Anda di halaman 1dari 32

i

PANDUAN MANAJEMEN NYERI

TAHUN 2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat-Nya sehingga Panduan Manajemen Nyeri ini dapat diselesaikan
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Panduan ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan manajemen


nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai.

Panduan ini akan dievaluasi kembali dan dilakukan perbaikan bila


ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit.
Dan kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Tim
Penyusun atas segala upayanya menyelesaikan Panduan ini.

Sinjai,19 Maret 2019

Direktur,

Dr. H. Amaluddin, Sp.PD


Nip.19630618 198910 1 002

Tim Penyusun :

1. Dr. Emmy Kartahara Malik, MARS


2. Drg. Andi Fatmawaty yusuf
3. Dr. Nur Rachmat Adi Sawe, Sp.GK., M.Kes
4. Nurzakiah, S.Kep
5. Sri Indrahayu, A.Md.Gz
6. Mulki Rezky Mustika, A.Md.Keb
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………. i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………..…… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….….. 4
A. Latar Belakang ………………….…………………………….….. 4
B. Pengertian…………………………………………………………… 4
BAB II RUANG LINGKUP…………..…………………………………………. 8
BAB III KEBIJAKAN…………………………………………………………….. 10
BAB IV TATA LAKSANA………………….……………………………………. 11
BAB V DOKUMENTASI ……………………………………………………… 22
1

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI


KANTOR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Alamat :Jl. JenderalSudirman No. 47,KabupatenSinjai,PropinsiSulawesiSelatan
Kode pos 92611 Telp (0482) 21132, Fax (0482) 21133, E-Mail :rsudsinjai@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI
NOMOR 231 TAHUN 2019

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN MANAJEMEN NYERI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI,


Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
asuhan pasien di Rumah Sakit yang berorientasi
kepada kesalamatan pasien, diperlukan suatu
standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelayanan manajemen nyeri;

b. bahwa agar pelayanan dan asuhan pasien di Rumah


Sakit dapat terlaksana dengan baik, perlu
ditetapkan regulasi sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan dan asuhan pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sinjai tentang
Pemberlakuan Panduan Manajemen Nyeri Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai;

Mengingat : 1. Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
2

Indonesia Nomor 5063);

2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5072);

3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 308);

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK.01.07/Menkes/481/2019 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana Nyeri

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah
Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1023);
3

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KABUPATEN SINJAI TENTANG
PEMBELAKUAN PANDUAN MANAJEMEN NYERI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI.
KESATU : Menetapkan Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sinjai sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan Manajemen Nyeri
dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sinjai dibantu oleh Kepala Bidang
Pelayanan dan Keperawatan.
KETIGA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau ulang paling lama 2
tahun.
KEEMPAT : Dengan berlakunya Panduan Manajemen Nyeri Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai ini, maka
panduan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Ditetapkan di Sinjai
pada tanggal 20 Maret 2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN SINJAI

Dr. H. Amaluddin, Sp.PD


Nip. 19630618 198910 1 002

LAMPIRAN
4

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI
NOMOR 231 TAHUN 2019
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN
MANAJEMEN NYERI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN SINJAI

PANDUAN MANAJEMEN NYERI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluhan nyeri merupakan keluhan yang umum kita temukan ketika
kita sedang melakukan tugas kita sebagai pelayan kesehatan, baik itu
pasien yang berkujung ke rawat jalan atau pasien rawat inap, dimana
nyeri itu dapat diakibatkan oleh kondisi penyakit pasien, tindakan,
atau pemeriksaan yang dilakukan.Keluhan yang kita dapatkan kadang
dianggap sebagai hal yang biasa sehingga perhatian yang kita berikan
tidak cukup memuaskan pasien terhadap asuhan.
Nyeri sesungguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu
sensasi, tetapi berkaitan dengan respon fisiologis, psikologis, social,
kognitif, emosi, dan prilaku.Sehingga dalam penanganannya
memerlukan pengelolaan nyeri yang terstandar dari semua pemberi
asuhan yang terlibat.
B. Pengertian
1. Pengelolaan nyeri adalah suatu cara atau metode asuhan yang
digunakan untuk menangani rasa nyeri atau perasaan tidak
nyaman, baik ringan, sedang, maupun berat yang dirasakan oleh
pasien.
2. Nyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan, sedang, maupun
berat yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa
dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola pikir, aktivitas
seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang.
5

