Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SYOK


KARDIOGENIK DI RUANG INTENSIVE CARDIAC
CARE UNIT (ICCU) RSUP SANGLAH
DENPASAR BALI

Oleh:
Norma Mey Intan Permatasari, S.Kep.
NIM 192311101117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Syok Kardiogenik Di Ruang


Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSUP Sanglah Denpasar Bali, telah
diperiksa dan disahkan pada:
Hari, Tanggal :
Tempat : Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar Bali

Denpasar, Maret 2020

Mahasiswa,

Norma Mey Intan Permatasari, S.Kep


NIM. 192311101117

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang ICCU
Universitas Jember, RSUP Sanglah,

Ns. Murtaqib, S.Kep., M.Kep .................................................


NIP. 19740813 200112 1 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn. IDK Dengan Syok Kardiogenik Di Ruang
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSUP Sanglah Denpasar Bali, telah
diperiksa dan disahkan pada:
Hari, Tanggal :
Tempat : Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar Bali

Denpasar, Maret 2020

Mahasiswa,

Norma Mey Intan Permatasari, S.Kep


NIM. 192311101117

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang ICCU
Universitas Jember, RSUP Sanglah,

Ns. Murtaqib, S.Kep., M.Kep .................................................


NIP. 19740813 200112 1 002

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT ..........................................................1
1.1 Definisi Penyakit .............................................................................1
1.2 E1tiologi ..........................................................................................2
1.3 Patofisiologi ....................................................................................3
1.4 Manifestasi Klinis ...........................................................................4
1.5 Klasifikasi .......................................................................................5
1.6 Komplikasi ......................................................................................5
1.7 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................6
1.8 Penatalaksanaan ..............................................................................7
1.9 Clinical Pathway .............................................................................12
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................13
2.1 Pengkajian .......................................................................................13
2.2 Diagnosa .........................................................................................18
2.3 Intervensi.........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................26

iii
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SYOK
KARDIOGENIK DI RUANG INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT (ICCU)
RSUP SANGLAH DENPASAR BALI
Oleh: Norma Mey Intan Permatasari, S. Kep

BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Definisi Penyakit


Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba
tidak mampumemompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kondisi ini merupakankegawatdaruratan medis dan memerlukan penanganan
secara cepat. Penyebab paling umum syokkardiogenik adalah kerusakan otot
jantung akibat serangan jantung. Namun, tidak semua pasiendengan serangan
jantung akan mengalami syok kardiogenik. Rata-rata, sekitar 7% pasien
denganserangan jantung akan mengalami kondisi ini (National Heart, Lung, and
Blood Institute, 2011).
Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat yang
ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini dapat dikaitkan
dengan metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu, syok merupakan kegagalan
sirkulasi perifer yang menyeluruh sehingga perfusi jaringan menjadi tidak
adekuat. Syok kardiogenik merupakan suatu kondisi dimana terjadi hipoksia
jaringan sebagai akibat dari menurunnya curah jantung, meskipun volume
intravaskuler cukup. Sebagian besar kondisi syok ini disebabkan oleh infark
miokard akut (Asikin et all, 2016).
Pendapat lain mengatakan bahwa syok kardiogenik adalah kelainan
jantung primer yang menyebabkan kelainan fungsi jaringan yang tidak cukup
untuk mendistribusi bahan makanan dan mengambil sisa metabolisme. Syok
kardiogenik adalah syok yang disebabkan oleh ketidakadekuatan perfusi jaringan
akibat dari kerusakan fungsi ventrikel. Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan

1
jantung mengalirkan cukup darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme, akibat dari gangguan fungsi pompa jantung (Aspiani, 2015).
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom
klinis yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manisfestasi
hemodinamika yang bervariasi ; tetapi petunjuk yang umum adalah tidak
memadainya perfusi jaringan ketika kemampuan jantung untuk memompa darah
mengalami kerusakan. Curah jantung merupakan fungsi baik untuk volume
sekuncup maupun frekuensi jantung. Jika volume sekuncup dan frekuensi jantung
menurun atau menjadi tidak teratur, tekanan darah akan turun dan perfusi jaringan
akan terganggu. Bersama dengan jaringan dan organ lain mengalami penurunan
suplai darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak mencukupi dan
mengalami kerusakan perfusi jaringan (Muttaqin, 2009).
Keadaan hipoperfusi ini memperburuk penghantaran oksigen dan zat-zat
gizi, dan pembuangan sisa-sisa metabolic pada tingkat jaringan. Hipoksia jaringan
akan menggeser metabolisme dan jalur oksidatif ke jalur anaerobic, yang
mengakibatkan pembentukan asam laktat. Kekacauan metabolism yang progresif
menyebabkan syok menjadi berlarut-larut, yang pada puncaknya akan
menyebabkan kemunduran sel dan kerusakan multisystem (Muttaqin, 2009).

