Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada Masalah kasus


Kegawatdaruratan Berbagi Sistem”

DOSEN PEMBIMBING :
Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
1) Laelly fauziyah (1602012143)
2) Linda puji lestari (1602012146)
3) Nur hikmah (1602012171)
4) Sri Sumiarti (1602012169)
5) Susi Karlina (1602012170)
6) Susi Rosita A. (1602012171)
7) Vivin musthovia (1602012174)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul “Pencegahan
Primer, Sekunder dan Tersier pada Masalah kasus Kegawat Daruratan Berbagi
Sistem”, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kes selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
3. Farida Juanita., S.Kep., Ns., M.Kep selaku PJMK Keperawatan Gawat
Darurat.
4. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat.
Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas
perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Lamongan, 9 April 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya peningkatan kualitas hidup manusia dibidang kesehatan,
merukan suatu usaha yang sangat luas dan menyeluruh, usaha tersebut
meliputi peningkatan kesehatan masyarakat baik fisik maupun non fisik. Di
dalam Sistem Kesehatan Nasionaldisebutkan, bahwa kesehatan menyangkut
semua segi kehidupan yang ruang lingkup dan jangkauannya sangat luas dan
kompleks. Hal ini sesuai dengan pengertian kesehatan yang diberikan oleh
dunia internasional sebagai berikut : A state of complete physical, mental, and
social well being and not merely the absence of desease of infirmity yang
artinya sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan
sosial yang merupakan suatu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pencegahan primer?
2. Apa macam-macam pencegahan primer?
3. Apa definisi pencegahan sekunder?
4. Apa saja klasifikasi pencegahan sekunder ?
5. Apa definisi pencegahan tersier ?
6. Bagaimana pencegahan primer, sekunder, dan tersier berdasarkan letak
trauma?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pencegahan primer.
2. Untuk mengetahui macam-macam pencegahan primer.
3. Untuk mengetahui definisi pencegahan sekunder.
4. Untuk mngetahui klasifikasi pencegahan sekunder.
5. Untuk mngetahui definisi pencegahan tersier.
6. Untuk mengetahui pencegahan primer, sekunder, tersier berdasarkan
letak trauma.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pencegahan Primer


