Kelompok 12 KPD
Kelompok 12 KPD
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada
pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
melahirkan/ sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini
dengan kehamilan kurang bulan dan mempunyai kontribusi yang besar pada
angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD
1.2 Penyebab
1
2
namun faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang
1.3 Mekanisme
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel
3
1.4 Diagnosa
Menurut Saifuddin (2002:M-114), Pemeriksaan diagnostik yang perlu
dilakukan pada pasien KPD adalah:
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan umur kehamilan, kehamilan
ganda, abnormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion.
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat mengidentifikasikan keadaan janin dan untuk evaluasi
kematangan paru janin.
3. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis.
Pemeriksaan spekulum steril menurut Varney (2007:789) adalah:
1. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia eksternal
2. Lihat servik untuk mnegetahui aliran cairan dari orivisium. Jika tidak terlihat,
minta klien untuk mengejan (perasat valsava). Secara bergantian, beri tekanan
pada fundus secara perlahan atau naikkan bagian presentai pada abdomen
agar cairan melewati bagian presentasi pada kasus kebocoran yang berat
sehingga kebocoran dapat terlihat.
3. Observasi cairan yang keluar untuk melihat adanya lanugo atau vernik
kaseosa jika kehamilan lebih dari 32 minggu.
4. Uji laboraturium
a. Specimen untuk kultur streptococcus grub B (SGB) : jika wanita ditapis
untuk SGB pada usia kehamilan 35-37 minggu dan hasil kultur negatif
menunjukkan tidak adanya infeksi.
b. Uji pakis positif, pemakisan pada kaca objek mikroskop jika nampak
percabangan halus maka menunjukkan adanya natrium klorida dan protein
dalam cairan amnion.
c. Amniosintesis untuk pewarnaan gram, kultur, dan sensitifitas. Dikerjakan
4
50-60% pada wanita dengan KPD. Adanya bakteri pada pewarnaan gram
dari cairan amnion disertai oleh tanda gejala infeksi ibu atau neonatus pada
50-60% pasien dengan KPD.
Penilaian klinik yang perlu dilakukan menurut Saifuddin (2002:218-219) adalah:
1. Penentuan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan di vagina.
Penentuan cairav ketuban dapat menggunakan tes lakmus (Nitrazin test)
merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban
yang keluar dan usia kehamilan serta kelainan janin.
2. Tentukan usia kehamilan dengan USG
3. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih
dari 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban
dengan test LEA (Leukosit Esterase) Leukosit darah > 15.000/mm 3. Janin
yang mengalami takikardi mungkin mengalami infeksi intrauterin
4. Tentukan tanda-tanda inpartu dengan memeriksa his secara teratur dan
lakukan penilaian skor pelvik ( skor bishop ).
a. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik kemudian induksi
persalinan dengan oksitosin bila gagal seksio secaria
b. Bila skor pelvik > 5, lakukan induksi persalinan, bila berhasil lakukan
persiapan pertolongan persalinan pervaginam.
1.5 Komplikasi
Menurut Mansjoer (2001: 313), pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan
janin:
Pada ibu:
1. Infeksi intrapartal/dalam persalinan.
2. Dry labour/pertus lama.
3. Perdarahan postpartum.
4. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC).
5. Morbiditas dan mortilitas maternal.
Pada janin:
1. Persalinan prematur, Prolaps funiculli/penurunan tali pusat.
2. Hipoksia dan asfiksia sekunder.
3. Sindrom deformitas janin.
4. Morbiditas dan mortalitas perinatal.
1.6 Penatalaksanaan
5
(cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke Searah Ke arah
belakang sumbu depan
jalan
lahir
(Wiknjosastro, 2007: 75).
BAB 2
KONSEP TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengumpulan data
1. Data subyektif
a. Biodata
1) Umur
Umur penderita kurang dari 19 tahun dan diatas 35 tahun merupakan
faktor resiko dalam kehamilan dan persalinan, sehingga pada
persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian khusus, karena
pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan
neonatus (Manuaba,2010:36-37).
2) Pekerjaan
7
c. Riwayat kesehatan
Adanya infeksi aktif clamidia, trocomatis, hepatitis, difteri, TORCH yang
menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga ketuban mudah pecah (Wiknjosastro,2007:556-559).
Ibu dengan riwayat dalam keluarga dengan riwayat penyakit menular yang
kronis dimana daya tahan tubuh ibu menurun dan akan mempengaruhi
kondisi janin dan dirinya. Misalnya diabetes melitus dan hemofilia,
keluarga dari pihak ibu atau suami ada yang pernah melahirkan dengan
anak kembar perlu diwaspadai karena faktor kembar ini dapat menurun
( Wiknjosastro,2007: 556-559).