1.2 Etiologi
Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan,
gangguan atau cedera pada jantung yang menghambat kemampuan jantungg
untuk berkontraksi secara efektif dan memompa darah. Pada syok kardiogenik,
jantung mengalami kerusakan berat sehingga tidak bisa secara efektif memperfusi
dirinya sendiri atau organ vital lainnya. Ketika keadaan tersebut terjadi, jantung
tidak dapat memompa darah karena otot jantung yang mengalami iskemia tidak
dapat memompa secara efektif. Pada kondisi iskemia berkelanjutan, denyut
jantung tidak berarturan dan curah jantung menurun secara drastic (Yudha, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya syok kardiogenik adalah :
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah dan
curah jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat kegagalan

2
mekanisme kompensasi. Jantung akan melakukan yang terbaik pada setiap
kondisi, sampai akhirnya pompa jantung tidak dapat memperfusi dirinya
sendiri.
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus menerus
akan dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah sistolik dan curah
jantung menurun karena denyut jantung yang terlalu cepat menurunkan waktu
pengisian ventrikel. Takikardia ventrikel dan fibrasi ventrikel dapat terjadi
karena iskemia miokardium setelah infark miokardium akut
3. Gagal Jantung Stadium Akhir : jaringan parut di miokardium akibat serangan
jantung sebelumnyaa, dilatasi ventrikel, dan iskemia miokardium kronis
merusak otot jantung, dan gerak dinding menjadi tidak terkoordinasi (ruang
ventrikel tidak padat memompa secara bersamaan.

1.3 Patofisiologi
Syok kardiogenik di tandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan. Nekrosis fokal diduga merupakan akibat dari ketidakseimbangan yang
terusmenerus antara kebutuhan suplai oksigen miokardium. Pembuluh coroner
yang terserang juga tidak mampu meningkatkan aliran darah secara memadai
sebagai respons terhadap peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung
oleh aktivitas respons kompensatorik seperti perangsang simpatik. Kontraktilitas
ventrikel kiri dan kinerjanya menjadi sangat terganggu akibat dari proses infark.
Pertahanan perfusi jaringan menjadi tidak memadai, karena ventrikel kiri gagal
bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung dengan baik.
Maka dimulailah siklus yang terus berulang. Siklus dimulai saat terjadinya infark
yang berkelanjut dengan gangguan fungsi miokardium (Muttaqin, 2009).
Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolism dan terjadi asidosis metabolic pada
miokardium yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang
berakibat pada penurunan volume sekuncup yang di keluarkan oleh ventrikel.
Penurunan curah jantung dan hipotensi arteria disebabkan karena adanya

3
gangguan fungsi miokardium yang berat. Akibat menurunnya perfusi coroner
yang lebih lanjut akan mengakibatkan hipoksia miokardium yang bersiklus ulang
pada iskemia dan kerusakan miokardium ulang. Dari siklus ini dapat di telusuri
bahwa siklus syok kardiogenik ini harus di putus sedini mungkin untuk
menyelamatkan miokardium ventrikel kiri dan mencegah 8perkembangan menuju
tahap irreversible dimana perkembangan kondisi bertahap akan menuju pada
aritmia dan kematian (Muttaqin, 2009).

1.4 Manifestasi Klinis


Menurut buku Aspiani 2015 timbulnya syok kardiogenik dengan infark
miokard akut dapat dikategorikan dalam beberapa tanda dan gejala berikut:
1. Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setlah infark akibat gangguan
miokard miokard atau rupture dinding bebas ventrikel kiri
2. Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark
berulang
3. Timbulnya tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai
timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektro
mekanik. Episode ini disertai atau tanpa nyeri dada, tetapi sering disertai
dengan sesak napas akut
Keluhan dada pada infark miokard akut biasanya didaerah substernal, rasa
seperti ditekan, diperas, diikat, rasa dicekik, dan disertai rasa takut. Rasa nyeri
menjalar ke leher, rahang, lengan dan punggung. Nyeri biasanya hebat dann
berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok
kardiogeenik yang berasal dari penyakit jantung lainnya, keluhan sesuai dengan
penyakit dasarnya.
Tanda penting yang muncul pada syok kardiogenik adalah sebagai berikut
(Yudha, 2011) :
a. Takikardia : Jantung berdenyut lebih cepat karena stimulasi simpatis yang
berusaha untuk meningkatkan curah jantung. Namun, hal ini akan menambah
beban kerja jantung dan meningkatkan konsumsi oksigen yang menyebabkan
hipoksia miokardium

4
b. Kulit pucat dan dingin : vasokontriksi sekunder akibat stimulasi simpatis
membawa aliran darah yang lebih sedikit (warna dan kehangatan) ke kulit
c. Berkeringat : stimulasi simpatis mengakibatkan kelenjar keringat
d. Sianosis pada bibir dan bantalan kuku : stagnasi darah di kapiler setelah
oksigen yang tersedia di keluarkan
e. Peningkatan CVP (tekanan vena sentral) dan PWCP ( tekanan baji kapiler
pulmonal ) : pompa yang mengalami kegagalan tidak mampu memompa
darah, tetapi darah tetap masuk ke jantung, menambah jumlah darah di dalam
jantung, sehingga meningkatkan preload

1.5 Klasifikasi
Menurut Muttaqin 2009 Syok dapat dibagi menjadi tiga tahap yang
semakin lama semakin berat :
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif) ditandai dengan respons
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran lebih
lanjut
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manisfestasi sistemis dari
hipoperfusi dan keemunduran fungsi organ
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat
tidak pdapat lagi dihindari, yang pad akhirnya menuju ke kematian

1.6 Komplikasi
Menurut Aspiani 2015 komplikasi yang muncul dari syok kardiogenik
adalah :
1. Henti jantung paru
2. Disritmia
3. Gagal multisystem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli

5
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik syok kardiogeniik menurut Bakta dan Suastika
(1999) dalam Mayoclinic (2014), sebagai pegangan diagnosis syok kardiogenik
adalah:
a. Hipotenssi Tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau 60 mmHg dibaah
tekanan darah yang biasa sebelumnya.
b. Gejala hipoperfusi jaringan:
1) Kulit (gejala vasokonstriksi perifer) : pucat, basah, dingin, sianosis,
vena-vena pad punggung tangan dan kaki kolaps.
2) Ginjal : oliguria, prosukdi urine < 30 ml/jam.
3) Otak : gangguan fungsi mental, gelisah, berontak, apatis, bingung,
penurunan kesadaran hingga koma.
4) Seluruh tubuh : asidosis metabolik.
c. Tanpa penyebab hipotensi lainnya (misalnya aritmia jantung primer atau
bradikardia berat, berkurangnya volume intravaskuler, nyeri hebat,
hipoksemia, asidosis, efek toksik obat-obatan seperti vasodilator
antihipertensi atau obat anti-arithmia).
d. Sindrom syok menetap setelah:
1) Aritmia diatasi
2) Rasa nyeri dihilangkan
3) Pemberian oksigen
4) Trial of c\volume expansion
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mendukung
penegakan diagnosis syok kardiogenik adalah sebagai berikut (Asikin, 2016):
1. EKG : untuk mengetahui adanya infark miokard dan/atau iskemia miokard
2. Rongent Dada : menyingkirkan penyebab syok atau nyeri dada lainnya.
Klien dengan syok kardiogenik sebagian besar menunjukkan adanya gagal
ventrikel kiri.
3. Kateterisasi Jantung : Menentukan penyebab dan jenis syok dengan melihat
tekanan kapiler paru dan indeks jantung

6
4. Enzim Jantung : mengetahui syok kardiogenik disebabkan oleh infark
miokard akut. Enzim jantung dapat berupa kreatinin kinase, troponin,
myoglobin dan LDH
5. Hitung Darah Lengkap : melihat adanya anemia, infeksi atau koagulopati
akibat sepsis yang mendasari terjadinya syok kardiogenik
6. Ekokardiografi : menentukan penyebab syok kardiogenik dengan melihat
fungsi sistolik dan diastolik jantung
Terdapat beberapa tambahan pemeriksaan penunjang pada syok
kardiogenik menurut pendapat Yudha 2011 :
1. Pemindaian Jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
gerakan jantung
2. Elektrolit : mungkin berubah karena perrpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi deuretik
3. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif memperburuk penyakit paru obstruktif menahun (POM)
4. AGD : gagal ventrikel kiri diatandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksiemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida

1.8 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
Penanganan Syok kardiogenik yaitu kegawadaruratan yang memerlukan
terapi resusitasi segera sebelum syok merusak organ secara irreversible
(Asikin et all, 2016).
1. Penanganan awal : resusitasi cairan, oksigenasi dan proteksi jalan
nafas, koreksi hipovolemia dan hipotensi
2. Intervensi farmakologi :
- sesuai penyebabnya, misalnya infark miokard atau sindrom
coroner akut diberikan aspirin dan heparin
- obat vasokontriksi, misalnya dopamine, epinefrin, dan
norepinefrin

7
- mempertahankan tekanan darah yang adekuat untuk
mempertahankan perfusi jaringan dan volume intravaskuler
3. Farmakologi Syok kardiogenik, setelah tercapainya preload yang
optimal, sering kali dibutuhkan inotropic untuk memperbaiki
kontraktilitas dan obat lain untuk menurunkan afeterload.
a) Katekolamin Hormone yang termasuk dalam kelompok ini yaitu
adrenalin (epinefrin), noradrenalin (norepinephrine),
isoproterenol, dopamine dan dobutamine. Golongan obat ini akan
menaikkan tekanan arteri, perfusi coroner, kontraktilitas dan
kenaikkan denyut jantung, serta vasontriksi perifer. Kenaikan
tekanan arteri akan meningkatkan konsumsi oksigen, serta kerja
yang tidak diinginkan berpotensi mengakibatkan aritmia.
b) Adrenalin, noradrenalin dan isoproterenol Hormone ini memiliki
aktivitas stimulasi alfa yang kuat. Ketiga obat tersevut memiliki
aktivitas kronotropik. Stimulasi alfa yang kuat menyebabkan
vasokontriksi yang kuat, sehingga meningkatkan tekanan dinding
miokard yang dapat mengganggu aktivitas inotropic.
Isoproterenol merupakan vasodilator kuat, serta cenderung
menurunkan aliran darah dan tekanan perfusi coroner.
Isoproterenolakan meningkatkan kontraktilitas miokard dan laju
jantung, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen miokard yang sangat berbahaya pada syok kardiogenik
c) Dopamine Dopamine mempengaruhi stimulasi reseptor beta 1
pada dosis 5- 10µg/kgBB/menit, sehingga terdapat peningkatan
kontraktilitas dan denyut jantung, sedangkan pada dosis >
10µg/kgBB/menit, reseptor alfa 1 yang menyebabkan
peningkatkan tekanan arteri sistemik dan tekanan darah akan
distimulasi oleh dopamine. Dopamine adalah prekusor endogen
noradrenalin, yang menstimulasi reseptor beta, alfa, dan
dopaminergic. Dopamine menyebabkan vasodilatasi ginjal,

