Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah lapangan merupakan salah satu studi observasi yang dilaksanakan langsung pada
lingkungan atau habitat yang nyata. Kuliah lapangan kali ini mengenai hewan vertebrata
yang berkaitan dengan mata kuliah Zoologi Vertebrata. Dilaksanakan di Cagar Alam
Pangandaran, permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan yang sudah ada
jawabannya (hanya menunjukkan teori yang sudah dipelajari) maupun permasalahan-
permasalahan yang belum ada jawabannya. Permasalahan-permasalahan ini nanti akan
disampaikan sebagai tugas-tugas praktikum yang harus dilakukan oleh mahasiswa sehingga
mereka dapat menemukan jawabannya. Untuk dapat mendapatkan hasil observasi yang tepat
dan berharga tentunya harus dilakukan dengan cermat, teliti, tercatat, dan
terdokumentasikan. Sesuai dengan materi mata kuliah Zoologi Vertebrata maka fokus dari
praktikum lapangan yang sudah dilakukan adalah pengenalan keragaman vertebrata, baik
dari jenis, habitat, cara hidup, asosiasi atau hubungan spesies tersebut dengan organisme
lainnya, bentuk tubuhnya dan pemanfaatannya.
Materi tentang vertebrata ini dianggap penting karena di Indonesia spesies ini beraneka
ragam, sehingga kita dapat mengamati kehidupan dari spesies ini secara langsung. Yang
perlu diperhatikan dalam melakukan praktikun lapangan adalah kesiapan peralatan dan
komponen-komponen yang dibutuhkan saat praktikum lapangan. Tempat praktikum
lapangan biasanya jauh dari tempat tinggal kita dan juga sering tidak menyediakan peralatan
yang kita butuhkan. Oleh karena itu, semua peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan
praktikum harus disiapkan sebelum kita berangkat ke lapangan agar hasil yang didapatkan
sesuai dengan yang diinginkan.

1.2 Tujuan Penelitian


- Untuk mengetahui spesies mamalia dan hewan primata yang terdapat di lokasi praktikum
lapangan.
- Untuk mengetahui sebaran spesies mamalia dan hewan primata di Cagar Alam
Pangandaran.

1
- Untuk mencari informasi mengenai keberadaan spesies mamalia dan hewan primata di
Cagar Alam Pangandaran dari petugas/pemandu.
- Untuk mendapatkan bukti fisik langsung (foto dan koleksi spesimen) dan tak langsung
berupa (tapak/jejak, kotoran/feses, rambut, sarang, suara dan bekas aktifitas lainnya) yang
dapat dijadikan tanda keberadaan spesies mamalia dan hewan primata.
- Untuk mendata/mencatat/mendeskripsikan kondisi habitat (vegetasi dan parameter
lingkungan) pada lokasi penelitian dan tempat hewan vertebrata yang ditemukan.

