Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

POST PARTUM BLUES

DISUSUN OLEH :

Bani Diara Krisman

030.14.026

PEMBIMBING :

dr. Indrawan, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN

DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 18 Februari – 27 April 2019


LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :

“POST PARTUM BLUES”

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepanitraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Kardinah
Tegal periode 18 Februari – 27 April 2019

Disusun Oleh

Bani Diara Krisman

030.14.026

Pembimbing

dr. Indrawan, Sp.OG

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha
Kuasa, atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Post Partum Blues”dengan baik.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal periode 18 Februari – 27 April 2019.
Di samping itu juga ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–
besarnya kepada dr.Indrawan, Sp.OG selaku pembimbing dalam penyusunan
referat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan–rekan anggota
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kardinah Tegal serta berbagai pihak yang telah memberi
dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan,
kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar–besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan
tambahan informasi dan manfaat bagi kita semua.

Tegal, April 2019

Bani Diara Krisman

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... 1

HALAMAN PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................

BAB III KESIMPULAN .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang


melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan
kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan tertekan
(stres). Banyak ibu baru melahirkan mengalami depresi pasca persalinan atau
lebih dikenal sebagai baby blues syndrome.
Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity
blues atau post partum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi
dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Istilah blues ini
mengacu pada arti “keadaan tertekan”. Sesuai dengan arti katanya, maka tanda-
tanda dari sindrom ini adalah adanya gejala-gejala gangguan emosi seperti
menangis, sering merasa cemas, tidak percaya diri, sulit beristirahat dengan
tenang dan mood yang sering berubah - ubah. Baby blues syndrome perlu
dibedakan dengan postpartum depression, dimana pada postpartum depression
gejalanya lebih berat dan sering, serta onsetnya lebih dari 2 minggu.1,2,3
Banyak faktor yang bisa menyebabkan baby blues syndrome, yaitu :
faktor dari ibu, bayi yang di lahirkan dan lingkungan sekitar. Kelelahan saat
melahirkan, kesulitan menyusui, trauma melahirkan dan depresi saat mengandung
dan canggung mengurus bayi adalah beberapa contoh faktor yang berasal dari ibu.
Faktor kesulitan menyusui dan canggung menggurus bayi biasanya terjadi pada
kelahiran pertama, hal ini dikarenakan sang ibu belum terbiasa dan
berpengalaman mengurus bayi. Bahkan ada beberapa ibu yang takut menyentuh
bayinya karena melihat bayinya sangat kecil dan rapuh. Faktor hormone juga
berpengaruh dalam terjadinya sindrom ini, dimana perubahan keseimbangan
hormon akibat melahirkan membuat ketidak-seimbangan emosi dari sang ibu.
Kondisi dari bayi yang baru lahir merupakan faktor yang berasal dari sang bayi,
contohnya saja : bayi lahir dengan berat badan rendah atau bayi lahir dengan
kondisi yang tidak normal. Faktor dari lingkungan dapat berasal dari mertua,
tetangga bahkan suami atau ayah bayi sendiri.4

4
Meskipun gejalanya cukup ringan bila dibandingkan dengan postpartum
depression, bukan berarti sindrom ini bisa di abaikan begitu saja. Penanganan
yang bisa dilakukan antara lain : istirahat yang cukup, mengkonsumsi makanan
yang bergizi, dan yang paling penting adalah melakukan relaksasi agar emosi
tetap terjaga. Dukungan moral dari keluarga dan lingkungan akan membantu
mempercepat pemulihan akibat baby blue syndrome ini.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemioogi

Baby blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah
menulis referensi di literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan
pasca-salin yang disebut sebagai “milk fever” karena gejala disforia tersebut
muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, baby blue syndrome atau sering
juga disebut maternity blues atau post-partum blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi
/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas
perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan
nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa
hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
Baby blues ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang
ringan oleh
sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditatalaksana sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang
menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak
nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan
ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah
hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.
Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang
memberi perhatian
khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan
telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga
mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai baby
blue syndrome di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan

6
sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena
adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan. Untuk di
Indonesia dari penelitian Wratsangka pada tahun 1996 di RS Hasan Sadikin
Bandung, ditemukan 33% wanita pasca persalinan mengalami baby blue
syndrome. Hasil penelitian di berbagai tempat yang ditelaah Bagian Obstetri dan
Ginekologi FKUI-RSCM menunjukkan, paling sedikit terdapat 26%.5

2.2 Etiologi
Penelitian menunjukkan penyebab baby blue syndrome adalah faktor
hormonal yang akan mempengaruhi keadaan kimiawi otak . Itu merupakan proses
biologis dan bukan merupakan kesalahan seorang ibu atau bergantung pada
kepribadian yang lemah. Baby blue syndrome terjadi 50-80 % pada ibu baru.
Kondisi ini ditunjukan dengan peningkatan respon emosi. Ibu baru akan
menunjukan mood yang gampang berubah , mudah menangis, gelisah,
irritabilitas, kesulitan tidur dan merasa tidak sehat. Lebih dari 50 % dari ibu yang
mengalami depresi sebelumnya setelah melahirkan anak akan menjadi depresi
kembali pada kelahiran berikutnya. Wanita akan lebih rentan apabila pada saat
hamil mereka sudah mengalami depresi atau memiliki gejala mood premenstruasi
sebelum hamil. Apabila wanita tersebut mengalami depresi selama hidupnya,
resiko untuk berkembang menjadi postpartum depression juga akan meningkat
dari 10 sampai 25 % begitu pula dengan wanita yang mengidap penyakit bipolar
(manic-depressive-illness) akan menempatkan wanita pada peningkatan
resiko untuk mengalami postpartum depression.
Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal
cenderung 3,64 kali
berpeluang lebih besar mengalami baby blues dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan bayi dengan berat badan normal.
Ketidakseimbangan hormonal. Jumlah hormon wanita seperti
estrogen dan
progesteron meningkat secara tajam pada saat kehamilan. Pada minggu-
minggu setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron lebih

7
menurun dari jumlah sebelum kehamilan. Fluktuasi tiba-tiba pada
tingkat hormonal ini berhubungan dengan gejala dari depresi yang dialami
seorang ibu baru. Wanita lebih rentan pada ketidakseimbangan hormonal dari
pria. Itu disebabkan terjadinya reaksi kimia antara hormon dan otak yang
meningkatkan resiko terjadinya baby blue syndrome.
Hormon Thyroid. Kelenjar thyroid berukuran kecil dan terletak di
leher. Beberapa
wanita mengalami penurunan hormon thyroid setelah melahirkan. Rendahnya
hormon thyroid akan menyebabkan gejala depresi, irritabilitas, berkurangnya
minat pada aktivitas biasa, kelemahan dan peningkatan berat badan. Akan
tetapi tidak semua wanita mengalami baby blue syndrome akibat
ketidakseimbangan hormon thyroid.
Perubahan gaya hidup. Ibu baru mengalami banyak perubahan gaya
hidup, dan
beberapa diantaranya akan berkontribusi dalam terjadinya baby blue
syndrome. Lingkungan yang meningkatkan resiko gejala baby blue syndrome
antara lain :
 Perubahan jadwal sehari-hari akibat bayi yang baru lahir
 Kepikiran pada berat badan dan bentuk tubuh setelah hamil
 Kelelahan dan kurang tidur setelah melahirkan anak
 Sedikitnya dukungan dalam merawat bayi
 Khawatir akan kemampuan untuk menjadi ibu yang baik depresi

2.3 Patofisiologi
Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor biologis
dan faktor emosi. Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang sangat
mendadak pada ibu. Hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) secara
mendadak mengalami penurunan 72 jam setelah melahirkan dan juga disertai
penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan
mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan serta di lain sisi terjadi
peningkatan dari hormon menyusui.