8
menseterika dan coroner pada dosis < 5 µg/kg/menit. Takikardia
merupakan efek samping dari dopamine.
d) Dobutamine Dobutamine merupakan katekolamin inotropic
standart yang digunakan sebagai pembanding. Efek dobutamine
terbatas pada tekanan darah. Dobutamine juga meningkatkan
curah jantung tanpa pengaruh bermakna pada tekanan darah. Oleh
karena itu, tahanan vaskulat sistemik, tekanan vena dan denyut
jantung menurun, sehingga umumnya menandakan adanya
hipovolemia. Dobutamin terutama bekerja pada reseptor beta
dengan rentan dosis 2-40 mcg/kgBB/menit. Pada dosis tersebut,
dobutamin akan meningkatkan kontraktilitas dengan sedikit efek
kronotropik tanpa vasokontriksi.
4. Mechanical Circulatory Support
Digunakan pada pengidap yang tidak responsive dengan pengobatan
yang telah diberikan.
a) Intra-aortic Ballon Pump (IABP)
IABP dapat mengurangi afterload ventrikel kiri sistolik dan
mengurangi tekanan perfusi coroner diastolic, sehingga
meningkatkan output jantung dan aliran darah arteri coroner.
IABP dimasukkan melalui arteri besar dengan bantuan
fluoroskopi yang disinkronisasikan dengan EKG. Saat diastolic
balon akan di kembangkan yang bertujuan untuk meningkatkan
tekanan diastolic, sehingga akan memperkuat aliran darah koroner
dan perfusi koroner menjadi baik. Saat sebelum sistolik ventrikel
balon dikempiskan yang akan menurunkan tekanan aorta dan
ventrikel afterload.
b) Ventricular Assist Device (VAD)
VAd dapat mendukung hemodinamika jangka pendek untuk
reperfusi. VAD digunakan setelah oklusi coroner akut sehingga
terjadi reduksi preload ventrikel kiri, meingkatkan aliran darah
miokard dan memperbaiki fungsi jantung secara umum

9
5. Prosedur Bedah
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan alat bantu
medis tidak bisa mengatasi syok kardiogenik. Prosedur bedah akan
megembalikan aliran darah dan memperbaiki kerusakan jantung.
Prosedur bedah yang dilakukan dalam 6 jam setelah onset terjadinya
tanda gejala syok akan meningkatkan harapan hisup lebih besar.
Tipe prosedur bedah yang digunakan antara lain:
a) Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent PCI yang juga
dikenal dengan nama coronary angiplasty, merupakan prosedur
yang digunakan untuk membuka arteri koroner yang mengalami
obstruksi. Kemudian pada saat itu juga digunakan stent yang
berfungsi untuk menjaga arteri koroner tetap terbuka selama
prosedur PCI.
b) Coronary artery bypass grafting Pada prosedur ini, arteri dan vena
yang berasal dari baggian tubuh lainnya digunakan
untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria. Kemudian akan
terbentuk sebuah jalan baru untuk memberikan perfusi ke jantung.
c) Pembedahan untuk memperbaiki katup jantung
d) Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar
ventrikel)
e) Transplantasi jantung Pembedahan jenis ini jarang dilakukan
dalam keadaan emergensi seperti ini. Tindakan ini
direkomendasikan jika ini merupakan jalan yang paling baik
untuk meningkatkan harapan hisup pasien (National Heart, Lung,
and Blood Institute, 2011).
B. Penatalaksanaan Keperawatan
Pencegahan syok kardiogenik adalah salah satu tanggung jawab utama
perawat di area keperawatan kritis. Tindakan pencegahan teermasuk
mengidentifikasi pasien pada resiko dan pengkajian serta manajemen status
kardiopulmoner pasien. Pasien dalam syok kardiogenik mungkin memiliki

