Llaporan Pendahuluan Syok Kardiogenik
Llaporan Pendahuluan Syok Kardiogenik
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak mencukupi dan mengalami
kerusakan perfusi jaringan (Muttaqin, 2009).
Keadaan hipoperfusi ini memperburuk penghantaran oksigen dan zat-zat gizi,
dan pembuangan sisa-sisa metabolic pada tingkat jaringan. Hipoksia jaringan akan
menggeser metabolisme dan jalur oksidatif ke jalur anaerobic, yang mengakibatkan
pembentukan asam laktat. Kekacauan metabolism yang progresif menyebabkan syok
menjadi berlarut-larut, yang pada puncaknya akan menyebabkan kemunduran sel dan
kerusakan multisystem (Muttaqin, 2009).
2.1.2 Etiologi
Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan, gangguan
atau cedera pada jantung yang menghambat kemampuan jantungg untuk berkontraksi
secara efektif dan memompa darah. Pada syok kardiogenik, jantung mengalami
kerusakan berat sehingga tidak bisa secara efektif memperfusi dirinya sendiri atau
organ vital lainnya. Ketika keadaan tersebut terjadi, jantung tidak dapat memompa
darah karena otot jantung yang mengalami iskemia tidak dapat memompa secara
efektif. Pada kondisi iskemia berkelanjutan, denyut jantung tidak berarturan dan curah
jantung menurun secara drastic (Yudha, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya syok kardiogenik adalah :
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah dan curah
jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat kegagalan
mekanisme kompensasi. Jantung akan melakukan yang terbaik pada setiap
kondisi, sampai akhirnya pompa jantung tidak dapat memperfusi dirinya sendiri
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus menerus
akan dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah sistolik dan curah jantung
menurun karena denyut jantung yang terlalu cepat menurunkan waktu pengisian
ventrikel. Takikardia ventrikel dan fibrasi ventrikel dapat terjadi karena iskemia
miokardium setelah infark miokardium akut
7
2.1.3 Patofisiologi
Syok kardiogenik di tandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan. Nekrosis fokal diduga merupakan akibat dari ketidakseimbangan yang terus-
menerus antara kebutuhan suplai oksigen miokardium. Pembuluh coroner yang
terserang juga tidak mampu meningkatkan aliran darah secara memadai sebagai
respons terhadap peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung oleh
aktivitas respons kompensatorik seperti perangsang simpatik. Kontraktilitas ventrikel
kiri dan kinerjanya menjadi sangat terganggu akibat dari proses infark. Pertahanan
perfusi jaringan menjadi tidak memadai, karena ventrikel kiri gagal bekerja sebagai
pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung dengan baik. Maka dimulailah
siklus yang terus berulang. Siklus dimulai saat terjadinya infark yang berkelanjut
dengan gangguan fungsi miokardium (Muttaqin, 2009).
Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolism dan terjadi asidosis metabolic pada miokardium
yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang berakibat pada
penurunan volume sekuncup yang di keluarkan oleh ventrikel. Penurunan curah
jantung dan hipotensi arteria disebabkan karena adanya gangguan fungsi miokardium
yang berat. Akibat menurunnya perfusi coroner yang lebih lanjut akan mengakibatkan
hipoksia miokardium yang bersiklus ulang pada iskemia dan kerusakan miokardium
ulang. Dari siklus ini dapat di telusuri bahwa siklus syok kardiogenik ini harus di putus
sedini mungkin untuk menyelamatkan miokardium ventrikel kiri dan mencegah
8
Keluhan dada pada infark miokard akut biasanya didaerah substernal, rasa seperti
ditekan, diperas, diikat, rasa dicekik, dan disertai rasa takut. Rasa nyeri menjalar ke
leher, rahang, lengan dan punggung. Nyeri biasanya hebat dann berlangsung lebih dari
½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogeenik yang berasal
dari penyakit jantung lainnya, keluhan sesuai dengan penyakit dasarnya.
Tanda penting yang muncul pada syok kardiogenik adalah sebagai berikut (Yudha,
2011) :
d. Sianosis pada bibir dan bantalan kuku : stagnasi darah di kapiler setelah oksigen
yang tersedia di keluarkan
e. Peningkatan CVP (tekanan vena sentral) dan PWCP ( tekanan baji kapiler
pulmonal ) : pompa yang mengalami kegagalan tidak mampu memompa darah,
tetapi darah tetap masuk ke jantung, menambah jumlah darah di dalam jantung,
sehingga meningkatkan preload
2.1.5 Klasifikasi
Menurut Muttaqin 2009 Syok dapat dibagi menjadi tiga tahap yang semakin
lama semakin berat :
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif) ditandai dengan respons
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran lebih lanjut
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manisfestasi sistemis dari hipoperfusi
dan keemunduran fungsi organ
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
pdapat lagi dihindari, yang pad akhirnya menuju ke kematian
2.1.6 Komplikasi
Menurut buku yang di tulis oleh Aspiani 2015 komplikasi yang muncul dari
syok kardiogenik adalah :
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penanganan Syok kardiogenik yaitu kegawadaruratan yang
memerlukan terapi resusitasi segera sebelum syok merusak organ secara
irreversible (Asikin et all, 2016).
