BAB I Jurnal KDP
BAB I Jurnal KDP
PENDAHULUAN
Haus adalah sensasi ingin minum yang tidak bisa diabaikan dan dirasakan oleh pasien
negatif pada pengalaman pembedahan dan 75% terjadi pada pasien pasca operasi.
Walaupun demikian, penilaian, pengukuran dan strategi pertolongan haus untuk periode
perioperatif belum diterapkan secara optimal dan belum terstandarisasi dari bukti ilmiah yang
ada. Persepsi haus dapat bervariasi sesuai dengan kelompok usia. Pada orang dewasa,
mekanisme kontrol fisiologis yang terkait dengan kehausan berubah oleh berkurangnya
sensitivitas reseptor volume tubuh, ditambah ada kemungkinan disfungsi otak dan
perubahan dalam pelepasan hormon antidiuretik (ADH). Pada anak-anak rentan terjadi
dehidrasi karena rehidrasi yang tidak memadai dan tidak adanya rasa haus untuk waktu yang
lama.
Faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain faktor psikologis dalam periode
perioperatif seperti adanya ketakutan, rasa tidak aman, stres dan kecemasan. Stres, mual
dan hipoglikemia merangsang sekresi ADH dan dapat memicu sensasi haus. Sedangkan
rasa haus dari faktor fisiologis ditentukan oleh perubahan volume osmotik dan darah. Haus
adalah kunci penting untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
bertindak mengatur asupan air. Manajemen haus yang terdiri dari evaluasi, pengukuran dan
strategi pertolongan memiliki efek positif pada status fungsional pasien dalam periode
perioperatif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) dalam Sartika
(2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat
signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh
rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148
juta jiwa. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa.
2009, tindakan bedah menempati ururan ke-11 dari 50 pertama penanganan pola penyakit
di rumah sakit se Indonesia yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah
Pasien bedah (perioperatif) termasuk dalam kelompok risiko tinggi untuk mengalami
rasa haus. Lingkungan pembedahan berkontribusi pada rasa haus pasien, dengan adanya
larangan minum air, operasi di ruang ber-AC, prosedur bedah yang menginduksi dehidrasi
pemberian oksigen dalam waktu yang lama dan tindakan intubasi yang meningkatkan rasa
haus pasien. Selain itu penggunaan obat yang mengurangi produksi dan sekresi air liur dapat
Banyak pasien yang tidak mengungkapkan rasa haus mereka karena pemberitahuan
perlunya puasa pra operasi. Puasa pra operasi bertujuan untuk mencegah terjadinya
pneumonia aspirasi. Namun, periode puasa yang terlalu lama berkisar antara 8 hingga 37
jam telah ditemukan dalam praktik. Periode puasa berlanjut ke periode pasca operasi
meningkatkan rasa haus. Dengan mengetahui hal ini diharapkan mendorong perawat
mengenali gejala kehausan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang mendesak dan vital.
Pengembangan strategi dalam mengatasi hal ini memerlukan panduan yang berdasarkan
bukti ilmiah. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien dalam
Bagaimana manajemen rasa haus pada pasien perioperatif berdasarkan bukti ilmiah dalam
telaah jurnal?
1.3 Tujuan
Mengetahui manajemen rasa haus pada pasien perioperatif berdasarkan bukti ilmiah
1.4 Manfaat
Telaah Jurnal ini dapat menambah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
Conchon, M. F., do Nascimento, L. A., Fonseca, L. F., & Aroni, P. (2015). Perioperative thirst:
An analysis from the perspective of the Symptom management theory. Revista Da Escola