10
sejumlah diagnosis keperawatan, tergantung pada perkembangan penyakit
Prioritas keperawatan diarahkan terhadap :
1. Membatasi permintaan oksigen miokard
2. Peningkatan pasokan oksigen miokard
3. Mempromosikan kenyamanan dan dukungan emosi
4. Mempertahankan pengawasan terhadapp komplikasi
Langkah-langkah untuk membatasi kebutuhan oksigen miokard meliputi :
1. Pemberian analgesic, sedative, dan agens untuk mengontrol afterload
dan disritmia
2. Posisikan pasien untuk kenyamanan
3. Membatasi aktivitas
4. Menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
5. Memberikan dukungan untuk mengurangi kecemasan
6. Memberikan pemahaman kepada pasien tentang kondisinya
Pengukuran untuk meningkatkan suplai oksigen miokard mencakup
pemberian oksigen tambahan, pemantauan status pernapasan pasien dan
memberikan obat yang diresepkan. Manajemen keperawatan yang efektif
dari syok kardiogenik membutuhkan pemantauan yang tepat dan
pengelolaan SDM, preload, afterload dan kontraktilitas. Hal ini dapat
dicapai melalui pengukuran akurat dari variable hemodinamik dan
pengontrolan pemberian cairan serta inotropic dan agen vasoaktif. Hasil
penilaian dan pengelolaan fungsi pernapasan juga penting untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat (Aspiani, 2015).

11
1.9 Clinical Pathway

Gangguan Bedah pintas Infark Miokard Payah jantung


mekanis akut kardio pulmona Akut

Nekrosis miokard

Kerusakan otot
jantung

Gangguan
kontraktilitas
miokardium

Disfungsi
ventrikel kiri

Syok kardiogenik

Penurunan curah
jantung

Nutrisi dan O2 ke Aliran darah arteri Darah ke pulmonal


jaringan menurun koroner menurun menurun

GANGGUAN PERFUSI Suplay O2 ke GANGGUAN


JARINGAN jaringan menurun PERTUARAN GAS

Hipoksia
Metabolisme miokardium Sesak napas
basal terganggu
KETIDAKEFEKTIFAN
Mekanisme
Energi menurun POLA NAPAS
anaerob

Kelelahan dan
kelemahan GANGGUAN RASA
NYAMAN: NYERI

INTOLERANSI
AKTIVITAS

12
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas meliputi nama, umur/tanggal lahir, jenis kalamin, alamt, suku,
nomer register Rumah Sakit, pendidikan, tanggal MRS. Identitas digunakan
dalam memberdakan antara pasien satu dengan pasien yang lain.
b. Riwayat Kesehatan
1) Diagnosa Medis
2) Keluhan Utama, pada pasien dengan stemi pada umumnya mengeluh
nyeri pada dada.
3) Riwayat Penyakit Sekarang, mulai dari gejala awal hingga saat pertama
kali berhubungan dengan petugas kesehatan. Waktu kejadian, tempat,
suasana, manifestasi masalah, perjalanan penyakit, riwayat penyakit,
persepsi tentang penyebab dan penyakit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu, riwayat kronis, atau menular, dan menurun
yang pernah diderita pasien seblumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga, penyakit keturunan dalam keluarga,
misalnya jantung, DM, HT, TBC, dan penyakit lain yang pernah diderita
oleh keluarga.
c. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat, kurangnya pengetahuan
pasien terkait penyakit yang diderita, pengertahuan penangan yang telah
didapatkan, dan cara perawatnnya.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme, penderita biasnaya mengalami penurunan
nafsu makan karena perubahan kondisi kesehatan yang dialami. mual,
muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, nyeri abdominal, sangat kehausan.
3) Pola Eliminasi, pasien dengan mungkin saja mengalami gangguan
eliminasi, karena adanya komplikasi seperti menurunnya renal flow
sehingga pola berkemih pasien dengan mengalami gangguan, seperti
oliguria, yaitu Produksi urin < 20 mL/jam.

13
4) Pola Aktivitas dan Latihan, pada pasien terjadi kelemahan saat
melakukan aktifitas, hal ini terjadi akibat adanya penumpukan cairan
pada ekstremitas bawah, atau kelemahan yang dialami sehingga
memperngaruhi aktifitas dan latihannya.
5) Pola Istirahat dan Tidur, pasien degan dapat mengalami perubahan pola
istirahat dan tidur karena penyakit yang dirasakan.
6) Pola Kognitif dan Perseptual, meliputi kemampuan fungsional dalam
pengambilan keputusan, mengingat kejadian dan mampu menceritan
kembali.
7) Pola Persepso/Konsep Diri,
- Gambaran diri, bagaimana individu memandang dirinya sendiri,
- Ideal diri, persepsi individu tentang perilakunya yang sesuai dengan
keinginan masa depan,
- Harga diri, penilaian individu terhadap hasil yang telah dicapainya,
- Peran diri, pola perilaku individu terhadap sikap nilai dan aspirasi
yang diharapkan berdasarkan posisi dirinya,
- Identitas diri, kesadaran yang dimiliki akan dirinya sendiri sebagai
aspek konsep diri yang utuh.
8) Pola Seksualitas dan Reproduksi, terjadi disfungsi seksual atau
perubahan hubungan seksual dan fungsi dari seksual yang tidak adekuat
pada penderita.
9) Pola Hubungan dan Peran, peran pasien dalam keluarga yang meliputi
hubungan antara pasien dengan keluargnya.
10) Pola Manajemen Koping-Stress, masalah yang dialami penderita pada
umumnya cemas akibat proses penyakit yang dideritanya dan cara dalam
mengatasinya.
11) Pola Nilai dan Keyakinan, meliputi keyakinan pasien dan nilai yang
diyakini oleh pasien sehingga menghambat tindakan medis untuk
dilakukan pada penderita.

