Anda di halaman 1dari 19

Tugas Kelompok

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

SUBSTANSI ILMU

Disusun Oleh :

1. Muhammad Febriansyah (E031191038)


2. Yustika (E031191026)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah yang Maha Esa yang telah memberikan kami nikmat
yang banyak sehingga kami mampu menyusun makalah “SUBSTANSI
ILMU” ini.

Makalah kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT ILMU,
dalam penyusunan makalah ini kami berusaha untuk dapat menyelesaikan sebaik-
baiknya dan kami juga berterima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, jika dalam makalah ini
terdapat kesalahan kata maupun penulisan kami minta kritik dan saranya sehingga
kami dapat memperbaikinya di lain kesempatan.

Makassar, 20 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN

A. Logika Inferensi ............................................................................................ 4


B. Pengertian Konstruksi dan Teori ................................................................... 5
C. Telaah Konstruksi Teori ................................................................................ 7
D. Fungsi Telaah Konstruksi Teori .................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini,


tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru
sebaliknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari
kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk
menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga
manusia sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat
ilmiah untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
Karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu
titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam
memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunianya.

Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.


Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa
yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan
yang satu dengan yang lainnya. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus
dapat dipertanggung jawabkan secara logis-rasional agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.

Pada dasarnya suatu telaah konstruksi teori dirumuskan untuk


menjelaskan dan meramalkan fenomena yang ada. Bangunan suatu teori yang
merupakan abstrak dari sejumlah konsep yang disepakatkan dalam definisi-
definisi akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi
apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi
masalah. Jika suatu teori ingin diakui sebagai ilmiah, teori ini haruslah cocok
(compatible) dengan teori-teori lain yang telah diakui sebelumnya. Dan jika

1
suatu teori memiliki kesimpulan prediktif yang berbeda dengan teori lainnya,
salah satu di antara kedua teori tersebut salah.

Penerimaan suatu teori di dalam komunitas ilmiah, tidak berarti bahwa


teori tersebut memiliki kebenaran mutlak. Setiap teori selalu sudah
dipengaruhi oleh pengandaian-pengandaian dan metode dari ilmuwan yang
merumuskannya. Kemampuan suatu teori untuk memprediksi apa yang akan
terjadi merupakan kriteria bagi validitas teori tersebut. Semakin prediksi dari
teori tersebut dapat dibuktikan, semakin besar pula teori tersebut akan diterima
di dalam komunitas ilmiah. Ketika suatu bentuk teori telah dianggap mapan di
dalam komunitas ilmiah, maka hampir semua ilmuwan dalam komunitas
ilmiah tersebut menggunakan teori yang mapan itu didalam penelitian
mereka. Teori yang mapan dan dominan itu disebut oleh Kuhn sebagai
paradigma.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, kami


mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud logika inferensi?


2. Apa pengertian dari konstruksi dan teori?
3. Apa saja yang termasuk dalam telaah konstruksi teori?
4. Apa saja fungsi yang ada di telaah konstruksi teori?

C. Tujuan

Berdasarkan fokus permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka


tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud logika inferensi.


2. Untuk mengetahui apa pengertian dari konstruksi dan teori.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam telaah konstruksi teori.

2
4. Untuk mengetahui apa saja fungsi yang ada di telaah konstruksi teori.

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan makalah tersebut maka manfaat dari makalah ini


adalah :

1. Manfaat akademik, diharapkan hasil makalah ini dapat bermanfaat dalam


pengembangan ilmu khususnya yang berfokus pada substansi ilmu.
2. Manfaat praktis, hasil makalah diharapkan dapat berguna bagi pembaca.
3. Manfaat metodologis, diharapkan dari hasil makalah ini dapat berguna
untuk menambah wawasan dan menjadi referensi bagi mahasiswa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Filsafat ilmu sebagai proses/kegiatan berpikir yang mendalam/


fundamental berfokus pada menemukan kebenaran. Banyak teori tentang
kebenaran, namun secara umum kebenaran adalah kesesuaian obyek di dalam
konsep (pikiran) dengan realitas atau kesesuaian pengetahuan manusia dengan
kondisi sebenarannya dari obyeknya.