Upaya yang ditujukan kepada orang-orang sehat dan kelompok resiko
tinggi atau orang yang belum menderita tetapi berpotensi untuk mengalami
multi trauma.
Pencegahan primer yaitu intervensi biologi, sosial, psikologis yang
bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan
insiden penyakit di masyarakat dengan mengubah faktor-faktor penyebab
sebelum membahayakan pada orang tersebut
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :
2.1.1 Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan mampu memperkuat individu dan kelompok
melalui pembentukan kompetensi. Asumsinya banyak respon maladaptive
terjadi akibat kurangnya kompetensi. Hal ini meliputi kurangnya control
yang dirasakan terhadap kehidupan seseorang, rasa keefektifan diri yang
rendah, kurang efektifnya strategi koping, dan harga diri rendah yang
terjadi. Penyuluhan kesehatan mencakup empat tingkat intervensi berikut
ini:
1. Meningkatkan kesadaran individu atau kelompok tentang masalah dan
peristiwa yang berhubungan dengan sehat dan sakit.
2. Meningkatkan pemahaman seseorang tentang dimensi stressor yang
potensial, kemungkinan hasil (baik adaptif maupun maladaptive), dan
respon koping alternative.
3. Meningkatkan pengetahuan seseorang tentang dimana da bagaimana
memperoleh sumber yang diperlukan
4. Menigkatkan keterampilan penyelesaian masalah individu atau
kelompok, keterampilan interpersonal, toleransi terhadaap stress dna
frustasi, motifasi, harapan, dan harga diri.
2.1.2 Pengubahan Lingkungan
Intervensi preventif mungkin dilakukan untuk memodifiksi
lingkungan terdekat individu atau kelompok atau system sosial yang lebih
besar. Intervensi ini bermanfaat apabila lingkungan menempatkan tuntutan
baru kepada pasien, tidak tanggap terhadap kebutuhan perkembangan, dan
hanya memberikan sedikit dukungan. Perubahan lingkungan meliputi jenis
berikut ini:
1. Ekonomi
Mengalokasikan sumber untuk bantuan finansial atau bantuan anggaran
dan pengelolaan penghasilan.
2. Pekerjaan
Menerima tes pekerjaan, bimbingan pendidikan, atau pelatihan kembali
yang dapat menghasilkan pekerjaan atau karir baru.
3. Perumahan
Pindah ketempat baru,yang berarti meninggalkan atau kembali pada
keluarga dan teman, memperbaiki rumah yang sudah ada, mendapatkan
atau kehilangan keluarga, teman atau teman sekamar.
4. Keluarga
Memasukkan anak pada fasilitas perawatan, taman kanak-kanak,
sekolah dasar, atau berkemah, mendapatkan pelayanan rekreasi, social,
keagamaan, atau komunitas.
5. Politik
Memengaruhi struktur dan prosedur pelayanan kesehatan, berperan
serta dalam perencanaan dan pengembangan komunitas, mengatasi
masalah legislative.
2.1.3 Dukungan system social
Penguatan dukungan social adalah cara mengurangi atau memperkecil
pengaruh dari peristiwa yang berpotensi menimbulkan stress. Empat jenis
intervensi preventif yang mungkin adalah:
1. Mengkaji lingkungan masyarakat untuk mengidentifikasi area masalah
dan kelompok resiko tinggi.
2. Meningkatkan hubungan antara system dukungan masyarakat dan
pelayanan kesehatan jiwa formal.
3. Menguatkan jaringan pemberin pelayanan yang ada, meliputi kelompok
gereja, organisasi masyarakat, kelompok wanita, dukungan tempat
kerja, dan lingkungan, dan self-help group.
4. Membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan,
mempertahankan, memperluas, dan menggunakan jaringan sosial yang
tersedia.

2.2 Pencegahan Sekunder


Tujuan dari pencegahan sekunder kegawat daruratan yaitu Pendeteksian
dini pada Multi Trauma serta penanganan segera sehingga komplikasi dapat
dicegah. Sasaran pencegahan skunder yaitu pasien multi trauma yang baru
terdiagnosa dan kelompok penduduk resiko tinggi (supir, tukang ojek, balita,
pekerja bangunan, pemanjat tebing). Pencegahan skunder termaksud
menurunkan prevalensi gangguan, aktivitas pencegahan sekunder meliputi
penemuan kasus dini, skrining dan pengobatan efektif yang cepat, intervensi
krisis adalah suatu modalitas terapi pencegahan sekunder yang penting.
2.2.1 Krisis
Krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang
menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri seseorang. Mekanisme
koping yang biasa digunakan seseorang menjadi tidak efektif untuk
mengatasi ancaman, dan orang tersebut mengalami suatu
ketidakseimbangan serta peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa
pencetus biasanya dapat diidentifasi. Tujuan intervensi krisis dalah individu
pada tingkat fungsi sebelum krisis. Krisis memiliki keterbatasan waktu, dan
konflik berat yang ditimbulkan dapat menstimulasi pertumbuhan personal.
Apa yang dilakukan seseorang tehadap krisis menentukan pertumbuhan atau
disorganisasi bagi orag tersebut.
2.2.2 Faktor Pengimbang
Dalam menguraikan resolusi krisis, beberapa faktor pengimbang yang
penting perlu dipertimbangkan. Keberhasilan resolusi krisis kemungkinan
besar terjadi jika persepsi individu terhadap peristiwa adalah realistis bukan
menyimpang, jika tersedia dukungan situasional sehingga orang lain dapat
membantu menyelesaikan masalah, dan jika tersedia mekanisme koping
untuk membatu mengurangi ansietas.
2.2.3 Jenis- jenis Krisis
a. Krisis maturasi
Krisis maturasi merupakan masa transisi atau perkembangan dalam
kehidupan seseorang pada saat keseimbangan psikologis terganggu,
seperti pada masa remaja, menjadi orang tua, pernikahan, atau pension.
Krisis maturasi menuntut perubahan peran. Sifat dan besarnya krisis
maturasi dapat dipengaruhi oleh model peran, sumber interpersonal
yang memadai, dan kesiapan orang lain dalam menerima peran baru.
b. Krisis situasi
Krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu menganggu
keseimbangan psikologis individu atau kesimbangan kelompok.
Contohnya yaitu kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian, masalah
sekolah, penyakit dan bencana.