14
d. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
Pasien tampak pucat, diaforesis (mandi keringat), gelisah akibat aktivitas
simpatis berlebih.
Pasien tampak sesak/sulit bernapas.
Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat
dicurigai kuat adanya stemi.
2. TTV : TD : tinggi/hipertensi (Normal 120/80 mmHg)
RR : abnormal/>20 x/menit (Normal 16-20 x/menit)
HR : Bradikardia / >100 x/menit (Normal 60-100 x/menit)
S : normal atau tinggi (Normal 36,5-37,5 C)
3. Kesadaran : composmentis, GCS: 456
e. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) B1 (Breathing)
- Inspeksi : terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan,inspeksi untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan,
retraksi otot interkcosta, sifat dan irama pernapasan.
- Palpasi : menentukan adanya ekspansi dan taktil fremitus normal.
- Perkusi : retraksi dada negatif, nyeri tekan, dan tidak ada benjolan
pada dada
- Auskultasi : bunyi napas utama terdengar sonor, dan tidak terdapat
bunyi napas tambahan. Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop,
Penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal
bunyi jantung kedua. - Dapat ditemukan murmur mid sistolik atau
late sistolik apikal bersifat sementara. - Bunyi jantung sangat lemah,
bunyi jantung
2) B2 (Blood)
- Adakah penurunan kadar hemoglobin, lekosit, hematokrit, dan
trombosit,
- Adakah ketidakstabilan tekanan darah, nadi, distensi vena jugularis,
suarra jantung,

15
3) B3 (Brain)
- Mengkaji status mental dan emosi
- Psikomotor: apakah mengalami kelemahan pada ektremitas, baik atas
maupun bawah
- Psikosensorik : bagaimanakan perubahan penglihatan, reflek pupil
dan kesimetrisan
4) B4 (Bladder)
Kaji adanya nokturia (rasa kencing di malam hari), terjadi akibat perfusi
ginjal dan curah jantung akan membaik saat istirahat. Kaji pula adakah
pemasangan kateter.
5) B5 (Bowel)
Kaji adanya masalah atau gangguan dalam buang air besar.
6) B6 (Bone)
Kaji keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang dirasakan serta kelemahan
akibat gangguan pada ektremitas atas dan bawah.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Electrocardiography (elektrokardiografi)
- Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat
menunjukkan suatu pola infark ventrikel kanan, yang
mengindikasikan terapi yang berbeda dari terapi untuk penyebab–
penyebab lainnya dari syok kardiogenik.
- Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri
(LV failure), gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation
pada multiple leads atau left bundle branch block biasanya tampak.
Lebih dari setengah (> 50%) dari semua infark yang berhubungan
dengan syok adalah anterior. Global ischemia karena severe left main
stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3 mm) pada
multiple leads.

16
2) Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya
atau menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute
congestive heart failure), yaitu:
- Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah
pulmoner.
- Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-
diastolic pressures) meningkat, akumulasi cairan interstitial
ditunjukkan secara radiografis dengan adanya gambaran fluffy
margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis Curley A dan B.
Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan
(exuded) ke alveoli, menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates. –
- Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin
tampak pada penderita syok kardiogenik:
 Kardiomegali ringan
 Edema paru (pulmonary edema)
 Efusi pleura
 Pulmonary vascular congestion
 Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik
berasal dari infark miokard yang pertama, namun membesar jika
ada riwayat infark miokard sebelumnya.
3) Bedside echocardiography Ini berguna untuk menunjukkan:
- Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
- Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
- Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade
4) Laboratorium
- Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
- Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya
normal, namun blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat
secara cepat (rise progressively).

17
- Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
- Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat
menyebabkan anion gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar
asam laktat (lactic acid level).
- Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan
hypoxemia dan metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh
respiratory alkalosis.
- Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB
fractionnya, jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan
frekuensi pernapasan.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan denngan
ganggua aliran darah skunder akibat gangguan vaskuler
4. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan suplay
oksigen dalam kebutuhan tubuh
6.

18
2.3 Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Manajemen Jalan Nafas (3140)
gas (00030) pasien menunjukkan hasil: 1. Posisikan pasien semi fowler;
2. Motivasi pasien untuk melakukan batuk
Status pernapasan : Pertukaran gas (0402) efektif
Tujuan 3. Auskultasi suara nafas, catat area yang
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 ventilasinya menurun attau tidak ada dan
Tekanan parsial adanya suara tambahan
1. oksigen di darah 4 √ 4. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan
arteri (PaO2) inhaler sesuai dengan resep
Tekanan parsial 5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai
2. karbondioksida di 3 √ fisioterapi dada.
darah arteri (PaCO2)
3. pH arteri 3 √ NIC: Monitor Pernafasan (3350)
4. Saturasi oksigen 3 √ 6. Monitor kecepatan, irama kedalaman dan
Tidak kesulitan bernafas
5. 1 √ 7. Catat pergerakan dada, kesimetrisan,
karbondioksida akhir
6. Hasil rontgen dada 3 √ penggunaan otot bantu nafas, dan
Keseimbangan retraksi pada otot supraclevicul dan
7. 3 √ intercosta
ventilasi dan perfusi
Keterangan: 8. Monitor suara nafas tambahan
1. Keluhan sangat berat 9. Monitor pola nafas
2. Keluhan berat 10. Monitor saturasi oksigen
3. Keluhan sedang 11. Auskultasi suara nafas, catat area
4. Keluhan ringan dimana terjadi penurunan atau tidak
5. Tidak ada keluhan adanya ventilasi dan keberadaan suara

19
nafas tambahan
12. Buka jalan napas
13. Monitor tingkat kelelahan, kecemasan,
dan kekurangan udara pada pasien
14. Monitor kemampuan batuk efektif
15. Monitor sekresi pernafasan
16. Berikan terapi oksigen
17. Monitor hasil foto thorax
18. Kolaborasi pemberian terapi nafas jika
diperlukan

Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Monitor Pernafasan (3350)
nafas (00032) pasien menunjukkan hasil: 1. Monitor kecepatan, irama kedalaman dan
kesulitan bernafas
Status Pernafasan (0415) 2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan,
Tujuan penggunaan otot bantu nafas, dan retraksi
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 pada otot supraclevicul dan intercosta
1. Frekuensi pernafasan 3. Monitor suara nafas tambahan
2. Irama pernafasan 4. Monitor pola nafas
3. Kedalaman inspirasi 5. Monitor saturasi oksigen
Suara auskultasi 6. Auskultasi suara nafas, catat area dimana
4. terjadi penurunan atau tidak adanya
nafas
Kepatenan jalan ventilasi dan keberadaan suara nafas
5. tambahan
nafas
Penggunaan otot 7. Buka jalan napas
6. 8. Monitor tingkat kelelahan, kecemasan,
bantu pernafasan
Pernafasan bibir dan kekurangan udara pada pasien
7. 9. Monitor kemampuan batuk efektif
dengan mulut

20
mengerucut 10. Monitor sekresi pernafasan
Dyspnea saat 11. Berikan terapi oksigen
8. 12. Monitor hasil foto thorax
istirahat
Dyspnea dengan 13. Kolaborasi pemberian terapi nafas jika
9. diperlukan
aktivitas ringan
Pernafasan cuping
10. NIC: Terapi Oksigen (3320)
hidung
Keterangan: 14. Pertahankan kepatenan jalan nafas
1. Keluhan ekstrime 15. Berikan oksigen tambahan seperti yang
2. Keluhan berat diperintahkan
3. Keluhan sedang 16. Monitor aliran oksigen
4. Keluhan ringan 17. Periksa perangkat (alat) pemberian
5. Tidak ada keluhan oksigen secara berkala untuk memastikan
bahwa konsentrasi (yang telah)
ditentukan telah diberikan
18. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan
tepat
19. Amati tanda-tanda hipventilasi induksi
oksigen
20. Pantau adanya keracunan oksigen dan
kejadian atelektasis
21. Monitor peralatan oksigen untuk
memastikan bahwa alat tersebut tidak
mengganggu upaya pasien untuk
bernapas

NIC: Manajemen Jalan Nafas (3140)


22. Posisikan pasien semi fowler;

21
23. Motivasi pasien untuk melakukan batuk
efektif
24. Auskultasi suara nafas, catat area yang
ventilasinya menurun attau tidak ada dan
adanya suara tambahan
25. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan
inhaler sesuai dengan resep
26. Berikan pendidikan kesehatan mengenai
fisioterapi dada.

Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam NIC: Pengecekan Kulit (3590)
perfusi jaringan perifer pasien menunjukkan kriteria hasil: 1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait
(00204) dengan adanya kemerahan
NOC 2. Amati warna, bengkak, pulsasi, tekstur,
Perfusi jaringan: perifer (0470) edema, dan ulserasi pada ekstremitas
Status sirkulasi (0401) 3. Monitor warna dan suhu kulit
Tanda-tanda vital (0802) 4. Monitor kulit untuk adanya ruam dan
Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa (1101) lecet
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, 5. Monitor infeksi terutama daerah edema
perfusi jaringan perifer pasien kembali efektif dengan kriteria 6. Ajrkan anggota keluarga/pemberi asuhan
hasil: mengenai tanda-tanda kerusakan kulit,
1. Kekuatan denyut nadi dengan tepat
2. Suhu kulit ujung tangan dan kaki (hangat)
3. Tekanan darah sistol dan diastol (120/90 mmHg) Monitor Tanda-tanda Vital (6680)
4. Suhu tubuh (36,50-37,50C) 7. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
5. Irama pernafasan reguler status pernafasan dengan tepat
6. Pernafasan (16-20 x/menit) 8. Monitor tekanan darah pasien setelah
7. Nadi (60-100 x/menit) minum obat jika memungkinkan