3. Manajemen nyeri adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk


menjaga pasien dalam keadaan senyaman mungkin. Manajemen
nyeri memerlukan kerjasama tim yang baik antara pasien, dokter
dan staf lain yang memberikan pelayanan manajemen nyeri.
4. Analgetik aadalah obat yang digunakan untuk
mengatasi/menghilangkan rasa nyeri.
5. Analgetika opioid adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
menghilangkan rasa nyeri yang tergolong dalam obat narkotika.
6. Anti Inflamantory Non Steroid (AINS) adalah obat yang digunakan
untuk mengatasi/menghilangkan nyeri dengan mekanisme
penghambatan terhadap sintesa prostaglandin yang merupakan
mediator nyeri.
7. Terapi non medika mentosa adalah terapi/tindakan untuk
mengatasi/menghilangkan nyeri tanpa menggunakan obat-obatan.
8. Terapi medika mentosa adalah terapi/tindakan untuk
mengatasi/menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-
obatan.
9. Klasifikasi Nyeri
a. Menurut tempat :
1) Periferal Pain
2) Superfisial Pain (nyeri permukaan)
3) Deep Pain (nyeri dalam)
4) Referred Pain (nyeri alihan) nyeri yang dirasakan pada area
yang bukan merupakan sumber nyerinya.
5) Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat,
spinal cord, batang otak.
6) Psyhogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari
trauma psikologis.
6

7) Phantom Pain
Merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak
ada lagi, contohnya pada amputasi.
8) Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas
kejaringan sekitarnya.
b. Menurut sifat
1). Insedentil :
Timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
2). Steady :
Nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama.
3). Paroxysmal :
nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
biasanya 10 – 5 menit, lalu menghilang dan kemudian
timbul kembali.
4). Intractable Pain :
Nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi, contoh
pada arthritis.
c. Menurut berat ringannya
1). Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
2). Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan
psikologis.
3). Nyeri berat : dalam intensitastinggi
d. Menurut waktu serangan
1). Nyeri akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat < dari enam
minggu, misalnya nyeri pada fraktur, pasien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala antara
lain : denyut jantung dan tekanan darah meningkat dan
pallor.
7

2). Nyeri kronis


Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam
waktu lama dan pasien sering sulit mengingat sejak kapan
nyeri mulai dirasakan.
8

BAB II
RUANG LINGKUP

Manajemen nyeri merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh


rumah sakit kepada pasien, karena menjadi hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhannya.
A. Sasaran
1. Direktur bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
mekanisme/protokol yang dijelaskan dalam panduan ini dan
dokumen yang terkait tersedia untuk implementasi, monitoring dan
revisi kebijakan ini secara keseluruhan serta dapat diakses dan
dimengerti oleh semua staf terkait.
2. Pelaksanaan panduan pengelolaan nyeri dilakukan di Unit/Instalasi
Gawat Darurat/Ponek , Rawat Inap, Rawat jalan, Kamar Operasi,
ICU dan Perinatologi.
3. Direktur bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua
Kepala Unit/Instalasi
a. Mengimplementasikan panduan ini di dalam wilayah yang
menjadi tanggung jawab mereka.
b. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumberdaya yang tepat
untuk terpenuhinya panduan ini.
c. Memastikan bahwa semua staf dibawah pengawasan mereka
mengetahui panduan ini dan mengikuti pelatihan untuk
kebijakan ini.
4. Kepala Unit/Instalasi yang terlibat dalam ruang lingkup ini
bertanggung jawab untuk implementasi panduan ini di bagian yang
mereka kelola dan harus memastikan bahwa:
a. Semua staf lama dan baru mempunyai akses dan tahu
mengenai panduan ini serta kebijakan, SPO dan formulir lain
yang terkait.
b. Adanya SPO tertulis yang mendukung dan patuh pada panduan
ini dan dipantau untuk kepatuhannya.
9

5. Semua staf yang terlibat dalam ruang lingkup panduan ini


bertanggung jawab untuk mengimplementasikan panduan ini dan
harus memastikan bahwa:
a. Mereka mengerti dan mematuhi panduan ini.
b. Akan menggunakan panduan ini dalam hubungannya dengan
semua kebijakan dan SPO lainnya.
c. Ketidak patuhan pada panduan ini dapat mengakibatkan
tindakan indisiplin.
d. Setiap anggota staf dapat mengisi laporan kejadian bila
ditemukan ketidak patuhan.