8
Perubahan hormon yang cepat inilah bisa mencetuskan terjadinya
baby blue syndrome. Level neurosteroid berasal dari hormon progesteron yang
mengalami fluktuasi selama siklus menstruasi dan memuncak saat kehamilan.
Hormon sex yang dinamakan neurosteroid berikatan dengan beberapa tipe
reseptor termasuk reseptor GABAA untuk memodulasi eksitabilitas dari sel otak.
Kekurangan delta subunit reseptor GABAA pada wanita menunjukkan sikap
depresi dan gangguan cemas setelah melahirkan. Pemberian antidepresan saat
kehamilan akan berefek panjang pada sistem serotonin dan berpengaruh pada
sensitivitas reseptor GABAA. Sebagian besar ibu tidak siap untuk untuk
menghadapi kelahiran bayinya, mereka juga sangat khawatir bayi mereka yang
terkena penyakit jaundice dan kesulitan makan yang merupakan memiliki
masalah kesehatan yang umum bagi bayi. Selain itu, ibu yang pertama kali
memiliki bayi merasa tidak sanggup merawat bayinya seorang diri dirumah baik
itu dari segi kasih sayang maupun dari segi finansial. Baby blue syndrome
juga sangat mungkin terjadi oleh para ibu yang pernah mengalami trauma
melahirkan atau mengalami kejadian yang sangat menyedihkan selama
mengandung.

2.3 Gambaran Klinis

Baby blue syndrome ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan


kesepian atu menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa
tidur. Baby blue syndrome relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu.
Perbedaan dengan Post partum Depression adalah pada frekuensi, intensitas dan
lamanya durasi gejala. Dalam Post partum Depression, gejala yang lebih

9
sering, lebih intens dan lebih lama.
Beberapa Gejala Kasus Baby blue syndrome 1-4 :
1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis
tanpa sebab
2. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran
3. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja
4. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga
5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu
memperhatikan dan kuatir terhadap bayinya
6. Tidak percaya diri
7. Sulit beristirahat dengan tenang bias juga tidur lebih lama
8. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan
9. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan
10. Perasaan takut menyakiti diri sendiri atau bayinya

2.4 Diagnosis

Baby Blues Syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh
seorang wanita pasca melahirkan karena penderita beranggapan bahwa
kehadiran bayi akan mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya
seperti karier,kecantikan/penampilan dan aktifitas rutin yang dianggap
penting dalam hidupnya. Penderita baby blue syndrome kebanyakan adalah
kalangan wanita karier, artis, model dan wanita modern, tetapi syndrom ini
tidak menutup kemungkinan menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan
semua wanita pasca melahirkan. Perubahan sikap yang negatif dengan kondisi
emosional yang kurang terkontrol seperti sering marah, cepat tersinggung, dan
menjauh dari bayi yang baru dilahirkan, susah tidur dan tiba-tiba sering menangis.
Apabila ini tidak segera ditangani berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa
penderita. Sindrom ini umumnya terjadi dalam 14 hari pertama setelah
melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat setelah
persalinan.

10
Seseorang terdiagnosis baby blue syndrome apabila terlihat secara
psikologis

kejiwaannya seperti di bawah


ini.
 Perasaan cemas, khawatir ataupun was was yang berlebihan, sedih,
murung, dan sering menangis tanpa ada sebab (tidak jelas penyebabnya).
 Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala dalam beberapa kasus
sering migrain.
 Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus anak.
 Adanya perasaan putus asa

Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien


mengalami Post
partum Depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan
tekanan atau stres yang dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka
penderita akan mengalami depresi pasca melahirkan yang berat. Jika telah
mengalami hal ini maka
diperlukan penanganan secara berkala, gejala dari depresi tersebut
adalah :
 Kelelahan yang berkepanjangan, susah tidur, dan insomnia.
 Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal
yang menyenangkan.
 Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan
teman.
 Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada anak.
 Perasaan takut telah menyakiti anak.
 Tidak tertarik pada seks.
 Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir
dan konsentrasi.

