Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK 2
KEPERAWATAN ANAK DAN KELUARGA : SIBLING RIVALRY
“Faktor-faktor Terjadinya Sibling Rivalry”

Dosen Pembimbing: N. Silvy H, M.Kep


Di susun Oleh: Kelas 5 A
Kelompok 1
1. Ahmad Rohim Fajar Maulana (1602012118)
2. Amartha Nurmala Sari (1602012121)
3. Bagus puji Setiawan (1602012128)
4. Dwi sinta Hidayatudhuhri (1602012129)
5. Hanif Wahyu Erifiana (1602012135)
6. Ifatur Rosyidah (1602012140)
7. Linda Puji Lestari (1602012146)
8. Nur Hikmah (1602012154)
9. Rafitri Nur Hidayah (1602012160)
10. Siti Khoiriyah (1602012165)
11. Susi Karlina (1602012170)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulisan makalah yang berjudul “KEPERAWATAN ANAK DAN KELUARGA SIBLING
RIVALRY” ini dapat berjalan dengan baik.
Dalam rangka penyelesaian makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak yang ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan. Dengan penuh rasa
hormat, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu N. Silvy, M.Kep. sebagai Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak 2
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2 tingkat
semester 5, tetapi juga sebagai penambah wawasan pembaca dalam memahami salah satu jenis
Keperawatan Anak 2
Sebuah pepatah menyebutkan bahwa “tiada gading yang tak retak”. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari akan segala kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat diperlukan demi perbaikan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada penulis serta pembaca.