1.3 Mamfaat Penelitian


- Mahasiswa dapat mengenal keanekaragaman hewan yang terdapat di Cagar Alam
Pangandaran.
- Mahasiswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri hewan yang diamati di tempat Penggembala
(Cagar Alam Pangandaran).
- Mahasiswa dapat memahami sifat-sifat biologi dan perilaku hewan yang terdapat di lokasi
praktikum.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang belakang
berasal dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer atau notokorda (korda dorsalis).
Notokorda vertebrata hanya ada pada masa embrionik, setelah dewasa akan mengalami
penulangan menjadi sistem penyokong tubuh sekunder, yaitu tulang belakang (vertebrae).
Dalam sistem klasifikasi, vertebrata merupakan subfilum dari filum Chordata. Chordata
meliputi hewan-hewan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Memiliki notokord, yaitu kerangka berbentuk batangan keras tetapi lentur. Notokord terletak
di antara saluran pencernaan dan tali saraf, memanjang sepanjang tubuh membentuk sumbu
kerangka.
 Memiliki tali saraf tunggal, berlubang terletak dorsal terhadap notokord, dan memiliki ujung
anterior yang membesar berupa otak.
 Memiliki ekor yang memanjang ke arah posterior terhadap anus.
 Memiliki celah faring.
Tubuh vertebrata mempunyai tipe simetri bilateral dan bagian organ dalam dilindungi oleh
rangka dalam atau endoskeleton, khusus bagian otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak
(kranium). Bagian terluar tubuh vertebrata berupa kulit yang tersusun atas epidermis (lapisan
luar) dan dermis (lapisan dalam). Kulit vertebrata ada yang tertutup dengan bulu ada juga yang
tertutup dengan rambut.
Organ dalam, seperti organ pencernaan, jantung, dan pernapasan terdapat didalam suatu
rongga tubuh atau selom. Vertebrata memiliki alat tubuh yang lengkap, yang menyusun sistem
organ tubuhnya meliputi sistem pencernaan yang memanjang dari mulut hingga anus, sistem
peredaran darah tertutup (darah mengalir di dalam pembuluh darah), alat ekskresi berupa ginjal,
alat pernapasan berupa paru-paru atau insang, sepasang alat reproduksi (kanan dan kiri) serta
sistem endokrin yang berfungsi menghasilkan hormon.
Ada dua kelompok vertebrata yaitu Agnatha dan Gnatostomata. Agnatha merupakan
vertebrata yang tidak mempunyai rahang, sedang Gnatostomata merupakan vertebrata yang
mempunyai rahang. Vertebrata terdiri dari lima kelas yaitu pisces, amphibia, reptile, aves dan
mammalian.

3
2.1 Mamalia
Mamalia merupakan hewan yang paling tinggi tingkat evolusinya. Terdapat dua ciri yang
membedakan mamalia dengan hewan lain yaitu: tubuhnya ditutupi rambut dan mempunyai
glandula mamae pada yang betina. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua
turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta
dan berkantung atau marsupial).

Mamalia dibagi menjadi 3 Subclassis yaitu:


1. Allotheria (Punah)
2. Prototheria (Hanya satu Ordo yaitu Monotremata dan termasuk mamalia yang tidak
melahirkan tapi bertelur)
3. Theria (Termasuk mamalia yang melahirkan)
Subclassis ini mempunya 3 infra-class, yaitu :
- Pantotheria (punah)
- Metatheria (satu ordo yaitu Marsupialia)
- Eutheria (semua mammalia yang masih hidup selain yang di atas disebutkan)

A. Subclassis Prototheria
1. Ordo Monotremata
B. Subclassis Theria
a. Infraclassis Metatheria
1. Ordo Marsupialia
b. Infraclassis Eutheria
1. Ordo Insectivora
2. Ordo Chiroptera
3. Ordo Primata
a) Subordo Lemuroidea
b) Subordo Tarsoidea
1) Family Tarsiidae
c) Subordo Anthropoidea
1) Super family Ceboidea (Monyet dunia baru)

4
2) Super family Cercopithecoidea (Monyet dunia lama)
3) Super family Hominoidea
a. Family Hylobatidae
b. Family Anthropomorphee
c. Family Hominidae
4. Ordo Carnivora
a) Subordo Fissipedia
1) Canidae
2) Felidae
3) Mustelidae
4) Ursidae
b) Subordo Pinnipedia
5. Ordo Cetacea
a) Subordo Archaeoceti (Paus Purba)
b) Subordo Mysticeti (Paus Berkumis)
1) Family Balaenopteridae
2) Family Balaenidae
c) Subordo Odontoceti (Paus Bergigi)
1) Family Physeteridae
2) Family Kogiidae
3) Family Ziphidae
4) Family Delphinidae
5) Family Phocoenidae
6. Ordo Serenia
7. Ordo Rodentia
1) Family Sciuridae (Bajing Pohon atau Bajing Tanah)
2) Family Muridae (Tikus dan Mencit)
8. Ordo Lagomorpha
9. Ordo Proboseidea
10. Ordo Dermoptera

