Anda di halaman 1dari 6

SISTEM PENCERNAAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi dari internet yang dapat
dipercaya kebenarannya. Tuliskan sumber yang Anda gunakan untuk menjawab setiap pertanyaan.

1. Buatlah perbandingan struktur histologi antara esofagus, lambung, duodenum dan kolon (untuk
setiap tunika penyusunnya)
Esofagus Lambung Duodenum Kolon

(Pearce,1999)

2. a. Apakah fungsi HCl lambung?


1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin, dan membentuk lingkungan
asam yang optimal untuk aktivitas pepsin.
2. Membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat, sehingga partikel makanan berukuran besar dapat
dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil.
3. Bersama dengan lisozim air liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang masuk bersama
makanan, walaupun sebagian dapat lolos serta terus tumbuh dan berkembang biak di usus besar
(Sherwood, 2010).

b. Jelaskan mengapa dinding lambung tidak menjadi rusak oleh HCl yang dihasilkannya!
Lambung dapat diserang oleh beberapa faktor endogen dan faktor eksogen yang berbahaya.
Sebagai contoh faktor endogen adalah asam hidroklorida (HCl), pepsinogen/pepsin, dan garam empedu,
sedangkan contoh substansi eksogen yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung adalah seperti
obat, alkohol, dan bakteri. Sistem biologis yang kompleks dibentuk untuk menyediakan pertahanan dari
kerusakan mukosa dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang dapat terjadi (Kasper, Hauser, Longo,
Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).
Sistem pertahanan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan sawar yang terdiri dari preepitel, epitel, dan
subepitel. Pertahanan lini pertama adalah lapisan mukus bikarbonat, yang berperan sebagai sawar
psikokemikal terhadap beberapa molekul termasuk ion hidrogen. Mukus dikeluarkan oleh sel epitel
permukaan lambung. Mukus tersebut terdiri dari air (95%) dan pencampuran dari lemak dan glikoprotein
(mucin). Fungsi gel mukus adalah sebagai lapisan yang tidak dapat dilewati air dan menghalangi difusi
ion dan molekul seperti pepsin. Bikarbonat, dikeluarkan sebagai regulasi di bagian sel epitel dari mukosa
lambung dan membentuk gradien derajat keasaman (pH) yang berkisar dari 1 sampai 2 pada lapisan lumen
dan mencapai 6 sampai 7 di sepanjang lapisan epitel sel (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, &
Jameson Epitelium, 2008).
Lapisan sel epitel berperan sebagai pertahanan lini selanjutnya melalui beberapa faktor, termasuk
produksi mukus, tranpoter sel epitel ionik yang mengatur pH intraselular dan produksi bikarbonat dan taut
erat intraselular. Jika sawar preepitel dirusak, sel epitel gaster yang melapisi sisi yang rusak dapat
bermigrasi untuk mengembalikan daerah yang telah dirusak (restitution). Proses ini terjadi dimana
pembelahan sel secara independen dan membutuhkan aliran darah yang tidak terganggu dan suatu pH
alkaline di lingkungan sekitarnya.
Beberapa faktor pertumbuhan (growth factor) termasuk epidermal growth factor ( EGF),
transforming growth factor (TGF)α dan basic fibroblast growth factor (FGF), memodulasi proses
pemulihan. Kerusakan sel yang lebih besar yang tidak secara efektif diperbaiki oleh proses perbaikan
(restitution), tetapi membutuhkan proliferasi sel. Regenerasi sel epitel diregulasi oleh prostaglandin dan
faktor pertumbuhan (growth factor) seperti EGF dan TGF α. Bersamaan dengan pembaharuan dari sel
epitel, pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) juga terjadi pada kerusakan mikrovaskular.
Kedua faktor yaitu FGF dan VEGF penting untuk meregulasi angiogenesis di mukosa lambung (Kasper,
Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).
Sistem mikrovaskular yang luas pada lapisan submukosa lambung adalah komponen utama dari
pertahanan subepitel, yang menyediakan HCO3¯, yang menetralisir asam yang dikeluarkan oleh sel
parietal. Lebih lagi, sistem mikrosirkulasi menyediakan suplai mikronutrien dan oksigen dan membuang
metabolit toksik (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008). Prostaglandin
memainkan peran yang penting dalam hal pertahanan mukosa lambung. Mukosa lambung mengandung
banyak jumlah prostaglandin yang meregulasikan pengeluaran dari mukosa bikarbonat dan mukus,
menghambat sekresi sel parietal, dan sangat penting dalam mengatur aliran darah dan perbaikan dari sel
epitel (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).

