besi dan pigmen kuning yang disebut bilirubin. Komponen besi disimpan sementara di

hati dan limpa sebelum didaur ulang di sumsum tulang merah dan digunakan untuk

membentuk lebih banyak hemoglobin baru. Bilirubin (pigmen empedu) disekresikan oleh

hati dalam empedu, yang dibawa oleh saluran empedu ke dalam usus kecil.

Eritrosit tidak dapat membelah diri, untuk menggantikan jumlahnya yang mati

diproduksi eritrosit baru oleh sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit disebut

eritropoiesis. Kecepatan pembentukan sel darah merah oleh sumsum tulang adalah 2 – 3

juta eritrosit/detik mengimbangi musnahnya sel-sel eritrosit tua, sehingga tetap dalam

kondisi yang seimbang. Dalam keadaan normal 2,5 juta eritrosit hancur dalam setiap

detik atau sekitar 0,00001% dari total seluruh jumlah eritrosit (25 triliun) yang mengalir

dalam sirkulasi darah orang dewasa. Eritropoiesis dikontrol oleh hormon ertropoietin dari

ginjal dan testosterone.


Produksi eritrosit bervariasi tergantung konsentrasi oksigen dalam darah. Jika

konsentrasi oksigen darah rendah (hipoksia), seperti setelah perdarahan, eritropoietin

ginjal dan hati dilepaskan, sehingga produksi eritrosit oleh sumsum tulang merah meningkat.

Ketika eritrosit baru ditambahkan ke darah dan konsentrasi oksigen

meningkat ke tingkat normal, produksi eritropoietin menurun, menyebabkan penurunan

produksi eritrosi, sehingga jumlah eritrosit selalu seimbang.

Besi, asam folat, dan vitamin B12 diperlukan untuk produksi eritrosit. Besi

diperlukan untuk sintesis hemoglobin karena setiap molekul hemoglobin mengandung

empat atom besi. Asam folat dan vitamin B12 diperlukan untuk sintesis DNA selama

tahap awal pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang merah. Vitamin B12 kadang-

kadang disebut faktor ekstrinsik karena diperoleh eksternal untuk tubuh.

Sumber:

Anda mungkin juga menyukai