Anda di halaman 1dari 17

1

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-tanda

persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada

pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau

kurang waktu.(Winkjosastro, 2009)

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/ sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini

dapat terjadi pada akhir kehamilan manapun jauh sebelum waktunya

melahirkan. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan

dengan kehamilan kurang bulan dan mempunyai kontribusi yang besar pada

angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD

pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk

menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan Respiration

Dystress Syndrome (RDS) (Nugroho, 2010).

Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the


membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3cm dan pada multipara kurang dari 5cm
(Mochtar, 2012).

1.2 Penyebab
1
2

Menurut Nugroho (2010), penyebab ketuban pecah dini masih belum

diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan

menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini,

namun faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang

menjadi faktor predisposisinya adalah:

1. Infeksi yang terjadi secara berlangsung pada selaput ketuban maupun

asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa

menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

2. Serviks yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh

karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.

4. Trauma yang didapat, misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini

karena biasanya disertai infeksi.

5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah

yang menutupi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dapat menghalangi

tekanan terhadap membran bagian bawah.

1.3 Mekanisme
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel
3

dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan


menyebabkan selaput ketuban pecah (Wiknjosastro, 2009).

1.4 Diagnosa
Menurut Saifuddin (2002:M-114), Pemeriksaan diagnostik yang perlu
dilakukan pada pasien KPD adalah:
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan umur kehamilan, kehamilan
ganda, abnormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion.
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat mengidentifikasikan keadaan janin dan untuk evaluasi
kematangan paru janin.
3. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis.
Pemeriksaan spekulum steril menurut Varney (2007:789) adalah:
1. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia eksternal
2. Lihat servik untuk mnegetahui aliran cairan dari orivisium. Jika tidak terlihat,
minta klien untuk mengejan (perasat valsava). Secara bergantian, beri tekanan
pada fundus secara perlahan atau naikkan bagian presentai pada abdomen
agar cairan melewati bagian presentasi pada kasus kebocoran yang berat
sehingga kebocoran dapat terlihat.
3. Observasi cairan yang keluar untuk melihat adanya lanugo atau vernik
kaseosa jika kehamilan lebih dari 32 minggu.
4. Uji laboraturium
a. Specimen untuk kultur streptococcus grub B (SGB) : jika wanita ditapis
untuk SGB pada usia kehamilan 35-37 minggu dan hasil kultur negatif
menunjukkan tidak adanya infeksi.
b. Uji pakis positif, pemakisan pada kaca objek mikroskop jika nampak
percabangan halus maka menunjukkan adanya natrium klorida dan protein
dalam cairan amnion.
c. Amniosintesis untuk pewarnaan gram, kultur, dan sensitifitas. Dikerjakan
4

50-60% pada wanita dengan KPD. Adanya bakteri pada pewarnaan gram
dari cairan amnion disertai oleh tanda gejala infeksi ibu atau neonatus pada
50-60% pasien dengan KPD.
Penilaian klinik yang perlu dilakukan menurut Saifuddin (2002:218-219) adalah:
1. Penentuan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan di vagina.
Penentuan cairav ketuban dapat menggunakan tes lakmus (Nitrazin test)
merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban
yang keluar dan usia kehamilan serta kelainan janin.
2. Tentukan usia kehamilan dengan USG
3. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih
dari 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban
dengan test LEA (Leukosit Esterase) Leukosit darah > 15.000/mm 3. Janin
yang mengalami takikardi mungkin mengalami infeksi intrauterin
4. Tentukan tanda-tanda inpartu dengan memeriksa his secara teratur dan
lakukan penilaian skor pelvik ( skor bishop ).
a. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik kemudian induksi
persalinan dengan oksitosin bila gagal seksio secaria
b. Bila skor pelvik > 5, lakukan induksi persalinan, bila berhasil lakukan
persiapan pertolongan persalinan pervaginam.

1.5 Komplikasi
Menurut Mansjoer (2001: 313), pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan
janin:
Pada ibu:
1. Infeksi intrapartal/dalam persalinan.
2. Dry labour/pertus lama.
3. Perdarahan postpartum.
4. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC).
5. Morbiditas dan mortilitas maternal.
Pada janin:
1. Persalinan prematur, Prolaps funiculli/penurunan tali pusat.
2. Hipoksia dan asfiksia sekunder.
3. Sindrom deformitas janin.
4. Morbiditas dan mortalitas perinatal.