B. Lingkup Area
1. IGD/ PONEK
2. Perinatologi
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Rawat jalan
5. Intensif Care Unit (ICU)
6. Instalasi Kamar operasi
10

BAB III
KEBIJAKAN

1. Berdasar cakupan asuhan yg diberikan, RS menetapkan proses untuk


melakukan skrining, asesmen dan pelayanan untuk mengatasi nyeri
meliputi:
a. Identifikasi pasien untuk rasa nyeri pada asesmen awal dan
asesmen ulang
b. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga kemungkinan nyeri
akibat tindakan atau prosedur tindakan yang dilakukan.
c. Melaksanakan pelayanan untuk mengatasi nyeri, terlepas dari
mana nyeri berasal
d. Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien & keluarga
perihal pelayanan untuk mengatasinyeri sesuai dgn latar belakang
agama, budaya, nilai2 pasien dan keluarga
e. Melatih PPA tentang asesmen dan pelayanan untuk mengatasi
nyeri.
2. Semua pasein rawat inap dan rawat jalan diskrining untuk rasa sakit
dan dilakukan assemen dalam pengelolaan nyeri secara efektif sesuai
dengan pedoman/panduan nyeri yang berlaku.
3. Pengelolaan nyeri dimulai dari Skrining nyeri, Asessmen awal dan
asesmen ulang, Monitoring nyeri dan Edukasi
4. Pelaksanaan pengelolaan nyeri
Pengelolan nyeri dilkakukan pada pasien yang pada asesmen awal
ditemukan adanya nyeri atau pada pasien yang akan dilakukan
tindakan yang dapat menimbulkan nyeri. Pasien-pasien tersebut
adalah:
a. Pasien yang datang ke instalasi gawat darurat dan Polik Rawat
jalan.
b. Pemantauan rutin pada semua pasien rawat inap, minimal 1 kali
dalam satu shift dinas perawat.
11

c. Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan atau pasca


pembedahan.
12

BAB IV
TATA LAKSANA
Manajemen nyeri diselanggarakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai berdasarkan prinsip-prinsip pemberian pelayanan yang
bermutu, berorientasi pada keselamatan pasien dan melibatkan peran
pasien serta keluarga.
Tata laksana manajemen nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai meliputi :
1. Pengelolaan nyeri dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien,
dokter anestesi dan perawat penanggung jawab pasien.
2. Anamnesis :
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit yang dahulu
c. Riwayat obat-obatan dan alergi
3. Perawat/bidan, dokter melakukan asesmen nyeri/menilai skala nyeri
dengan cara sebagai berikut :
a. Wong-Baker Faces skale/ Numeric Rating PAIN Scale
Metode ini menggunakan range dari intensitas nyeri. Umumnya
pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari
angka 0 - 10. Digunakan pada Orang Dewasa dan anak-anak (usia
>7 tahun) pada semua pasien yang dapat memberi peringkat
intensitas dari rasa nyeri mereka, hasil penilaian nyeri :

Nilai 0 = nyeri tidak dirasakan


Nilai 2 = nyeri dirasakan sedikit saja
Nilai 4 = nyeri dirasakan hilang timbul
13

Nilai 6 = nyeri yang dirasakan anak dan dewasa lebihbanyak


Nilai 8 = nyeri yang dirasakan secara keseluruhan
Nilai 10 = nyeri sekali disertai dengan menangis
b. Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) Skala Penilaian nyeri untuk
Neonatus (0- 1 bulan).
PENGKAJIAN NYERI SKOR
SKORING YANG
EKSPRESI WAJAH
DIDAPAT
0 – Otot-otot rileks Wajah tenang, ekspresi netral
1 – Meringis Otot wajah tegang, alis
berkerut, dagu dan rahang
tegang (ekspresi wajah negatif-
hidung, mulut dan alis)
Menangis
0 – Tidak menangis Tenang, tidak menangis
1 – Mengerang Merengek ringan, kadang-
kadang
2 – Menangis keras Berteriak kencang, menaik,
melengking, terus menerus
(catatan menangis lirih
mungkin dinilai jika bayi
diintubasi yang dibuktikan
melalui gerakan mulut dan
wajah yang jelas)
Pola Pernafasan
0 – Bernafas Relaks Pola bernafas bayi yang normal
1 – Perubahan pola Tidak teratur, lebih cepat dari
pernafasan biasanya, tersedak, napas
tertahan
Lengan
0 – Relaks/ terikat Tidak ada kekakuan otot,
gerakan tangan acak sekali-kali
1 – Fleksi/Ekstensi Tegang, tangan lurus, kaku
dan/atau ekstensi cepat
ekstensi, fleksi
Kaki
0 – Relaks/ terikat Tidak ada kekakuan otot,
14