Telaah tentang substansi filsafat ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya


dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan : (1) fakta atau
kenyataan, (2) kebenaran, (3) konfirmasi, dan (4) logika inferensi. Kemudian ada
tambahan yaitu mengenai telaah konstruksi teori. Tetapi disini kami akan
menjelaskan terkait logika inferensi, telaah konstruksi teori dan fungsi telaah
konstruksi teori.

A. Logika inferensi

Menurut kamus besar logika adalah jalan berfikir yang masuk akal
sedangkan inferensi adalah kesimpulan. Jadi logika inferensi merupakan cara
berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh kesimpulan.

Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad


XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik
menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel
menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada
Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema
moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa
kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik. Post-positivistik dan
rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara
fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan
kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik
Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan

4
Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan
kebenaran struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun, 2001: 9)

Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1999: 46-49) menjelaskan


bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara
garis besarnya, logika terbagi ke dalam dua bagian, yaitu logika induksi dan
logika deduksi.

B. Pengertian Konstruksi dan Teori


1. Konstruksi

Konstruksi adalah suatu entitas yang keberadaan dan sifatnya tidak


dapat secara langsung di deduksi secara empiris. Karena, hanya dapat
dijelaskan atas dasar jaringan operasi terpadu. Untuk membuat lebih jelas
definisi diatas, perhatikan perbedaan antara konsep „kursi‟ dan konstruk
„kecerdasan‟. (dalam kebanyakan tulisan ilmiah, konsep, dan konstruk
adalah istilah isomorfik). Dalam hal ini konsep „kecerdasan‟ ini bukan
kenyataan sebagaimana konsep „kursi‟. Kursi dapat dijelaskan lebih
mudah oleh pengamat (kursi adalah coklat; memiliki empat kaki,dll).
Konsep „kursi‟ bisa dijelaskan yaitu seperangkat atribut minimal yang
diperlukan untuk membedakan kursi dengan objek lain.

Atribut ini dapat bersifat fisik (kursi memiliki empat kaki) atau
fungsional (kursi adalah tempat duduk), atau mungkin sesuatu yang lain,
tetapi karakteristik penting adalah bahwa satu set atribut tertentu yang
disepakati oleh anggota komunitas linguistik untuk menentukan konsep.

Bandingkan ini sekarang dengan konstruk „kecerdasan‟ sama


seperti konsep „kursi‟, konsepnini hanya dapat didefinisikan dengan
menetapkan apa subset unik dari atribut ciri „kecerdasan‟ dari proses
psikologis lainnya. Dalam beberapa hal seringkali kita mengatakan bahwa
individu x lebih cerdas daripada individu y, penilaian tersebut masih

5
abstrak karena terangkum dalam perilaku. Tetapi bisa diukur berdasarkan
kriteria tertentu.

Untuk meringkas banyaknya perbedaan tentang definisi dari


istilah-istilah diatas,nampaknya bahwa teori adalah istilah yang paling
umum dan paling inklusif,dan lainnya adalah bagian dari teori atau
dihasilkan dari teori tersebut. Sebuah teori terdiri dari konstruk dan
menghasilkan hipotesis. Model seringkali dimaksudkan untuk
menterjemahkan teori menjadi bentuk lain yang diambil dari teori tersebut
berasal. Hukum dan prinsip seringkali digunakan sebagai dinding
bangunan yang bahannya teori.

2. Pengertian Teori

Kata “teori” secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu


theorea, yang berarti melihat, theoros yang berarti pengamatan (Bagus,
2006: 1097). Adapun pengertian teori secara terminologi memiliki
beberapa pengertian seperti yang dikemukakan oleh ilmuan Kerlinger
(Wattimena, 2008: 257) mengemukakan bahwa teori adalah suatu
kumpulan variabel yang saling berhubungan, definisi-definisi, proposisi-
proposisi yang memberikan pandangan yang sistematis tentang fenomena
dengan mempesifikasikan relasi-relasi yang ada diantara beragam variabel,
dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada.