1.6 Penatalaksanaan
5

Penatalaksananaan KPD pada kehamilan preterm berupa penanganan


konservatif berdasarkan Wiknjosastro (2009: 680), antara lain:
1. Rawat dirumah sakit, ditidurkan dalam posisi tredelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam, karena untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu.
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisis bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazole 2x500mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar. Berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin dan kalau
memungkinkan periksa kadar lestin dan spingomielin tiap minggu. Sediaan
terdiri atas betamethason 12mg, sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
dexamethason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
(-), beri dexamethason, observasi tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), dexamethason dan induksi sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterin).
Penanganan aktif, antara lain:
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal sectio cesaria.
Dapat pula diberikan misoprostol 50mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri:
a. Bila skor pelvik <5 lakukan pemotongan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan sectio cesaria
b. Bila skor pelvik >5 induksi persalinan, partus pervaginam.

Tabel 1.1 Skor Pelvik Menurut Bishop


Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Penurunan kepala diukur -3 -2 -1 +1 +2
dari bidang Hodge III
6

(cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke Searah Ke arah
belakang sumbu depan
jalan
lahir
(Wiknjosastro, 2007: 75).

BAB 2
KONSEP TEORI ASUHAN KEBIDANAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengumpulan data
1. Data subyektif
a. Biodata
1) Umur
Umur penderita kurang dari 19 tahun dan diatas 35 tahun merupakan
faktor resiko dalam kehamilan dan persalinan, sehingga pada
persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian khusus, karena
pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan
neonatus (Manuaba,2010:36-37).
2) Pekerjaan
7

Pekerjaan ibu yang berat akan meningkatkan risiko terjadinya


komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.
3) Perkawinan
Ditanyakan pada ibu berapa lama dan berapa kali kawin. Ini untuk
membantu menentukan bagaimana keadaan organ reproduksi.
Misalnya pada ibu yang lama sekali telah kawin dan baru mempunyai
anak. Kemungkinan ada kelainan pada alat kelamin dalam
(Wiknjosastro,2007:85).
b. Keluhan utama
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu (Saifuddin,2010:M-112).
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifuddin,2010:M-112).
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung (Saifuddin,2010:M-112).

c. Riwayat kesehatan
Adanya infeksi aktif clamidia, trocomatis, hepatitis, difteri, TORCH yang
menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga ketuban mudah pecah (Wiknjosastro,2007:556-559).
Ibu dengan riwayat dalam keluarga dengan riwayat penyakit menular yang
kronis dimana daya tahan tubuh ibu menurun dan akan mempengaruhi
kondisi janin dan dirinya. Misalnya diabetes melitus dan hemofilia,
keluarga dari pihak ibu atau suami ada yang pernah melahirkan dengan
anak kembar perlu diwaspadai karena faktor kembar ini dapat menurun
( Wiknjosastro,2007: 556-559).
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat kehamilan
Faktor yang merupakan predisposisi pecah dini yaitu adanya
malpososi, disporporsi dan cervie incompetent (Mochtar,2012:256).
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm
(Saifuddin,2010:M-112)
2) Riwayat persalinan

7
8

Adanya gejala ketuban pecah tiba-tiba dan tidak ada his dalam 1 jam
(Saifuddin,2010: M-113).
Ketuban pecah dini bila pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm (Mochtar,2012: 256).
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Riwayat anemia, kurang gizi (malnutrisi) terutama ditemukan pada
ibu dengan KPD dengan riwayat grandemultigravida (Mochtar,2012:
254).

2) Aktifitas
Jenis aktifitas yang berlebihan misal meloncat, trauma karena terjatuh
yang dapat menyebabkan KPD (Mochtar,2012: 254).
3) Eliminasi
Obstipasi akan menyebabkan ibu mengejan secara berlebihan saat
BAB sehingga tekanan dalam uterus meningkat sehingga dapat
menyebabkan KPD (Mochtar,2012: 254).
4) Istirahat /Tidur
Ibu akan merasakan lelah karena harus berbaring terus di tempat tidur.
Adanya gangguan tidur akibat demam (Mochtar,2012:62).
5) Kehidupan Seksual
Frekwensi dan kualitas coitus yang berlebihan pada kehamilan
trimester III dapat menyebabkan robeknya saluran ketuban
(Mochtar,2012:62).
6) Kebiasaan
Ibu hamil yang menggunakan dietil basteron akan berakibat janin
yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi untuk menderita
Inkompetensi Serviks (Wiknjosastro, 2007: 221).
Nikotin dalam rokok menyebabkan kelainan bawaan dari selaput
ketuban sehingga rapuh dan mudah robek (Mochtar,2012:62).
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum baik sampai lemah.
Kesadaran composmentis.
b. Tanda – tanda vital.
9

