Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Syok Kardiogenik


2.1.1 Definisi
Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat yang ketika
berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini dapat dikaitkan dengan
metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu, syok merupakan kegagalan sirkulasi
perifer yang menyeluruh sehingga perfusi jaringan menjadi tidak adekuat. Syok
kardiogenik merupakan suatu kondisi dimana terjadi hipoksia jaringan sebagai akibat
dari menurunnya curah jantung, meskipun volume intravaskuler cukup. Sebagian besar
kondisi syok ini disebabkan oleh infark miokard akut (Asikin et all, 2016).
Pendapat lain mengatakan bahwa syok kardiogenik adalah kelainan jantung
primer yang menyebabkan kelainan fungsi jaringan yang tidak cukup untuk
mendistribusi bahan makanan dan mengambil sisa metabolisme. Syok kardiogenik
adalah syok yang disebabkan oleh ketidakadekuatan perfusi jaringan akibat dari
kerusakan fungsi ventrikel. Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung
mengalirkan cukup darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, akibat
dari gangguan fungsi pompa jantung (Aspiani, 2015).
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis
yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manisfestasi
hemodinamika yang bervariasi ; tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya
perfusi jaringan ketika kemampuan jantung untuk memompa darah mengalami
kerusakan. Curah jantung merupakan fungsi baik untuk volume sekuncup maupun
frekuensi jantung. Jika volume sekuncup dan frekuensi jantung menurun atau menjadi
tidak teratur, tekanan darah akan turun dan perfusi jaringan akan terganggu. Bersama
dengan jaringan dan organ lain mengalami penurunan suplai

5
6

darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak mencukupi dan mengalami
kerusakan perfusi jaringan (Muttaqin, 2009).
Keadaan hipoperfusi ini memperburuk penghantaran oksigen dan zat-zat gizi,
dan pembuangan sisa-sisa metabolic pada tingkat jaringan. Hipoksia jaringan akan
menggeser metabolisme dan jalur oksidatif ke jalur anaerobic, yang mengakibatkan
pembentukan asam laktat. Kekacauan metabolism yang progresif menyebabkan syok
menjadi berlarut-larut, yang pada puncaknya akan menyebabkan kemunduran sel dan
kerusakan multisystem (Muttaqin, 2009).

2.1.2 Etiologi
Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan, gangguan
atau cedera pada jantung yang menghambat kemampuan jantungg untuk berkontraksi
secara efektif dan memompa darah. Pada syok kardiogenik, jantung mengalami
kerusakan berat sehingga tidak bisa secara efektif memperfusi dirinya sendiri atau
organ vital lainnya. Ketika keadaan tersebut terjadi, jantung tidak dapat memompa
darah karena otot jantung yang mengalami iskemia tidak dapat memompa secara
efektif. Pada kondisi iskemia berkelanjutan, denyut jantung tidak berarturan dan curah
jantung menurun secara drastic (Yudha, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya syok kardiogenik adalah :
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah dan curah
jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat kegagalan
mekanisme kompensasi. Jantung akan melakukan yang terbaik pada setiap
kondisi, sampai akhirnya pompa jantung tidak dapat memperfusi dirinya sendiri
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus menerus
akan dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah sistolik dan curah jantung
menurun karena denyut jantung yang terlalu cepat menurunkan waktu pengisian
ventrikel. Takikardia ventrikel dan fibrasi ventrikel dapat terjadi karena iskemia
miokardium setelah infark miokardium akut
7

3. Gagal Jantung Stadium Akhir : jaringan parut di miokardium akibat serangan


jantung sebelumnyaa, dilatasi ventrikel, dan iskemia miokardium kronis merusak
otot jantung, dan gerak dinding menjadi tidak terkoordinasi (ruang ventrikel tidak
padat memompa secara bersamaan.