5
Ungulata
Ungulata adalah mamalia yang mempunyai tracak. Ungulata sebenarnya tidak digunakan
untuk penamaan tingkatan takson. Ungulata di bagi menjadi 2 ordo, yaitu
1. Ordo Perissodactyla
a) Subordo Equidae
b) Subordo Rhinocerotoidea
c) Subordo Tapiroidea
2. Ordo Artiodactyla
a) Subordo Bunodonta
b) Subordo Pccora
c) Subordo Tylopoda

2.2 Hewan Primata


Klasifikasi Hewan Primata
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Mammalia
Subclass : Eutheria
(Tidak termasuk) : Euarchontoglires
Super Ordo : Euarchonta
Ordo : Primates

Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di dalam ordo ini termasuk
lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari kata bahasa Latin primates yang
berarti "yang pertama, terbaik, mulia". Colin Groves mencatat sekitar 350 spesies primata dalam
Primate Taxonomy. Ilmu yang mempelajari primata dinamakan primatologi.

Seluruh primata memilik lima jari (pentadactyly), bentuk gigi yang sama dan rancangan
tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Kekhasan lain dari primata adalah kuku jari. Ibu jari
dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu ciri khas primata, tetapi tidak terbatas
dalam primata saja; opossum juga memiliki jempol berlawanan. Dalam primata, kombinasi

6
dari ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang panjang dan menutup
ke dalam adalah sebuah relik dari posisi jari (brachiation) moyangnya pada masa lalu yang
barangkali menghuni pohon. Semua primata, bahkan yang tidak memiliki sifat yang biasa
dari primata lainnya (seperti loris), memiliki karakteristik arah mata yang bersifat
stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke samping) dan postur tubuh tegak.

Monyet dan kera termasuk hewan primata. Dalam banyak hal, hewan primata memiliki
kemiripan dengan manusia, sebab manusia sendiri termasuk makhluk primata. Hewan
primata dapat berdiri, duduk, berjalan tegak, dan menggunakan jari-jari tangannya untuk
menggenggam, menggelantung, mengambil sesuatu, memasukkan makanan ke dalam mulut,
mengusap, menggaruk dan melempar sesuatu.

Hewan primata termasuk makhluk sosial, mereka hidup berkelompok. Mereka


berkomunikasi dengan cara bersuara dan menggerakkan mata atau tangan. Seperti manusia,
mereka suka bermain bersama, bercanda, bahkan berkelahi. Sang induk berperan besar
dalam mengajarkan berbagai gerakan kepada anak-anaknya, termasuk memperkenalkan
makanan baru. Hewan primata banyak terdapat di hutan tropis. Umumnya mereka
berkembang biak dan mencari makan di atas pohon. Selain merupakan tempat tinggal,
pohon juga menjadi tempat persembunyian dari musuh.

Banyak orang yang tidak dapat membedakan monyet dengan kera. Kera bertubuh lebih
besar, tidak berekor, serta memiliki jari tangan dan kaki lebih panjang. Adapun monyet
bertubuh lebih kecil dan memiliki ekor panjang yang dapat digunakannya untuk
bergelantungan di dahan. Kera digolongkan lagi menjadi dua yakni kera besar dan kera
kecil. Yang termasuk dalam golongan kera kecil yakni gibon atau wau-wau. Simpanse,
gorilla dan orang utan termasuk golongan kera besar.

Monyet hidup di hutan tropis, ada sekitar 200 jenis, umumnya mereka hidup di pepohonan
yang tidak terlalu tinggi. Monyet terdiri dari berbagai macam bentuk dan ukuran. Ada
monyet pigmi marmoset yang panjang tubuhnya hanya 15 cm, ada pula monyet madril yang
panjang tubuhnya 81 cm, tidak termasuk ekor. Monyet terbagi dalam dua golongan, yakni

7
monyet dunia baru misalnya monyet wol yang memiliki wajah bulat dengan sekat hidung
yang tebal, jumlah giginya 36 buah, memiliki ekor yang lebih panjang dan dapat digunakan
untuk memegang dahan. Sedangkan monyet dunia lama seperti mamakus memiliki sekat
hidung yang tipis sehingga lubang hidungnya berdekatan, jumlah giginya 32 buah. Ekornya
tidak dapat digunakan untuk memegang dahan.

