PENDAHULUAN
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya energi terpenting di dunia.
Industri minyak dan gas di Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat
maju dari tahun ke tahun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan bahan
bakar yang semakin meningkat. Sektor minyak dan gas bumi merupakan
penghasil devisa terbesar yang merupakan tulang punggung pembangunan
nasional, oleh sebab itu perlu upaya-upaya konkrit untuk terus meningkatkan
devisa negara melalui sektor minyak dan gas bumi tersebut dengan
mengoptimalkan peningkatan produksi dan mengembangkan lapanganlapangan
baru. Mengingat pentingnya peran minyak dan gas bumi bagi kelangsungan hidup
manusia, maka perlu dilakukan estimasi cadangan hidrokarbon yang akurat pada
setiap reservoir yang ada seperti analisa properti reservoir (porositas,
permeabilitas, saturasi, resistivitas, penyebaran batuan reservoir, dan kandungan
hidrokarbon) dengan menggunakan data sumur yang bisa didapat dengan
pekerjaan logging.
Metode logging ini sangat berperan penting dalam perkembangan eksplorasi
hidrokarbon. Pekerjaan logging atau evaluasi formasi merupakan kegiatan
mempelajari karakteristik formasi pada suatu reservoir serta segala aspek yang
menyangkut perhitungan cadangan hidrokarbon. Ada beberapa parameter yang
mempengaruhi dalam perhitungan cadangan hidrokarbon yaitu porositas, saturasi
air, dan tebal lapisan. Untuk mengetahui parameter diatas diperlukan beberapa
jenis kegiatan, antara lain pengambilan contoh batuan (coring), interpretasi
dengan bantuan alat log (logging), analisa hasil uji sumur (well testing) dan lain -
lain.
2.2.2 Coring
Analisa core kegiatan pengukuran sifat fisik batuan dilaboratorium.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat fisik batuan yang ditembus selama
pemboran. Metode coring ialah
1) Bottom hole coring; pengambilan core yang dilakukan pada saat
pemboran berlangsung
2) Side wall coring; pengambilan core yang dilakukan setelah pemboran
selesai atau berhenti.
3) Core handling; semua proses yang dilakukan setelah core sampai di
permukaan.
1) Log Listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat - sifat listrik lapisan yang
ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat - sifat ini diukur dengan berbagai
Laporan Resmi Praktikum | Penilaian Formasi 7
variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk
batuan yang pori - porinya terisi mineral - mineral air asin atau clay maka akan
menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan
dengan pori - pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu
lumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat konduktif dan
sebaliknya. Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:
Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat
logging karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak
dalam lubang sumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap
kedalaman lubang sumur.
Resistivity Log
Log Resistivitas (Resistivity Log) adalah log yang digunakan untuk
mengukur sifat batuan dan fluida pori (minyak, gas, air) disepanjang
lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Besaran pada log
resistivitas batuan menggunakan satuan Ohm. Jika batuan mengandung
fluida seperti air formasi yang sifatnya salin, maka kurva resistivitasnya
akan menunjukkan angka yang sangat rendah karena sifat air yang salin
cenderung bersifat konduktif (kebalikan dari resistif). Dan pada minyak atau
gas, kurva resistivitas akan menunjukkan angka yang sangat tinggi karena
minyak atau gas cenderung memiliki hambatan yang sangat tinggi.
2) Log Radioaktif
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole)
maupun yang tidak dicasing (open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini
dibandingkan dengan log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan
lubang bor dan jenis lumpur. Dari tujuan pengukuran, Log Radioaktif dapat
dibedakan menjadi: alat pengukur lithologi seperti Gamma Ray Log, alat
pengukur porositas seperti Neutron Log dan Density Log. Hasil pengukuran alat
porositas dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil
yang memadai.
Gamma Ray Log
Dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan.
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale.
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale.
Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan
tanpa melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon
maupun air formasi. Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali
Dimana:
ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
Laporan Resmi Praktikum | Penilaian Formasi 10
1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (lihat pada tabel II-1), gr/cc
porositas dari density log , fraksi
3) Sonic Log
Log sonic adalah suatu log yang digunakan untuk mendapatkan harga
porositas batuan sebagaimana log density dan log neutron. Log ini
menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirim / dipancarkan kedalam
formasi dimana pantulan suara yang kembali diterima oleh receiver. Sehingga
waktu yang diperlukan gelombang suara untuk sampai receiver disebut “internal
transite time” atau Δt. Besar kecilnya Δt yang melalui suatu formasi tergantung
dari jenis batuan dan besarnya porositas batuan serta isi kandungan dalam
batuan. Suara dikirimkan dari trasmitter masuk kedalam formasi, kemudian
pencatatan dilakukan pada saat pantulan suara pertama kali sampai di receiver.
