Anda di halaman 1dari 23

KAJIAN ILMIAH

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS


DAN DEPRESIF

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan


Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa
BLUD Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh

Disusun oleh :
Muhammad Khoir Gultom
Nuri Pratiwi
Ayu Harmitha
Puti Azilla Yuditya
Arini Mahara
Ar Rahmi Fadhilah

Dokter Pembimbing :
dr. Malawati, Sp.KJ

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BLUD RUMAH SAKIT JIWA ACEH
BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas kajian ilmiah ini. Shalawat
beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, atas
semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun tugas presentasi laporan kasus berjudul "Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresif" ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani
kepaniteraan klinik senior pada bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Aceh,
Banda Aceh. Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kepada dr. Malawati, Sp.KJ yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan
penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran
dan bekal di masa mendatang.

Banda Aceh, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL......................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS.......................................................................................2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................9
3.1 DEFINISI................................................................................................9
3.2 MANIFESTASI KLINIS.........................................................................9
3.3 DIAGNOSA.............................................................................................11
3.4 TATALAKSANA....................................................................................13
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................................16
BAB 5 KESIMPULAN..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 GEJALA UMUM ANSIETAS..................................................................10

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf
autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi, Individu yang mengalami gangguan seperti ini
bisa dikatakan mengalami anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan
yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita gangguan
kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri
individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi sosial. Misalnya kecemasan
yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar
individu atau kelompoknya.1
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan
dengan penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan
bersamaan dengan penyakit lain.1Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi, pada paasien ini terdapat gejala-gejala anxietas
maupun depresi, namun masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang
cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 05 April 1971
Umur : 48 tahun
Alamat : Babah Jurong, Kuta Baro, Aceh
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Buruh tani
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Suku : Aceh
TMRS : 09 September 2019
Tanggal Pemeriksaan : 09 September 2019

2.2. Riwayat Psikiatri


Data diperoleh dari:
1. Rekam medis : 1503012xxx
2. Autoanamnesis : 09 September 2019

A. Keluhan Utama
Cemas dan tidak mau berbicara.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis:
Pasien datang ke Poli Rawat Jalan RSJ Aceh dengan keluhan cemas dan
malas berbicara. Keluhan cemas sudah dialami pasien sejak dua tahun yang lalu.
Pasien mengakui malas berbicara sejak kurang lebih dalam 1 tahun terakhir.
Selain itu pasien juga sering merasa cemas hingga gemetaran sesekali. Pasien
mengakui cemas tapi tidak mengetahui hal apa yang membuatnya cemas. Pasien
dahulunya bekerja sebagai penarik becak, kemudian dalam beberapa hari pasien
tidak mau menarik becak dikarenakan pasien cemas terhadap orang baru maupun
daerah baru yang nanti akan dilaluinya. Pasien mengakui cemas yang dialaminya
sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pasien mengakui tidak pernah
mendengar bisikan-bisikan ataupun melihat bayangan-bayangan.
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya
1. Riwayat psikiatrik: pasien rutin kontrol ke poli rawat jalan RSJ Aceh
2. Riwayat penyakit medis umum: tidak ada
3. Riwayat merokok : pasien merokok sejak usia 20 tahun sekitar satu
bungus per hari.
4. Penggunaan napza: disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami
keluhan serupa sebelumnya.
E. Riwayat Pengobatan
Pasien mendapatkan pengobatan dari poli rawat jalan RSJ Aceh sejak tahun
2017.
F. Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama istri dan empat anaknya. Pasien mempunyai
hubungan baik dengan seluruh anggota keluarga dan berhu dengan warga sekitar.
G. Riwayat Pendidikan
Pendidikan pasien terakhir Sekolah Dasar.
H. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat perinatal : Normal
2. Riwayat masa bayi : Normal
3. Riwayat masa anak : Normal
4. Riwayat masa remaja : Normal

2.3. Pemeriksaan Fisik


A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
3. Frekuensi Nadi : 84 x/ menit