2.3 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan,
angka survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam mengatasi
penyakit. Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangu beratnya
gangguan dan disabilitas yang berkaitan. Rehabilitasi adalah proses yang
memungkinkan individu untuk krmbali ke tingkat fungsi setinggi mungkin.
2.4 Pencegahan primer, sekunder, dan tersier berdasarkan letak trauma :
2.4.1 Trauma Kepala dan Wajah
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan
ke penggunaan helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak-anak
yang masih balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan mengemudikan
kendaraan dengan kecepatan tinggi, pada pemanjat teing saat memanjat
harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, pada pekerja
bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan sekunder
1. Penanganan segera secara cepat dan tepat pada penderita Multi
Trauma :
Pada cedera otak :
a) Pertahankan kepala harus berada dalam posisi garis tengah
b) Untuk jaringan yang terkoyak dari wajah, semua jaringan dan
organ yang lepas dikembalikan ke tempat semula
c) Berikan sedative unuk mengatasi agitasi, ventilasi mekanis
d) Berikan obat untuk menghentikan kejang : Benzodiazzepin
e) Tindakan untuk menurunkan TIK
2. Pencegahan komplikasi akut dan kronis :
Cegah perdarahan yang hebat
c. Pencegahan tersier
Pada cedera kepala ringan :
a) Klien harus didampingi oleh seseorang selama waktu 24 jam
sesudah cedera.
b) Jangan meminum minuman beralkohol selama 24 jam. Beristirahat
selama 24 jam berikutnya.
c) Jangan mengemudikan kendaraan, mengoperasikan mesin, atau
mengambil keputusan yang penting.
2.4.2 Trauma Thoraks dan Leher
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer
meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan
ke penggunaan helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak-anak
yang masih balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan mengemudikan
kendaraan dengan kecepatan tinggi, pada pemanjat teing saat memanjat
harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, pada pekerja
bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan sekunder
1. Tindakan untuk mengeluarkan cairan yang pasif lewat Chest tube
2. Bebaskan jalan napas dengan mengatur mandibula yang tepat
2.4.3 Trauma Abdomen
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer
meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan
ke penggunaan helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak-anak
yang masih balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan mengemudikan
kendaraan dengan kecepatan tinggi, pada pemanjat teing saat memanjat
harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, pada pekerja
bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan sekunder
Lakukan pemeriksaan fisik secara cermat
c. Pencegahan tersier
1. Pada trauma limpa :
1) Imunisasi rutin dengan vaksin pneumucocus, dilakukan pada
pasien yang baru menjalani splenektomi yang baru pulang dari
RS, untuk mengurangu resiko overwhelming post plenectomy
infection (OPSI)
2) Pada pasien yang mengalami hematoma Limpa Subkapsular
menghindari aktivitas yang berat dan olahraga fisik selama
kurang lebih 3 bulan untuk mencegah terjadinya perdarahan
ulang yang menyebabkan rupture limpa.
2. Pada pasien yang mengalami cedera colon
Pasien yang diduga cedera colon atau rectum harus diberikan
profilaksis antibiotic parenteral untuk mengatasi kuman-kuman
gram negative aerob (seperti Escherichia Coli), dan anaerob
(seperti Bacteroides fragilis), sehingga kadar darah
3. Pada cedera vascular abdomen : tindakan untuk mencegah
hipotermi.
4. Menghangatkan semua cairan infuse kristaloid dan darah.
5. Menggunakan rangkaian proses pemanasan lewat ventilator.
6. Memberikan selimut hangat dan memasang lampu menutup kepala
pasien.
2.4.4 Trauma Tulang Belakang
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan
ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, anak-anak
yang masih balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan mengemudikan
kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat
memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, pada
pekerjaan bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan
yang tinggi.
b. Pencegahan skunder
1. Pasien harus di imobilisasi
a) Stabilisasi kepala dengan memfiksasinya dalam posisi segaris
dan memerintahkan kepada pasien untuk tidak menggerakkan
leher atau kepalanya.
b) Pengkajian fungsi motorik dan sensorik
c) Bantuan langsung untuk memasang serta mengunci kollar
servikal yang kaku sesuai dengan ukuran, menggulingkan
tubuh pasien satu garis ke sisi tubuhnya serta memasang papan
punggung dan mengikat tali papan punggung serta alat
penyangga kepala dan pitanya.
d) Cegah hipoksia dengan mempertahankan saturasi oksigen yang
melebihi 90% dan nilai hematokrit yang melebihi 30%.
2.4.5 Trauma Muskuloskeletal
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga swadaya lainnya. Program penyuluhan
diarahkan ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor,
anak-anak yang masih balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan
mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi, pada pemanjat
tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan
badan, pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat menaiki
bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan skunder
1. Untuk mengendalikan perdarahan lakukan penekanan langsung
(turniket).
2. Apabila benda yang menancap maka harus distabilkan dengan
metode apa saja, sehingga mencegah trauma lebih lanjut.
3. Immobilisasi fraktur: pembidaian bagian atas dan bawah fraktur,
merupakan persendian proksimal dan distal.
4. Pada pasien yang fraktur :
a) Pembatasan aktivitas yang sederhana dengan penekanan
langsung.
b) Reposisi tertutup diikuti oleh pemasangan gips.
c. Pencegahan tersier
1. Untuk menangani avulse yaitu:
a) Memantau dan mengendalikan perdarahan dengan penekanan
langsung.
b) Rigasi flap kulit yang dilakukan dengan hati-hati, dan
selanjutnya ditutupi dengan balutan tebal, steril serta basah.
2. Imobilisasi fraktur: pembidaian dengan pemasangan bantalan (pad)
untuk mencegah disrupsi kulit yang lebih lanjut.
3. Untuk mencegah terjadinya fraktur yang lebih lanjut: pasien yang
akan di pulangkan :
a) Perawatan harus dicatat dan disampaikan.
b) Pasien yang menggunakan kruk: harus mengajarkan cara
berjalan yang tepat.
BAB 3
KESIMPULAN

Pencegahan primer yaitu intervensi biologi, sosial, psikologis yang


bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan insiden
penyakit di masyarakat dengan mengubah faktor-faktor penyebab sebelum
membahayakan orang tersebut. Pencegahan sekunder kegawat daruratan yaitu
Pendeteksian dini Multi Trauma serta penanganan segera sehingga komplikasi
dapat dicegah. Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka
kesembuhan, angka survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam
mengatasi penyakit. Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangu
beratnya gangguan dan disabilitas yang berkaitan. Rehabilitasi adalah proses yang
memungkinkan individu untuk krmbali ke tingkat fungsi setinggi mungkin.
Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah untuk :
1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup
dan berfungsi kembali dalam masyarakat
2. Merujuk pasien kegawatdaruratan melalui system rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai
3. Penanggulangan korban bencana
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti Dwi, 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Antisipasi Cedera Dengan


Praktik Pencegahan Cedera. Bandung. Vol.3, No.1 (52-56).

Muslihah, 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta.

Oman K.S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai