2. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2012, sekitar 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular
atau sekitar 31 % dari seluruh kematian (WHO, 2015). Gagal jantung merupakan
tahap akhir dari seluruh penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi, penyakit katup jantung dll. Gagal jantung akan meningkatkan morbiditas
Tahun 2008, diperkirakan terdapat 5,7 juta orang Amerika berusia >20 tahun (2,4%)
menderita gagal jantung. Pada tahun 2010, terdapat sekitar 6,6 juta orang Amerika
berusia > 18 tahun (2,8%) yang mengalami gagal jantung. Tahun 2030 diperkirakan
bekerja sama dengan FHS (Frammingham Heart Study), insiden gagal jantung
adalah 10 per 1000 populasi yang berusia lebih dari 65 tahun. Tahun 2008,
mortalitas akibat gagal jantung sebesar 281.437 (124.598 laki-laki dan 156.839
13.395 orang menjalani rawat inap, dan 16.431 orang menjalani rawat jalan di
seluruh rumah sakit di Indonesia dan presentase Case Fatality Rate sebesar 13,42%,
kedua tertinggi setelah infark miokard akut (13,49%) (DEPKES RI, 2009). Menurut
Hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Sumatera Barat sama
dengan di Indonesia, yakni sebesar 0,3% berdasarkan gejala, atau yang terdiagnosis
3. ETIOLOGI
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :
1) Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan
isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) menurun.
2) Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah
ventrikel atau isi sekuncup.
3) Beban volum berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload)
akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel
meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan meningkat
sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah
sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan menurun
kembali.
4) Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan
(demand overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung
di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal
jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
5) Gangguan pengisian (hambatan input).
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam
ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
6) Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
7) Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.
8) Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi
serabut otot jantung.
9) Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
10) Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
11) Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas
elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
4. PATOFISIOLOGI
6. GEJALA KLINIS
Gejala utama ADHF antara lain sesak napas, konngesti, dan kelelahan yang sering tidak
spesifik untuk gagal jantung dan sirkulasi. Gejala – gejala ini juga dapat disebabkan pleh
kondisi lain yang mirip dengan gejala gagal jantung, komplikasi yang diidentifikasikan
pada pasien dengan gejala ini. variasi bentuk penyakit pulmonal termasuk pneumonia,
penyakit paru reaktif dan emboli pulmonal, mungkin sangat sulit untuk dibedakan secara
klinis dengan gagal jantung.
Gambaran
Klinis yang Gejala Tanda
Dominan
Edema perifer/ Sesak napas, Edema Perifer, peningkatan vena jugularis, edema
kongesti kelelahan, pulmonal, hepatomegaly, asites, overload cairan
Anoreksia (kongesti), kaheksia
Edema Sesak napas yang Crackles atau rales pada paru-paru bagian atas,
pulmonal berat saat istirahat efusi, Takikardia, takipnea
Syok Konfusi, Perfusi perifer yang buruk, Systolic Blood Pressure
kardiogenik kelemahan, dingin (SBP) < 90mmHg, anuria atau oliguria
(low output pada perifer
syndrome)
Tekanan darah Sesak napas Biasanya terjadi peningkatan tekanan darah,
tinggi (gagal hipertrofi ventrikel kiri
jantung
hipertensif)
Gagal jantung Sesak napas, Bukti disfungsi ventrikel kanan, peningkatan JVP,
kanan kelelahan edema perifer, hepatomegaly, kongesti usus.
Volume Overload
- Dispneu saat melakukan kegiatan - Hepatosplenomegali, hepatomegali, atau
- Orthopnea splenomegali
- Paroxysmal nocturnal dyspnea - Distensi vena jugular
(PND) - Reflex hepatojugular
- Ronchi - Asites
- Cepat kenyang - Edema perifer
- Mual dan muntah
Hipoperfusi
- Kelelahan - Hipotensi
- Perubahan status mental - Ekstremitas dingin
- Penyempitan tekanan nadi - Perburukan fungsi ginjal
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prognosis pada gagal jantung dapat diperkirakan dengan banyak cara termasuk
dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan cardiopulmonary. Pemeriksaan klinik
merupakan gabungan dari beberapa pemerikasaan diantaranya tes lab dan tes tekanan
darah sebagai perkiraan prognosis. Namun beberapa pemeriksaan klinik hanya untuk
gagal jantung akut. Yang paling penting dalam prognosis adalah memperkirakan
prognosis gagal jantung kronis yaitu dengan cardiopulmonary exercise testing (CPX
testing). CPX testing selalu mengacu pada trasplantasi jantung sebagai indicator
prognosis. Pengujian kerja kardiopulmonary melibatkan pengukuran dari oksigen dan
karbondioksida. Pada umumnya karbondioksida maksimal berkurang sampai 12-14
cc/Kg/min mengindikasikan survival terburuk dan meminta pasien untuk melakukan
trasplantasi jantung. Bila gejala klinik sudah diketahui sejak dini pertolongan segera pada
bayi dan anak akan lebih baik daripada penanganan pada orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh karena belum terjadi perburukan pada miokardium. Ada beberapa faktor
yang menentukan prognosa, yaitu:
a. Waktu timbulnya gagal jantung.
b. Timbul serangan akut atau menahun.
c. Derajat beratnya gagal jantung.
d. Penyebab primer.
e. Kelainan atau besarnya jantung yang menetap.
f. Keadaan paru.
g. Cepatnya pertolongan pertama.
h. Respons dan lamanya pemberian digitalisasi.
i. Seringnya gagal jantung kambuh.
9. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut:
a) Menurunkan kerja jantung
b) Meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miocard
c) Menurunkan retensi garam dan air
d) Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
e) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan
farmakologis
f) Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic diet dan
istirahat
Pelaksanaannya meliputi:
1. Tirah Baring
Kebutuhan pemompaan jantung diturunkan, untuk gagal jantung kongesti tahap akut
dan sulit disembuhkan.
2. Pemberian diuretik
Pemberian terapi diuretik bertujuan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia merespon pembatasan aktivitas,
digitalis dan diet rendah natrium.
3. Pemberian morphin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran
balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
4. Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien
dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan
volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan
pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
5. Terapi vasodilator
Obat-obat vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal
jantung. Obat ini berfungsi untuk memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan dan dapat dicapai penurunan dramatis kongesti paru dengan cepat.
6. Terapi digitalis
Digitalis adalah obat utama yang diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas
(inotropik) jantung dan memperlambat frekuensi ventrikel serta peningkatam
efisiensi jantung. Ada beberapa efek yang dihasilkan seperti : peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah, dan peningkatan diuresis yang
mengeluarkan cairan dan mengurangi edema.
7. Inotropik positif
a. Dopamin
Pada dosis kecil 2,5 s/d 5 mg/kg akan merangsang alpha-adrenergik beta-
adrenergik dan reseptor dopamine ini mengakibatkan keluarnya katekolamin
dari sisi penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung dan isi
sekuncup. Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis maximal
10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban
kerja jantung.
b. Dobutamin
Merangsang hanya betha adrenergik. Dosis mirip dopamine memperbaiki isi
sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokonstriksi dan tachicardi.
8. Dukungan diet (pembatasan natrium)
Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema,
seperti pada hipertensiatau gagal jantung. Dalam menentukan ukuran sumber
natrium harus spesifik dan jumlahnya perlu diukur dalam milligram.
a. Keluhan Utama
Pasien dengan gagal jantung biasanya datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak
napas, nyeri dada yang berat
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Pasien dengan gagal jantung biasanya memiliki riwayat hipertensi, DM, penyakit
katup jantung, penyakit arteri koroner.
c. Keadaan Umum
Adanya kelelahan/kelemahan, tingkat kesadaran baik hingga penurunan kesadaran,
takikardi dengan tekanan darah yang meningkat ataupun menurun, dan sesak napas
d. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
Pola Pemeliharaan Kesehatan
Jarang berolahraga, konsumsi kafein, alkohol, makanan berlemak, gula, jarang
melakukan pemeriksaan kesehatan.
Pola Nutrisi Metabolic
Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses, lemak, gula dan kafein, distensi abdomen (asites); edema (umum,
dependen, tekanan, pitting)
Pola Eliminasi
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
Pola Aktivitas dan Latihan
Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, nyeri dada dengan aktivitas,
dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga, gelisah, letargi, tanda vital
berubah pada aktivitas.
Pola Tidur dan Istirahat
Insomnia, kesulitan memulai tidur, kualitas tidur tidak terpenuhi karena sesak
napas dan nyeri
Pola Persepsi Diri
Pasien dengan gagal jantung dapat mengalami penurunan kualitas hidup
Pola Seksual Reproduksi
Aktivitas seksual menurun karena keterbatasan aktivitas yang dapat dilakukan.
Pola Peran Hubungan
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas soial.
Pola Manajemen Koping Stres
Perubahan perilaku, mudah tersinggung, ansietas, takut, stres yang berhubungan
dengan penyakit/keprihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).
Sistem Nilai dan Keyakinan
Selalu berdoa hingga menyangkal penyakit yang dialami
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan : Hiperventilasi Penurunan
energi/kelelahan.
2) Gangguan Pertukaran gas Berhubungan dengan : perubahan membran kapiler-
alveolar
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung,
perubahan preload, after load
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia (kurangnya suplai darah ke
miokardium, perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi asam laktat)
5) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan regulasi cairan akibat
gangguan kontraktilitas jantung
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan tubuh
7) Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
2. RENCANA TINDAKAN
1. EVALUASI
No.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx
1. Pola Nafas tidak efektif 1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal
berhubungan dengan : (16-20 kali/menit)
- Hiperventilasi 2. Irama pernapasn normal
- Penurunan energi/kelelahan 3. Kedalaman pernapasan normal
Arif. M. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T. Heather. 2017. Diagnosa keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 oleh
NANDA International. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition. St. Louis
Missouri: Mosby Elsevier
Price, SA. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8,
Volume 3. Jakarta: EGC
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC