TAHUN 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat-Nya sehingga Panduan Manajemen Nyeri ini dapat diselesaikan
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Direktur,
Tim Penyusun :
DAFTAR ISI
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI
NOMOR 231 TAHUN 2019
TENTANG
MEMUTUSKAN :
LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluhan nyeri merupakan keluhan yang umum kita temukan ketika
kita sedang melakukan tugas kita sebagai pelayan kesehatan, baik itu
pasien yang berkujung ke rawat jalan atau pasien rawat inap, dimana
nyeri itu dapat diakibatkan oleh kondisi penyakit pasien, tindakan,
atau pemeriksaan yang dilakukan.Keluhan yang kita dapatkan kadang
dianggap sebagai hal yang biasa sehingga perhatian yang kita berikan
tidak cukup memuaskan pasien terhadap asuhan.
Nyeri sesungguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu
sensasi, tetapi berkaitan dengan respon fisiologis, psikologis, social,
kognitif, emosi, dan prilaku.Sehingga dalam penanganannya
memerlukan pengelolaan nyeri yang terstandar dari semua pemberi
asuhan yang terlibat.
B. Pengertian
1. Pengelolaan nyeri adalah suatu cara atau metode asuhan yang
digunakan untuk menangani rasa nyeri atau perasaan tidak
nyaman, baik ringan, sedang, maupun berat yang dirasakan oleh
pasien.
2. Nyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan, sedang, maupun
berat yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa
dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola pikir, aktivitas
seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang.
5
7) Phantom Pain
Merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak
ada lagi, contohnya pada amputasi.
8) Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas
kejaringan sekitarnya.
b. Menurut sifat
1). Insedentil :
Timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
2). Steady :
Nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama.
3). Paroxysmal :
nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
biasanya 10 – 5 menit, lalu menghilang dan kemudian
timbul kembali.
4). Intractable Pain :
Nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi, contoh
pada arthritis.
c. Menurut berat ringannya
1). Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
2). Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan
psikologis.
3). Nyeri berat : dalam intensitastinggi
d. Menurut waktu serangan
1). Nyeri akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat < dari enam
minggu, misalnya nyeri pada fraktur, pasien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala antara
lain : denyut jantung dan tekanan darah meningkat dan
pallor.
7
BAB II
RUANG LINGKUP
B. Lingkup Area
1. IGD/ PONEK
2. Perinatologi
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Rawat jalan
5. Intensif Care Unit (ICU)
6. Instalasi Kamar operasi
10
BAB III
KEBIJAKAN
BAB IV
TATA LAKSANA
Manajemen nyeri diselanggarakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai berdasarkan prinsip-prinsip pemberian pelayanan yang
bermutu, berorientasi pada keselamatan pasien dan melibatkan peran
pasien serta keluarga.
Tata laksana manajemen nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai meliputi :
1. Pengelolaan nyeri dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien,
dokter anestesi dan perawat penanggung jawab pasien.
2. Anamnesis :
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit yang dahulu
c. Riwayat obat-obatan dan alergi
3. Perawat/bidan, dokter melakukan asesmen nyeri/menilai skala nyeri
dengan cara sebagai berikut :
a. Wong-Baker Faces skale/ Numeric Rating PAIN Scale
Metode ini menggunakan range dari intensitas nyeri. Umumnya
pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari
angka 0 - 10. Digunakan pada Orang Dewasa dan anak-anak (usia
>7 tahun) pada semua pasien yang dapat memberi peringkat
intensitas dari rasa nyeri mereka, hasil penilaian nyeri :
SKORING SKOR
KATEGORI YANG DI
0 1 2
DAPAT
Face (Wajah) Tidak ada Kadang Sering
ekspresi meringis atau cemberut
tertentu atau mengeruntuk konstan,
senyum, an kening, rahang
kontak mata menarik diri, terkatup,
tidak dagu
15
tertarik, bergetar,
wajah kerutan yang
terlihat dalam di
cemas, alis dahi, mata
diturunkan, tertutup,
mata mulutterbuk
sebagian a, garis yang
tertutup, pipi dalam di
terangkat, sekitar
mulut hidung/ bibir
mengerucut
Leg (kaki) Posisi normal Tidak Menendang
atau santai nyaman, atau kaki
gelisah, disusun,
tegang, tonus hipertonisitas
meningkat, fleksi/
kaku, ekstensi
fleksi/eksten anggota
si anggota badan secara
badan berlebihan,
intermitten tremor
Activity Berbaring Menggeliat, Melengkung,
(Aktivitas) dengan menggeser kaku atau
tenang, maju menyentak,
posisi mundur, posisi tetap,
normal, tegang, ragu- gerakan
bergerak ragu untuk kepala dari
dengan bergerak, sisi ke sisi,
mudah dan menjaga menggosok
bebas tekanan pada bagian tubuh
bagian tubuh
Cry Tidak ada Erangan Terus-
(Menangis) teriakan/ atau menerus
erangan rengekan, menangis,
terjaga atau sesekali menjerit isak
tertidur menangis, tangi
mendesah, mengerang,
sesekali sering
mengeluh mengeluh
Consolability Tenang, Perlu Sulit untuk
(Kemampuan santai, tidak keyakinan dibujuk atau
untuk memerlukan dengan dibuat
16
Meringis 4
Anggota badan Tidak ada pergerakan 1
Sebagian ditekuk 2
sebelah atas
Sepenuhnya ditekuk dengan 3
fleksi jari-jari
Retraksi permanen 4
Kepatuhan dengan Pergerakan yang dapat 1
Ventilasi ditoleransi
Batuk dengan pergerakan 2
Melawan Ventilator 3
Tidak dapat mengontrol ventilasi 4
TOTAL SKOR
Retraksi permanen 4
Vokalisasi Kurangnya Vokalisasi 1
Mendengus kecil, sering dan 2
tidak memperpanjang
Mendengus sering dan 3
memperpanjang
Berteriak 4
TOTAL SKOR
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi apabila diperlukan.