11
 Kesulitan dalam membuat keputusan sederhana.8

Berikut adalah perbedaan gejala klinis dari Baby blue syndrome,


Postpartum
Deppression dan Postpartum Psychotic
Baby Blue Syndrome Postpartum Postpartum Psychotic
Deppression
 Terjadi pada 30-75%  Terjadi pada 10-15%  Terjadi pada 0,1-0,2%
ibu melahirkan ibu melahirkan ibu melahirkan
 Gangguan suasana hati  Gangguan suasana hati  Depresi
& pikiran & pikiran, dengan dengan
(Mood)
perasaan tertekan gangguan
 Munculnya rasa sedih mood
yang merata
 Murung, gelisah,  Khayalan yang
 Mudah/sering
tidak nyaman menangis
kacau (bayi cacat/
 Kebingungan  Hampir selalu sulit meninggal,
tidur
yang subjektif mengingkari
 Terjadi antara 3-6
 Menjadi kelahiran,
bulan setelah
mudah/sering menganggap dirinya
melahirkan,
menangis belum menikah,
biasanya 12 minggu
 Kadang sulit tidur perawan, terus
 Berlangsung
 Terjadi 3-5 hari menerus meragukan
selama beberapa
setelah melahirkan keyakinan diri,
bulan, bila tidak
 Berlangsung mudah terpengaruh,
mendapatkan
selama beberapa memberontak)
perawatan bisa

12
hari sampai mencapai beberapa  Mengeluh letih,
beberapa minggu tahun tidak bisa tidur,
 Tanpa pemicu khusus  Pemicu utama gelisah, menangis,
 Tidak dipengaruhi terjadi bila tidak emosi tidak
kondisi sosial mendapatkan terkendali, curiga,
budaya dan dukungan dari bingung, bukan
tingkat ekonomi suami dan/atau dirinya sendiri,
 Bisa terjadi pada orang anggota keluarga kata-kata
yang tidak pernah  Sangat dipengaruhi menyakitkan,
dan berasal dari kondisi sosial obsesi pada
anggota budaya dan kesehatan bayi.
keluarganya yang tingkat ekonomi  Mengeluh tidak bisa
berdiri, tidak bisa
tidak pernah  Sangat erat
berjalan/bergerak
mengalami hubungannya dengan
 Terjadi beberapa
penyimpangan pengalaman
hari, rata-rata 2-3
mood penyimpangan mood
minggu setelah
 Tidak berpikir yang pernah/sedang
kelahiran, hampir
ingin bunuh diri dialami. Bisa terjadi
selalu dalam kurun 8
 Jarang ada yang pada ibu yang
minggu
berpikir ingin anggota keluarga
 50% berasal dari
menyakiti sang bayi lainnya pernah
keluarga yang
 Hampir tidak mengalami
pernah
pernah merasa penyimpangan
mengalami
bersalah dan mood.
penyimpangan
tidak berdaya.  Kadang berpikir
mood
 Bisa kembali ingin bunuh diri.
 Ingin bunuh diri atau
normal dengan  Sering berpikir
membunuh sang
sendirinya bila ingin menyakiti
bayi. Bisa merasa ada
dukungan dan sang bayi
suara- suara yang
bantuan anggota  Sering merasa
menyuruhnya bunuh

13
keluarga lain bisa berlebihan merasa diri atau membunuh
membuat sang ibu bersalah dan sang bayi
baru tersebut tenang tidak berdaya  Dari populasi
penderita,
 Perlu
5% bunuh diri, 4 %
mendapatkan
membunuh bayinya,
bantuan dan
treatment 67% mengalami
kejadian kedua kali
penyimpangan
emosional (affective
disorder) sepanjang
tahun
 Proses kelahiran
menjadi salah satu
ketegangan yang
berkembang menjadi
penyimpangan
mood yang hebat
 Harus mendapatkan
bantuan, pengawasan
dan treatment

Berikut adalah perbedaan antara baby blues syndrome dengan

14
post partum
depression.
Karakteristi Baby Blues Syndrome Post Patum Depression
k
Insiden 30-75% pada ibu yang 10-15% pada ibu
yang
melahirkan
melahirka
n
Onset 3-5 hari 3-6 bulan
setelah setelah
melahirkan melahirkan
Durasi Hari sampai minggu Minggu sampai
bulanan
jika tidak
mendapat
perawatan
Stressor yang Tidak ada hubungan Ada terutama kurang
berhubungan nya
dukunga
n
Pengaruh Sosial dan Tidak ada hubungan
Budaya Ada hubungan yang kuat

