17. Leukovorin (asam folinic) Diencerkan dalam NaCl 0.9% 100 ml dalam Peggy
Tablet 15 mg bag Habis dalam 1 jam
Ampul = 3 mg/ml
Vial = 50 mg/5 ml
FEBRILE NEUTROPENIA
ANEMIA APLASTIK
Limfosit T sitotoksik aktif, memegang peran yang besar dalam kerusakan jaringan sumsum
tulang melalui pelepasan limfokin seperti interferon-Y (IFN-ϒ) dan tumor necrosis factor β (TNF-
β). Peningkatan interleukin-2 mengawali terjadinya ekspansi poliklonal sel T. Aktivasi reseptor
Fas melalui fas-ligand menyebabkan terjadinya apoptosis sel target. Efek IFN-ϒ melalui
interferon regulatory factor 1 (IRF-1), adalah menghambat transkripsi gen dan masuk ke dalam
siklus sel. IFN-ϒ juga menginduksi pembentukkan nitrit oxide synthase (NOS), dan produksi gas
toksisk nitrit oxide (NO) yang mungkin menyebabkan efek toksiknya menyebar.
A. Invasi mikroorganisme, sel-sel tumor ganas, atau disregulasi autoimun menyebabkan aktivasi sel T
(CD3+) dan monosit. Sel-sel ini menginduksi mekanisme efektor sistem imun dengan cara memproduksi
sitokin seperti interferon-ϒ (dari sel T), dan Tumor necrosis factor α (TNF-α), interleukin-1, interleukin-6,
dan interleukin-10 (dari monosit atau makrofag).
B. Interleukin-6 (IL-6) dan lipopolisakarida menstimulasi ekspresi hepcidin (pada hepar) sehingga
menghambat abdsorbsi besi pada duodenum.
E. TNF-α, interferon-ϒ dan interleukin-1 secara langsung menghambat diferensiasi dan proliferasi sel
progenitor eritroid. Sehingga menyebabkan terbatasnya ketersediaan besi dan menurunkan aktivitas
biologi dan eritropoetin sehingga menyebabkan inhibisi pada eritropoesis dan menyebabkan anemia.
METABOLISME
BESI B
A HEPATOSIT
ENTEROSIT
Pembuluh darah
Transferin -2 molekul Fe3+
Biosintesis heme
C
Ada dua cara penyerapan besi dalam usus,
3+
Penyerapan dalam bentuk non heme (sekitar 90% berasal dari makanan), yaitu Ferro /Fe (terdapat dalam sirkulasi)
2+
dan harus ubah dulu menjadi bentuk yang diserap yaitu ferri/Fe (bentuk yang diabsorbsi di mukosa usus). Absorbsi
Fe terjadi di mukosa duodenum dan jejenum, tepatnya pada brush border line yang terdapat di sepanjang permukaan
vili-vili usus.
Penyerapan dalam bentuk heme (sekitar 10% berasal dari makanan): besinya dapat langsung diserap tanpa
memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi.
A. PENYERAPAN BESI NON HEME DAN BESI HEME DI DUODENUM DAN JEJENUM
Besi no heme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks transferin besi yang
kemudian akan masuk dalam sel mukosa. Di dalam sel mukosa, besi akan dilepaskan dan apotransferinnya kembali ke dalam
lumen usus. Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di duodenum sampai pertengahan
jejenum, makin ke arah distal usus penyepannya semakin berkurang. Besi dalam makanan terbanyak ditemukan dalam bentuk
3+
ferri/Fe yang dipengaruhi oleh asam lambung, vitamin C dan asam amino mengalami reduksi oleh enzim ferrireduktase
2+ 2+
(vitamin C) menjadi bentuk ferro/Fe . Fe kemudian diabsorbsi oleh mukosa usus melalui molekul pembawa (carrier Fe) yaitu
2+
DMT-1 (Divalen metalo transporter-1). Didalam sel mukosa usus (enterosit) ferro/Fe mengalami oksidasi menjadi bentuk
3+ 3+
Ferri/Fe yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi ferritin (Fe disimpan dalam ferritin/tempat cadangan besi).
2+
Selanjutnya besi ferritin dilepaskan ke dalam pembuluh darah setelah melalui reduksi menjadi bentuk ferro/Fe dan
2+
meninggalkan enterosit melalui ferroportin. Sebelum menuju ke sirkulasi Ferro/Fe dioksidasi oleh enzim ferooxidase
3+ 3+ 3+
(hephahaestin) menjadi ferri/Fe . Kemudian ferri/Fe diangkut oleh transferin (mengangukut 2 molekul Fe ) ke seluruh tubuh
(jaringan hati, limfa dan sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh ) via aliran
darah/sirkulasi. Sebanyak 75% besi ini digunakan untuk eritropoesis disumsum tulang dan 10-20% ditransfer ke hepar untuk
disimpan sebagai cadangan besi tubuh.
Besi heme (hemoglobin & myoglobin). Hemoglobin dipecahkan menjadi heme dan globin. Heme di dalam lambung
dipisahkan dari proteinnya oleh asam lambung dan enzim proteosa. Kemudian heme mengalami oksidasi menjadi hemin yang
akan masuk ke dalam sel mukosa usus secara utuh, kemudian akan dipecah oleh enzim hemeoksigenase menjadi ion ferri/Fe3+
3+
bebas dan porfirin. Selanjutnya ion ferri/Fe bebas ini akan mengalami sirkulasi seperti diatas.
Fe dalam sirkulasi masuk ke dalam sel hepar melalui proses internalisasi atau endositosis yang diperantarai oleh
reseptor transferin yang terdapat pada permukaan luar membran sel. Reseptor ini memiliki afinitas yang tinggi terhadap ikatan
Fe2-transferin (Fe2-Tf). Setelah terikat dengan reseptornya, transferin (Tf) dengan cepat masuk ke dalam sel melalui
pembentukan suatu vesikel endositik/endosome yang memiliki pH yang rendah (±5.5). penurunan pH menyebabkan
overekspresi dari DMT-1 dan melemahkan ikatan antara Fe dan transferin. Fe dipisahkan dari molekul transferin. Fe dilepaskan
kedalam sitoplasma. Di dalam sitoplasma Fe dikat oleh sebuah oleh molekul pembawa (carrier Fe) yaitu DMT-1. molekul ini
akan membawa Fe ke dalam mitokondria (untuk biosintesis heme) dan tersimpan dalam bentuk ferritin sebagai cadangan besi.
Untuk masuk kedalam mitokondria, Fe diikat oleh Mrs3/Mrs4 untuk dapat menembus membran mitokondria. Ferritin
kemudian akan dihancurkan oleh lisosom (autofagi), hasil akhir dari proses ini adalah hemosiderin. Sedangkan vesikel yang
berisi transferin akan mengeluarkan transferin kembali ke dalam sirkulasi.