Cooper dan Schindler (2003) mengemukakan bahwa, a theory is a


set systematically interrelated concepst, defintion, and proposition that are
advancedto explain and predict phenomena (fact). Teori
adalah seperangkat konsep, definisidan proposisi yang tersusun secara
sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.

Teori menurut Sugiyono (2007: 52-54) adalah alur logika atau


penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi
yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi,

6
yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan( prediktion), dan
pengendalian (control) suatu gejala.

Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel (2001) mengemukakan


defenisi bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku
dalam berbagai organisasi.

Teori menurut Sugiyono adalah alur logika atau penalaran, yang


merupakan seperangkat konsep, defenisi, dan proposisi yang disusun
secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian
(control) suatu gejala.

Berdasarkan pengertian teori tersebut dapat kita mengemukakan


bahwa teori memiliki komponen-komponen yang terdiri atas: Konsep,
fakta, fenomena, defenisi, proposisi dan variabel.

C. Telaah Konstruksi Teori

Bangunan teori adalah abstrak dari sejumlah konsep yang disepakatkan


dalam definisi-definisi. Konsep sebagai abstraksi dari banyak empiri yang
telah ditemukan kesamaan umumnya dan kepilahannya dari yang lain atau
abstraksi dengan cara menemukan sejumlah esensi pada suatu kasus, dan
dilakukan berkelanjutan pada kasus-kasus lainnya, dapat dikonstruksikan lebih
jauh menjadi proposisi atau pernyataan membuat kombinasi dari dua konsep
atau lebih. Bangunan-bangunan teori tersebut antara lain:

1. Teori Ilmu

Teori ilmu memiliki dua kutub arti teori. Kutub pertama adalah
teori sebagai hukum eksperiment muncul beragam, mulai dari hasil
eksperimen tersebut meluas ke hasil observasi phisik seperti teori tentang
panas bumi. Kutub ke dua adalah hukum sebagai kalkulus formal dapat
muncul beragam pula, mulai dari yang dekat dengan kutub pertama seperti

7
teori sebagai eksplanasi phisik misalnya teori Galileo tentang peredaran
planet pada porosnya, teori sinar memancar melengkung bila lewat bidang
grafitasi. Selanjutnya teori sebagai interpretasi terarah atas observasi
seperti sosial statis dan sosial dinamis dari August Conte dan pada ujung
kutub kedua adalah teori sebagai prediksi logis; dengan sifatnya berlaku
umum dan diprediksikan berlaku kapan pun, dahulu dan yang akan datang.
Seperti teori newton, teori relativitas dari Einstein yang memberikan
penjelasan alternatif tentang sumber energi yang memungkinkan matahari
menghasilkan energi besardalam waktu yang begitu lama. (Wattimena,
2008: 193)

2. Temuan Substantif Mendasar

Temuan-temuan atas bukti empirik dapat dijadikan tesis


substantive, dan diramu dalam konsep lain dapat dikonstruk menjadi teori
subtantive. Asumsi keberlakuan subtantif tersebut ada pada banyak kasus
yang sama di tempat dan waktu yang berbeda. Demikian pula presepsi
ilmuan tentang atom berkembang. Dari partikel terkecil, diketemukannya
unsur radio aktif pada atom dan diketemukannya usur-unsur elektron yang
berputar mengorbit pada proton yang mempunyai kekuatan magnetik.
Kemudian pada tahun 1937 diketemukan neutron, semacam proton, tetapi
tidak mempunyai kekuatan magnetik. Berat neutron beragam dan inilah
yang menyebabkan atom satu beda beratnya dengan atom yang lain.
Temuan teori atomini merupakan temuan ilmiah substantif mendasar
(Muhadjir, 2001: 41).