Lamongan, 2 Oktober 2018

penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara
laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan,
perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut
yang ada pada anak baiknya jangan terlalu diperuncing oleh orang tua sehingga timbul
adanya anak emas dan bukan anak emas. Mereka akan saling berusaha mencari cara agar
lebih baik dari saudara kandungnya (Indrawati & Nugroho, 2006).
Pertengkaran dan rasa cemburu merupakan sebuah peristiwa alami yang memberikan
kontribusi besar terhadap proses belajar sosial anak. Cemburu pertama kali terlihat ketika
kakak mempunyai adik baru (Setiawati dan Zulkaida, 2007). Apabila perilaku tersebut
muncul tanpa adanya pendampingan dari orang tua maka hal tersebut tidak menjadi alamiah
lagi sehingga mengganggu perkembangan psikologis anak (Setiawati, 2007). Reaksi cemburu
yang dialami kakak yang tidak diperbaiki dengan baik oleh orang tua menimbulkan iri dan
dengki pada sesama saudara sehingga hubungan adik kakak tidak erat bahkan bisa menjadi
saling bermusuhan (Hanifa, 2009). Kecemburuan yang dialami anak terhadap kelahiran
anggota baru dalam keluarga dikenal dengan sibling rivalry (Shaffer, 2002).
Sibling rivalry adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya di alami oleh seorang
anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara kandungnya (Nursalam, 2005). Sibling
rivalry adalah perselisihan yang terjadi pada anak atau perselisihan antara kakak dan adik
(Kozier, 2004). Sibling rivalry akan terlihat jelas ketika hadirnya hadirnya adik baru yang
menuntut perhatian dan menghabiskan waktu orang tua.
Perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara dua anak atau lebih yang usianya
berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak usia anak 1-3 tahun, akan
terlihat jelas ketika umur anak 3-5 tahun dan terjadi lagi pada umur 8-12 tahun pada usia
sekolah (Millman dan Schaifer, 2007). Perbedaan usia pada umumnya, semakin dekat jarak
usia anak dengan saudara kandungnya maka pengaruh diantara mereka akan semakin besar,
terutama dalam karakteristik emosi (Wong, 2008). Anak pada usia 8-12 tahun sudah mampu
berinteraksi dan mampu mendeskripsikan perasaan yang ia rasakan dalam keluarga, sehingga
anak dapat secara langsung menujukkan reaksi emosi baik positif maupun negatif kepada
orang disekitar termasuk adiknya (Papalia dkk, 2007). Berdasarkan pengalaman yang di
ungkapkan beberapa orang Amerika dilaporkan 55% anak mengalami kompetisi dalam
keluarga dan umur antara 10-15 tahun merupakan kategori tertinggi. Permasalahan hadirnya
adik baru, kasih sayang orang tua yang terbagi, serta 55% mengalami persaingan saudara
yang terjadi pada usiaantara 8 -15 tahun ( Mcnerney dan joy, 2001). Penelitian pada keluarga
di Negara barat didapatkan 82% anak-anakpada usia sekolah antara 6-12 mengalami sibling
rivalry (Puspha, 2008). Boyle (dalam Yulianti, 2006) juga mengemukakan bahwa hampir
75% anak pada usia sekolah mengalami sibling rivalry.
Anak belum mampu mencari alasan dengan benar. Anak akan berpandangan bahwa
kedua orang tuanya mengabaikan dirinya karena kelahiran adik baru. Kondisi ini sering
menimbulkan sikap jengkel anak sulung pada adiknya. Ketidakberanian anak untuk
memunculkan sikap jengkel dan kesal itu, adik yang sering menjadi sasaran amarahnya
(Kyla, 2009). Sibling rivalry sangat mempengaruhi sikap anak. Anak melakukan hal tersebut
karena keluarga memang lingkungan pertama yang ditemui anak. Mulyadi (2004), lahirnya
adik baru merupakan permasalahan dimana anak harus membagi cinta, kasih sayang, dan
perhatian orang tua kepada adiknya. Rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut
yangdikombinasikan dalam rasa marah karena adanya ancaman terhadap harga diri seseorang
dan hubungan itu sendiri.
Dampak sibling rivalry yang bisa terjadi apabila tidak diatasi dapat menimbulkan
pertengkaran yang mengakibatkan cedera pada saudara kandung yang lebih muda. Penelitian
yang dilakukan oleh Finkelhor, Turner, dan Ormrod (2006) mengemukakan bahwa anak
yang lebih muda mengalami dimensi cedera yang lebih serius dibandingkan dimensi cedera
pada anak yang lebih tua dikarenakan kekuatan fisik anak yang lebih tua lebih matang
dibandingkan anak yang lebih muda. Sibling rivalry yang terjadi misalnyanpada
anak usia 8-12 tahun dapat menyebabkan dampak negatif pada anak, salah satu dampak
negatif yang dapat terjadi yaitu terjadinya konflik yang berkelanjutan pada anak, jika
perkelahian dan pertengkaran terus terjadi dan tidak melibatkan campur tangan orang tua
akan mengakibatkan perilaku agresif dan antisosial lima tahun kemudian (Shaffer, 2002;
Steinberg, 2003). Sibling rivalry pada usia ini jika terjadi berkepanjangan dan sudah diluar
kendali orang tua dapat mengakibatkan tanda-tanda depresi atau anxiety (kecemasan) pada
anak (Steinberg, 2003). Pertengkaran yang terus menerus dipupuk sejak kecil akan terus
meruncing saat anak-anak beranjak dewasa. Mereka akan terus bersaing dan saling
mendengki. Bahkan ada kejadian saudara kandung saling membunuh karena memperebutkan
warisan (Priatna dan Yulia, 2006).
Kondisi yang dapat mempengaruhi sibling rivalry adalah peran orang tua. Peran orang
tua sangat penting dan dibutuhkan karena orang tua merupakan kunci dalam munculnya
sibling rivalry. Kasih sayang dan cinta yang diberikan oleh orang tua secara merata atau adil
bagi anak merupakan salah satu peran yang dapat dilakukan untuk memperkecil munculnya
hal tersebut (Judarwanto, 2005). Bronstein dan Cowan dalam Setiawati dan Zulkaida (2007)
berpendapat bahwa orang tua adalah kunci yang mungkin mempengaruhi sibling
rivalry,namun orang tua pula yang dapat memperkecil terjadinya sibling rivalry. Beberapa
peran orang tua untuk menghindari sibling rivalry dalam keluarga antar lain (1) Memberikan
cinta dan perhatian yang adil kepada anak (2) Mempersiapkan anak yang lebih tua terhadap
kelahiran adik baru (3) Memperhatikan protes anak terhadap kesalahan orang tua (4)
Memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan anak (5) Sharing antara anak dan orang tua.
1.2 Rumusan Masalah
1. bagaimana Evidence Based pada Keperawatan Anak terkait Sibling Rivalry?