Selain kera dan monyet, prosima juga termasuk dalam golongan hewan primata. Yang
termasuk dalam jenis prosima misalnya lemur dan indri. Kedua hewan ini hidup di hutan
tropis Madagaskar. Mereka pemakan daun, buah-buahan, dan serangga. Sifaka sangat gesit
di pohon, lompatannya mirip dengan indri. Loris atau kukang adalah prosima pemakan
serangga, burung, dan telur burung.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Tempat berangkat : Kampus II Universitas Kuningan.
Tempat penelitian : Cagar Alam Pangandaran – Kabupaten Ciamis (Pangandaran).

3.2 Waktu Penelitian


Hari : Senin – Rabu
Tanggal : 16 – 18 Desember 2013

3.3 Alat dan Bahan


a. Alat
1. Alat tulis.
2. Papan berjalan.
3. Tabel pengamatan.
4. Pengamatan lapangan.
5. Buku panduan hewan primata.
6. Buku panduan mamalia.
7. Buku panduan jejak mamalia.

b. Bahan
1. Plastik dan bollpoin paten, transparasi untuk menjiplak tapak/jejak hewan.
2. Tempat koleksi specimen basah dan kering.
3. Kertas yang telah disiapkan sketsa gambar burung, untuk membuat sketsa burung yang
ditemukan
4. Lembar / panduan wawancara dengan pemandu.

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian


Untuk mengetahui gambaran spesies-spesies vertebrata mamalia dan hewan primata
dilakukan rancangan penelitian observasional ke lapangan langsung.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian kuliah lapangan yang telah dilakukan, beberapa spesies vertebrata yang
dapat ditemukan adalah sebagai berikut:
Kelompok : 5/ III B
Tempat : Cagar Alam Pangandaran
Tanggal : 16 - 18 Desember 2013
Waktu : Pukul 08.00 s/d selasai

Lokasi
No. Nama Spesies Nama Daerah Kelas Penemuan

1 Macaca fascicularis Monyet Mamalia Cagar alam

2 Trachypithecus auratus Lutung Mamalia Cagar alam

3 Axis kuhlii Rusa Mamalia Padang rumput

4 Muntiacus rafinesque Kijang Mamalia Padang rumput

5 Hystrix Javanica Landak Mamalia Gua Parat

Paroduxurus Padang rumput


6 Luwak Mamalia
hermaphodritus

7 Bos javanicus Banteng Mamalia Padang rumput

10
4.2 Pembahasan
A. Monyet
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis

Deskripsi
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah monyet asli Asia Tenggara namun
sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia. Monyet ini sangat adaptif dan termasuk
hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia. Selain menjadi
hewan timangan atau pertunjukan, monyet ini juga digunakan dalam berbagai
percobaan kedokteran.

Dalam bahasa Inggris, monyet ekor panjang dinamakan Crab-eating Macaque atau
Long-tailed Macaque. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah) primata ini dinamai
Macaca fascicularis yang bersinonim dengan Macaca irus.
Di beberapa daerah di Indonesia, Monyet Ekor Panjang disebut dengan berbagai nama
seperti Bojog (Bali), Kethek atau Munyuk (Jawa), Monyet, Kunyuk atau Onces
(Sunda).

Saat dewasa Monyet Ekor Panjang mempunyai panjang tubuh sekitar 38-55 cm
ditambah ekor sepanjang 40-65 cm. Berat tubuh Long-tailed Macaque berkisar antara 5-
9 kg untuk jantan dan 3-6 kg untuk monyet betina. Bulu Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan dengan wajah
berwarna abu-abu kecoklatan serta jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang
terdapat jambul di atas kepala. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit.

11
Monyet ini memiliki gigi seri berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk
mengunyah makanan.

Monyet Ekor Panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga 40-an ekor
lebih. Dalam satu kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah betina 2-5 kali
lipatnya dengan salah satu monyet jantan sebagai pemimpin kelompok. Seekor pejantan
biasanya melakukan perkawinan dengan beberapa betina sekaligus.

