Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Haus adalah sensasi ingin minum yang tidak bisa diabaikan dan dirasakan oleh pasien

sebagai ketidaknyamanan (Conchon, et al., 2015). Ketidaknyamanan ini memiliki dampak

negatif pada pengalaman pembedahan dan 75% terjadi pada pasien pasca operasi.

Walaupun demikian, penilaian, pengukuran dan strategi pertolongan haus untuk periode

perioperatif belum diterapkan secara optimal dan belum terstandarisasi dari bukti ilmiah yang

ada. Persepsi haus dapat bervariasi sesuai dengan kelompok usia. Pada orang dewasa,

mekanisme kontrol fisiologis yang terkait dengan kehausan berubah oleh berkurangnya

sensitivitas reseptor volume tubuh, ditambah ada kemungkinan disfungsi otak dan

perubahan dalam pelepasan hormon antidiuretik (ADH). Pada anak-anak rentan terjadi

dehidrasi karena rehidrasi yang tidak memadai dan tidak adanya rasa haus untuk waktu yang

lama.

Faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain faktor psikologis dalam periode

perioperatif seperti adanya ketakutan, rasa tidak aman, stres dan kecemasan. Stres, mual

dan hipoglikemia merangsang sekresi ADH dan dapat memicu sensasi haus. Sedangkan

rasa haus dari faktor fisiologis ditentukan oleh perubahan volume osmotik dan darah. Haus

adalah kunci penting untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang

bertindak mengatur asupan air. Manajemen haus yang terdiri dari evaluasi, pengukuran dan

strategi pertolongan memiliki efek positif pada status fungsional pasien dalam periode

perioperatif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) dalam Sartika

(2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat

signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh
rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148

juta jiwa. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa.

Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun

2009, tindakan bedah menempati ururan ke-11 dari 50 pertama penanganan pola penyakit

di rumah sakit se Indonesia yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah

laparatomi (DEPKES RI, 2009).

Pasien bedah (perioperatif) termasuk dalam kelompok risiko tinggi untuk mengalami

rasa haus. Lingkungan pembedahan berkontribusi pada rasa haus pasien, dengan adanya

larangan minum air, operasi di ruang ber-AC, prosedur bedah yang menginduksi dehidrasi

jaringan, perdarahan intraoperatif, kehilangan panas dari pernapasan dan keringat,

pemberian oksigen dalam waktu yang lama dan tindakan intubasi yang meningkatkan rasa

haus pasien. Selain itu penggunaan obat yang mengurangi produksi dan sekresi air liur dapat

mengurangi kelembapan rongga mulut sehingga merangsang rasa haus.

Banyak pasien yang tidak mengungkapkan rasa haus mereka karena pemberitahuan

perlunya puasa pra operasi. Puasa pra operasi bertujuan untuk mencegah terjadinya

pneumonia aspirasi. Namun, periode puasa yang terlalu lama berkisar antara 8 hingga 37

jam telah ditemukan dalam praktik. Periode puasa berlanjut ke periode pasca operasi

meningkatkan rasa haus. Dengan mengetahui hal ini diharapkan mendorong perawat

mengenali gejala kehausan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang mendesak dan vital.

Pengembangan strategi dalam mengatasi hal ini memerlukan panduan yang berdasarkan

bukti ilmiah. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien dalam

periode perioperatif dengan humanisasi yang lebih tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana manajemen rasa haus pada pasien perioperatif berdasarkan bukti ilmiah dalam

telaah jurnal?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui manajemen rasa haus pada pasien perioperatif berdasarkan bukti ilmiah

dalam telaah jurnal

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui cara pengukuran rasa haus pada pasien perioperatif berdasarkan

bukti ilmiah dalam telaah jurnal

b. Mengetahui strategi pertolongan rasa haus pada pasien perioperatif berdasarkan

bukti ilmiah dalam telaah jurnal

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Telaah Jurnal ini dapat menambah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam praktik hospitalisasi

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan evaluasi program pendidikan profesi Ners yang dilaksanakan.

b. Bagi Institusi Praktik

Sebagai bahan aplikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan di rumah

sakit untuk menunjang perawatan yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Conchon, M. F., do Nascimento, L. A., Fonseca, L. F., & Aroni, P. (2015). Perioperative thirst:

An analysis from the perspective of the Symptom management theory. Revista Da Escola

de Enfermagem, 49(1), 122–128. https://doi.org/10.1590/S0080-623420150000100016

Anda mungkin juga menyukai