3
4. Frekuensi Napas : 20 x/ menit
5. Temperatur : 36,7 ⁰C
B. Status Generalisata
1. Kepala : Normocephali (+)
2.Leher : Distensi vena jugular (-), pembesaran KGB (-)
3.Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
4.Jantung : BJ I >BJII , bising (-), iktus cordis di ICS V Linea
midclavicular sinistra
5.Abdomen : Asites (-), hepatomegali (-), nyeri tekan (-)
6.Ekstremitas
Superior : Sianosis (-/-), ikterik (-/-) tremor (-/-)
Inferior : Sianosis (-/-), ikterik (-/-) tremor (-/-)
7.Genetalia : Tidak diperiksa
C. Status Neurologi
1.GCS : E4V5M6
2.Tanda rangsangan meningeal : (-)
3.Peningatan TIK : (-)
4.Mata : Pupil isokor (+/+), Ø3mm/3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
5.Motorik : Dalam batas normal
6.Sensibilitas : Dalam batas normal
7.Fungsi luhur : Dalam batas normal
8.Gangguan khusus : Tidak ditemukan

2.4. Pemeriksaan Status Mental


A. Deskripsi Umum
1.Penampilan : Rapi, sesuai usia
2.Kebersihan : Bersih
3.Kesadaran : Komposmentis
4.Perilaku & Psikomotor : Normoaktif
5.Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif

4
B. Mood dan Afek
1.Mood : Eutimik
2.Afek : Sesuai
3.Keserasian Afek : Appropriate
C. Pembicaraan
Spontan, intonasi jelas.
D. Pikiran
1. Arus pikir
• Koheren : (+)
• Inkoheren : (-)
• Neologisme : (-)
• Sirkumstansial : (-)
• Tangensial : (-)
• Asosiasi longgar : (-)
• Flight of idea : (-)
• Blocking : (-)
2.Isi pikir
• Waham
1. Waham Bizzare : (-)
2. Waham Somatik : (-)
3. Waham Erotomania : (-)
4. Waham Paranoid : (-)
5. Waham Persekutor : (-)
6. Waham Kebesaran : (-)
7. Waham Referensi : (-)
8. Waham Dikendalikan : (-)
9. Waham curiga : (-)
• Thought
1.Thought Echo : (-)
2.Thought Withdrawal : (-)
3.Thought Insertion : (-)
4.Thought Broadcasting : (-)

5
• Delusion
1.Delusion of Control : (-)
2.Delusion of Influence : (-)
3.Delusion of Passivity : (-)
4.Delusional Perception : (-)
E. Persepsi
1. Halusinasi
• Auditorik : (-)
• Visual : (-)
• Olfaktorius : (-)
• Taktil : (-)
2.Ilusi : (-)
F.Intelektual
1. Intelektual : Baik
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
• Diri : Baik
• Tempat : Baik
• Waktu : Baik
4. Daya ingat
• Seketika : Baik
• Jangka Pendek : Baik
• Jangka Panjang : Baik
5 Pikiran Abstrak : Baik
H.Daya nilai
• Normo sosial : Baik
• Uji Daya Nilai : Baik
I. Pengendalian impuls : Baik
J. Tilikan : T4
K.Taraf kepercayaan : Dapat dipercaya

6
2.5. Resume
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki, 48 tahun, penampilan rapi,
tampak sesuai usia. Pasien datang ke Poli Rawat Jalan RSJ Aceh dengan keluhan
cemas dan malas berbicara. Keluhan cemas sudah dialami pasien sejak dua tahun
yang lalu. Pasien mengakui malas berbicara sejak kurang lebih dalam 1 tahun
terakhir. Selain itu pasien juga sering merasa cemas hingga gemetaran sesekali.
Pasien mengakui cemas tapi tidak mengetahui hal apa yang membuatnya cemas.
Pasien dahulunya bekerja sebagai penarik becak, kemudian dalam beberapa hari
pasien tidak mau menarik becak dikarenakan pasien cemas terhadap orang baru
maupun daerah baru yang nanti akan dilaluinya. Pasien mengakui cemas yang
dialaminya sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pasien mengakui tidak
pernah mendengar bisikan-bisikan ataupun melihat bayangan-bayangan.