gerakan tangan acak sekali-kali


1 – Fleksi/Ekstensi Tegang, tangan lurus, kaku
dan/atau ekstensi cepat
ekstensi, fleksi
Keadaan Kesadaran
0 – Tidur/terjaga Tenang, tidur damai atau
gerakan kaki acak yang terjaga
1 – Rewel Terjaga, gelisah dan meronta-
ronta
Parameter ada 6 dengan skor 0 (terendah) sampai dengan 7 (tinggi),
dengan skala :
Nilai 0-2 : tidak nyeri/nyeri ringan
Nilai 3-4 : nyeri ringan sampai moderate
Nilai >4 : nyeri berat
Keterbatasan skala ini bisa terjadi false skala yang rendah apabila
dilakukan pengukuran pada bayi yang terlalu sakit untuk merespon
rangsangan atau mendapat obat pelumpuh otot.
c. FLACC Pain Scale
Skala ini digunakan pada anak mulai usia 2 bulan-7 tahun.
Dan dapat digunakan juga untuk pasien yang tidak dapat
berkomunikasi. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0
untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut
adalah :

SKORING SKOR
KATEGORI YANG DI
0 1 2
DAPAT
Face (Wajah) Tidak ada Kadang Sering
ekspresi meringis atau cemberut
tertentu atau mengeruntuk konstan,
senyum, an kening, rahang
kontak mata menarik diri, terkatup,
tidak dagu
15

tertarik, bergetar,
wajah kerutan yang
terlihat dalam di
cemas, alis dahi, mata
diturunkan, tertutup,
mata mulutterbuk
sebagian a, garis yang
tertutup, pipi dalam di
terangkat, sekitar
mulut hidung/ bibir
mengerucut
Leg (kaki) Posisi normal Tidak Menendang
atau santai nyaman, atau kaki
gelisah, disusun,
tegang, tonus hipertonisitas
meningkat, fleksi/
kaku, ekstensi
fleksi/eksten anggota
si anggota badan secara
badan berlebihan,
intermitten tremor
Activity Berbaring Menggeliat, Melengkung,
(Aktivitas) dengan menggeser kaku atau
tenang, maju menyentak,
posisi mundur, posisi tetap,
normal, tegang, ragu- gerakan
bergerak ragu untuk kepala dari
dengan bergerak, sisi ke sisi,
mudah dan menjaga menggosok
bebas tekanan pada bagian tubuh
bagian tubuh
Cry Tidak ada Erangan Terus-
(Menangis) teriakan/ atau menerus
erangan rengekan, menangis,
terjaga atau sesekali menjerit isak
tertidur menangis, tangi
mendesah, mengerang,
sesekali sering
mengeluh mengeluh
Consolability Tenang, Perlu Sulit untuk
(Kemampuan santai, tidak keyakinan dibujuk atau
untuk memerlukan dengan dibuat
16

dihibur) untuk sesekali nyaman


dihibur menyentuh/
memeluk
atau
berbicara,
perhatian
mudah
beralih
TOTAL SKOR
Masing-masing dari lima kategori (FLACC) diberi nilai 0-2 dan skor
ditambahkan untuk mendapatkan total dari 0 -10 ( F + L + A + C + C )
= ......
Skor 0 : tidak nyeri
Skor 1-3 : nyeri ringan
Skor 4 -7 : nyeri sedang
Skor 8 - 10 : nyeri hebat

d. Behavioral pain score


Penggunaan indikator tingkah laku dan fisiologis untuk menilai nyeri
pada pasien dewasa yang tidak responsif, tidak komunikatif. Setiap
sub skala diskoring dari 1 (tidak ada respon) hingga 4 (respon
penuh), karena itu skor berkisar dari 3 (tidak nyeri) hingga 12 (nyeri
maksimal), skor BPS sama dengan 6 atau lebih dipertimbangkan
sebagai nyeri yang tidak dapat diterima (unacceptable pain).

