Anda di halaman 1dari 15

BAB VIII

PEMBAHASAN

A. Indikator Program Puskesmas yang Bermasalah


Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan
monitoring dan evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan atau
menggambarkan keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya
perubahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan program Puskesmas Borobudur, Terdapat
kegiatan puskesmas yang cakupannya tidak memenuhi target salah satunya
adalah angka cakupan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah dengan
angka cakupan sebesar 66,67% dan angka pencapaian 95,24% untuk periode
Januari - Maret 2017 dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) 100%.
Hal ini menandakan bahwa cakupan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di
sekolah bermasalah

B. Analisis Masalah
Untuk menganalisis penyebab masalah manajemen puskesmas,
digunakan pola pendekatan sistem dan pendekatan mutu. Akan tetapi, dalam
laporan ini yang digunakan hanya pola pendekatan sistem saja.
Pendekatan sistem meliputi input (man, method, money, machine,
material), proses (P1 Perencanaan, P2 Penggerakkan dan Pelaksanaan, P3
Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian) dan lingkungan, yang kemudian
dituangkan dalam diagram fishbone. Masalah yang timbul terdapat pada
output dimana hasil kegiatan atau cakupan kegiatan tidak sesuai dengan target
pencapaian. Sistem yang diutarakan pada laporan ini adalah sistem terbuka
pelayanan kesehatan dan dijabarkan sebagai berikut

37
Input Proses Output

Man P1 Cakupan
Money P2 Program
Method P3
Material
Machine

Lingkungan

Fisik : Jarak
Non-Fisik : kesadaran &
pengetahuan

Bagan 3. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

C. Menentukan Penyebab Masalah


Tabel 3. Analisis Input Penyebab Masalah
Input Kelebihan Kekurangan
Man - Terdapat 1 koordinator Promosi 1. Kurangnya jumlah orang/ tim
Kesehatan di Puskesmas medis dan tim lintas sektor
Borobudur untuk penyuluhan HIV/AIDS
- Terdapat 1 tim penyuluhan dan NAPZA
HIV/AIDS dan NAPZA di
sekolah yang terdiri dari 4 orang
- Pemahaman tim penyuluhan
yang baik mengenai penyakit
HIV/AIDS dan NAPZA

Money - Tersedianya anggaran dari

38
Puskesmas untuk biaya
operasional penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA di
sekolah

Method - Petugas program promosi 2. Kurang aktifnya petugas


kesehatan Puskesmas Borobudur dalam melakukan penyuluhan
mendatangi sekolah-sekolah ke sekolah-sekolah
untuk melakukan penyuluhan dikarenakan kurangnya waktu

Machin - Tersedianya laptop, LCD , 3. Tidak tersedia media promosi


e microphone keehatan seperti poster, leaflet,
booklet, stiker, video dari
puskesmas. Hanya menunggu
dari Dinkes yang jumlahnya
terbatas.

Materia - Tersedianya bangunan tetap yang


l layak untuk menjadi tempat
berlangsungnya kegiatan
penyuluhan (Ruang kelas
sekolah)
- Terdapat 12 sekolah SMP dan
SMA

Tabel 4. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan Kekurangan


P1 - Adanya rencana operasional 4. Tidak adanya jadwal
(Perencanaan) promosi kesehatan khususnya kegiatan tetap

39
dibidang penyuluhan penyuluhan HIV/AIDS
dan NAPZA disekolah
5. Kurangnya koordinasi
lintas sektoralantara
puskesmas dan pihak
sekolah dalam
perencanaan jadwal
kegiatan promosi
kesehatan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA

P2 - Pelaksanaan penyuluhan 6. Kurangnya koordinasi


(Pelaksanaan) HIV/AIDS dan NAPZA di yang baik antara petugas
sekolah . kesehatan dengan
sekolah sehingga
penyuluhan tidak
dilakukan.

P3 - Pengawasan program dilakukan 7. Tidak ada evaluasi


(Pengawasan, oleh koordinator program khusus untuk
Pengendalian, Promosi Kesehatan puskesmas penyuluhan HIV/AIDS
dan Penilaian) Borobudur dan NAPZA di sekolah
- Terdapat sistem pelaporan 8. Laporan kegiatan
kegiatan bulanan dalam bentuk penyuluhan HIV/AIDS
standar pelayanan minimal dan NAPZA tidak
sebagai tolak ukur keberhasilan lengkap
program tersebut

Tabel 5. Analisis Lingkungan Penyebab Masalah

Lingkungan Kelebihan Kekurangan


- Lingkungan sekolah 9. Kurangnya kesadaran pihak

40
yang kondusif sebagai sekolah mengenai pentingnya
sarana kegitan belajar pengetahuan anak sekolah
mengajar tentang HIV AIDS dan
NAPZA
10. Tidak adanya koordinasi
pihak sekolah dengan
petugas.