2.1.3 Patofisiologi
Syok kardiogenik di tandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan. Nekrosis fokal diduga merupakan akibat dari ketidakseimbangan yang terus-
menerus antara kebutuhan suplai oksigen miokardium. Pembuluh coroner yang
terserang juga tidak mampu meningkatkan aliran darah secara memadai sebagai
respons terhadap peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung oleh
aktivitas respons kompensatorik seperti perangsang simpatik. Kontraktilitas ventrikel
kiri dan kinerjanya menjadi sangat terganggu akibat dari proses infark. Pertahanan
perfusi jaringan menjadi tidak memadai, karena ventrikel kiri gagal bekerja sebagai
pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung dengan baik. Maka dimulailah
siklus yang terus berulang. Siklus dimulai saat terjadinya infark yang berkelanjut
dengan gangguan fungsi miokardium (Muttaqin, 2009).
Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolism dan terjadi asidosis metabolic pada miokardium
yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang berakibat pada
penurunan volume sekuncup yang di keluarkan oleh ventrikel. Penurunan curah
jantung dan hipotensi arteria disebabkan karena adanya gangguan fungsi miokardium
yang berat. Akibat menurunnya perfusi coroner yang lebih lanjut akan mengakibatkan
hipoksia miokardium yang bersiklus ulang pada iskemia dan kerusakan miokardium
ulang. Dari siklus ini dapat di telusuri bahwa siklus syok kardiogenik ini harus di putus
sedini mungkin untuk menyelamatkan miokardium ventrikel kiri dan mencegah
8

perkembangan menuju tahap irreversible dimana perkembangan kondisi bertahap akan


menuju pada aritmia dan kematian (Muttaqin, 2009).

2.1.4 Manisfestasi Klinis


Menurut buku Aspiani 2015 timbulnya syok kardiogenik dengan infark
miokard akut dapat dikategorikan dalam beberapa tanda dan gejala berikut:
1. Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setlah infark akibat gangguan
miokard miokard atau rupture dinding bebas ventrikel kiri
2. Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark berulang
3. Timbulnya tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai timbulnya
bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektro mekanik. Episode ini
disertai atau tanpa nyeri dada, tetapi sering disertai dengan sesak napas akut

Keluhan dada pada infark miokard akut biasanya didaerah substernal, rasa seperti
ditekan, diperas, diikat, rasa dicekik, dan disertai rasa takut. Rasa nyeri menjalar ke
leher, rahang, lengan dan punggung. Nyeri biasanya hebat dann berlangsung lebih dari
½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogeenik yang berasal
dari penyakit jantung lainnya, keluhan sesuai dengan penyakit dasarnya.

Tanda penting yang muncul pada syok kardiogenik adalah sebagai berikut (Yudha,
2011) :

a. Takikardia : Jantung berdenyut lebih cepat karena stimulasi simpatis yang


berusaha untuk meningkatkan curah jantung. Namun, hal ini akan menambah
beban kerja jantung dan meningkatkan konsumsi oksigen yang menyebabkan
hipoksia miokardium
b. Kulit pucat dan dingin : vasokontriksi sekunder akibat stimulasi simpatis
membawa aliran darah yang lebih sedikit (warna dan kehangatan) ke kulit
c. Berkeringat : stimulasi simpatis mengakibatkan kelenjar keringat
9

d. Sianosis pada bibir dan bantalan kuku : stagnasi darah di kapiler setelah oksigen
yang tersedia di keluarkan
e. Peningkatan CVP (tekanan vena sentral) dan PWCP ( tekanan baji kapiler
pulmonal ) : pompa yang mengalami kegagalan tidak mampu memompa darah,
tetapi darah tetap masuk ke jantung, menambah jumlah darah di dalam jantung,
sehingga meningkatkan preload

2.1.5 Klasifikasi
Menurut Muttaqin 2009 Syok dapat dibagi menjadi tiga tahap yang semakin
lama semakin berat :
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif) ditandai dengan respons
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran lebih lanjut
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manisfestasi sistemis dari hipoperfusi
dan keemunduran fungsi organ
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
pdapat lagi dihindari, yang pad akhirnya menuju ke kematian