1). BPS (Behavioral Pain Score dengan ventilator)


KATEGORI PENILAIAN SKOR
Ekspresi wajah Tenang /rileks 1
Sebagian diperketat (misalnya 2
penurunan alis)
Sepenuhnya diperketat 3
(misalnya penutupan kelopak
mata)
17

Meringis 4
Anggota badan Tidak ada pergerakan 1
Sebagian ditekuk 2
sebelah atas
Sepenuhnya ditekuk dengan 3
fleksi jari-jari
Retraksi permanen 4
Kepatuhan dengan Pergerakan yang dapat 1
Ventilasi ditoleransi
Batuk dengan pergerakan 2
Melawan Ventilator 3
Tidak dapat mengontrol ventilasi 4
TOTAL SKOR

2). BPS (Behavioral Pain Score tanpa ventilator)

KATEGORI PENILAIAN SKOR


Ekspresi wajah Tenang /rileks 1
Sebagian diperketat (misalnya 2
penurunan alis)
Sepenuhnya diperketat 3
(misalnya penutupan kelopak
mata)
Meringis 4
Anggota badan Tidak ada pergerakan 1
Sebagian ditekuk 2
sebelah atas
Sepenuhnya ditekuk dengan 3
fleksi jari-jari
18

Retraksi permanen 4
Vokalisasi Kurangnya Vokalisasi 1
Mendengus kecil, sering dan 2
tidak memperpanjang
Mendengus sering dan 3
memperpanjang
Berteriak 4
TOTAL SKOR
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi apabila diperlukan.
5. Terapi
Berdasarkan jenis terapi :
a. Non medikamentosa
1). Fisioterapi
2). Psikoterapi
Berikan edukasi kepada pasien antara lain :
1). Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
2). Menenangkan ketakutan pasien
3). Tehnik relaksasi dan pijatan di area nyeri
b. Medikamentosa
1). Analgetika ( topical dan sistemis)
2). NSAID
3). Opioid
4). Obat spesifik
Terapi yang direkomendasikan oleh WHO :
1). Nyeri ringan0-3 : NSAID, aspirin dan Paracetamol
2). Nyeri sedang4- 6 : Tramadol, Codein
3). Nyeri berat 7-10 : morfin, Fentanil.
Medikamentosa/penggunaan obat dalam mengatasi nyeri :
1). Pemberian obat diberikan kepada pasien dengan angka/skala nyeri
4 atau lebih, tetapi pada nyeri ringan (skala 1-3) pemberian obat
bisa dipertimbangkan jika terapi non medikamentosa tidak
berhasil
19

2). Pemberian OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Streroid) atau obat
analgetik – antipiretika diberikan untuk nyeri ringan – sedang,
opioid efektif untuk nyeri sedang – berat.
3). Pemberian obat dimulai dengan pemberian obat AINS atau Opioid
lemah (langkah 1 dan 2) dengan pemberian intermitten (pro re-
nata/prn).
4). Jika langkah 1 dan 2 kurang efektif/nyeri menjadi sedang berat,
dapat ditingkatkan menjadi langkah 3 (diganti dengan opioid kuat
dan prn analgetika dalam kurung waktu 24 jam setelah langkah 1).
5). Opioid standar yang sering digunakan adalah Morfin.
Farmakologik Obat Analgesik
a). Parasetamol
Efek analgesik untuk nyeri ringan – sedang dan antipiretika,
dapat dikombinasikan dengan opoid untuk memperoleh efek
analgesik yang lebih besar.
b). Obat AINS (Anti Inflamantori Non Steroid)
(1). Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan
intensitas ringan-sedang, antipiretika.
(2). Kontraindikasi : pasien dengan Triad Franklin (polip
hidung, angioedema dan urtikaria) karena sering terjadi
reaksi anafilaktik.
(3). Efek samping: gastrointestinal, disfungsi renal dan
peningkatan enzim hati.
c). Tramadol
(1). Merupakan analgesik yang lebih paten dari obat AINS oral,
dengan efeksamping yang lebih sedikit/ringan. Berefek
sinergis dengan medikasi obat AINS
(2). Indikasi : efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas
sedang (nyeri kanker, osteoarthritis, nyeri punggung
bawah, neuropati, DM, fibrmyalgia, neuralgia pasca
herpetic, nyeri pasca operasi).
(3). Efek samping :pusing, mual, muntah letargi dan konstipasi.
20

(4). Jalur pemberian : intra vena dan Oral.