41
4. Tidak adanya jadwal kegiatan tetap penyuluhan HIV/AIDS dan
PROSES NAPZA disekolah
5. Kurangnya koordinasi lintas sektoralantara puskesmas dan pihak
P1
sekolah dalam perencanaan jadwal kegiatan promosi kesehatan
penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA
8. Kurangnya koordinasi yang baik
antara petugas kesehatan dengan 6. Tidak ada evaluasi khusus untuk
P3
sekolah sehingga penyuluhan tidak penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA
P2
dilakukan. di sekolah
7.Laporan kegiatan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA tidak
lengkap
Masalah
Belum tercapainya cakupan
3. Tidak tersedia media
penyuluhan HIV/AIDS dan
2. Kurang aktifnya petugas Machine promosi keehatan seperti
NAPZA di sekolah dengan
dalam melakukan penyuluhan Method poster, leaflet, booklet,
angka cakupan sebesar 66,67%
ke sekolah-sekolah stiker, video dari
dan angka pencapaianan 95,24%
puskesmas. Hanya
untuk periode Januari –
menunggu dari Dinkes
Desember 2017 Di Puskesmas
Material yang jumlahnya terbatas.
Borobudur
Money
Tidak ada masalah
Tidak ada masalah
Man LINGKUNGAN
L
9. Kurangnya kesadaran pihak sekolah
1. Kurangnya jumlah orang/tim mengenai pentingnya pengetahuan
medis dan lintas sektor untuk anak sekolah tentang HIV AIDS
penyuluhan HIV/AIDS dan dan NAPZA.
INPUT
NAPZA Bagan 4. Diagram Fishbone 10. Tidak adanya koordinasi pihak
sekolah dengan petugas.

38
D. Daftar Penyebab Masalah
Dari hasil analisis penyebab masalah, maka dapat disimpulkan penyebab
rendahnya cakupan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah adalah :
1. Kurangnya jumlah orang/tim medis dan tim lintas sektor untuk
penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA
2. Kurang aktifnya petugas dalam melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah
3. Tidak tersedia media promosi keehatan seperti poster, leaflet, booklet,
stiker, video dari puskesmas. Hanya menunggu dari Dinkes yang
jumlahnya terbatas.
4. Tidak adanya jadwal kegiatan tetap penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA
disekolah
5. Kurangnya koordinasi lintas sectoral antara puskesmas dan pihak sekolah
dalam perencanaan jadwal kegiatan promosi kesehatan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA
6. Kurangnya koordinasi yang baik antara petugas kesehatan dengan sekolah
sehingga penyuluhan tidak dilakukan.
7. Tidak ada evaluasi khusus untuk penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di
sekolah
8. Laporan kegiatan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA tidak lengkap
9. Kurangnya kesadaran pihak sekolah mengenai pentingnya pengetahuan
anak sekolah tentang HIV AIDS dan NAPZA.
10. Tidak adanya koordinasi pihak sekolah dengan petugas.

E. Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah melakukan analisis penyebab yang paling mungkin dari masalah


rendahnya cakupan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah , maka
langkah selanjutnya yaitu menyusun alternatif pemecahan masalah. Alternatif
pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Alternatif Pemecahan Masalah


No Penyebab Masalah Pemecahan Masalah
.

39
1. Kurangnya jumlah orang/tim 1. Penambahan jumlah orang/tim
medis dan tim lintas sektor medis dan tim lintas sektor
untuk penyuluhan HIV/AIDS untuk penyuluhan HIV/AIDS
dan NAPZA dan NAPZA di sekolah
2. Pembagian sekolah secara
merata per tim untuk
melakukkan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA
2. Kurang aktifnya petugas dalam 3. Koordinasi antara pihak
melakukan penyuluhan ke puskesmas dengan pihak
sekolah-sekolah karna sekolah mengenai teknis
keterbatasan waktu pelaksanaan dan jadwal
penyuluhan HIV/AIDS dan
NAPZA disekolah
3. Tidak tersedia media promosi 4. Pembuatan media promosi
keehatan seperti poster, leaflet, menggunakan dana dari
booklet, stiker, video dari puskesmas sendiri
puskesmas. Hanya menunggu
dari Dinkes yang jumlahnya
terbatas.
4. Tidak adanya jadwal kegiatan 5. Pembuatan jadwal penyuluhan
tetap penyuluhan HIV/AIDS HIV/AIDS dan NAPZA di
dan NAPZA disekolah sekolah yang disesuaikan
dengan kalender akademik
sekolah
5. Kurangnya koordinasi lintas 6. Pembuatan jadwal penyuluhan
sektoral antara puskesmas dan HIV/AIDS dan NAPZA di
pihak sekolah dalam sekolah yang disesuaikan
perencanaan jadwal kegiatan dengan kalender akademik
promosi kesehatan penyuluhan sekolah
HIV/AIDS dan NAPZA 7. Koordinasi antara pihak
puskesmas dengan pihak
sekolah mengenai teknis