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat kehamilan
Faktor yang merupakan predisposisi pecah dini yaitu adanya
malpososi, disporporsi dan cervie incompetent (Mochtar,2012:256).
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm
(Saifuddin,2010:M-112)
2) Riwayat persalinan
7
8
Adanya gejala ketuban pecah tiba-tiba dan tidak ada his dalam 1 jam
(Saifuddin,2010: M-113).
Ketuban pecah dini bila pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm (Mochtar,2012: 256).
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Riwayat anemia, kurang gizi (malnutrisi) terutama ditemukan pada
ibu dengan KPD dengan riwayat grandemultigravida (Mochtar,2012:
254).
2) Aktifitas
Jenis aktifitas yang berlebihan misal meloncat, trauma karena terjatuh
yang dapat menyebabkan KPD (Mochtar,2012: 254).
3) Eliminasi
Obstipasi akan menyebabkan ibu mengejan secara berlebihan saat
BAB sehingga tekanan dalam uterus meningkat sehingga dapat
menyebabkan KPD (Mochtar,2012: 254).
4) Istirahat /Tidur
Ibu akan merasakan lelah karena harus berbaring terus di tempat tidur.
Adanya gangguan tidur akibat demam (Mochtar,2012:62).
5) Kehidupan Seksual
Frekwensi dan kualitas coitus yang berlebihan pada kehamilan
trimester III dapat menyebabkan robeknya saluran ketuban
(Mochtar,2012:62).
6) Kebiasaan
Ibu hamil yang menggunakan dietil basteron akan berakibat janin
yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi untuk menderita
Inkompetensi Serviks (Wiknjosastro, 2007: 221).
Nikotin dalam rokok menyebabkan kelainan bawaan dari selaput
ketuban sehingga rapuh dan mudah robek (Mochtar,2012:62).
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum baik sampai lemah.
Kesadaran composmentis.
b. Tanda – tanda vital.
9
KPD yang sudah disertai infeksi intra uterine akan disertai peningkatan
suhu lebih dari 37,60C dan peningkatan nadi lebih dari 92x/menit
(Mochtar, 2012: 257)
c. Pemeriksaan Fisik
Muka : Ibu menunjukkan ekspresi lelah dan capek karena
berbaring ditempat tidur (Mochtar, 2012:257).
Abdomen : Kadang ditemukan kelainan letak janin dalam rahim
seperti letak sungsang dan letak lintang. Ketegangan
rahim yang berlebihan akibat kehamilan ganda dan
hidramnion (Manuaba, 2010:229).
Genetalia : Keluar cairan dari vagina (Saifuddin, 2010:M-112)
Adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa,
rambut, lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau
(Mochtar, 2012:256).
Genetalia
Inspeksi
Keluar cairan atau merembes dari vagina. Pada keadaan infeksi di jumpai
air ketuban warna keruh, kehijauan campur mekonium, berbau yang
menunjukkan distres janin (Norma,2013:249).
Inspekulo
Bila fundus di tekan atau bagian terendah di goyangkan, keluar cairan
dari osteum uteri dan terkumpul pada fonik posterior (Norma,2013:249).
d. Pemeriksaan dalam
Adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi
(Norma,2013:249).
KPD terjadi pada pembukaan <3cm untuk primi sedangkan multi pada
pembukaan >5 cm (Mochtar,2012: 255).
1) Auskultasi
Takikardi janin di atas 160x/menit, takikardi janin di bawah
120x/menit merupakan potensial komplikasi fetal distress pada KPD
(Norma, 2013: 263).
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Norma,2013:250) adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan laboratorium
10
2.2.3 Masalah III: Cemas karena kurangnya pengetahuan ibu tentang KPD.
Tujuan : Ibu dapat beradapatasi dengan keadaannya.
Kriteria : - Klien tampak tenang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-130/90 mmHg
N : 74-88 x/menit
S : 36-37,5oC
R : 16-24 x/menit
14
2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan menurut (kepmenkes,2007) adalah sebagai berikut:
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
2.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Kepmenkes No 938 (2007) adalah sebagai berikut:
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai
keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
S : Data Subyektif
Mencatat hasil anamnesa.
O : Data Obyektif
Mencatat hasil pemeriksaa
A : Asesment
Mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P : Penatalaksanaan
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan sgera, tindakan secara
komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi, eveluasi/follow
up dan rujukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo; 2009
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Varney H, Kriebs JM dan Gegor C. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
EGC.