KPD yang sudah disertai infeksi intra uterine akan disertai peningkatan
suhu lebih dari 37,60C dan peningkatan nadi lebih dari 92x/menit
(Mochtar, 2012: 257)
c. Pemeriksaan Fisik
Muka : Ibu menunjukkan ekspresi lelah dan capek karena
berbaring ditempat tidur (Mochtar, 2012:257).
Abdomen : Kadang ditemukan kelainan letak janin dalam rahim
seperti letak sungsang dan letak lintang. Ketegangan
rahim yang berlebihan akibat kehamilan ganda dan
hidramnion (Manuaba, 2010:229).
Genetalia : Keluar cairan dari vagina (Saifuddin, 2010:M-112)
Adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa,
rambut, lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau
(Mochtar, 2012:256).
Genetalia
Inspeksi
Keluar cairan atau merembes dari vagina. Pada keadaan infeksi di jumpai
air ketuban warna keruh, kehijauan campur mekonium, berbau yang
menunjukkan distres janin (Norma,2013:249).
Inspekulo
Bila fundus di tekan atau bagian terendah di goyangkan, keluar cairan
dari osteum uteri dan terkumpul pada fonik posterior (Norma,2013:249).
d. Pemeriksaan dalam
Adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi
(Norma,2013:249).
KPD terjadi pada pembukaan <3cm untuk primi sedangkan multi pada
pembukaan >5 cm (Mochtar,2012: 255).
1) Auskultasi
Takikardi janin di atas 160x/menit, takikardi janin di bawah
120x/menit merupakan potensial komplikasi fetal distress pada KPD
(Norma, 2013: 263).
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Norma,2013:250) adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan laboratorium
10

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,


bau dan PH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air
ketuban mungkin juga urine atau secret vagina. Secret vagina ibu
hamil PH: 4-5, dengan kerta nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning. 1.a. tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). PH
air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu. 1.b. mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan
air ketuban pada gelas obyek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum oteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup
banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bias
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
3. Analisa data
Analisa data menurut (Kepmenkes, 2007:5) adalah sebagai berikut:
Hasil analisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara
akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masaah kebidanan yang tepat.

2.2 Diagnosa Kebidanan


G... P..., UK preterm, janin hidup/distress, tunggal/ganda, intra uterine,
situsbujur/lintang, habitus fleksi, posisi preskep/bokong, keadaan panggul
normal/sempit, keadaan umum..., inpartu kala..., fase..., dengan KPD ... jam.
Menurut Donges E. Marilym (2001: 225) ada 6 masalah yaitu sebagai berikut:
2.2.1 Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan KPD.
2.2.2 Potensial partus dengan tindakan.
2.2.3 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang KPD.
2.2.4 Potensial bagian terkecil/tali pusat menumbung.
2.2.5 Potensial terjadi partus lama.
11

2.2.6 Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan keluarnya air ketuban.


2.3 Perencanaan
Diagnosa : G... P..., UK preterm, janin hidup/distress, tunggal/ganda, intra
uterine, situsbujur/lintang, habitus fleksi, posisi preskep/bokong, keadaan panggul
normal/sempit, keadaan umum..., inpartu kala..., fase..., dengan KPD ... jam.
Tujuan : Proses persalinan berjalan lancar tanpa adanya penyulit.
Kriteria : kriteria menurut Mochtar, 2012: 94-97 adalah sebagai berikut:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-130/90 mmHg
N : 76-88 x/menit
S : 36,5-37,5oC
R : 16-24 x/menit
- DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit
Kala I primi : 13-14 jam, multi 6-7 jam
Kala II primi 1 ½ -2 jam, multi ½ - 1 jam
Kala III 30 menit
- Perdarahan < 500 cc
Intervensi Menurut Donges (2001:226) ada 8:
a) Berikan penjelasan keadaan ibu dan hasil pemeriksaan.
R/ Klien kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
b) Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi.
R/ Mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan dan ibu
mengerti kooperatif dengan tindakan.
c) Kaji persiapan tingkat pengetahuan dan harapan klien.
R/ Membantu menentukan kebutuhan dan informasi.
d) Berikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan.
R/ Pendidikan untepartal dapat memudahkan persalinan dan proses
kelahiran membantu klien mempertahankan kontrol selama persalinan.
e) Anjurkan ibu untuk tirah baring.
R/ Menghindari penyulit tali pusat.
12

f) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan (makan, minum, eliminasi) selama


tirah baring.
R/ Nutrisi adekuat meningkatkan KU dan kekebalan tubuh terhadap infeksi,
meningkatkan energi ibu dalam kala II, kandung kemih penuh dapat
menghalangi turunya kepala.
g) Observasi his, DJJ, nadi tiap 1 jam, tensi tiap 4 jam, pembukaan dan
penurunan kepala tiap 8 jam atau jika ada tanda gejala kala II
R/ Cortonen diluar batas normal menandakan distress janin, his penurunan
bagian terendah bandle merupakan observasi dari fisik ibu, TTV terutama
suhu diatas 37,5oC menunjukkan tanda infeksi, kandung kemih penuh
menghalangi turunnya kepala.
h) Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu kolaborasi dengan tim medis.
R/ Ketuban pecah 48 jam sedang anak belum lahir akan meningkatkan
resiko infeksi intra uterin 17%-68%.

2.2.1 Masalah I: Potensial terjadi infeksi karena KPD.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama intra partal.
Kriteria : - Tidak ada tanda infeksi yaitu tumor, rubor, color, dolor
dan fontiolesa
- Ketuban berwarna jernih dan tidak berbau
- TTV dalam batas normal
T : 110/70-130/90 mmHg
N : 76-92 x/menit
S : 36-37,5oC
R : 16-24 x/mnt
- DJJ dalam batas normal 120-160 x/mnt
Intervensi Menurut Donges (2001:246) ada 6:
a. Berikan penjelasan resiko yang terjadi akibat KPD.
R/ Ibu kooperatif dan mengerti tindakan yang akan dilakukan.
b. Gunakan teknik aseptik dan sepsis.
R/ Menurunkan resiko infeksi.
c. Lakukan persiapan dan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik.
R/ Meminimalkan mikroorganisme daerah genital.
13

d. Pantau suhu tiap 2 jam, nadi, his dan DJJ.


R/ Melihat tanda infeksi.
e. Observasi pemgeluaran cairan pervaginam.
R/ Infeksi intra partum akan menyebabkan cairan ketuban.
f. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi.
R/ Menurunkan resiko yang terjadi.

2.2.2 Masalah II: Potensial partus dengan tindakan.


Tujuan : Partus terjadi spontan tanpa tindakan.
Kriteria : - Kala II berlangsung  2 jam dengan AS > 7
- Ibu melahirkan dengan jenis partus spontan
belakang kepala.
- Keadaan ibu baik.
- Klien mengerti alas an dilakukannya tindakan.
Menurut Donges (2001:255) ada 7:
a. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan serta indikasinya.
R/ Ibu kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
b. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan.
R/ Ibu mengerti dan mengurangi kecemasannya.
c. Beri posisi yang nyaman pada ibu.
R/ Mememuhi kebutuhan rasa nyaman.
d. Siapkan peralatan untuk melaksanakan tindakan (vacuum set).
R/ Alat dalam keadaan siap pakai jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
e. Observasi cortonen tiap ½ jam.
R/ Deteksi dini adanya fetal distress.
f. Pimpin ibu untuk mengejan jika pembukaan sudah lengkap.
R/ Melahirkan bayi.
g. Jika bayi belum lahir dalam 1 jam kolaborasi partus dan tindakan (vakum).
R/ Mempercepat proses persalinan.

2.2.3 Masalah III: Cemas karena kurangnya pengetahuan ibu tentang KPD.
Tujuan : Ibu dapat beradapatasi dengan keadaannya.
Kriteria : - Klien tampak tenang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-130/90 mmHg
N : 74-88 x/menit
S : 36-37,5oC
R : 16-24 x/menit
14

Intervensi Menurut Donges (2001:255) ada 5:


a. Berikan penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialami, komplikasi dan
penanganannya.
R/Pengetahuan ibu bertambah sehingga lebih kooperatif.
b. Alihkan perhatian dengan mengajak komunikasi.
R/Mengalihkan perhatian akan seaktif melupakan kondisinya.
c. Berikan support mental pada ibu.
R/Ibu akan lebih yakin dan pasti dalam menghadapi persalinan.
d. Anjurkan ibu berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
R/Ibu lebih tenang dan memberikan kenyamanan secara psikologis.
e. Observasi TTV dan DJJ.
R/Memantau kondisi ibu dan janin.

2.2.4 Masalah IV: Potensial bagian kecil, tali pusat menumbung.


Tujuan : Selama inpartu tidak ada bagian kecil atay tali pusat
menumbung.
Kriteria :
1. Tidak ditemui bagian kecil janin/tali pusat yang menumbung.
2. DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit
3. Penurunan bagian terendah sesuai persalinan

Intervensi Menurut Donges (2001:255) ada 4:


a. Anjurkan pasien bedrest.
R/Posisi berdrest memungkinkan pengurangan kemungkinan jatuhnya
bagian terkecil/menumbung karena pengaruh gravitasi.
b. Berikan posisi trendelenburg apabila dicurigai terjadi bagian kecil/tali pusat
menumbung.
R/Posisi ini memungkinkan bagian menumbung naik lagi/menurunkan
potensi bagian kecil menumbung karena posisi uterus lebih rendah dari jalan
=lahir.
c. Lakukan pemeriksaan dalam sedini mungkin.
R/Deteksi dini prolapsus tali pusat, 8 jam berakibat buruk pada janin.
d. Observasi DJJ.
R/ Peningkatan dan penurunan DJJ menunjukkan fetal distress.

2.2.5 Masalah V: Potensial terjadi partus lama.


15

Tujuan : Kala II dapat terlewati dengan lancar tanpa penyulit


Kriteria : - Kala I berakhir dalam 12 jam
- Kala II berlangsung < 1jam pada multi dan < 2 jam primi
- Selama persalinan KU ibu baik

Intervensi Menurut Donges (2001) ada 4:


a. Observasi tanda-tanda vital.
R/Stress psikis pada ibu ditandai dengan peningkatan T, N dapat
mempengaruhi kemajuan dilatasi serviks, peningkatan suhu tubuh (> 35,5
o
C) menunjukkan tanda infeksi intra uterin.
b. Observasi CHBPK.
R/ Cortonen > 180 x/mnt menandakan keadaan distress janin, his dan
pembukaan yang tidak adekuat serta timbul bandel mempengaruhi
kemajuan persalinan.
c. Penuhi kebutuhan cairan klien.
R/ Kebutuhan cairan yang adekuat dapat meningkatkan KU ibu.
b. Anjurkan pasien istirahat diluar his.
R/ Kelelahan dapat menurunkan KU ibu.
2.2.6 Masalah VI: Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan keluarnya air
ketuban.
Tujuan : Rasa nyaman sehubungan dengan keluarnya air ketuban
Kriteria : Pakaian dalam keadaan bersih
Keluhan penderita berkurang
Intervensi Menurut Donges (2001) ada 6:
a. Beri penjelasan kepada ibu tentang KPD dan perlunya kebersihan diri.
R/ Dengan memberi penjelasan klien mengerti dan kooperatif dalam
tindakan.
b. Ganti pakaian klien bila basah.
R/ Pakaian bersih dan kering dapat memberikan rasa nyaman.
c. Jaga kbersihan diri dan lingkungan.
R/ Kebersihan diri dan lingkungan yang baik dan cermat mencegah terjadi
infeksi.
d. Observasi pengeluaran pervaginam.
16

R/Observasi pengeluaran pervaginam untuk mengetahui perkembangan


persalinan dan menentukan tindakan selanjutnya.

2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan menurut (kepmenkes,2007) adalah sebagai berikut:
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.

2.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Kepmenkes No 938 (2007) adalah sebagai berikut:
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai
keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

S : Data Subyektif
Mencatat hasil anamnesa.
O : Data Obyektif
Mencatat hasil pemeriksaa
A : Asesment
Mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P : Penatalaksanaan
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan sgera, tindakan secara
komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi, eveluasi/follow
up dan rujukan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2009

Nugroho T, Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :

Nuha Medika ; 2010.

Mochtar R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Manuaba,IBG. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan

Bidan. Edisi 2. Jakarta:EGC.p491; 2010

Varney H, Kriebs JM dan Gegor C. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:

EGC.

Anda mungkin juga menyukai