3. Hukum-hukum Keteraturan
a. Hukum Keteraturan Alam

Alam semesta ini memiliki keteraturan yang determinate. Ilmu


pengetahuan alam biasa disebut hard science, karena segala proses
alam yang berupa benda anorganik sampai organik dan hubungan satu
dengan lainnya dapat diekspalanasikan dan diprediksikan relatif tepat.

8
Kata relative tepat memuat dua makna : pertama, bila teori yang kita
gunakan untuk mebuat ekplanasi atau prediksi sudah sangat lebih baik,
dan ke dua, bila variabel yang ikut berperan terpantau. (Muhadjir,
2001: 41)

Menurut al- Kindi ketertiban alam ini, baik susunan, interaksi,


relasi bagian dengan bagiannya, ketundukan suatu bagian pada bagian-
bagian lainnya, dan kekukuhan strukturnya di atas landasan prinsip
yang terbaik bagi proses penyatuan, perpisahan, dan muncul serta
lenyapnya sesuatu dalam alam, mengindikasikan adanya pengaturan
yang mantap dan kebijakan yang kukuh. Tentu ada pengatur yang
maha bijaksana dibalik semua ini yaitu Allah. (Drajat, 2006: 16-17)

b. Hukum Keteraturan Hidup Manusia

Hidup manusia itu memiliki keberagaman sangat luas. Ada


yang lebih suka kerja keras dan yang lain menyukai hidup santai,
ada yang tampil ulet meski selalu gagal, yang lain mudah putus asa,
ada yang berteguh pada prinsip dan sukses dalam hidup, yang lain
berteguh pada prinsip, dan tergilas habis. Kehidupan manusia
mengikuti sunnatullah, mengikuti hukum yang sifatnya indeterminate.
Mampu membaca kapan harus teguh prinsip, kapan diam dan kapan
berbicara dalam nada yang bagaimana, dia akan sukses beramal ma‟ruf
nahi mungkar. Manusia mempunyai kemampuan untuk memilih yang
baik, dan menghindari yang tidak baik. Dataran baik tersebut dapat
berada pada dataran kehidupan prakmatik sampai pada dataran moral
human ataupun moral religius.

Memilih kerja yang mempunyai prospek untuk menghidupi


keluarganya merupakan kebebasan memilih manusia dengan
konsekuensi ditempatnya keteraturan sunnatullah; harus tekun bekerja
dann berupaya berprestasi di dunia kerjanya. Untuk diterima
kepemimpinannya, seorang pemimpin perlu berupaya menjadi shiddiq,

9
amanah, dan maksum. Keadaan demikian berkenan dengan pemikiran
Ibnu Bajjah yang membagi perbuatan manusia kepada perbuatan
manusia, yaitu perbuatan yang didorong oleh kehendak/ kemauan yang
dihasilkan oleh pertimbangan pemikiran, dan perbuatan hewani yaitu
perbuatan instingtif sebagaimana terdapat pada hewan, muncul karena
dorongan intim dan bukan dorongan pemikiran. (Drajat, 2006: 16-17)

c. Hukum Keteraturan Rekayasa Teknologi

Keteraturan alam yang determinate, dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu keteraturan substantif dan keteraturan esensial. Seperti
pohon mangga golek akan berbuah mangga golek. Ketika ilmuan
berupaya menemukan esensi rasa enak pada mangga, menemukan
esensi buah banyak pada mangga, dan menemukan esensi pohon
mangga baru manalagi yang enak buahnya, mebuat rekayasa agar
dapat diciptakan pohon mangga baru manalagi yang enak buahnya,
banyak buahnya, dan tahan penyakit, di sini nampak bahwa ilmuan
mencoba menemukan keteraturan esensial pada benda organik. Produk
teknologi merupakan produk kombinasi antara pemahaman ilmuwan
tentang keteraturan esensial yang determinate dengan upaya rekayasa
kreatif manusia mengikuti hukum keteraturan sunnatullah. (Muhadjir,
2001: 43)

4. Konstruk Teori Model Korespondensi

Konstruk berfikir korespondensi adalah bahwa kebenaran sesuatu


dibuktikan dengan cara menemukan relasi relevan dengan sesuatu yang
lain. Tampilan korespondensi tersebut beragam mulai dari korelasi, kausal,
konstributif, sampai mutual. Konstruk berfikir statistik kuantitatif dan juga
pendekatan positifistik menggunakan cara ini. (Muhadjir, 2001: 52)

Menurut Bertand Russel suatu pernyataan benar jika materi


pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan/cocok) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu,

10
misalnya, jika ada seseorang yang mengatakan “Ibukota Republik
Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu benar sebab pernyataan itu
sesuai dengan fakta objektif. (Bakhtiar, 1997: 33)

5. Konstruk Teori Model Koherensi

Konstruk teori model koherensi merentang dari koheren dalam


makana rasional sampai dalam makna moral. Konstruk kohren dalam
makna rasional adalah kesesuaian sesuatu dengan skema rasional tertentu,
termasuk juga kesesuaian sesuatu dengan kebenaran objektif raional.
Aristoteles dalam teori koherensi memberikan standar kebenaran dengan
cara dedukatif, yaitu kebenaran yang didasarkan pada kriteria koherensi
yang dapat diungkap. Bahwa berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan
dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita menganggap benar
bahwa “Semua manusia pasti mati” adalah pernyataan yang benar, maka
pernyataan bahwa “Si Fulan adalah seorang manusia dan si Fulan pasti
mati” adalah benar pula. sebab pernyataan ke dua adalah konsisten dengan
pernyataan yang pertama. (Bakhtiar, 1997: 32)

6. Konstruk Teori Model Pragmatis

Konstruk teori pragmatis berupaya menkonstruk teorinya dari


konsep-konsep, pernyataan-pernyataan yang bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis atau tidak. Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis atau tidak; artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan
itu atau inflikasinya mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia. Kaum prakmatis berpaling pada metode ilmiah sebagai metode
untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggap fungsional dan
berguna dalam menafsirkan gejala-gejala alamiah. Agama bisa dianggap
benar karena memberikan ketenangan pada jiwa dan ketertiban dalam
masyarakat. Para ilmuwan yang menganut asas ini tetap menggunakan

11
suatu teori tertentu selama teori itu mendatangkan manfaat. (Bakhtiar,
1997: 34)

7. Konstruk Teori Iluminasi

Teori Iluminasi menurut Mehdi Ha‟iri Yasdi adalah pengetahuan


yang semua hubungannya berada dipandang dalam kerangka dirinya
sendiri, sehingga seluruh anatomi gagasan tersebut bisa dipandang benar
tanpa membutuhkan hubungan ekterior. Artinya hubungan mengetahui,
dalam bentuk pengetahuan tersebut adalah hubungan swaobjek tanpa
campur tangan koneksi dengan objek eksternal. (Bakhtiar, 1997: 35-36)

Selanjutnya Ilmunasi oleh Yasdi disebut sebagai ilmu hudhuri


yaitu pengetahuan dengan kehadiran karena ia ditandai oleh keadaan
neotik dan memiliki objek imanen yang menjadikannya pengetahuan
swaobjek. Ilmu hudhuri tidak memiliki objek di luar dirinya, tetapi objek
itu sendiri ada adalah objek subjektif ada pada dirinya. Oleh sebagian sufi,
iluminasi itu adalah pengetahuan diri tentang diri yang berasal dari
penyinaran dan anugerah Tuhany ang digambarkan dengan berbagai
ungkapan dan keadaan. Ada yang menyebutkannya dengan terbukanya
hijab antara dirinya dengan Tuhan, sehingga pengetahuan dan rahasianya
dapat diketahui. Ada yang mengungkapkan dengan rasa cinta yang sangat
dalam sehingga antara dia danTuhan tidak ada rahasia lain. Pengetahuan
Tuhan adalah pengetahuan-Nya. Dan ada yang menyatakan dengan
kesatuan kesadaran (ittihad/hulul). (Bakhtiar, 1997: 37)