Setiap perubahan pada mekanisme sawar dapat membawa kepada keadaan asidosis sel, nekrosis, dan
pembentukan ulserasi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai hasil dari inflamasi (proteolisis mukus),
pemaparan terhadap OAINS atau kerusakan akibat iskemia (penurunan aliran darah submukosa) (Schmitz
& Martin, 2008).

3. a. Apakah fungsi hati dalam pencernaan makanan?


Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan empedu yang kemudian dibawa ke usus kecil
untuk mengemulsikan lemak serta membantu pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem
pencernaan (Guyton, 2007)
Selain itu, fungsi hati dalam sistem pencernaan yaitu (Guyton, 2007) :
1. Hati sebagai penghasil empedu. Fungsi hati dalam sistem pencernaan yaitu untuk menghasilkan
empedu. Empedu yang dihasilkan oleh hati sangat diperlukan dalam proses pencernaan untuk
memecahkan lemak. Hati bertugas untuk membuat empedu dan juga menyimpannya pada kantong
empedu. Pada saat seseorang telah mengkonsumsi suatu makanan yang berlemak, maka kandung empedu
akan segera melepas cairan empedu ke lambung guna membantu asam untuk memecahkan lemak yang
terdapat pada lambung.
2. Hati bertugas untuk memproses nutrisi dan juga racun. Pada saat seseorang makan, maka lambung dan
juga usus halus akan mencerna makanan yang manusia itu makan. Makanan yang telah dipecahkan akan
segera diserap pada dinding usus dan akan berjalan menuju ke hati. Kemudian hati akan memecah zat
tersebut untuk bisa diolah lebih lanjut oleh organ pencernaan selanjutnya.
3. Hati sebagai penerima dan juga penghasil glukosa. Hati merupakan sebuah organ yang paling banyak
menghasilkan dan juga menerima glukosa. Glukosa yang diterima atau di hasilkan oleh hati kemudian
akan di gunakan untuk proses pencernaan di dalam usus halus

b. Bila sel-sel hati mengalami kerusakan, bagaimanakah pengaruhnya terhadap pencernaan


makanan?
Hati merupakan satu organ yang dapat menghasilkan sel baru untuk menggantikan sel yang rusak. Akan
tetapi, jika hati mengalami kerusakan berulang kali dalam jangka waktu yang panjang, yang disebabkan
oleh factor luar, seperti alcohol dll, hal ini akan menyebabkan hati mengalami kerusakan yang tidak bisa
diperbaiki (Popper and Scafner, 1990).
Guyton dan Hall (1997) menjelaskan bahwa hati memiliki peranan dalam metabolisme yang cukup besar,
yaitu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Dalam metabolisme karbohidarat, hati memiliki fungsi
sebagai berikut: menyimpan glukosa, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, gluconeogenesis
dan membentuk banyak senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat. Fungsi
spesifik hati dalam metabolisme lemak adalah: kecepatan oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat
untuk mensuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, pembentukkan sebagian besar lipoprotein dan
pembentukan sejumlah besar kolesterol dan fospolipid. Selain itu hati juga memiliki peranan yang cukup
penting dalam metabolisme protein yaitu: deaminasi asam amino, pembentukan amoniak dari cairan
tubuh, pembentukan protein plasma dan introkonvensi di antara asam amino yang berbeda demikian juga
dengan ikatan penting lainnya untuk proses metabolisme tubuh. Apabila sel-sel hati mengalami kerusakan
maka fungsi-fungsi hati akan terganggu dan sel-selnya tidak dapat bekerja lagi untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam tubuh.

4. Apakah absorpsi sari-sari makanan dapat terjadi di dalam lambung? Jelaskan jawaban Anda!
Tidak. Di dalam lambung tidak terjadi penyerapan sari-sari makanan, akan tetapi terjadi penyerapan air,
mineral, alkohol, obat – obatan, serta di lambung terdapat enzim pepsin, enzim renin dan HCl.
Enzim pepsin untuk membantu memecah protein menjadi pepton. Jadi ketika makanan yang bentuknya
masih kasar, akan memasuki lambung dan di cerna. Jika ada makanan yang memiliki kandungan protein,
akan di cerna dan di bantu proses pencernaannya oleh enzim pepsin. Tujuannya adalah berguna untuk
mengubahnya menjadi pepton, yakni merupakan senyawa protein yang memiliki ikatan lebih sederhana .
Enzim renin untuk mencerna makanan yang berasal dari protein susu menjadi kasein dan membantu
pengolahan kaseinogen atau protein susu di ubah menjadi bentuk yang sederhana, yakni menjadi kasein
(Ganong, 1995).

5. Jelaskan struktur dan fungsi lambung ruminansia! Bagian manakah dari lambung ruminansia
yang identik dengan lambung manusia? Jelaskan jawaban Anda!
Ruminansia memiliki rangakaian proses pencernaan yang komplek dibandingkan proses
pencernaan pada jenis ternak lainnya. Lambung / perut ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati)
(Fellner,2005).
Rumen adalah suatu ekosistim yang komplek yang dihuni oleh beraneka ragam mikroba yang
anaerob yang keberadaannya sangat banyak tergantung pada pakan. Rumen mempunyai empat ruangan,
yaitu Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum. Rumen dan retikulum dihubungkan dengan lapisan
dari jaringan yang disebut reticulo-rumen fold yang memungkinkan ingesta dapat berpindah dengan
leluasa dari rumen (perut besar) ke retikulum (perut jala) ataupun sebaliknya (Cakra,2016)

Rumen

a. Letak : rumen terletak di sebelah kiri rongga perut


b. Anatomi : permukaannya dilapisi oleh papilai untuk memperluas permukaan sehingga dapat
meningkatkan penyerapan (Absorpsi)
c. Terdiri dari 4 kantong (saccus)
d. Terbagi menjadi 4 zona.
e. Kondisi :
- Kandungan Bahan Kering Isi Rumen 10-15%,
- pH 6.0 – 7,0.
- Suhu 38 – 42˚C
- Berat Jenis/BJ 1,022 – 1,055.
- Gas CO2, H2, CH4, N2, O2 , H2S.
- Mikroba (Bakteri, Protozoa, Fungi)
- An aerob.
f. Fungsi Rumen :
- Tempat fermentasi oleh mikroba rumen
- Tempat Absorbsi VFA dan Amonia
- Tempat pencampuran
Retikulum
a. Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen
b.Terdapat lipatan-lipatan oesofagus yang merupakan lipatan jaringan yang langsung dari oesophagus ke
omasum.
c. Permukaan dalam : terdapat papilai menyerupai bentuk sarang lebah (honey comb) atau jala sehingga
disebut perut jala.
d. Fungsi:
-. Tempat fermentasi.
-. Membantu proses fermentasi.
-. Menyebarluaskan pakan ke rumen untuk dicerna (hijauan dan konsentrat ), ke omasum (cairan dan
pakan yang telah dicerna)
-. Absorbsi hasil-hasil fermentasi ( VFA, Amonia, Air dan lainnya).
-. Tempat berkumpilnya benda-benda asing.
-. Membantu proses ruminasi (regurgitasi)

Omasum

a. Dinding terdiri dari laminae berbentuk lipatan-lipatan longitudinal,


seperti lembaran buku sehinggadisebut perur buku.
b. Fungsinya:
- Lokasi fermentasi
- Mengatur arus ingesta ke abomasum lewat omasal-abomasal orifice.
- Filtering: terutama menyaring partikel yang besar.
-.Grinding/digerus dengan laminaenya
Abomasum

a. Letak : terletak di dasar perut kanan bawah


b. Bentuknya memanjang
c. Terdapat tonjolan/fold pada bagian dalam.
d. Terbagi menjadi 3 bagian :
- Kardia : sekresi mukus.
- Fundika: sekresi pepsinogen, renin, dan mukus.
- Filorika: sekresi mukus.
e. Fungsi:
- Tempat permulaan pencernaan enzymatis (perut sejati) yaitu pencernaan protein.
- Mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum

Lambung ruminansia yang identik dengan lambung manusia adalah abomasum. Karena di abomasum
terdapat enzim pepsin, renin dan HCl, serta dapat melakukan pencernaan kimia oleh enzim selulase seperti
di lambung manusia (Cakra,2016).

DAFTAR PUSTAKA
Cakra, I Gusti.2016. Ruminologi. Denpasar; Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
Fellner, V. 2005. Rumen Microbes and Nutrient Management. Animal Science Departmental Report. North
Carolina State University
Fauci AS, Kasper DL, Longo D, Braunwald E, Hauser SL, Loscalzo J, et al. Harrison's Principles of Internal
Medicine, 17th Edition. United States of America: Mcgraw-hil; 2008: 1901
Guyton dan Jhon Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Anggota IKAPI.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248,
606,636,1070,1340.
Ganong, W.F. (1995). Review of Medical Physiology. 4th ed. San Fransisco: Prentice Hall International Inc.
Pearce c. evelin.(1999). Histologi, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada: Yolanda Cossio.
Schmitz, P. G., & Martin, K. J. (2008). Internal Medicine: Just The Facts. Singapore: The McGraw-Hill
Companies.

Anda mungkin juga menyukai