2.6. Diagnosis Banding


1.F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
2.F40.1 Fobia sosial
3.F43.2.22 Reaksi campuran anxietas dan depresif

2.7. Diagnosis Kerja


F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif

2.8. Diagnosis Multiaksial


Axis I : Gangguan campuran anxietas dan depresif
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Tidak ada diagnosis
Axis V : GAF 40-31
2.9. Penatalaksanaan
A.Farmakoterapi
Fluoxetin 1 x 20 mg
Clobazam 1 x 10 mg
Alprazolam 1 x 0,5 mg

7
Diazepam 1 x 2 mg
B. Terapi Psikososial
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan menjelaskan
mengenai penggunaan obat yang tidak boleh putus.
2. Meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.
3. Menjelaskan kepada keluarga dan orang disekitar pasien mengenai
kondisi pasien dan meyakinkan mereka untuk selalu memberi dukungan
kepada pasien agar proses penyembuhannya lebih baik.

2.10. Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia
Quo ad Functionam : Dubia
Quo ad Sanationam : Dubia

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur
kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki
seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. 1,2
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk
perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri. 2Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi merupakan gabungan gejala-gejala anxietas
maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala
yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas,
beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus,
disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

2.2 MANIFESTASI KLINIS


Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir,
was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-
hal yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi
seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan
perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh
adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup
(cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya
bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung.
Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur. 3,7,8

9
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivita Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
dan penangkapan berkurang 14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung

Tabel 3.1: Gejala umum ansietas

Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif,


kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.3,4,5
Gejala lainnya dapat berupa :
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai
berdasarkan ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga
pasien. 3,4,5

10
2.3 DIAGNOSIS
Untuk diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435,
300.02) ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung
lebih dari 6 bulan; biasanya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi
melemah) dan termasuk gejala seperti respons otonom (palpitasi, diare,
ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit
berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada berlebihan,
atau takut akan sesuatu yang akan terjadi.2,3, 4
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan
berdasarkan :5
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau “mengambang”).
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau
gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-) 3,4,7
Kriteria diagnostik untuk gangguan depresi berat secara terpisah dari
kriteria diagnostik untuk diagnosis yang berhubungan dengan depresi ringan dan
sedang serta depresi berulang.3
Pada PPDGJ III pedoman diagnostik gangguan depresi berat dibagi secara
terpisah yaitu gangguan depresi berat tanpa gejala psikotik dan gangguan depresi
berat dengan gejala psikotik. 3,4,5

11
Episode depresif berat tanpa gejala psikotik :
 Semua gejala depresi harus ada : afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah.
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya : konsentrasi dan
perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang
suram dan pesimis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka mungkin pasien tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat
dibenarkan.
 Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2
minggu.
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas. 3,4,5
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik :
 Episode depresif berat yang memenuhi kriteria diatas.
 Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
audiotorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor
yang berat dapat menuju stupor.
 Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham
atau halusinasi yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood
congruent). 3,4,5

12
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

Pedoman diagnostik

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing


tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran
berlebihan.Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.

Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika
karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan
depresif harus diutamakan. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres
kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan
penyesuaian.

2.4 PENATALAKSANAAN
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat
dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan
obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi
dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi yang sederhana
sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dengan dokter yang
baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.1,6, 8
Sedangkan pada gangguan depresif, pertimbangkan penggunaan obat-
obatan maupun psikoterapi. Anti depresan yang baru, venlafaksin XR, tampaknya
cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh. Gunakan
benzodiazepin dengan tidak berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari
atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka pendek(beberapa minggu hingga
beberapa bulan); biarkan penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan
penyakitnya. Pertimbangkan pemberian buspiron untuk pengobatan awal atau

13
untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu
yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan merasakan kurangnya
efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI bermanfaat
terhadap pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan
depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik akan membaik dengan β-
bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari). 4, 8
Sedangkan bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf
hebatnya gejala depresi dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan
dengan bijkasana dan penderita sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan
pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang memahami masalahnya, tetapi pada
beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan keinginan bunuh dirinya
kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat pikiran-pikiran atau
rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit dengan
pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.4
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan
farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi
berat. Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi
interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya di dalam
pengobatan gangguan depresi berat. Pada farmakoterapi digunakan obat anti
depresan, dimana anti depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :
1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan
opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine
Oxsidase-A), seperti : moclobemide.
4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline,
paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu
paruh sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses dalam
pengaturan dosis, yaitu :