2.1.6 Komplikasi
Menurut buku yang di tulis oleh Aspiani 2015 komplikasi yang muncul dari
syok kardiogenik adalah :

1. Henti jantung paru


2. Disritmia
3. Gagal multisystem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli
10

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mendukung penegakan
diagnosis syok kardiogenik adalah sebagai berikut (Asikin, 2016):

1. EKG : untuk mengetahui adanya infark miokard dan/atau iskemia miokard


2. Rongent Dada : menyingkirkan penyebab syok atau nyeri dada lainnya.
Klien dengan syok kardiogenik sebagian besar menunjukkan adanya gagal
ventrikel kiri.
3. Kateterisasi Jantung : Menentukan penyebab dan jenis syok dengan melihat
tekanan kapiler paru dan indeks jantung
4. Enzim Jantung : mengetahui syok kardiogenik disebabkan oleh infark
miokard akut. Enzim jantung dapat berupa kreatinin kinase, troponin,
myoglobin dan LDH
5. Hitung Darah Lengkap : melihat adanya anemia, infeksi atau koagulopati
akibat sepsis yang mendasari terjadinya syok kardiogenik
6. Ekokardiografi : menentukan penyebab syok kardiogenik dengan melihat
fungsi sistolik dan diastolik jantung

Terdapat beberapa tambahan pemeriksaan penunjang pada syok


kardiogenik menurut pendapat Yudha 2011 :

1. Pemindaian Jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan


gerakan jantung
2. Elektrolit : mungkin berubah karena perrpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi deuretik
3. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif memperburuk penyakit paru obstruktif menahun (POM)
4. AGD : gagal ventrikel kiri diatandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksiemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida
11

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penanganan Syok kardiogenik yaitu kegawadaruratan yang
memerlukan terapi resusitasi segera sebelum syok merusak organ secara
irreversible (Asikin et all, 2016).
1. Penanganan awal : resusitasi cairan, oksigenasi dan proteksi jalan nafas,
koreksi hipovolemia dan hipotensi
2. Intervensi farmakologi :
 sesuai penyebabnya, misalnya infark miokard atau sindrom
coroner akut diberikan aspirin dan heparin
 obat vasokontriksi, misalnya dopamine, epinefrin, dan
norepinefrin
 mempertahankan tekanan darah yang adekuat untuk
mempertahankan perfusi jaringan dan volume intravaskuler
3. Farmakologi
Syok kardiogenik, setelah tercapainya preload yang optimal,
sering kali dibutuhkan inotropic untuk memperbaiki kontraktilitas dan
obat lain untuk menurunkan afeterload.
a. Katekolamin
Hormone yang termasuk dalam kelompok ini yaitu adrenalin
(epinefrin), noradrenalin (norepinephrine), isoproterenol, dopamine
dan dobutamine. Golongan obat ini akan menaikkan tekanan arteri,
perfusi coroner, kontraktilitas dan kenaikkan denyut jantung, serta
vasontriksi perifer. Kenaikan tekanan arteri akan meningkatkan
konsumsi oksigen, serta kerja yang tidak diinginkan berpotensi
mengakibatkan aritmia.
b. Adrenalin, noradrenalin dan isoproterenol
Hormone ini memiliki aktivitas stimulasi alfa yang kuat. Ketiga
obat tersevut memiliki aktivitas kronotropik. Stimulasi alfa yang
kuat menyebabkan vasokontriksi yang kuat, sehingga
12