Monyet yang populer dipelihara dan dijadikan hiburan topeng monyet termasuk hewan
omnivora. Makanannya bervariasi mulai dari buah, daun, bunga, umbi, jamur, serangga,
siput, rumput muda, bahkan kepiting. Meskipun mayoritas yang dikonsumsi adalah
buah-buahan.

Persebaran dan Subspesies Monyet Ekor Panjang. Primata ini mampu hidup dalam
beragam ekosistem mulai dari hutan bakau di pantai, dataran rendah hingga pegunungan
dengan ketinggian 2.000 meter dpl. Monyet jenis ini tersebar luas di kawasan Asia
Tenggara dan Selatan mulai dari Banglades, Brunei, Filipina, India, Indonesia,
Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.
Di Indonesia Monyet bernama latin Macaca fascicularis ini dapat dijumpai di Bali,
Bangka, Bawean, Belitung, Jawa, Kalimantan, Kangean, Karimunjawa, Karimata,
Lombok, Nias, Nusa Tenggara, Simeulue, Sumatra, Sumba, Sumbawa, dan Timor.

B. Lutung
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Primates
Family : Cercopithecidae
Genus : Trachypithecus
Species : Trachypithecus auratus

12
Deskripsi
Lutung (Trachypithecus auratus) adalah primata yang memiliki banyak sekali nama
atau sebutan yang berbeda di daerah maupun di tingkat internasional. Nama daerah dari
lutung yang banyak dikenal adalah Lutung Jawa (sunda), Lutung Budeng (jawa), petu,
hirengan (bali). Seringkali disebut lutung jawa, dan dalam bahasa Inggris seringkali
disebut Javan Langur atau Ebony Leaf Monkey.

Lutung Jawa mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala hingga tungging rata-rata 597
mm baik jantan maupun betina dewasa. Panjang rata-rata ekornya 742 mm, sedangkan
berat tubuhnya rata-rata 6,3 kg. Warna rambut hitam diselingi dengan warna keperak-
perakan. Bagian ventral berwarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Menurut
Napier (1967), muka keluarga besar lutung pada umumnya berwarna hitam, begitu juga
dengan telapak tangan dan kaki.

Bulu lutung jawa (Trachypithecus auratus) berwarna hitam dan lutung betina memiliki
bulu berwana keperakan di sekitar kelaminnya. Lutung jawa (lutung budeng) muda
memiliki bulu yang berwarna oranye. Untuk subspesies Trachypithecus auratus auratus
(Spangled Langur Ebony) meliki ras yang mempunyai bulu seperti lutung jawa muda
dengan warna bulu yang oranye sedikit gelap dengan ujung kuning.

Anak lutung yang baru lahir berwarna kuning jingga dan tidak berambut. Setelah
meningkat dewasa warnanya akan berubah menjadi hitam kelabu. Warna lutung terang
atau oranye hanya muncul pada anakan yang masih bayi atau baru saja lahir, pada umur
enam bulan berubah jadi hitam, coklat atau abu-abu.

Susunan gigi dari lutung adalah 2 : 1 : 2 : 3 pada kedua bagian rahang atas dan bawah.
Jenis makanan lutung terdiri lebih dari 66 jenis tumbuhan yang berbeda. Komposisi
makanannya 50% berupa daun, 32% buah, 13% bunga dan sisanya bagian dari
tumbuhan atau serangga. Daun muda dari Tectona grandis merupakan sumber pakan
yang penting jika jenis-jenis makanan yang disukainya sangat sulit untuk dijumpai Kool
dalam Susetyo (2004) menemukan bahwa jenis Ficus sinuata, Ficus sumatrana dan

13
Vitex pinnata merupakan jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan penting di
beberapa daerah seperti di Pangandaran.

Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya
bisa dijumpai di pulau Jawa, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Keberadaan
lutung jawa di pulau Lombik diduga karena proses introduksi.

Habitat alami lutung jawa (lutung budeng) adalah kawasan hutan dengan berbagai
variasi mulai hutan bakau di pesisir pantai, hutan rawa air tawar, hutan dataran rendah,
hutan meranggas, hingga hutan dataran tinggi hingga ketinggian mencapai 3.500 mdp.
Daerah jelajah lutung jawa mencapai seluas 15 ha.