14
1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu
I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III
dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis
efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari
selama 7 sampai 15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan
minggu IV 300 mg/hari.
3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3
bulan. Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan
sampai dosis pemeliharaan.
4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis
pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating
dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100
mg/hari à 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu,
50 mg/hari à 25 mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian
sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose
one hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan
SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan. 4

15
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan autoanamnesis pasien didapatkan pasien datang dengan
keluhan cemas dan malas berbicara. Selain itu pasien juga mengeluhkan lebih
suka berdiam diri dirumah dan takut berada di keramaian. Keluhan cemas sudah
dialami pasien sejak dua tahun yang lalu. Pasien mengakui malas berbicara sejak
kurang lebih dalam 1 tahun terakhir. Selain itu pasien juga sering merasa cemas
hingga gemetaran sesekali. Pasien mengakui cemas tapi tidak mengetahui hal apa
yang membuatnya cemas. Pasien dahulunya bekerja sebagai penarik becak,
kemudian dalam beberapa hari pasien tidak mau menarik becak dikarenakan
pasien cemas terhadap orang baru maupun daerah baru yang nanti akan dilaluinya.
Pasien mengakui cemas yang dialaminya sangat mengganggu aktivitasnya sehari-
hari. Pasien mengakui tidak pernah mendengar bisikan-bisikan ataupun melihat
bayangan-bayangan. Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat baik.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan mood
eutimik, perilaku normoaktif, pembicaraan spontan, arus pikiran koheren, tidak
didapatkan gangguan pikiran maupun persepsi. Daya intelektual dan konsentrasi
tidak terganggu. Oleh karena itu pasien ini didiagnosis gangguan campuran
anxietas dan depresi karena memenuhi kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III.
Kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III terhadap gangguan campuran
anxietas dan depresi yaitu terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
Pasien mendapatkan terapi Fluoxetin 1 x 20 mg, Clobazam 1 x 10 mg,
Alprazolam 1 x 0,5 mg, dan Diazepam 1 x 2 mg. Fluoxetine merupakan obat
antidepresan golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) yang
digunakan untuk mengatasi depresi pada pasien ini dengan cara meningkatkan
aktivitas zat alami serotonin dalam otak. Kemudian pasien juga mendapatkan
terapi Clobazam untuk mengatasi gangguan kecemasan berat yang dialami pasien.

16
Alprazolam sendiri merupakan golongan benzodiazepine yang digunakan untuk
mengatasi gangguan kecemasan, terakhir diazepam juga merupakan
benzodiazepin yang berfungsi sebagai obat penenang dan agar memudahkan
pasien tertidur pada malam hari.

17
BAB V
KESIMPULAN
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan
saraf autonomic (SSA). Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya
termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik.
Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit
lain.Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan Campuran Anxietas dan
Depresi, pada pasien ini terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, namun
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan mood
eutimik, perilaku normoaktif, pembicaraan spontan, arus pikiran koheren, tidak
didapatkan gangguan pikiran maupun persepsi. Daya intelektual dan konsentrasi
tidak terganggu. Oleh karena itu pasien ini didiagnosis gangguan campuran
anxietas dan depresi karena memenuhi kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III.
Kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III terhadap gangguan campuran
anxietas dan depresi yaitu terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

18
2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis
Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta:
Bina Rupa Aksara. Hal. 1-15

3. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya


Medika. Hal. 145-54

4. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110

5. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal.
72-75

6. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Indonesia.

7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.

8. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008.


www.emedicine.com

9. Anonim. Kecemasan atau Ansietas. Update 32 Desember 2008.


www.mitrariset.blogspot.com

10. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 22 Mei 2008.
www.sidenreng.com

11. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12

12.      Tomb D. Buku Saku Psikiatri. Edisi Enam. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2000.

13.      WHO. PPDGJ III. Cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; 1993

14.      Kay J, Tasman A. Essentials of Psychiatry. England: John Wiley& Sons Ltd;
2006

19

Anda mungkin juga menyukai