d). Opioid
(1). Merupakan analgesic poten (tergantung dosis) dan efeknya
dapat ditiadakan dengan Ca. Glukonas dan sulfas atropin.
Opioid yang sering digunakan : Morfin, Fentanil.
(2). Adiksi terhadap opioid sangat jarang terjadi bila digunakan
untuk penatalaksanaan nyeri.
6. Penatalaksanaan
a. Nyeri ringan (nilai skala 1-3), tatalaksana nyerinya perawat
mengajarkasn tehnik relaksasi seperti tarik nafas yang dalam dan
panjang, beri posisi yang nyaman sesuasi dengan kondisi pasien,
beri/ajarkan sentuhan/pijatan dinarea yang nyeri, bila perlu beri
NSAID, paracetamol sesuai keadaan pasien atas persetujuan DPJP
atau dokter jaga
b. Nyeri sedang (nilai skala 4-6),Lapor ke DPJP untuk tatalaksana
nyeri dengan pemberian NSAID, paracetamol, opioid lemah tetap
ajarkan tehnik relaksasi dan tehnik pijatan di area nyeri, jika nyeri
tidak teratasi setelah 4 jam (langkah terapi 1 dan 2 tidak berhasil)
diberitahukan DPJP untuk intervensi lanjut.
c. Nyeri berat (nilai skala 7- 10), Lapor ke DPJP untuk tatalaksana
nyeri, perawat kolaborasi dengan dokter untuk pemberian opioid
kuat kombinasi opioid kuat dan analgetik lain ataukolaborasi untuk
lapor ke dokter anastesi, tetap beritahukan tehnik relaksasi dan
ajarkan pasien pijatan di area yang nyeri.
d. Perawat mengkomunikasikan nyeri pasien dengan menggunakan
skala nyeri yang tepat.
e. Perawat memberikan edukasi rencana penatalaksanaan nyeri
pasien termasuk tujuannya.
7. Asesmen ulang nyeri
a. Berdasarkan Skala nyeri :
- Nyeri ringan ( 1-3 ) tiap 8 jam/per shif
- Nyeri sedang (4-5) tiap 2 jam
21

- Nyeri Berat (7-10 ) tiap 1 jam


b. Pasca pemberian obat analgetik :
- Obat injeksi intravena 15 menit
- Obat injeksi IM/Supositoria/Subcutis 30 menit
- Obat oral 2 jam
c. Pasca tindakan/pembedahan :
- 15 menit pada 1 jam pertama
- Tiap 20 menit pada 2 jam selanjutnya
d. 15 - 30 menit setelah dilakukan tindakan keperawatan distraksi/
relaksasi
e. 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat intra vena pada pasien
nyeri jantung /cardiac
f. Lima menit setelah pasien yang mendapatkan therapi injeksi opioid
8. Edukasi
a. Mengajarkan pada Pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi
dan distraksi untuk mengatasi nyeri.
b. Menjelaskan pada Pasien dan keluarga rasa nyeri yang mungkin
muncul pada saat di lakukan tindakan.
22

BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO Assesmen Nyeri


2. SPO Manajemen Nyeri
3. SPO Pengisian formulir pemantauan nyeri
4. Format Pengkajian Awal
5. Format Assesmen Nyeri
6. Format Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
7. Format Catatan Observasi dan Tindakan
8. Formulir Edukasi dan Verifikasi Pendidikan Pasien dan Keluarga
23

ASSESMEN NYERI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


B.03.31 C 1/2
RSUD SINJAI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
STANDAR DAERAH KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. H. Amaluddin, Sp.PD
NIP. 19630618 198910 1 002
Pengertian Assesmen Nyeri adalah serangkaian kegiatan dalam
mengidentifikasi tingkat nyeri pada pasien yang
terdeteksi secara subjektif maupun objektif mengalami
gangguan rasa nyeri.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
assesmen nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai.
Kebijakan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai Nomor 172 Tahun 2019 tentang
Pemberlakuan Panduan Asesmen Nyeri Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sinjai.
Prosedur 1. Petugas mencuci tangan.
2. Petugas mengucapkan salam.
3. Petugas memperkenalkan diri.
4. Petugas melakukan asesmen awal terhadap nyeri pada
semua pasien rawat inap dan rawat jalan.
5. Petugas menjelaskan tujuan asesmen yang akan
dilakukan.
6. Petugas melakukan assesmen nyeri dengan cara :
Mengidentifikasi tingkat nyeri dengan menggunakan
alat ukur penilaian nyeri:
a. VAS (Visual analog scale);
b. NIPS (Neonatal infant pain scale);
c. FLACC scale (faces, legs, actifity, cry, consolability);
d. BPS (Behavioral pain score).
7. Petugas menentukan skala nyeri, pasien tergolong
skala nyeri ringan, sedang atau berat.
8. Perawat/bidan, dokter melakukan tindakan/
intervensi sesuai dengan skala nyeri yang diderita
pasien.
24