5. Terapi
Berdasarkan jenis terapi :
a. Non medikamentosa
1). Fisioterapi
2). Psikoterapi
Berikan edukasi kepada pasien antara lain :
1). Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
2). Menenangkan ketakutan pasien
3). Tehnik relaksasi dan pijatan di area nyeri
b. Medikamentosa
1). Analgetika ( topical dan sistemis)
2). NSAID
3). Opioid
4). Obat spesifik
Terapi yang direkomendasikan oleh WHO :
1). Nyeri ringan0-3 : NSAID, aspirin dan Paracetamol
2). Nyeri sedang4- 6 : Tramadol, Codein
3). Nyeri berat 7-10 : morfin, Fentanil.
Medikamentosa/penggunaan obat dalam mengatasi nyeri :
1). Pemberian obat diberikan kepada pasien dengan angka/skala nyeri
4 atau lebih, tetapi pada nyeri ringan (skala 1-3) pemberian obat
bisa dipertimbangkan jika terapi non medikamentosa tidak
berhasil
19
2). Pemberian OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Streroid) atau obat
analgetik – antipiretika diberikan untuk nyeri ringan – sedang,
opioid efektif untuk nyeri sedang – berat.
3). Pemberian obat dimulai dengan pemberian obat AINS atau Opioid
lemah (langkah 1 dan 2) dengan pemberian intermitten (pro re-
nata/prn).
4). Jika langkah 1 dan 2 kurang efektif/nyeri menjadi sedang berat,
dapat ditingkatkan menjadi langkah 3 (diganti dengan opioid kuat
dan prn analgetika dalam kurung waktu 24 jam setelah langkah 1).
5). Opioid standar yang sering digunakan adalah Morfin.
Farmakologik Obat Analgesik
a). Parasetamol
Efek analgesik untuk nyeri ringan – sedang dan antipiretika,
dapat dikombinasikan dengan opoid untuk memperoleh efek
analgesik yang lebih besar.
b). Obat AINS (Anti Inflamantori Non Steroid)
(1). Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan
intensitas ringan-sedang, antipiretika.
(2). Kontraindikasi : pasien dengan Triad Franklin (polip
hidung, angioedema dan urtikaria) karena sering terjadi
reaksi anafilaktik.
(3). Efek samping: gastrointestinal, disfungsi renal dan
peningkatan enzim hati.
c). Tramadol
(1). Merupakan analgesik yang lebih paten dari obat AINS oral,
dengan efeksamping yang lebih sedikit/ringan. Berefek
sinergis dengan medikasi obat AINS
(2). Indikasi : efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas
sedang (nyeri kanker, osteoarthritis, nyeri punggung
bawah, neuropati, DM, fibrmyalgia, neuralgia pasca
herpetic, nyeri pasca operasi).
(3). Efek samping :pusing, mual, muntah letargi dan konstipasi.
20
BAB IV
DOKUMENTASI
ASSESMEN NYERI
ASSESMEN NYERI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
B.03.31 C 2/2
RSUD SINJAI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
STANDAR DAERAH KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. H. Amaluddin, Sp.PD
NIP. 19630618 198910 1 002
9. Perawat/bidan, dokter melakukan tindakan/intervensi
sesuai dengan skala nyeri yang diderita pasien.
10. Assesmen ulang nyeri dapat dilakukan setiap shift,
mengikuti pengukuran tanda vital pasien, satu jam
setelah tata laksana nyeri, atau sesuai jenis dan onset
obat, setelah pasien menjalani prosedur operasi dan
sebelum pasien pulang ke rumah sakit.
11. Petugas mendokumentasikan hasil assesmen dalam
berkas rekam medis.
12. Petugas mengakhiri kontak dengan pasien.
13. Petugas mencuci tangan.
Unit Terkait 1. Instalasi Gawat Darurat (IGD).
2. Instalasi Rawat Inap.
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Intensive Care Unit (ICU).
5. Instalasi Rekam Medis.
25
MANAJEMEN NYERI
MANAJEMEN NYERI
MANAJEMEN NYERI