Populasi lutung jawa masih dapat ditemukan dibeberapa cagar alam di Jawa seperti
Taman Nasional Ujung Kulon, Cagara Alam Pangandaran, TN. Meru Betiri, TN. Bromo
Tengger Semeru, Gunung Halimun, Gunung Dieng, Gunung Arjuno, Alas Purwo dll.

Ancaman utama terhadap lutung jawa disebabkan oleh berkurangnya habitat sebagai
dampak deforestasi hutan dan perburuan yang dilakukan manusia.

C. Rusa
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Upaordo : Ruminantia
Family : Cervidae
Upafamily : Cervinae
Genus : Axis
Species : Axis kuhlii

14
Deskripsi
Rusa adalah hewan mamalia pemamah biak (ruminan) yang termasuk familia Cervidae.
Salah satu ciri khas rusa adalah adanya antler (tanduk rusa), dan bukan tanduk, yang
merupakan pertumbuhan tulang yang berkembang setiap tahun (biasanya pada musim
panas) terutama pada rusa jantan (walaupun ada beberapa pengecualian). Ada sekitar 34
spesies rusa di seluruh dunia yang terbagi menjadi dua kelompok besar: kelompok rusa
dunia lama yang termasuk subfamilia Muntiacinae dan Cervinae; serta kelompok rusa
dunia baru, Hydropotinae dan Odocoilinae.

Bobot rusa umumnya berkisar 30-250 kilogram (70 hingga £ 600), meskipun Pudu
Utara rata-rata 10 kilogram (20 lb) dan Moose rata-rata 431 kilogram (1.000 lb).
Mereka umumnya memiliki luwes, badan kompak dan panjang, kaki kuat cocok untuk
medan hutan kasar. Rusa juga jumper yang sangat baik dan perenang. Rusa ruminansia ,
atau kunyahan-pengunyah, dan memiliki empat bilik perut. Gigi rusa disesuaikan
dengan makan pada vegetasi, dan seperti ruminansia lainnya.
Status konservasi : aman

D. Kijang
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Upa ordo : Ruminantia
Family : Cervidae
Genus : Muntiacus
Species : Muntiacus rafinesque

Deskripsi
Kijang atau muncak adalah kerabat rusa yang tergabung dalam genus Muntiacus. Kijang
berasal dari Dunia Lama dan dianggap sebagai jenis rusa tertua, telah ada sejak 15-35

15
juta tahun yang lalu, dengan sisa-sisa dari masa Miosen ditemukan di Perancis dan
Jerman. Pada masa sekarang, muncak hanya dapat ditemui di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, mulai dari India, Srilangka, Indocina, hingga kepulauan Nusantara. Beberapa
jenis diintroduksi di Inggris dan sekarang banyak dijumpai di sana. Kijang tidak
mengenal musim kawin dan dapat kawin kapan saja, namun perilaku musim kawin
muncul bila kijang dibawa ke daerah beriklim sedang. Jantannya memiliki tanduk
pendek yang dapat tumbuh bila patah. Hewan ini sekarang menarik perhatian penelitian
evolusi molecular, karena memiliki variasi jumlah kromosom yang dramatis dan
ditemukannya beberapa jenis baru (terutama di Indocina).
Status konservasi : aman

E. Landak
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Hystricide
Genus : Hystrix
Species : Hystrix Javanica

Deskripsi
Landak jawa (Hystrix javanica) adalah jenis hewan pengerat dari suku Hystricidae.
Landak jawa adalah hewan endemik dari Indonesia. Meskipun tidak terdaftar sebagai hewan
yang terancam eksistensinya di alam oleh IUCN, landak jawa diburu orang karena di beberapa
tempat merusak tanaman budidaya. Daging landak juga dibuat sate di beberapa tempat. Landak
Jawa banyak ditemukan di hutan, dataran rendah, kaki bukit, dan area pertanian. Pakan
landak Jawa dapat berupa rumput, daun, ranting, akar, buah-buahan, sayur-sayuran
bahkan landak juga dapat mengunyah tanduk rusa untuk memenuhi kebutuhan mineral
dalam tubuhnya. Ciri-ciri fisik yang khas pada landak Jawa adalah tubuhnya yang
diselimuti rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri.