1.3Tujuan

Mengetahui gambaran factor-faktor yang mempengaruhi bagaimana evidence based pada


keperawatan anak terkait Sibling Rivalry

1.4Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan pengetahuan mengenai factor-faktor terjadinya Sibling Rivalry
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu mengenai
pentingnya pelaksanaan Sibling Rivalry
BAB 2
EVIDENCE BASED

2.1 URAIAN REVIEW HASIL JURNAL PENELITIAN


2.1.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Sibling Rivalry Pada Balita
Menurut penelitian Dwi Purnamasari tahun 2014, berdasarkan uji statistik
menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kejadian sibling
rivalry di Kelurahan Talang Benih Kecamatan Curup tahun 2014. Dengan hasil
p=0,01 < 0,05 artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian
sibling rivalry. Hasil penelitian ini di temukan bahwa frekuensi responden
berdasarkan tingkat pengetahuan ibu terhadap sibling rivalry pada balita di
kelurahan Talang Benih Kecamatan Curup Tahun 2014, 31 (48,4% ) kurang.
Tujuan penelitian, untuk mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Terhadap Sibling Rivalry pada Anak Usia Balita di Kelurahan Talang Benih
Kecamatan Curup.
Hasil penelitian menunjukan tingkat pendidikan responden sebagian besar
SLTA 37 orang (57,8%) dan 33 responden (51, 6%) memiliki pengetahuan yang
baik tentang sibling rivalry pada usia balita. Menurut table 4 menunjukkan
terdapat 21 orang ibu (67,7%) yang mempuanyai pengetahuan kurang dan
memiliki anak mengalami kejadian Sibling Rivalry, serta 24 ibu (72,2%) yang
mempuanyai pengetahuan baik, dan memiliki anak yang tidak mengalami
kejadian Sibling Rivalry. Factor yang mempengaruhi ibu tentang Sibling
Rivalry menurut peneliti adalah usia, tingkat pendidikan dan informasi.

2.1.2 Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kejadian Sibling Rivalry Pada Uasi Anak 1-5
Tahun

Menurut penelitian Siti Rofi’ah, Pola asuh orang tua pada anak usia 1-5
tahun di Desa Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung sebagian besar
menerapkan pola asuh permisif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%),
sedangkan yang menerapkan pola asuh otoritatif sebanyak 9 responden (28,1%),
dan 6 responden (18,8%) menerapkan pola asuh otoriter. Pola asuh otoritatif
(authoritative Parenting) adalah salah satu gaya pengasuhan yang bersikap
responsive, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikut
sertakan anak dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian, 9 responden
(28,1%) menerapkan pola asuh otoritatif. Orang tua dengan tipe ini cenderung
lebih adil kepada anak-anaknya. Memberi kewenangan kepada anak untuk
menyampaikan pendapat sehingga anak merasa lebih dihargai. Pada penelitian
ini orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif sebanyak 18,8%. Orang tua
yang menerapkan pola asuh otoriter lebih membatasi anak-anaknya untuk
mengikuti perintah orang tuanya. Orang tua lebih bersifat memaksa, apa yang
dikehendaki orang tua harus dilaksanakan dan sewenang-wenang terhadap
anaknya.
Pola asuh orang tua akan menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar
berperilaku. Hal ini berarti jika orang tua menerapkan pola asuh yang positif
maka akan menghasilkan perilaku yang positif terhadap anak-anaknya begitu
juga sebaliknya. Karena anak-anak usia 1-5 tahun cenderung masih mengikuti
apa yang diajarkan orang tua. Jika orang tua selalu mengajarkan hal-hal yang
positif seperti mengajarkan untuk saling berbagi dengan sesama, saling
mengasihi kepada sesama, serta tidak saling menjelekkan. Maka hal-hal seperti
itu yang akan tertanam sampai anak-anak tersebut tumbuh dewasa.
Data menunjukkan bahwa terdapat 18 reponden (56,2%) mengalami
sibling rivalry dan 14 responden (43,8%) tidak mengalami sibling rivalry. Hasil
penelitian menunjukkan jumlah anak usia 1-5 tahun yang mengalami sibling
rivalry lebih banyak daripada yang tidak sibling rivlry. Sibling rivalry
cenderung terjadi pada kakak atau yang lebih tua. Perilaku sibling rivalry yang
ditunjukkan antara lain saling berebut mainan, menjadi nakal, mengompol, tidak
mau berbagi dengan sesama11. Hal ini menunjukkan bahwa pemicu terjadinya
sibling rivalry pada anak usia 1-5 tahun yaitu saudara kandungnya sendiri,
karena mereka menganggap bahwa kehadiran saudara kandung merupakan
saingan. Ini merupakan hal yang lazim terjadi pada anak usia 1-5 tahun, karena
setelah ada orang baru dalam hal ini adiknya, sang kakak merasa perhatian
orang tua mulai terbagi. Dan anak usia 1-5 tahun masih sering salah persepsi.
Ketika orang tua memberi perhatian kepada adiknya, orang tua dianggap pilih
kasih kepada adiknya.

2.1.3 Tipe Kepribadian Terhadap Reaksi Sibling Rivalry Pada Anak Pra Sekolah

Menurut penelitian Diyah Arini, Anak yang memiliki tipe kepribadian


extrovert berjumlah 16 anak (53,3%) dan anak yang memiliki tipe kepribadian
introvert berjumlah 14 anak (46,7%). Tipe kepribadian extrovert lebih banyak
memiliki reaksi sibling rivalry sedang dan tinggi dibandingkan dengan anak yang
memilki tipe kepribadian introvert. Extrovert adalah seseorang yang memiliki
sifat, kondisi, atau kebiasaan yang dominan sangat senang dengan kepuasan yang
mereka temukan di luar dari diri mereka sendiri, sedangkan Introvert adalah
kepribadian manusia yang lebih berkaitan dengan dunia dalam pikiran manusia itu
sendiri, cenderung menutup diri dari kehidupan luar. Yang mengalami sibling
rivalry dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal
antara lain: usia anak saat hadirnya anak dalam keluarga, jenis kelamin, jumlah
saudara dan kepribadian anak dapat mempengaruhi reaksi anak akibat kehadiran
adik dalam keluarga dan dapat mempengaruhi besarnya sibling rivalry yang
terjadi pada anak. Anak yang lebih aktif cenderung akan mempunyai masalah
tingkah laku dan akan berhubungan dengan banyaknya kecemburuan,
pertengkaran serta konflik dengan saudara.
Dari 30 anak, hampir setengah dari anak prasekolah usia 3-5 tahun di Desa
Sumput Sidoarjo 16 anak (53,3%) yang memiliki tipe kepribadian extrovert
memiliki reaksi sibling rivalry sedang 9 anak (56,2%), 7 anak (43,8%) mengalami
reaksi sibling rivalry tinggi, dan tidak ada yang mengalami reaksi sibling rivalry
rendah. Sedangkan 14 anak (46,6%) yang memiliki tipe kepribadian introvert
mengalami raksi sibling rivalry rendah 7 anak (50%), 6 anak (42,9%) mengalami
reaksi sibling rivalry sedang dan 1 anak (7,1%) mengalami reaksi sibling rivalry
tinggi.

2.2 TABEL HASIL PENELITIAN (MAPPING)

No Judul/ Metode/ Variabel Alat ukur Analisis Kesimpulan/


Penulis/Tahun Jml Hasil
Sampel/
Sampling
1 Hubungan - cross -Tingkat Teknik analisis Hasil analisis
Tingkat pengeta menunjukkan
sectional. pengumpul univariat
Pengetahuan huan ibu ada
Ibu - 64 orang tentang an data dan bivariat hubungan
Dengan -cluster Sibling antara
primer dengan
Kejadian proportion Rivalry( pengetahuan
Sibling Rivalry al bebas) dengan menggunak ibu terhadap
Pada Usia sampling - kejadian
menyebark an Uji chi
Balita ( Kejadia Sibling
Dwi n an square Rivalry
Purnamasari,) Sibling dengan hasil
kuesioner
Derison Rivalry( p=0,05.
Marsinova terikat) pada
Bakara, &
responden
Yanti
Sutriyanti,
2014)
2 Pola Asuh -cross -Pola Data uji Chi- ada
Orang Tua sectional hubungan
Asuh penelitian Square
Dengan - 32 orang. pola asuh
Kejadian Orang yang orang tua
Sibling Rivalry -total Tua diperoleh dengan
Pada Anak kejadian
sampling (bebas) peneliti
sibling
usia 1 – 5
- adalah data rivalry pada
Tahun anak usia 1-5
Kejadia primer
tahun.
(Rofi’ah,
n yang Dengan
2013) kekuatan
Sibling diperoleh
korelasi
Rivalry dari 0,608 yang
menyatakan
(terikat) responden
kuat.
secara
langsung
dengan
mengisi
kuesioner
yang
dibagikan
oleh
peneliti.
Data
sekunder
dalam
penelitian
ini
diperoleh
dari kohort
balita,
yaitu data
tentang
jumlah
balita usia
1-5 tahun
di Desa
Bejen
Kecamatan
Bejen
Kabupaten
Temanggu
ng tahun
2013.
3 Hubungan -Cross -Tipe -Lembar Uji Tipe
Tipe sectional Kepriba kuesioner
Koefisien kepribadian
Kepribadian - 33 ibu dian data
Dengan Reaksi yang Anak demografi Kontingensi terbanyak
Sibling Rivalry mempuny Usia orang tua
. adalah tipe
Pada Anak ai anak Prasekol dan anak
Prasekolah prasekolah ah -Lembar extrovert
Usia 3-5 usia 3-5 (tebas) kuesioner
dengan
Tahun Di Desa tahun tipe
Sumput -Simple -Reaksi kepribadia proporsi
Sidoarjo Random Sibling n anak usia
(53,3%),
(Arini, Sampling Rivalry prasekolah
Ernawati) Anak -lembar reaksi sibling
Prasekol kuesioner
rivalry
ah Usia sibling
3-5 rivalry. terbanyak
Tahun
adalah
(terikat)
sedang
dengan
proporsi
(80%). ada
hubungan
tipe
kepribadian
dengan
reaksi sibling
rivalry pada
anak
prasekolah
usia 3-5
tahun di Desa
Sumput
Sidoarjo.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sibling rivalry akan terlihat jelas ketika hadirnya adik baru yang menuntut perhatian dan
menghabiskan waktu orang tua. Dampak sibling rivalry yang bias terjadi apabila tidak diatasi
dapat menimbulkan pertengkaran yang mengakibatkan cidera pada saudara kandung yang lebih
muda.
Factor-faktor terjadinya Sibling Rivalry adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu
terhadap Sibling Rivalry pada anak usia balita, penerapkan pola asuh permisif, otoritatif dan
otoriter, dan hubungan tipe kepribadian anak prasekolah usia 3-5 tahun yang memiliki
kepribadian introvert dan introvert.
Pola asuh orang tua akan menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku. Hal ini
berarti jika orang tua menerapkan pola asuh yang positif maka akan menghasilkan perilaku yang
positif terhadap anak-anaknya begitu juga sebaliknya.

3.2 Saran
A. Bagi penulis,
Supaya penulis dapat mengasah kemampuan dalam mengetahui tentang sibling rivalry.
B. Bagi mahasiswa
Supaya mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sibling rivalry pada anak. Secara
teoritis hasil makalah ini sekiranya dapat bermanfaat dan menambah khazanah
kepustakaan dan sebagai rujukan bagi mahasiswa.
C. Bagi Masyarakat
Orang tua khususnya ibu yang mengalami peristiwa sibling rivalry ketika mengasuh
anak sebaiknya lebih mengetahui dan memahami tentang sibling rivalry sendiri, selain
itu ibu dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak sehingga peristiwa sibling
rivalry dapat teratasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Purnamasari Dwi, dkk. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Sibling
Rivalry Pada Usia Balita. Jurnal Kesehatan. (V): 182-188.

Rofi’ah S,2013. Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada AnakUsia 1 – 5
tahun. Jurnal Ilmu Kebidanan. (I) :152-159.

Arini D &Ernawati D. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Reaksi Sibling Rivalry Pada Anak
Prasekolah Usia 3-5 Tahun Di Desa Sumput Sidoarjo. Jurnal Keperawatan & kebidanan –
Stikes Dian Husada Mojokerto: 53-65.

Anda mungkin juga menyukai