ASSESMEN NYERI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
B.03.31 C 2/2
RSUD SINJAI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
STANDAR DAERAH KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. H. Amaluddin, Sp.PD
NIP. 19630618 198910 1 002
9. Perawat/bidan, dokter melakukan tindakan/intervensi
sesuai dengan skala nyeri yang diderita pasien.
10. Assesmen ulang nyeri dapat dilakukan setiap shift,
mengikuti pengukuran tanda vital pasien, satu jam
setelah tata laksana nyeri, atau sesuai jenis dan onset
obat, setelah pasien menjalani prosedur operasi dan
sebelum pasien pulang ke rumah sakit.
11. Petugas mendokumentasikan hasil assesmen dalam
berkas rekam medis.
12. Petugas mengakhiri kontak dengan pasien.
13. Petugas mencuci tangan.
Unit Terkait 1. Instalasi Gawat Darurat (IGD).
2. Instalasi Rawat Inap.
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Intensive Care Unit (ICU).
5. Instalasi Rekam Medis.
25

MANAJEMEN NYERI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


B.04.41 C 1/3
RSUD SINJAI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR SAKIT UMUM DAERAH
STANDAR
KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. H.Amaluddin, Sp.PD.


NIP. 19630618 198910 1 002
Pengertian Manajemen nyeri adalah serangkaian kegiatan
penatalaksanaan yang dilakukan terhadap pasien jika
didapatkan data subjektif dan/atau data objektif bahwa
pasien mengalami nyeri.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman
bagi pasien dan keluarganya yang dirawat di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai.
Kebijakan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai Nomor 231 Tahun 2019 Tentang
Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai.
Prosedur 1. Perawat/bidan melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang dan assesmen nyeri
menggunakan skala nyeri
a. Visual Analog Scale (VAS)
b. Wong Baker Faces
c. Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
d. Faces, Legs, Actifity, Cry, Consolability
(FLACC)Scale
e. Behavioral Pain Score (BPS)
2. Perawat menetukan skala nyeri, pasien tergolong
skala nyeri ringan, sedang atau berat.
3. Perawat/bidan melakukan tatalaksana sesuai skala
nyerinya :
a. Derajat nyeri ringan (nilai skala 1-3) dikaji setiap
8 jam, tatalaksana nyeri : pasien diajarkan
teknik relaksasi (tarik napas yang dalam dan
panjang), posisi yang nyaman sesuai kondisi
pasien, beri/ajarkan sentuhan/pijitan di area
nyeri, bila perlu berikan NSAID, paracetamol
26

MANAJEMEN NYERI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


B.04.41 C 2/3
RSUD SINJAI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR SAKIT UMUM DAERAH
STANDAR
KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. H.Amaluddin, Sp.PD.


NIP. 19630618 198910 1 002
sesuai keadaan pasien (persetujuan DPJP/dokter
jaga)
b. Derajat nyeri ringan (nilai skala 1-3) dikaji setiap
8 jam, tatalaksana nyeri : pasien diajarkan
teknik relaksasi (tarik napas yang dalam dan
panjang), posisi yang nyaman sesuai kondisi
pasien, beri/ajarkan sentuhan/pijitan di area
nyeri, bila perlu berikan NSAID, paracetamol
sesuai keadaan pasien (persetujuan DPJP/dokter
jaga)
c. Nyeri sedang (nilai skala 4-6) dikaji setiap 2 jam,
jika nyeri berkurang (nilai VAS < 4), pantau nyeri
setiap 8 jam. Lapor ke DPJP untuk tatalaksana
nyeri dengan pemberian NSAID, paracetamol,
opioid lemah jika NSAID dan paracetamol tidak
berhasil, tetap ajarkan tehnik relaksasi dan
pijatan di area nyeri, jika nyeri tidak teratasi
dalam 4 jam (langkah terapi 1 dan 2 tidak
berhasil) beritahukan DPJP untuk konsul ke tim
tatalaksana nyeri.
d. Nyeri berat (7-10) nyeri dikaji setiap 1 jam, jika
menjadi nyeri sedang kaji setiap 2 jam, dan bila
jadi nyeri ringan dikaji setiap 8 jam. Lapor DPJP
untuk tatalaksana nyeri, perawat/bidan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
opioid kuat, kombinasi opioid kuat dan analgetik
lain atau tatalaksana nyeri Intervensi (setelah
persetujuan DPJP atau tim tatalaksana nyeri),
tetap beritahukan tehnik relaksasi dan
beri/ajarkan pasien pijatan di area yang nyeri.
27

MANAJEMEN NYERI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN :


B.04.41 C 3/3
RSUD SINJAI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR SAKIT UMUM DAERAH
STANDAR
KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. H.Amaluddin, Sp.PD.