16
Rambut halus dan duri terdapat di seluruh bagian tubuh landak, kecuali pada bagian
hidung, mulut, daun telinga, dan telapak kaki. Fungsi dari rambut halus adalah sebagai
pelindung dari cuaca panas maupun dingin, membantu mengatur proses homeostatis
tubuh, dan sebagai reseptor sensoris. Rambut peraba berwarna hitam dan putih terdapat
di bawah hidung dan di sekitar pipi landak. Rambut peraba merupakan rambut khusus
yang tumbuh dari folikel hipodermis. Folikel-folikel tersebut dikelilingi oleh saraf yang
responsif terhadap rangsangan mekanik seperti sentuhan atau gerakan.

Pada bagian kepala, tubuh dan ekor ditutupi oleh duri yang tebal dan kaku yang
panjangnya dapat mencapai 20 cm. Duri tersebut berwarna kecoklatan atau kehitaman,
seringkali terdapat band putih pada duri landak. Setiap duri yang ada pada tubuh landak
tertanam di dalam kulit. Duri melekat pada otot yang berfungsi sebagai penarik duri
tersebut ke atas (penegang) ketika ada ancaman yang mendekat.

Duri-duri pertahanan landak akan ditegangkan ketika landak merasa terancam oleh
predator. Landak mampu menghempaskan duri-duri pertahanannya ke tubuh predator
ketika predator mendekati landak. Duri-duri pertahanan tersebut dapat terlepas dan
menancap pada tubuh predator. Duri-duri yang hilang tersebut akan diganti dengan duri-
duri yang baru. Duri-duri baru ini akan tetap berada atau tertanam di dalam kulit sampai
tumbuh sempurna. Pertumbuhan duri baru akan sama dengan proses pertumbuhan
rambut pada umumnya.

F. Luwak
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Carnivora
Family : Viverridae
Genus : Parodoxurus
Species : Paroduxurus hermaphodritus

17
Deskripsi
Musang luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan
garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus dan di
Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai
sebutan lain seperti musang (nama umum, Betawi), careuh bulan (Sunda), luak atau
luwak (Jawa), serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy cat
dalam bahasa Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor,
sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.

Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah
tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima
garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-
bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar
di sebelah tubuhnya.

Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di
bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar
lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala. Hewan betina memiliki tiga
pasang puting susu.

Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di sekitar
pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat
arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk
turun ke tanah. Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari
makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya.

Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas atap rumah,
meniti kabel listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan
juga turun ke tanah di dekat dapur rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-hutan
sekunder.

18
Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering
memakan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan. Termasuk di antaranya pepaya,
pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa yang lain adalah aneka
serangga, moluska, cacing tanah, kadal serta bermacam-macam hewan kecil lain yang
bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus.

G. Banteng
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylm : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Genus : Bos
Species : Bos javanicus

Deskripsi
Satwa ini mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi peliharaan. Panjang tubuh 108-200
cm, tinggi pundak 130-170 cm. Berat tubuhnya dapat mencapai 900 kg. Beberapa ciri
yang membedakan dengan sapi lokal yaitu antara lain warna kulit dan rambut banteng
betina selalu coklat kemerahan dan jantan berwarna hitam. Baik jantan maupun betina,
kulit dan rambut di bagian kaki bawah berwarna putih. Banteng jantan mempunyai
tanduk yang selalu menghadap ke arah atas atau sedikit condong ke depan, sedangkan
betina hampir semua tumbuh kea rah belakang.

Banteng hidup dalam kelompok besar sekitar 10-30 ekor, mencari pakan pada pagi dan
sore hari. Perilaku seperti merumput, berkubang, menjelajah dan istirahat selalu
dilakukan sesuai dengan waktunya. Jika kelompok banteng terancam, maka seluruh
anggota kelompok akan mengawasi ke arah sumber datangnya ancaman. Jika terdesak
maka banteng akan melawan menggunakan tanduknya dengan cara menyeruduk.

19
Musim kawin banteng dari lokasi yang berbeda selalu berlainan. Di Taman Marga
Satwa Ujung Kulon, musim kawin banteng pada bulan Juli-Agustus. Lama bunting
(gestasi) 270-280 hari, anak yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak banteng menjadi
dewasa setelah berumur 2-3 tahun.

Selama musim penghujan satwa ini memakan rebung, dedaunan dan pada musim
kemarau menyukai merumput di padang rumput atau hutan terbuka. Satwa ini menyukai
topografi yang rata atau sedikit bergelombang, dengan hutan yang tidak begitu lebat dan
lapangan terbuka yang berumput atau berumpun bambu. Tersebar di Pulau Jawa.

4.3 Beberapa Bukti Fisik Spesies Yang Ditemukan


A. Monyet dan Lutung

Untuk spesies monyet dan Lutung, kami menemukan gambarnya secara langsung
seperti diatas. Kami menemukan spesies tersebut berada di daerah Cagar Alam

B. Rusa

20
Spesies rusa yang terdapat di Cagar Alam Pangandaran, ditemukannya bukti fisik yaitu
adanya sampel jejak kaki dan feses dari spesies ini. Feses ini ditemukan di daerah
padang rumput. Feses tersebut berbentuk bulat dan kecil seperti feses kambing, dengan
warna hitam.

C. Landak

Spesies landak yang terdapat di Cagar Alam Pangandaran, ditemukan bukti fisik secara
langsung yang telah ditemukan di gua parat.

D. Luwak

Spesies luwak yang terdapat di Cagar Alam Pangandaran, ditemukannya bukti fisik
yaitu adanya sampel feses dari spesies ini. Feses ini ditemukan di daerah padang
rumput.

21
E. Banteng

Adanya spesies banteng yang hamper mirip dengan sapi di Cagar Alam Pangandaran
bagian daerah padang rumput terbukti dengan ditemukannya sampel feses dari hewan
tersebut. Feses tersebut bentuknya sama seperti feses sapi pada umumnya, yaitu
berwarna hijau kecoklatan. Dan ditemukan dalam beberapa bentuk, ada yang masih
basah, kering dan sudah hancur.

F. Kijang

Spesies Kijang kami menemukannya secara langsung baik di daerah di dalam maupun
di luar Cagar Alam Pangandaran.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengamatan kuliah lapangan yang bertempatkan di Daerah Pangandaran yaitu di Cagar
Alam, kami mengamati satu kelas dari filum Chordata yaitu Mammalia, selain itu kami juga
mengamati hewan primate. Dari kelas Mammalia ditemukan spesies lutung, monyet, rusa,
luwak, banteng, landak, dan kijang. Dapat kita ketahu monyet dan lutung merupakan hewan
primate yang berada di Cagar Alam Pangandaran. Kemudian, kami juga banyak menemukan
beberapa jejak fisik dari hewan yang kami amati, salah satunya feses dan jejak kaki.

5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut agar mendapatkan suatu hasil yang lebih maksimal untuk
mengetahui ciri-ciri dari spesies yang ada dalam filum Chordata tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://alamendah.org/2010/07/13/lutung-jawa-trachypithecus-auratus/
http://alamendah.org/2011/03/08/monyet-ekor-panjang-macaca-fascicularis-monyet-populer/
http://en.wikipedia.org/wiki/Banteng
http://gembiralokazoo.com/collection/banteng.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Binatang_menyusui
http://id.wikipedia.org/wiki/Landak_jawa
http://id.wikipedia.org/wiki/Monyet_ekor_panjang
http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak
http://id.wikipedia.org/wiki/Primata
http://id.wikipedia.org/wiki/Rusa
http://www.kajianpustaka.com/2012/12/klasifikasi-biomorfologi-dan-ekologi.html
http://merbabu.com/fauna/primata.php
http://sukasains.com/materi/mengenal-hewan-bertulang-belakang-vertebrata/

24

Anda mungkin juga menyukai