1. Penanganan awal : resusitasi cairan, oksigenasi dan proteksi jalan nafas,
koreksi hipovolemia dan hipotensi
2. Intervensi farmakologi :
sesuai penyebabnya, misalnya infark miokard atau sindrom
coroner akut diberikan aspirin dan heparin
obat vasokontriksi, misalnya dopamine, epinefrin, dan
norepinefrin
mempertahankan tekanan darah yang adekuat untuk
mempertahankan perfusi jaringan dan volume intravaskuler
3. Farmakologi
Syok kardiogenik, setelah tercapainya preload yang optimal,
sering kali dibutuhkan inotropic untuk memperbaiki kontraktilitas dan
obat lain untuk menurunkan afeterload.
a. Katekolamin
Hormone yang termasuk dalam kelompok ini yaitu adrenalin
(epinefrin), noradrenalin (norepinephrine), isoproterenol, dopamine
dan dobutamine. Golongan obat ini akan menaikkan tekanan arteri,
perfusi coroner, kontraktilitas dan kenaikkan denyut jantung, serta
vasontriksi perifer. Kenaikan tekanan arteri akan meningkatkan
konsumsi oksigen, serta kerja yang tidak diinginkan berpotensi
mengakibatkan aritmia.
b. Adrenalin, noradrenalin dan isoproterenol
Hormone ini memiliki aktivitas stimulasi alfa yang kuat. Ketiga
obat tersevut memiliki aktivitas kronotropik. Stimulasi alfa yang
kuat menyebabkan vasokontriksi yang kuat, sehingga
12
sehingga hidangan itu bia dinikmati tanpa berisiko terhadap efek kesehatan yang lain
(Ramayulis, 2016).
Kenaikan kadar lemak dalam darah dikoreksi dengan pengurangan jumlah total lemak
yang dimakan dan modifikasi jenis lemak tersebut. Modifikasi diet pada gangguan
system jantung dan peredaran darah dilakukan berdasarkan pada tiga prinsip :
1. Nilai kalori dalam diet dikurangi bila pasien bertubuh gemuk atau overweight
2. Jika pasien memperlihatkan gejala edema biasanya digunakan preparat diuretic
untuk mengurangi volume cairan ekstraseluler. Volume cairan ekstraseluler
ditentukan oleh kandungan natriumnya. Preparat diuretic bekerja mencegah
penyerapan kembali natrium oleh tubulus ginjal. Kadang-kadang sebagai
tindakan pelengkap, diperlukan pula pembatasan konsumsi natrium.
3. Baik jumlah total lemak dalam makanan maupun proporsi yang dihasilkan oleh
lemak jenuh harus dikurangi kalau kadar lipid serum meningkat. Jika kadar
fraksi lipid yang mengandung kolesterol itu naik, konsumsi kolesterol dari
makanan harus dibatasi
1. Garam digunakan dalam jumlah minimal (tidak lebih dari ½ sendok teh atau
2 gram sehari) dalam waktu memasak
2. Dimeja makan tidak boleh ditambahkan lagi garam dapur ataupun bahan
penyedap yang mengadung natrium, seperti bumbu masak, kecap, saus
tomat dan lain-lain
3. Konsumsi susu sapi harus dibatasi dan tidak lebih dari 500 ml per hari.
Kalau mungkin, susu sapi diganti dengan dengan susu nabati seperti susu
kedelai yang kandungan natriumnya sangat sedikit
4. Makanan berikut juga harus dihindari : makanan yang asin, sayuran dan
buah yang diasinkan, berbagai bahan penyedap aditif (garam dapur, bumbu
masak, soda kue, kecap, saus tomat dll), makanan camilan yang diolah
dengan soda kue atau garam dapur dan makanan nabati yang diasinkan
5. Untuk mengatasi rasa hambar pada diet rendah garam, dianjurkan
penggunaan bumbu yang tidak mengandung natrium seperti gula, cuka,
bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, salam dll. Dapat juag
menggunakan garam khusus diet (slim and fit) yang terutama mengandung
kaium klorida
terdapat di dalam minyak nabati, seperti minyak jagung dan minyak kedelai relative
lebih sedikit. Penurunan kadar kolesterol darah dimungkinkan dengan cara mengurangi
konsumsi lemak hewani. Konsumsi kolesterol setiap hari dapat dikendaikan dengan
cara :