D. Fungsi telaah konstruksi teori

Fungsi dari telaah konstruksi teori antara lain :

1. Sebagai pedoman, bagan sistemanisasi, atau system acuan.


2. Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang
semula belum dipetakan.
3. Menunjukkan atau menyarankan kearah-arah penyelidikan lebih lanjut.
4. Sebagai pengembangan teori vs pengumpulan fakta.

12
5. Untuk memberitahu para ilmuwan tempat untuk mencari jawaban atas
pertanyaan.
6. Dapat digunakan sebagai untuk memprediksi.
7. Untuk memberi penjelasan peristiwa atau faktor-faktor yang tidak
diketahui/dipahami.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telaah tentang substansi filsafat ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya


dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan : (1) fakta atau
kenyataan, (2) kebenaran, (3) konfirmasi, dan (4) logika inferensi. Kemudian
ada tambahan yaitu mengenai telaah konstruksi teori.

Menurut kamus besar logika adalah jalan berfikir yang masuk akal
sedangkan inferensi adalah kesimpulan. Jadi logika inferensi merupakan cara
berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh kesimpulan.

Telaah konstruksi teori adalah seperangkat konsep, definisi dan


proposisi yang disusun secara sistematis untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. Suatu teori akan mengalami perkembangan apabila teori tersebut
sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah.
Konstruksi adalah suatu entitas yang keberadaan dan sifatnya tidak dapat
secara langsung di deduksi secara empiris. Karena, hanya dapat dijelaskan atas
dasar jaringan operasi terpadu.

Penerimaan suatu teori dalam komunitas ilmiah, tidak berarti bahwa


teori tersebut memiliki kebenaran mutlak.Teori yang telah mapan dan
digunakan oleh mayoritas ilmuwan dalam komunitas ilmiah dalam penelitian
selanjutnya disebut sebagai paradigma.

Paradigma dibangun oleh para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya atas


berbagai konsep, asumsi-asumsi teoritis umum dalam tatanan tertentu,
menyederhanakan yang kompleks yang dapat diterima umum.

14
B. Saran

Kami selaku penulis menyadari seutuhnya banwa makalah yang kami


buat ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami minta kritik dan saran
dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya di lain kesempatan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 1997. Filsafat Ilmu. Depok: Rajawali Pers.

Drajat, Amroeni. 2006. Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu. Jakarta: Erlangga.

Hoy And Miskel. 2001. Educational Administration, Teory, Research, and


Practice. Mc Graw-Hill: North America.

Muhadjir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu, Positivisme, Post Positivisme dan Post
Modernisme. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Suriasumantri, Jujun. 1999. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Wattimena, Reza. 2008. Filsafat dan Sains Sebuah Pengantar. Jakarta: PT


Grasindo.

Blogger. 2013. Makalah filsafat ilmu tentang ‘Telaah konstruksi teori dalam
substansi filsafat ilmu’. Diakses pada tanggal 20 Februari 2020 jam 09:34
WITA.

http://kampusunipdu.blogspot.com/2013/12/filsafat_12.html

Ikhwan, Firman. 2014. Modul Kuliah Filsafat Ilmu. Diakses pada tanggal 20
Februari 2020 jam 09:45 WITA.

https://www.academia.edu/34275834/Modul_Filsafat_Ilmu

Hye, Lee. Filsafat Ilmu dan Substansi Filsafat Ilmu. Diakses pada tanggal 22
Februari 2010 jam 19:36 WITA.

https://www.academia.edu/36376455/red46_FILSAFAT_ILMU_DAN_S
UBSTANSI_FILSAFAT_ILMU

Anda mungkin juga menyukai