40
pelaksanaan dan jadwal
penyuluhan HIV/AIDS dan
NAPZA disekolah
8. Adanya timbal balik dari pihak
sekolah untuk mengingatkan
petugas puskesmas untuk
melakukan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA
6. Kurangnya koordinasi yang baik 9. Koordinasi antara pihak
antara petugas kesehatan dengan puskesmas dengan pihak
sekolah sehingga penyuluhan sekolah mengenai teknis
tidak dilakukan pelaksanaan dan jadwal
penyuluhan HIV/AIDS dan
NAPZA disekolah
7. Tidak ada evaluasi khusus untuk
10. Pengawasan dan evaluasi kinerja
penyuluhan HIV/AIDS dan
tim penyuluh menggunakan
NAPZA di sekolah
indikator penilaian oleh
koordinator program promosi
kesehatan
8. Laporan kegiatan penyuluhan 11. Melakukan pencatatan setiap
HIV/AIDS dan NAPZA tidak kegiatan penyuluhan meliputi
lengkap waktu, tempat dan materi
penyuluhan yang diberikan
9. Kurangnya kesadaran pihak 12. Adanya timbal balik dari pihak
sekolah mengenai pentingnya sekolah untuk mengingatkan
pengetahuan anak sekolah petugas puskesmas untuk
tentang HIV AIDS melakukan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA
10. Tidak adanya koordinasi pihak 13. Koordinasi antara pihak
sekolah dengan petugas puskesmas dengan sekolah
mengenai teknis pelaksanaan
dan jadwal penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA

41
F. Penggabungan Alternatif Masalah

Bagan 5. Penggabungan Alternatif Masalah

Penambahan jumlah orang/tim medis dan


Kurangnya jumlah orang/tim tim lintas sektor untuk penyuluhan
medis dan tim lintas sektor untuk HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah
penyuluhan HIV/AIDS dan
NAPZA
Pembagian sekolah secara merata per tim
untuk melakukkan penyuluhan HIV/AIDS
Kurang aktifnya petugas dalam dan NAPZA
melakukan penyuluhan ke
sekolah-sekolah Koordinasi antara pihak puskesmas dengan
pihak sekolah mengenai teknis pelaksanaan
dan jadwal penyuluhan HIV/AIDS dan
Tidak tersedia media promosi NAPZA disekolah
keehatan seperti poster, leaflet,
booklet, stiker, video dari Pembuatan media promosi menggunakan
puskesmas. Hanya menunggu dari dana dari puskesmas sendiri
Dinkes yang jumlahnya terbatas.

Tidak adanya jadwal kegiatan


tetap penyuluhan HIV/AIDS
DAN NAPZA disekolah Pembuatan jadwal penyuluhan HIV/AIDS
DAN NAPZA di sekolah yang disesuaikan
Kurangnya koordinasi lintas dengan kalender akademik sekolah
sektoral antara puskesmas dan
pihak sekolah dalam perencanaan Adanya timbal balik dari pihak sekolah
jadwal kegiatan promosi untuk mengingatkan petugas puskesmas
kesehatan penyuluhan HIV/AIDS untuk melakukan penyuluhan HIV/AIDS
DAN NAPZA DAN NAPZA di sekolah
Kurangnya koordinasi yang baik
antara petugas kesehatan dengan
sekolah sehingga penyuluhan Pengawasan dan evaluasi kinerja tim
tidak dilakukan penyuluh menggunakan indikator
Tidak ada evaluasi khusus untuk penilaian oleh koordinator program
penyuluhan HIV/AIDS DAN promosi kesehatan
NAPZA di sekolah
Laporan kegiatan penyuluhan Melakukan pencatatan setiap kegiatan
HIV/AIDS DAN NAPZA tidak penyuluhan meliputi waktu, tempat dan
lengkap materi penyuluhan yang diberikan
Kurangnya kesadaran pihak
sekolah mengenai pentingnya
pengetahuan anak sekolah tentang
HIV AIDS

42
Tidak adanya koordinasi pihak
sekolah dengan petugas
G. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks
Menggunakan Rumus MxIxV/C
Penentuan prioritas pemecahan masalah adalah untuk menentukan pemecahan
masalah yang paling efektif, efesien dan mudah dilakukan sehingga
pemecahan masalah tersebut mampu menyelesaikan masalah yang ada
dengan efisien dan efektif, dengan menggunakan metode MIV7:
M.I.V
C
M = Magnitude, besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
I = Importancy, pentingnya penyelesaian masalah
V = Vulnerability, sensitifitas cara penyelesaian masalah
C = Cost, biaya