Riwayat Mood Tidak ada hubungan


Disorder Ada hubungan yang kuat
Riwayat Keluarga Tidak ada hubungan
Mood Ada beberapa hubungan
Disorder
Rasa Sedih Y y
a a
Mood Lability Y Sering pada
a awalnya
kemudian depresi
secara bertahap
Anhedonia Tidak Serin
g
Gangguan Tidur
Kadang-kadang Serin
g

15
Keinginan untuk
Bunuh Diri Tidak ada Kadang-kadang
Keinginan untuk Serin
Menyakiti Jarang g
Bayi
Keinginan untuk Tidak ada dan jika ada
Menyakiti Sering dan biasanya berat
biasanya ringan
Bayi

BAB III

KESIMPULAN
3.1 Ringkasan
Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity
blues atau post partum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi
dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Banyak faktor
yang bisa menyebabkan baby blue syndrome, yaitu : dari ibu, bayi yang di
lahirkan dan lingkungan sekitar. Ketidakseimbangan hormonal, hormon
thyroid, perubahan gaya hidup juga dilaporkan sebagai faktor yang
menyebabkan baby blue syndrome.
Baby blues ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan kesepian
atu menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa tidur Baby
blues relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan
syndrome of postpartum distress adalah pada frekuensi, intensitas dan lamanya
durasi gejala. Dalam postpartum depression, gejala yang lebih sering, lebih intens
dan lebih lama.
Seseorang terdiagnosis Baby Blues Syndrome apabila terlihat secara
psikologis

16
kejiwaannya seperti di bawah ini.
 Perasaan cemas, khawatir ataupun was was yang berlebihan, sedih,
murung,
dan sering menangis tanpa ada sebab (tidak jelas penyebabnya).
 Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala dalam beberapa kasus
sering migrain.
 Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus anak.
 Adanya perasaan putus asa
Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien
mengalami Post
partum Depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan
tekanan atau stres yang dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka
penderita akan mengalami depresi pasca melahirkan yang berat.
Meskipun gejalanya cukup ringan bila dibandingkan dengan postpartum
depression,
bukan berarti sindrom ini bisa di abaikan begitu saja. Penanganan yang bisa
dilakukan antara lain : istirahat yang cukup, berolahraga teratur, mengkonsumsi
makanan yang bergizi, dan yang paling penting adalah melakukan relaksasi
agar emosi tetap terjaga.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

References

Ardani, Tristiadi dan IIn Tri Rahayu. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang :
Bayumedia Publishing.

Brown, Walter Armin. 1980. Psychological Care During Pregnancy and the Postpartum
Period. New York : Raven Press.

17
Dina, Sulaeman., Mamiek. 2007. Oh, Baby Blues. Jakarta : Femmeline.

Elvira, Sylvia D. 2006. Depresi Pasca Persalinan. Jakarta : Balai Penerbit fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.

Gutira, Tia. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kejaadian Baby Blues
Syndrome pada Ibu Post Sectio Caesaria. Skripsi UMS.

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.

Manurung, Suryani dan kawan-kawan. 2011. Efektivitas Terapi Music Terhadap


Pencegahan Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di Ruang Kebidanan RSUP Cipto
Mangunkusumo Jakarta Pusat. Bulletin Penelitian Sistem Kesehaan – Vol 14 No. 1
Januari.

Modul. 2004. Asuhan Kebidanan. Semarang : Sister School Program, Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah.

Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta : Muha Medika.

Nonacs, Ruta M., Cohen, Lee S. (editors). 2005. Mood and Anxiety Disorders During
Pregnancy and Postpartum (Review of Psychiatry Series, Volume 24, Number 4;
Oldham JM and Riba MB, series editors). Washington, DC, American Psychiatric
Publishing.

S, Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Penerbit Salemba


Medika.

Suryati. 2008. The Baby Blues and Postnatal Depression (Jurnal Kesehatan
Masyarakat). Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan.

18
Reiss, Uzzi dan Yfat Reiss. 2004. Menjadi Ibu Bahagia Pasca-Persalinan. Jogjakarta :
Luna Publisher.

Wolman, Benjamin B. 1977. International Encyclopedia of Psychiatry, Psychology,


Psychoanalysis, & Neurology. New York : Aesculapius Publisher, Inc.

19

Anda mungkin juga menyukai