NIP. 19630618 198910 1 002
Unit Terkait 1. Instalasi Gawat Darurat / PONEK
2. Instalasi Rawat Jalan
1. Instalasi Rawat Inap
2. Post Anestesi Care Unit (PACU)
3. Intensive Care Unit
28

PENGISIAN FORMULIR PEMANTAUAN NYERI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RSUD SINJAI B.04.42 C 1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
STANDAR DAERAH KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. H.Amaluddin, Sp.PD.


NIP. 19630618 198910 1 002
Suatu formulir yang digunakan untuk melakukan
Pengertian pemantauan nyeri pada pasien yang dirawat di rumah
sakit.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
memudahkan perawat dalam melakukan pemantauan
nyeri pada setiap pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sinjai.
Kebijakan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai Nomor 231 Tahun 2019 Tentang
Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai.
Prosedur 1. Kolom nama, tgl lahir, no. RM di tulis langsungan atau
di tempat dengan label pasien
2. Tanggal : ditulis tanggal berapa dilakukan pertama
kali pemantauian nyeri
3. Waktu : PK 00-24 : ditulis pukul berapa pasien pasien
dilakukan pemantauan nyeri
4. Skor skala nyeri : ditulis berapa skor skala nyeri
pasien
5. Lokasi nyeri : ditulis mana lokasi nyeri pasien
6. Durasi/frekuensi nyeri : di tulis lama serangan nyeri
dan frekuensinya diisi dengan : kadang kala, hilang
timbul, sering dan menetap
7. Paraf/inisial nama perawat/bidan : ditulis paraf dan
inisial perawat atau bidan yang melakukan pengkajian
nyeri.
8. Lakukan tindakan/asuhan sesuai dengan skor nyeri
yang dihasilkan dari pengkajian yaitu meliputi :
29

PENGISIAN FORMULIR PEMANTAUAN NYERI


NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
RSUD SINJAI B.04.42 C 2/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2019 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
STANDAR
DAERAH KABUPATEN SINJAI,
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. H.Amaluddin, Sp.PD.


NIP. 19630618 198910 1 002
a. Derajat nyeri ringan (nilai skala 1-3) dikaji setiap 8
jam, tatalaksana nyeri : pasien diajarkan tehnik
relaksasi (tarik nafas yang dalam dan panjang),
posisi yang nyaman sesuai kondisi pasien,
beri/ajarkan sentuhan/pijitan di area nyeri, bila
perlu berikan NSAID, paracetamol sesuai keadaan
pasien (persetujuan DPJP/dokter jaga)
b. Nyeri sedang (nilai skala 4-6) dikaji setiap 2 jam,
jika nyeri berkurang (nilai VAS < 4), pantau nyeri
setiap 8 jam. Lapor ke DPJP untuk tatalaksana
nyeri dengan pemberian NSAID, paracetamol,
opioid lemah jika NSAID dan paracetamol tidak
berhasil, tetap ajarkan tehnik relaksasi dan pijatan
di area nyeri, jika nyeri tidak teratasi dalam 4 jam
(langkah terapi 1 dan 2 tidak berhasil) beritahukan
DPJP untuk konsul ke tim tatalaksana nyeri.
c. Nyeri berat (7-10) nyeri dikaji setiap 1 jam, jika
menjadi nyeri sedang kaji setiap 2 jam, dan bila
jadi nyeri ringan dikaji setiap 8 jam. Lapor DPJP
untuk tatalaksana nyeri, perawat/bidan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian opioid kuat,
kombinasi opioid kuat dan analgetik lain atau
tatalaksana nyeri Intervensi (setelah persetujuan
DPJP atau tim tatalaksana nyeri), tetap
beritahukan tehnik relaksasi dan beri/ajarkan
pasien pijatan di area yang nyeri.
1. Instalasi Gawat Darurat
Unit Terkait 2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Kamar Operasi
5. Intensive Care Unit

Anda mungkin juga menyukai