Tabel 7. Skor MIV/C


Sko
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
r
1 Tidak magnitude Tidak penting Tidak sensitif Sangat murah
2 Kurang Kurang penting Kurang sensitif Murah
magnitude
3 Cukup magnitude Cukup penting Cukup sensitif Cukup murah
4 Magnitude Penting Sensitif Kurang murah
5 Sangat magnitude Sangat penting Sangat sensitif Tidak murah

Untuk mendapatkan nilai dari setiap poin M, I, V, dan C, dilakukan penilaian


menggunakan metode Hanlon kualitatif, sebagai berikut :

43
Tabel 8. Penentuan prioritas pemecahan masalah
Penyelesaian Nilai Hasil Urutan
Masalah Kriteria akhir
M I V C (M x I x
V) / C
1. Penambahan jumlah orang/tim 1 4 5 4 5 VI
medis dan tim lintas sektor untuk
penyuluhan HIV/AIDS dan
NAPZA di sekolah
2. Pembagian sekolah secara merata 1 3 3 2 4,5 VII
per tim untuk melakukkan
penyuluhan HIV/AIDS dan
NAPZA
3. Koordinasi antara pihak 4 4 3 2 24 II
puskesmas dengan pihak sekolah
mengenai teknis pelaksanaan dan
jadwal penyuluhan HIV/AIDS
dan NAPZA disekolah
4. Pembuatan media promosi 1 3 2 5 1,2 VIII
menggunakan dana dari
puskesmas sendiri
5. Pembuatan jadwal penyuluhan 2 4 4 1 32 I
HIV/AIDS dan NAPZA di
sekolah yang disesuaikan dengan
kalender akademik sekolah
6. Adanya timbal balik dari pihak 2 2 3 2 6 V
sekolah untuk mengingatkan
petugas puskesmas untuk
melakukan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA di
sekolah
7. Pengawasan dan evaluasi kinerja 4 2 2 2 16 III
tim penyuluh menggunakan
indikator penilaian oleh
koordinator program promosi
kesehatan
8. Melakukan pencatatan setiap 1 5 5 3 8,3 IV
kegiatan penyuluhan meliputi
waktu, tempat dan materi
penyuluhan yang diberikan

44
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan
masalah dengan menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan
prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah rendahnya cakupan
kunjungan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah, sebagai berikut :
1. Pembuatan jadwal penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah yang
disesuaikan dengan kalender akademik sekolah
2. Koordinasi antara pihak puskesmas dengan pihak sekolah mengenai teknis
pelaksanaan dan jadwal penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA disekolah
3. Pengawasan dan evaluasi kinerja tim penyuluh menggunakan indikator
penilaian oleh koordinator program promosi kesehatan
4. Melakukan pencatatan setiap kegiatan penyuluhan meliputi waktu, tempat
dan materi penyuluhan yang diberikan
5. Adanya timbal balik dari pihak sekolah untuk mengingatkan petugas
puskesmas untuk melakukan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di
sekolah
6. Penambahan jumlah orang/tim medis dan tim lintas sektor untuk
penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah
7. Pembagian sekolah secara merata per tim untuk melakukkan penyuluhan
HIV/AIDS dan NAPZA
8. Pembuatan media promosi menggunakan dana dari puskesmas sendiri

45
H. Plan of Action (POA) Cakupan Penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di Sekolah
Tabel 9. Plan of action cakupan Penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah

N Tolak ukur
Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode
o
Proses Hasil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Pembuatan Mendapatka Pihak Sekolah Staf 1 tahun Dana Pertemuan Terselengg Terdapatny
jadwal n jadwal sekolah promkes sekali operasiona aranya a jadwal
penyuluhan dan susunan l pertemuan dan
puskesmas
HIV/AIDS acara penyusuna susunan
dan NAPZA kegiatan n jadwal acara
di sekolah penyuluhan dan kegiatan
yang yang telah susunan penyuluhan
disesuaikan disepakati acara yang telah
dengan pihak kegiatan disepakati
kalender sekolah dan penyuluha pihak
akademik puskesmas n sekolah
sekolah Borobudur

47 46
I. Gann Chart
Tabel 10. Gann chart kegiatan cakupan penyuluhan HIV/AIDS dan NAPZA

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
No KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan
jadwal
penyuluhan
HIV/AIDS
dan NAPZA
di sekolah
yang
disesuaikan
dengan
kalender
akademik
sekolah

48 46

Anda mungkin juga menyukai