meningkatkan tekanan dinding miokard yang dapat mengganggu


aktivitas inotropic. Isoproterenol merupakan vasodilator kuat, serta
cenderung menurunkan aliran darah dan tekanan perfusi coroner.
Isoproterenolakan meningkatkan kontraktilitas miokard dan laju
jantung, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen miokard yang sangat berbahaya pada syok kardiogenik
c. Dopamine
Dopamine mempengaruhi stimulasi reseptor beta 1 pada dosis 5-
10µg/kgBB/menit, sehingga terdapat peningkatan kontraktilitas
dan denyut jantung, sedangkan pada dosis > 10µg/kgBB/menit,
reseptor alfa 1 yang menyebabkan peningkatkan tekanan arteri
sistemik dan tekanan darah akan distimulasi oleh dopamine.
Dopamine adalah prekusor endogen noradrenalin, yang
menstimulasi reseptor beta, alfa, dan dopaminergic. Dopamine
menyebabkan vasodilatasi ginjal, menseterika dan coroner pada
dosis < 5 µg/kg/menit. Takikardia merupakan efek samping dari
dopamine.
d. Dobutamine
Dobutamine merupakan katekolamin inotropic standart yang
digunakan sebagai pembanding. Efek dobutamine terbatas pada
tekanan darah. Dobutamine juga meningkatkan curah jantung tanpa
pengaruh bermakna pada tekanan darah. Oleh karena itu, tahanan
vaskulat sistemik, tekanan vena dan denyut jantung menurun,
sehingga umumnya menandakan adanya hipovolemia. Dobutamin
terutama bekerja pada reseptor beta dengan rentan dosis 2-40
mcg/kgBB/menit. Pada dosis tersebut, dobutamin akan
meningkatkan kontraktilitas dengan sedikit efek kronotropik tanpa
vasokontriksi.
4. Mechanical Circulatory Support
13

Digunakan pada pengidap yang tidak responsive dengan pengobatan


yang telah diberikan.
a. Intra-aortic Ballon Pump (IABP)
IABP dapat mengurangi afterload ventrikel kiri sistolik dan
mengurangi tekanan perfusi coroner diastolic, sehingga
meningkatkan output jantung dan aliran darah arteri coroner. IABP
dimasukkan melalui arteri besar dengan bantuan fluoroskopi yang
disinkronisasikan dengan EKG. Saat diastolic balon akan di
kembangkan yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan diastolic,
sehingga akan memperkuat aliran darah koroner dan perfusi koroner
menjadi baik. Saat sebelum sistolik ventrikel balon dikempiskan
yang akan menurunkan tekanan aorta dan ventrikel afterload.
b. Ventricular Assist Device (VAD)
VAd dapat mendukung hemodinamika jangka pendek untuk
reperfusi. VAD digunakan setelah oklusi coroner akut sehingga
terjadi reduksi preload ventrikel kiri, meingkatkan aliran darah
miokard dan memperbaiki fungsi jantung secara umum
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pencegahan syok kardiogenik adalah salah satu tanggung jawab utama
perawat di area keperawatan kritis. Tindakan pencegahan teermasuk
mengidentifikasi pasien pada resiko dan pengkajian serta manajemen status
kardiopulmoner pasien. Pasien dalam syok kardiogenik mungkin memiliki
sejumlah diagnosis keperawatan, tergantung pada perkembangan penyakit
Prioritas keperawatan diarahkan terhadap :
1. Membatasi permintaan oksigen miokard
2. Peningkatan pasokan oksigen miokard
3. Mempromosikan kenyamanan dan dukungan emosi
4. Mempertahankan pengawasan terhadapp komplikasi

Langkah-langkah untuk membatasi kebutuhan oksigen miokard meliputi :


14

1. Pemberian analgesic, sedative, dan agens untuk mengontrol afterload dan


disritmia
2. Posisikan pasien untuk kenyamanan
3. Membatasi aktivitas
4. Menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
5. Memberikan dukungan untuk mengurangi kecemasan
6. Memberikan pemahaman kepada pasien tentang kondisinya

Pengukuran untuk meningkatkan suplai oksigen miokard mencakup


pemberian oksigen tambahan, pemantauan status pernapasan pasien dan
memberikan obat yang diresepkan. Manajemen keperawatan yang efektif dari
syok kardiogenik membutuhkan pemantauan yang tepat dan pengelolaan SDM,
preload, afterload dan kontraktilitas. Hal ini dapat dicapai melalui pengukuran
akurat dari variable hemodinamik dan pengontrolan pemberian cairan serta
inotropic dan agen vasoaktif. Hasil penilaian dan pengelolaan fungsi
pernapasan juga penting untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat
(Aspiani, 2015).

2.2 Konsep Pola Diet


2.2.1 Definisi
Diet dalam arti yang sesungguhnya adalah menyesuaikan asupan pola makan
dengan aktivitas yang kita jalani setiap harinya. Diet seringkali disalah artikan dengan
definisi mengurangi asupan makanan untuk menurunkan berta badan (Adya, 2011).
Diet atau pengaturan makanan mempunyai makna yang luas tidak hanya sekadar
membatasi makanan. Ada kalanya saat berdiet seseorang mesti menambah jumlah
makanan yang harus dikonsumsi untuk tujuan kesehatan tertentu. Diet adalah (a)
menyesuaikan jumlah makanan dan waktu makan dengan kemampuan tubuh untuk
memprosesnya (b) memadupadankan jenis makanan sehingga mempunyai nilai lebih
dalam upaya penyembuhan suatu penyakit, serta (c) memodifikasi teknik pengolahan
15

sehingga hidangan itu bia dinikmati tanpa berisiko terhadap efek kesehatan yang lain
(Ramayulis, 2016).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Diet


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan antara lain faktor
budaya, agama/ kepercayaan, status social ekonomi, personal preference, rasa lapar,
nafsu makan, rasa kenyang dan kesehatan (Hanifah, 2011).
1. Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.
Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkan.
Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk
orang-orang Italia, curry (kari) untuk orang-orang India merupakan
makanan pokok, selain makanan-makanan lain yang mulai ditinggalkan.
Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat sepanjang pesisir Amerika
Utara, sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan lebih menyukai
makanan goreng-gorengan.
2. Agama/ Kepercayaan
Agama/kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.
Sebagai contoh, agama islam dan Yahudi Orthodoks mengharamkan
daging babi. Agama Roma Katolik melarang makan daging setiap hari, dan
beberapa aliran agama (Protestan) melarang pemeluknya mengkonsumsi
teh, kopi atau alkohol.
3. Status social ekonomi
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turu dipengaruhi
oleh status social dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah ke
bawah atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi,
daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi
seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal harganya.
16

Kelompok social juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan, mislanya


kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan
kelompok kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan
pizza.
4. Personal preference
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap
kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan
makannya sejak dari masa kanak-kanan hingga dewasa.
5. Rasa lapar, nafsu makan, dan rasa kenyang
Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan
karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu
makan merupakan sensasi yang menyenagkan berupa keinginan seseorang
untuk makan. Rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah
memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan
mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh system
saraf pusat, yaitu hipotalamus.
6. Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan.
Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih
makanan yang lembut. Orang yang kesulitan menelan, memilih menahan
lapar daripada makan. Fakta menunjukkan bahwa orang-orang zaman
dahulu memiliki tubuh yang sehat, padahal waktu itu belum ada teori
mengenai pengertian pola hidup sehat. Mereka justru jarang terkena
penyakit dan berusia relative lebih panjang ketimbang manusia masa kini.
Zaman modern seperti sekarang ini kebalikan dari zaman dahulu, banyak
orang meninggal di usia muda dengan berbagai komplikasi penyakit.
Menurut data WHO, tujuh puluh persen kematian dini disebabkan oleh
penyakit jantung, stroke, kanker dan diabetes. Separuh dari jumlah
tersebut terkait dengan pola makan yang buruk. Pola makan modern
merupakan pemicu utama timbulnya penyakit-penyakit
17

degenerative seperti kanker, serangan jantung, stroke dan sebagainya.


