Anda di halaman 1dari 3

Stunting

Indonesia masih dihadapkan pada masalah stunting (gizi buruk kronis). Saat ini, 9 juta atau
lebih dari sepertiga jumlah balita (37,2%) di Indonesia menderita stunting. Stunting adalah
kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya
perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi pada
1.000 hari pertama kehidupan, dari janin hingga usia 24 bulan. Kondisi ini menyebabkan
perkembangan otak dan fisik terhambat, rentan terhadap penyakit, sulit berprestasi, dan saat
dewasa mudah menderita obesitas sehingga berisiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan
penyakit tidak menular lainnya.

Dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2013, penderita
stunting tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 51,73%. Jumlah ini diikuti
oleh Sulawesi Barat (48,02%), Nusa Tenggara Barat (45,26%), Kalimantan Selatan (44,24%),
dan Lampung (42,63%). Masalah stunting terendah berada di Kepulauan Riau, DI Yogyakarta,
DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur dengan angka kurang dari 30%.

Selain asupan gizi, stunting juga bisa ditimbulkan dari kondisi kesehatan perempuan sejak
masih dalam konsepsi. Kondisi perempuan sehat itu bertinggi badan di atas 150 cm, tidak
anemia, tidak memiliki penyakit, dan berat badan ideal atau indeks massa tubuh di atas
18,5. Dari data yang dihimpun Persagi pada 2013, tingkat pendidikan ibu juga turut
mempengaruhi peluan ganak lahir dengan berat badan lahir rendah dan bertubuh pendek. Sesuai
dengan standar WHO,suatu wilayah dikatakan kategori baik bila prevalensi balita pendek kurang
dari 20%.

http://eprints.ums.ac.id/16765/2/BAB_I.pdf

Pengertian

Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia
dengan masih tinggi angka kejadian gizi kurang, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan
ini. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kurangnya energy atau protein. Namun keadaan
ini di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita deferensiasi murni.
Anak yang dengan defisiensi protein biasanya disertai pula dengan defisiensi energi. Oleh karena
itu istilah yang lazim dipakai adalah malnutrisi Energi Protein (Markum dkk, 1991) dan Nelson
membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan kekurangan kalori protein (Nelson, 1992).

Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG) (Depkes, 1999).

Malnutrisi energi protein adalah seseorang yang kekurangan gizi yang disebabkan oleh konsumsi
energi protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu. (Suparno, 2000).

Kekurangan energi protein adalah suatu sindroma penyakit gizi yang disebabkan oleh defisiensi
zat-zat makanan atau nutrient terutama protein dan kalori. (Naziruddin, 1998).

Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi secara umum dan
kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan
terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan.
Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga
menyebabkan rentan terhadap penyakit. KEP dapat menyebabkan penyakit seperti marasmus dan
kwashiorkor

Anak balita yang menderita kwashiorkor memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:

- Bentuk wajah bulat (moon face) dan kelihatan sembab

Moon face adalah kondisi saat wajah Anda membengkak secara bertahap sehingga menjadi
bulat. Terjadi akibat penumpukan lemak berlebih pada sisi wajah.

- Perut buncit (ascites)

Disebabkan oleh adanya akumulasi cairan dan gas yang ditimbulkan akibat kekurangan gizi yaitu
kekurangan protein. Cairan dan gas tersebut menumpuk dan memenuhi isi perut sehingga perut
penderita terlihat besar dan buncit.

- Rambut kusam dan mudah dicabut


Karena jaringan pada rambut yang tidak baik

Sedangkan tanda-tanda balita penderita marasmus antara lain memiliki ciri- ciri fisik sebagai
berikut:

- Tubuh tampak sangat kurus

- Wajah tampak seperti orang tua

- Perilaku cengeng, rewel dan apatis

- Bentuk iga gambang, perut cekung

- Otot pantat mengendor (baggy pant)

- Terjadi penyusutan (atrofi) otot lengan dan tungkai

Anda mungkin juga menyukai