1
Bobot jenis : 0,815 gr-0,813 gr
Konsentrasi : 6,5% - 10,5%
Stabilitas : Mudah menguap, terbakar, mudah rusak adanya cahaya
Inkompatibilitas :-
Fungsi : Pelarut (Depkes RI, 1979)
2. AQUA DESTILATA
3. GLYCEROLUM
Nama Lain : Gliserol, Glycerine, Glycerolum
Rumus Molekul : C3H8O3
Berat Molekul : 92,10 g/mol
Warna : Tidak berwarna
Rasa : Agak Manis
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Cairan jernih atau tidak berwarna
Polimorfisme :-
Ukuran Partikel :-
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak
larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak
Titik lebur : 17,8⁰C
Titik didih : 290⁰C
pKa/ pKb :-
Bobot jenis : 1,25
pH larutan :-
Konsentrasi : 20%
Stabilitas : Gliserin higroskopis, gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh
2
Suasana dibawah kondisi tetapi treurai pada saat pemanasan.
Campuram dari gliseril dan air . etanol (95%) dan Propilenglykol secara
Kimiawi stabil. Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu
Rendah.
Inkompatibilitas : Dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi kuat seperti
Kromium dan kalium permanganate.
Fungsi : Zat tambahan / sebagai pelarut, Pemanis (Depkes RI, 1979)
4. PROPYLENGLYCOLUM
Nama Lain : Propilenglicol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,10 g/mol
Warna : Tidak berwarna
Rasa : Agak manis
Bau : Tidak Berbau
Pemerian : Cairan kental jernih tidak berwarna
Polimorfisme :-
Ukuran Partikel :-
Kelarutan :Dapat campur dengan air, dengan etanl (95%)P dan denga kloroform P
Tidak dapat dicampur dengan eter minyak tanah P dan minyak Lemak.
Titik lebur : -59⁰C
Titik didih : 188,2⁰C
pKa/ pKb :-
Bobot jenis : 1,035 dan 1,037
pH larutan :-
Konsentrasi : 10%
Stabilitas : Stabil pada suhu rendah, mudah teroksidasi pada suhu tinggi dan tempat
terbuka
Inkompatibilitas : Inkompatible dengan reagen penoksidasi seperti kalium permanganate
Kegunaan : sebagai pelarut campur
1 ) ALAT
3
D. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
Paracetamol dalam 1 sendok obat terdapat 120mg / 5 ml, sedangkan larutan paracetamol harus
dibuat sebanyak 60 ml, maka :
120mg
5 ml X 60 ml = 1440 mg atau 1,44 gram
2). Formulasi 2 (Elixir Paracetamol dengan cara di larutkan oleh pelarut campur)
KD Pel. Campur = % Pel Air x KD Pel Air + % Pel Prop.glicol x KD Pel Prop.glicol
+ % Pel Gliserin x KD gliserin
= 82,5% x 78,5 + 10% x 32 + 7,5% x 42,5
= 71,2
Data Pelarut Campur
E. PROSEDUR
4
1). Formulasi 1
1. Siapkan Alat
2. Timbang Paracetamol 1,44 gram, Kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer dan
tambahkan air 60 ml, kocok,
3. Masukan alkohol dalam buret sampai batas.
4. Titrasikan paracetamol dengan alkohol sedikit demi sedikit sampai paracetamol terlarut.
5. Setelah berubah menjadi bening dan larut hentikan titrasi. Catat volume alkohol yang
terpakai.
6. Hitung KD paracetamol.
2). Formulasi 2
1. Hitung KD pel campur
2. Timbang paracetamol sebanyak 1,44 gr dilarutkan dengan pelarut campur yang telah
ditentukan. (Pelarut Campur)
3. Timbang paracetamol sebanyak 1,44 gr larutkan dalam popilenglikol (1:9) kemudian
kocok, tambahkan gliseril (1:40) dan air (1:70) kocok sampai terlarut. (Pelarut terpisah)
4. Lihat mana yang lebih terlarut sempurna antara pelarut terpisah dan pelarut campur.
F. HASIL PENGAMATAN
5
G. PEMBAHASAN
Pada Praktikum Farmasetika 2 ini dilakukan pembuatan sediaan obat dalam bentuk elixir
paracetamol volume 60 ml dengan 2 metode formulasi. Zat aktif yang digunakan adalah
paracetamol dan zat tambahannya yaitu alkohol, propilenglicol, gliserol, dan air suling sebagai
penambah kelarutan (co-solvensi). Bentuk sediaan yang dihasilkan pada adalah larutan tidak
berwarna
Pada formulasi pertama paracetamol dilarutkan dengan alkohol menggunakan cara titrasi,
dari hasil pengamatan yang didapat terlihat bahwa percobaan tersebut memberikan hasil yang
maksimal dengan paracetamol yang terlarut sempurna. Hal ini dapat dilihat dari kejernihan
sediaan eliksir yang di buat, volume akhir penggunaan alkohol tercatat di angka 9,9 ml. Pada
formulasi kedua ini dilakukan dengan 2 tahap dengan konsentrasi pelarut (82,5% : 10% : 7,5%) ,
yaitu tahap pertama disebut pelarut campur : paracetamol dilarutkan sedikit demi sedikit kedalam
erlenmeyer yang sudah terisi pelarut campur, tahap kedua disebut pelarut terpisah : paracetamol
dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian propilenglicol dimasukan ke dalam erlenmeyer, di
tambahkan gliseril, dan air suling lalu larutan dikocok sampai paracetamol terlarut sempurna.
Dari hasil pengamatan yang didapat, terlihat bahwa percobaan pelarut terpisah lebih maksimal
hasilnya dibandingkan pelarut campur. Hal ini dapat dilihat dari paracetamol yang lebih larut
dalam pelarut terpisah , sedangkan dalam pelarut campur paracetamol masih sukar larut terlihat
masih adanya butir-butiran yang tidak terlarut pada sediaan elixir.
H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta