1 DEFINISI KLASIFIKASI
A. DEFINISI
Glaukoma adalah penyakit yang menunjukkan gambaran klinik berupa peninggian
tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optic dengan adanya defek lapang pandang
mata. (Ilyas,2009).
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai oleh berkurangnya lapang
pandang akibat kerusakan saraf optikus, kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan
Tekanan Intraokular yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth. 2005)
Glaukoma adalah kondisi dimana peningkatan tekanan intraokular, yang diakibatkan
oleh perubahan patologis pada sudut iridokorneal yang menghambat aliran keluar aqueous
humor secara normal. Peningkatan tekanan ini menyebabkan kerusakan struktur dan
fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada
kebutaan. (Smeltzer, 2001).
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan
intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg). (Elizabeth J.Corwin, 2009)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO,
penggaungan, dan degenerasi dari saraf optik serta defek lapang pandang yang khas. ( Anas
Tamsuri, 2010)
B. KLASIFIKASI
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang
sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang memungkinkan
terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
1) Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka akan
terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block) hambatan ini dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum, akibatnya akuos humor tidak
dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.
Terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena
mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini
ditemukan pada mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik
trus membesar karena usia,iris yang tebal pun di anggap merupakan factor
untuk mempersempit sudut bilik depan.
2) Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang
akan mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang
sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang
menyebabkan hal tersebut.
3) Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan
yang asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup. (Sidarta Ilyas, 2009)
b. Glaukoma Sudut Terbuka
Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum
sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi
sampai di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang sempit, hingga akuos humor
tidak dapat keluar dari bola mata dengan bebas. ( Sidarta Ilyas, 2002)
Keadaan ini disebut sebagai glaukoma primer karena sebabnya tidak
jelas/idiopatik. Kelainan biasanya bersifat genetik yang diturunkan secara
multifaktorial atau bersifat poligenik. Sedangkan yang dimaksud ‘sudut’ disini
adalah sudut iridokorneal. Sekurang-kurangnya 90 % dari kasus glaukoma primer
adalah sudut terbuka. Jadi, pada glaukoma sudut terbuka iris tidak menutupi
trabekulum. Hambatan aliran cairan akuos terjadi pada trabekulum itu sendiri, yaitu
pada celah-celah trabekulum yang sempit sehingga cairan akuos tidak dapat keluar
dari bola mata dengan bebas. Secara lebih detil lagi, sempitnya celah-celah
trabekulum itu disebabkan oleh timbunan-timbunan matriks interseluler. Glaukoma
primer sudut terbuka biasanya bersifat bilateral, perjalanannya progresif sangat
lamban, sifatnya tenang, dan sering tidak menimbulkan keluhan sehingga sulit untuk
menegakkan diagnosis pada stadium dini. Kalau penderita sudah mulai mengeluh
dan datang ke dokter, biasanya penyakitnya sudah dalam keadaan lanjut dimana
lapangan pandangnya sudah sangat sempit. Gejalanya tidak ada atau sangat ringan,
biasanya keluhannya hanya rasa tidak nyaman/pegal-pegal di mata. Penglihatan
tetap jelas pada fase awal, karena penglihatan sentral belum terlibat. Selanjutnya
lapangan pandang mulai menyempit.
Gejala lain adalah kesulitan berjalan, misalnya sering tersandung atau
“kejeglong” kalau naik/ turun tangga atau tidak tahu benda disampingnya (karena
hilangnya lapangan pandang perifer). Di tahap akhir terjadi kebutaan. Tanda-tanda
pada mata antara lain mata bisa tampak tenang. Maksudnya, tampak luar mata biasa-
biasa saja, tidak merah, kornea jernih, COA dalam, pupil normal. Funduskopi
menunjukkan atrofi papil saraf optik (CD ratio > 0,6). CD ratio adalah perbandingan
antara diskus dan cupping/lekukan dan diskus pada papil saraf optik. Semakin luas
lekukan (semakin besar CD ratio), menandakan atrofi semakin parah. TIO biasanya
>21 mmHg. Dapat ditemukan tanda-tanda papil granulomatosa yaitu lamina kribrosa
nampak jelas, atrofi retina, Dan pemeriksaan neurooftalmologis menunjukkan
adanya kelainan lapang pandang dan atau skotoma. Penanganannya dengan
menurunkan TIO dengan obat hingga ± 20 – 50% TIO awal. Lapangan pandang
perlu diperiksa tiap 6-12 bulan untuk mengontrol kerusakan lebih lanjut. Kalau perlu
operasi filtrasi (pembuatan saluran). Operasi ini dilakukan bila TIO tidak dapat
dikelola dalam batas-batas normal setelah pemberian obatobatan, sementara lapang
pandang terus memburuk. Cara filtrasi antara lain trepanasi, sklerektomi,
sklerostomi termal, dan trabekulektomi (Hartono,2007)
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit
intraokular.
a. Glaukoma sekunder sudut tertutup
Pada glaukoma ini, aliran humor aqueus tidak lancar karena tertutupnya trabekulum
oleh iris oleh sebab yang jelas.
b. Glaukoma sekunder sudut terbuka
Pada glaukoma ini terjadi sumbatan cairan akuos pada anyaman trabekulum atau
produksi cairan akuos yang berlebih dan pada glaukoma sekunder ditemukan sebab
yang jelas. Glaukoma sekunder sudut terbuka bisa terjadi karena adanya sumbatan
sebelum trabekulum (misal oleh lapisan endotel, selaput peradangan, atau membran
fibrovaskular), sumbatan pada trabekulum (misal karena sumbatan darah, makrofag,
sel neoplastik, partikel pigmen, protein, dan zonula lensa), serta sumbatan setelah
trabekulum (misal sumbatan di kanalis Schlemm, tekanan vena episklera yang
meningkat karena trombus atau sumbatan lain). Gejala yang timbul dapat akut misal
yang disebabkan uveitis; dan dapat pula kronis. Yang kronis dapat terjadi pada
glaukoma karena pengobatan steroid jangka panjang atau pasca trauma. Gejalanya
seperti pada glaukoma primer sudut terbuka, antara lain: tidak terasa sakit, mata
tenang, sedikit atau tidak menimbulkan keluhan. (Hartono, 2007)
Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume
2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media
Ilyas, sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3.
Jakarta : Balai Pustaka.
Brunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Anas Tamsuri. 2006. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta : EGC