Beberapa pola makan modern yang tidak sesuai dengan pengertian pola
hidup sehat antara lain:
1. Terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat dan lemak serta kurang
mengkonsumsi serat
2. Sering menyantap fast food (makanan cepat saji) yang banyak
mengandung pengawet, penyedap rasa, lemak dan kalori kosong
3. Kebiasaan ngemil berlebihan

2.2.3 Makanan Yang Sehat


Makanan sehat menurut ahli gizi mengandung empat macam makanan, yaitu:
makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah (Hanifah, 2011).
1. Makanan pokok
Makanan pokok banyak mengandung karbohidrat (zat tepung). Sumber
karbohidrat bisa didapatkan dari nasi, jagung, roti, singkong dan sagu.
Karbohidrat sangat diperlukan oleh tubuh sebagai sumber tenaga. Sumber
tenaga ini membantu untuk melakukan segala aktvitas atau kegiatan.
2. Lauk Pauk
Lauk pauk banyka mengandung protein dan lemak yang digunakan untuk
membangun tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak. Sumber protein yang
termasuk dalam lauk pauk adalah daging, ikan, ayam, tempe, tahu dan lain-lain.
3. Sayur dan Buah
Sayur dan buah banyak mengandung vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral
ini dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga tubuh dan tidak mudah terserang
penyakit. Contohnya sayur adalah bayam, kangkung, wortel dll.

2.2 Diet Pada Penyakit Kardiovaskuler


2.2.1 Tujuan Diet
Menurut Buku yang ditulis oleh Ayu D 2009, tujuan diet penyakit jantung
adalah :
18

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung


2. Menrunkan berat badan bila terlalu gemuk
3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air

2.2.2 Syarat Diet


Syarat-syarat diet penyakit jantung adalah sebagai berikut ( Ayu, 2009) :

1. Energy cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal


2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kgBB
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total, 10% berasal dari
lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipiedmia ‘
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium,
kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai dengan hipertensi atau edema
7. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi
9. Cairan cukup, ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam
piring kecil
11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi

2.2.3 Prinsip Diet


Diet memegang peranan peting dalam pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit kardiovaskuler. Pada penderita penyakit kardiovaskluer sering memiliki
tubuh yang gemuk (obese) dan kadar lemak darah yang tinggi. Untuk mengurangi berat
badannya, kandungan energi dalam makanan pasien yang obese harus dibatasi.
19

Kenaikan kadar lemak dalam darah dikoreksi dengan pengurangan jumlah total lemak
yang dimakan dan modifikasi jenis lemak tersebut. Modifikasi diet pada gangguan
system jantung dan peredaran darah dilakukan berdasarkan pada tiga prinsip :
1. Nilai kalori dalam diet dikurangi bila pasien bertubuh gemuk atau overweight
2. Jika pasien memperlihatkan gejala edema biasanya digunakan preparat diuretic
untuk mengurangi volume cairan ekstraseluler. Volume cairan ekstraseluler
ditentukan oleh kandungan natriumnya. Preparat diuretic bekerja mencegah
penyerapan kembali natrium oleh tubulus ginjal. Kadang-kadang sebagai
tindakan pelengkap, diperlukan pula pembatasan konsumsi natrium.
3. Baik jumlah total lemak dalam makanan maupun proporsi yang dihasilkan oleh
lemak jenuh harus dikurangi kalau kadar lipid serum meningkat. Jika kadar
fraksi lipid yang mengandung kolesterol itu naik, konsumsi kolesterol dari
makanan harus dibatasi

2.2.4 Diet Rendah Natrium


Natrium merupakan unsur alami yang terdapat pada semua bahan pangan.
Daging, ikan, susu dan telur mengandung lebih banyak natrium daripada buah-buahan,
sereal, dan sayur-mayur. Natrium merupakan konstituen dalam garam dapur (dnatrium
klorida) yang lazim digunakan untuk memasak dan disediakan di meja makan sebagai
penambah rasa. Natrium juga menjadi komponen beberapa bahan penyedap makanan
dan aditif seperti bumbu masak (monosodium glutamate), soda kue (natrium
bikarbonat). Unsur ini juga terdapat dalam bahan pegawet makanan seperti natrium
benzoate dan natrium suffit (sendawa).

Kadungan natrium dalam makanan semakin meningkat dengan diterapkannya


berbagai cara pengawetan seperti penambahan garam dalam pembuatan ikan asin, ebi,
ham, lidah asap dan keju. Demikian pula buah-bauhan dan sayuran yang di asinkan,
acar dan sayuran yang disimpan dalam botol atau kaleng.
20

2.2.5 Diet Rendah Garam


Diet ini dapat dipakai untuk mengatasi hipertensi primer, khususnya hipertensi
ringan. Pada sebagian orang, hipertensi timbul pada bersamaan dengan konsumsi
garam yang tinggi. Modifikasi berikut dilakukan pada diet yang normal :

1. Garam digunakan dalam jumlah minimal (tidak lebih dari ½ sendok teh atau
2 gram sehari) dalam waktu memasak
2. Dimeja makan tidak boleh ditambahkan lagi garam dapur ataupun bahan
penyedap yang mengadung natrium, seperti bumbu masak, kecap, saus
tomat dan lain-lain
3. Konsumsi susu sapi harus dibatasi dan tidak lebih dari 500 ml per hari.
Kalau mungkin, susu sapi diganti dengan dengan susu nabati seperti susu
kedelai yang kandungan natriumnya sangat sedikit
4. Makanan berikut juga harus dihindari : makanan yang asin, sayuran dan
buah yang diasinkan, berbagai bahan penyedap aditif (garam dapur, bumbu
masak, soda kue, kecap, saus tomat dll), makanan camilan yang diolah
dengan soda kue atau garam dapur dan makanan nabati yang diasinkan
5. Untuk mengatasi rasa hambar pada diet rendah garam, dianjurkan
penggunaan bumbu yang tidak mengandung natrium seperti gula, cuka,
bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, salam dll. Dapat juag
menggunakan garam khusus diet (slim and fit) yang terutama mengandung
kaium klorida

2.2.6 Diet Rendah Lemak Terbatas


Sejumlah penelitian yang membandingkan berbagai populasi pada berbagai
bagian dunia telah memperlihatkan bahwa kadar kolesterol darah yang tinggi
merupakan salah satu di antara sejumlah faktor yang berkaitan dengan peningkatan
insidensi penyakit jantung koroner. Keadaan ini juga berhubungan dengan konsumsi
lemak jenuh dalam proporsi yang tinggi, seperti lemak seperti lemak jenuh dalam
berbagai produk susu, telur dan daging. Sementara konsumsi lemak tak jenuh yang
21

terdapat di dalam minyak nabati, seperti minyak jagung dan minyak kedelai relative
lebih sedikit. Penurunan kadar kolesterol darah dimungkinkan dengan cara mengurangi
konsumsi lemak hewani. Konsumsi kolesterol setiap hari dapat dikendaikan dengan
cara :

1. Membatasi makan merah telur, khususnya telur ayam negeri (broiler)


mempunyai kandungan kolesterol lemak yang tinggi. Sebaiknya memilih telur
ayam kampong dan jumlah merah telur yang dimakan tidak melampaui dua butir
perminggu. Putih telur dimakan bebas
2. Mengganti kebiasaan susu fulcream dengan susu skim atau susu kedelai
3. Menggantikan penggunaan lemak hewani untuk menggoreng, dengan lemak
nabati seperti minyak jagung dan minyak kedelai. Makanan sebaiknya di rebus
atau ditumis dengan sedikit minyak. Pemakaian santan yang kental juga harus
dihindari (gudeg, gulai, kare)
4. Sedapat mungkin memilih daging yang kurus, seperti daging ayam
kampung dan daging sapi yang kurus, dan gajih yang terlihat harus dibuang
(kulit ayam, brutu, kepala ayam jangan dimakan)
5. Ikan dapat dimakan sebagai pengganti daging bila anda menyukainya . ikan
yang dagingnya putih memiliki kandungan lemak yang rendah, sedangkan
minyak yang banyak terdapat dalam jaringan ikan yang gemuk atau
berdaging gelap sebagian besar berupa lemak tak jenuh
6. Keju seharusnya dihindari, terkecuali cottage cheese yang dapat dimakan
tanpa batas
7. Menghindari makanan yang kaya akan kolesterol (Otak dan jerohan seperti
hati, ginjal usus dan babat, Lapis legit, tarcis, kue kering, gorengan)

Anda mungkin juga menyukai