Fungsi dari log sonic antara lain ; Untuk mendapatkan nilai porositas batuan.
4) Caliper Log
Kegunaan caliper log adalah untuk mengukur diameter lubang bor sebagai
fungsi dari kedalaman lubang bor. Sehingga dapat untuk keperluan penempatan
packer, perhitungan kecepatan cutting dan membantu interpretasi dalam korelasi
batuan. Manfaat utama dari Caliper Log adalah untuk mengetahui diameter
lubang bor terhadap kedalaman yang nantinya berguna untuk perhitungan
volume lubang bor dalam kegiatan penyemenan. Fungsi dari log caliper antara
lain :
- Menentukan setting packer yang tepat pada DST.
- Estimasi ketebalan mud cake.
- Perhitungan kecepatan lumpur di annulus untuk pengangkatan cutting.
2.4 Pengukuran Water Saturation (Sw)
Saturasi atau kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume pori yang terisi
oleh air dengan volume porositas total (Adi Harsono, 1997). Tujuan menentukan
saturasi air adalah untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon, jika
air merupakan satu-satunya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, maka
nilai Sw = 1, tetapi apabila pori-pori batuan mengandung fluida hidrokarbon maka
Rumus ini dipakai sebagai dasar interpretasi data Log sampai sekarang.
Persamaan Archie tersebut biasanya digunakan pada cleansand formation.
Dimana :
Sw = Saturasi air formasi
F = Faktor formasi
Rw = Resistivitas air formasi
Rt = Resistivitas formasi, dibaca dari kurva resistivitas
Rsh = Resistivitas pada shale
C = Untuk batu pasir 0.4 dan untuk batu gamping 0.45
Penentuan jenis kandungan di dalam reservoir (gas, minyak dan air)
didapat dari hasil perhitungan kejenuhan air formasi (Sw) dalam hasil batasan
umum harga Sw untuk lapangan yang “belum dikenal” seperti di bawah ini :
Gas = Jika harga Sw adalah 0 -35%
Minyak = Jika harga Sw adalah 35 – 65%
Air = Jika harga Sw adalah >65%
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
Gambar 3.2. Penampang tektonik Cekungan Jawa Barat Utara (tanpa skala)
(Sumber: Hareira, 1991)
Keterangan :
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Excercise I
Kelompok satu, kami mendapatkan Formasi Jatibarang pada kedalaman 3100
– 3540 feet. Formasi Jatibarang terdapat di Cekungan Jawa Barat yaitu secara
regional merupakan sistem busur belakang (back are system) yang terletak
diantara lempeng mikro sunda dan tunjanan lempeng India Australia. Satu hal
yang menarik adalah pada kawasan daratan telah diproduksi minyak bumi dari
batuan tuffa volkanik dan breksi dari formasi Jatibarang. Formasi ini diendapkan
pada fasies continental fluvial.
Formasi Jatibarang tersusun dari tuffa dan breksi andesit diselingi oleh
andesit porfir. Umumnya mengisi daerah – daerah rendahan dengan ketebalan
lebih dari 1200 m dan kemudian menipis kearah Barat ditinggian Rengasdengklok
berdasarkan analisa radiomentri K – Ar, formasi ini berumur Eosen akhir
Oligosen awal dan terletak tidak selaras diatas batuan batuan dasar. Aktifitas
volkanik kala itu menghasilkan endapan volkanik Formasi Jatibarang yang
mengisi daerah “Paleotopografi Low” seperti graben sesar bongkah terutama
disebelah Timur.
Periode awal sedimentasi di Cekungan Jawa Barat Utara dimulai pada kala
Eosen tengan sampai Oligosen awal (fase transgresi). Pada periode ini dihasilkan
sedimentasi volkanik darat – laut dangkal dari formasi Jatibarang (Martodjojo,
2003) saat aktifitas vulkanisme meningkat. Hal ini berhubungan dengan interaksi
antar lempeng disebelah Selatan pulau Jawa, akibatnya daerah – daerah yang
masih stabil menjadi sering mengalami aktifitas tektonik. Material – material
vulkanik dari arah Timur mulai diendapkan.
Selanjutnya kami akan menjelaskan tentang Mud Log dari formasi yang
kelompok kami dapat yaitu Formasi Jatibarang. Berikut intrepretasi yang saya
dapat jelaskan :
1) Kedalaman 3100 – 3200 ft
Dimana :
Wh = 0,5 – 17 merupakan gas potensial.
Bh = Bh < Wh dindikasi merupakan minyak, gas atau condensate.
Ch = Ch > 0,5 gas / oil atau condensate.