Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi dari internet yang dapat
dipercaya kebenarannya. Tuliskan sumber yang Anda gunakan untuk menjawab setiap pertanyaan.
1. Buatlah perbandingan struktur histologi antara esofagus, lambung, duodenum dan kolon (untuk
setiap tunika penyusunnya)
Esofagus Lambung Duodenum Kolon
(Pearce,1999)
b. Jelaskan mengapa dinding lambung tidak menjadi rusak oleh HCl yang dihasilkannya!
Lambung dapat diserang oleh beberapa faktor endogen dan faktor eksogen yang berbahaya.
Sebagai contoh faktor endogen adalah asam hidroklorida (HCl), pepsinogen/pepsin, dan garam empedu,
sedangkan contoh substansi eksogen yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung adalah seperti
obat, alkohol, dan bakteri. Sistem biologis yang kompleks dibentuk untuk menyediakan pertahanan dari
kerusakan mukosa dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang dapat terjadi (Kasper, Hauser, Longo,
Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).
Sistem pertahanan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan sawar yang terdiri dari preepitel, epitel, dan
subepitel. Pertahanan lini pertama adalah lapisan mukus bikarbonat, yang berperan sebagai sawar
psikokemikal terhadap beberapa molekul termasuk ion hidrogen. Mukus dikeluarkan oleh sel epitel
permukaan lambung. Mukus tersebut terdiri dari air (95%) dan pencampuran dari lemak dan glikoprotein
(mucin). Fungsi gel mukus adalah sebagai lapisan yang tidak dapat dilewati air dan menghalangi difusi
ion dan molekul seperti pepsin. Bikarbonat, dikeluarkan sebagai regulasi di bagian sel epitel dari mukosa
lambung dan membentuk gradien derajat keasaman (pH) yang berkisar dari 1 sampai 2 pada lapisan lumen
dan mencapai 6 sampai 7 di sepanjang lapisan epitel sel (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, &
Jameson Epitelium, 2008).
Lapisan sel epitel berperan sebagai pertahanan lini selanjutnya melalui beberapa faktor, termasuk
produksi mukus, tranpoter sel epitel ionik yang mengatur pH intraselular dan produksi bikarbonat dan taut
erat intraselular. Jika sawar preepitel dirusak, sel epitel gaster yang melapisi sisi yang rusak dapat
bermigrasi untuk mengembalikan daerah yang telah dirusak (restitution). Proses ini terjadi dimana
pembelahan sel secara independen dan membutuhkan aliran darah yang tidak terganggu dan suatu pH
alkaline di lingkungan sekitarnya.
Beberapa faktor pertumbuhan (growth factor) termasuk epidermal growth factor ( EGF),
transforming growth factor (TGF)α dan basic fibroblast growth factor (FGF), memodulasi proses
pemulihan. Kerusakan sel yang lebih besar yang tidak secara efektif diperbaiki oleh proses perbaikan
(restitution), tetapi membutuhkan proliferasi sel. Regenerasi sel epitel diregulasi oleh prostaglandin dan
faktor pertumbuhan (growth factor) seperti EGF dan TGF α. Bersamaan dengan pembaharuan dari sel
epitel, pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) juga terjadi pada kerusakan mikrovaskular.
Kedua faktor yaitu FGF dan VEGF penting untuk meregulasi angiogenesis di mukosa lambung (Kasper,
Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).
Sistem mikrovaskular yang luas pada lapisan submukosa lambung adalah komponen utama dari
pertahanan subepitel, yang menyediakan HCO3¯, yang menetralisir asam yang dikeluarkan oleh sel
parietal. Lebih lagi, sistem mikrosirkulasi menyediakan suplai mikronutrien dan oksigen dan membuang
metabolit toksik (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008). Prostaglandin
memainkan peran yang penting dalam hal pertahanan mukosa lambung. Mukosa lambung mengandung
banyak jumlah prostaglandin yang meregulasikan pengeluaran dari mukosa bikarbonat dan mukus,
menghambat sekresi sel parietal, dan sangat penting dalam mengatur aliran darah dan perbaikan dari sel
epitel (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).
Setiap perubahan pada mekanisme sawar dapat membawa kepada keadaan asidosis sel, nekrosis, dan
pembentukan ulserasi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai hasil dari inflamasi (proteolisis mukus),
pemaparan terhadap OAINS atau kerusakan akibat iskemia (penurunan aliran darah submukosa) (Schmitz
& Martin, 2008).
4. Apakah absorpsi sari-sari makanan dapat terjadi di dalam lambung? Jelaskan jawaban Anda!
Tidak. Di dalam lambung tidak terjadi penyerapan sari-sari makanan, akan tetapi terjadi penyerapan air,
mineral, alkohol, obat – obatan, serta di lambung terdapat enzim pepsin, enzim renin dan HCl.
Enzim pepsin untuk membantu memecah protein menjadi pepton. Jadi ketika makanan yang bentuknya
masih kasar, akan memasuki lambung dan di cerna. Jika ada makanan yang memiliki kandungan protein,
akan di cerna dan di bantu proses pencernaannya oleh enzim pepsin. Tujuannya adalah berguna untuk
mengubahnya menjadi pepton, yakni merupakan senyawa protein yang memiliki ikatan lebih sederhana .
Enzim renin untuk mencerna makanan yang berasal dari protein susu menjadi kasein dan membantu
pengolahan kaseinogen atau protein susu di ubah menjadi bentuk yang sederhana, yakni menjadi kasein
(Ganong, 1995).
5. Jelaskan struktur dan fungsi lambung ruminansia! Bagian manakah dari lambung ruminansia
yang identik dengan lambung manusia? Jelaskan jawaban Anda!
Ruminansia memiliki rangakaian proses pencernaan yang komplek dibandingkan proses
pencernaan pada jenis ternak lainnya. Lambung / perut ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati)
(Fellner,2005).
Rumen adalah suatu ekosistim yang komplek yang dihuni oleh beraneka ragam mikroba yang
anaerob yang keberadaannya sangat banyak tergantung pada pakan. Rumen mempunyai empat ruangan,
yaitu Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum. Rumen dan retikulum dihubungkan dengan lapisan
dari jaringan yang disebut reticulo-rumen fold yang memungkinkan ingesta dapat berpindah dengan
leluasa dari rumen (perut besar) ke retikulum (perut jala) ataupun sebaliknya (Cakra,2016)
Rumen
Omasum
Lambung ruminansia yang identik dengan lambung manusia adalah abomasum. Karena di abomasum
terdapat enzim pepsin, renin dan HCl, serta dapat melakukan pencernaan kimia oleh enzim selulase seperti
di lambung manusia (Cakra,2016).
DAFTAR PUSTAKA
Cakra, I Gusti.2016. Ruminologi. Denpasar; Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
Fellner, V. 2005. Rumen Microbes and Nutrient Management. Animal Science Departmental Report. North
Carolina State University
Fauci AS, Kasper DL, Longo D, Braunwald E, Hauser SL, Loscalzo J, et al. Harrison's Principles of Internal
Medicine, 17th Edition. United States of America: Mcgraw-hil; 2008: 1901
Guyton dan Jhon Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Anggota IKAPI.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248,
606,636,1070,1340.
Ganong, W.F. (1995). Review of Medical Physiology. 4th ed. San Fransisco: Prentice Hall International Inc.
Pearce c. evelin.(1999). Histologi, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada: Yolanda Cossio.
Schmitz, P. G., & Martin, K. J. (2008). Internal Medicine: Just The Facts. Singapore: The McGraw-Hill
Companies.