22
8. Tidak sianosis 9. Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan
pernapasan sebelum dan setelah
beraktivitas
10. Monitor irama dan tekanan jantung
11. Monitor nada jantung
12. Identifikasi kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda vital

Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Manajemen Nyeri (1400)
pasien menunjukkan hasil: 1. Kaji lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
NOC: Kontrol nyeri (1605) beratnya nyeri dan faktor pencetus
No. Indikator Awal Tujuan 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
1 2 3 4 5 mengenai ketidaknyamanan
1. (160502) Mengenali 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
√ mengenai nyeri
kapan nyeri terjadi
2. (160505) 4. Berikan informasi mengenai nyeri
Menggunakan (penyebab nyeri, berapa lama nyeri
√ dirasakan, akibat dari ketidaknyamanan
tindakan pengurangan
dengan analgesik akibat prosedur)
3. (160504) 5. Pilih dan implementasikan tindakan yang
Menggunakan beragam untuk memfasilitasi penurunan
√ nyeri sesuai dengan kebutuhan pasien
pengurangan nyeri
tanpa analgesik 6. Ajarkan prinsip-prrinsip untuk
4. (160511) Melaporkan menurunkan nyeri
√ 7. Dorong pasien untuk memonitor nyeri
nyeri yang terkontrol
daan menangani nyeri dengan tepat
Keterangan: 8. Ajarkan metode farmakologi untuk

23
1. Tidak pernah menunjukkan menurunkan nyeri
2. Jarang menunjukkan 9. Gunakan tindakan pengontrol nyeri
3. Kadang-kadang menunjukkan sebelum nyeri bertambah berat
4. Sering menunjukkan 10. Pastikan pemberian analgesik dan
5. Secara konsisten menunjukkan atau strategi non farmakologi sebelum
dilakukan prosedur yang menimbulkan
nyeri
11. Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri yang dipakai selama
pengkajian nyeri dilakukan
12. Dukung tidur/istirahat yang adekua
untuk membantu penurunan nyeri
13. Dorong pasien unruk mendiskusikan
pengalaman nyerinya, sesuai kebutuhan
14. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk pemberian analgesik
15. Libatkan keluarga dalam modalitas
penurunan nyeri, jika memungkinkan

Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, NIC: Manajemen Energi (0180)
(00092) pasien menunjukkan kriteria hasil: 1. Kaji status fisiologis pasien yang
menyebabkan kelelahan
Energy psikomotor (0006) 2. Anjurkan pasien mengungkapkan
No Indikator Tujuan perasaan secara verbal mengenai
1 2 3 4 5 ketebatasan yang dialami
1 Menunjukkan 3. Pilih intervensi yang mengurangi
konsentrasi kelelahan baik secra farmakologis
2 Menunjukkan nafsu maupun non farmakologis

24
makan yang normal 4. Anjurkan senam aerobic sesuai
3 Menunjukkan tingkat kemampuan pasien
energy yang stabil 5. Monitor sistem kardiovaskuler pasien
selama kegiatan
Keterangan: 6. Monitor asupan nutrisi
1. Tidak pernah menunjukkan 7. Lakukan ROM aktif/pasif untuk
2. Jarang menunjukkan menghilangkan ketegangan otot
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan Peningkatan Mekanika Tubuh (0140)
5. Secara konsisten menunjukkan 8. Bantu pasien latihan fleksi untuk
memfasilitasi mobilisasi sesuai indikasi
9. Berikan informasi tentang kemungkinan
posisi penyebab nyeri otot atau sendi
10. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam
mengembangkan peningkatan mekanika
tubuh sesuai indiksi

Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (0224)


11. Tentukan batas pergerakan sendi dan
efeknya terhadap fungsi sendi
12. Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkan dan menerapan
sebuah program latihan
13. Dukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal
yang teraktur dan terencana
14. Instruksikan pasien atau keluarga cara
melakukan latihan ROM pasif, dan aktif
15. Bantu pasien ntuk membuat jadwal ROM

25
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I M. dan Suastika, I K. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.


Jakarta: EGC.

Bulecheck, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.


Mosby: Elsevier.

Herdman, T. Heather. 2018. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2018-202. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Mayoclinic. 2014. Diseases and Conditions: Cardiogenic Shock Treatments and


Drugs (Online) http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cardiogenic-
shock/basics/treatment/con20034247

Moorhead, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.


Mosby: Elsevier

Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

National Heart, Lung, and Blood Institute. 2011. What is Cardiogenic Shock?
(Online) http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/shock

Panja, M., Panja, M., Madal, S., dan Kumar, D. 2010. Cardiogenic shock-
management, Medicine Update, 20 (3): 301-308.

Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai