LP - DM Huhu

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana elin, 2009)

2. Penyebab / Faktor Predisposisi Diabetes Melitus


Penyebab diabetes melitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti,
tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan
faktor herediter memegang peranan penting.
a. DM Tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh:
- Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri.
- Faktor imunologi (autoimun)
- Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan autoimun sel beta.

b. DM Tipe II

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Pohon Masalah Diabetes Melitus

-faktor genetic, infeksi Kerusakan sel Ketidakseimbangan Gula dalam darah Gula darah tidak
virus, imunologi beta produksi insulin tidak bisa masuk terkontrol
dalam sel

Anabolisme protein Risiko


glukosuria Batas melebihi hiperglikemia Ketidakstabilan
ambang ginjal menurun
Glukosa dalam
darah.
Dieresis osmotik
Kerusakan pada
Vikositas darah Syok antibodi
Poliuri -> Retensi meningkat hiperglikemi
Urine Kekebalan tubuh
Aliran darah lambat Koma diabetik menurun
Kehilangan elektrolit
dalam sel
Iskemik jaringan Risiko infeksi Neuropati sensori
perifer
Dehidrasi
Perfusi Perifer Tidak
Efektif Nekrosis luka Klien tidak merasa
Risiko syok sakit
Gangguan Intergritas
Kehilangan gangrene
Kulit/Jaringan
kalori

Sel kekurangan bahan Protein dan lemak dibakar BB menurun


Merangsang
untuk metabolisme
hipotalamus

Pusat lapar dan haus Defisit Nutrisi Keletihan


Polidipsi dan
4. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Association, 2010
adalah sebagai berikut :
a. Diabetes tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Pada Diabetes tipe 1 lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin
mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi
sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua
penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia
dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi
virus atau faktor gizi dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di
pankreas (Merck, 2010).
b. Diabetes tipe 2 : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Diabetes tipe 2 ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus
menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari
normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak
ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering
terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum
dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor risiko utama pada diabetes tipe
2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas.
Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari itu orang
obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar
gula darah normal (Merck, 2010).

5. Gejala Klinis Diabetes Melitus


Manifestasi utama penyakit DM adalah hiperglikemia, yang terjadi akibat (1)
berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel; (2) berkurangnya
penggunaan glukosa oleh berbagai jaringan; dan (3) peningkatan produksi glukosa
(glukoneogenesis) oleh hati.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan sekalipun asupan kalori
memadai, merupakan gejala utama defisiensi insulin. Kadar glukosa plasma jarang
melampaui 120 mg/dL pada manusia normal, kadar yang jauh lebih tinggi selalu
dijumpai pada pasien defisiensi kerja insulin. Setelah kadar tertentu glukosa plasma
dicapai (pada manusia pada umumnya >80 mg/dL), taraf maksimal reabsorpsi glukosa
pada tubulus renalis akan dilampaui, dan gula akan diekskresikan ke dalam urine
(glukosuria). Volume urine meningkat akibat terjadinya diuresis osmotik dan
kehilangan air yang bersifat obligatorik pada saat yang bersamaan (poliuria) :
kejadian ini selanjutnya akan menimbulkan dehidrasi (hiperosmolaritas),
bertambahnya rasa haus dan gejala banyak minum (polidipsia). Glukosuria
menyebabkan kehilangan kalori yang cukup besar (4,1 kkal untuk setiap gram
karbohidrat yang diekskresikan keluar); kehilangan ini, jika ditambah lagi dengan
hilangnya jaringan otot dan adiposa, akan mengakibatkan penurunan berat badan yang
hebat meskipun terdapat peningkatan selera makan (polifagia) dan asupan kalori yang
normal atau meningkat (Brunner & Suddart, 2013).

Menurut Askandar (2010) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes


Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :
a. Keluhan TRIAS: Polifagi : Banyak minum, Poliuri : Banyak kencing dan
Polifagi : banyak makan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Sedangkan menurut Waspadji (2009) keluhan yang sering terjadi pada


penderita Diabetes Melitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan
menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Arora (2009: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal
yaitu:
a. Postprandial
b. Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dL
mengindikasikan diabetes.
c. Hemoglobin glikosila
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari
terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.

d. Tes toleransi glukosa oral


Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan
akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
e. Tes glukosa darah dengan finger stick
Yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip
yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini
digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.

Pemeriksaan diagnostik untuk DM dapat dilakukan dengan cara :


a. Tes toleransi glukosa (TTG)
Diindikasikan mengalami DM jika hasilnya yaitu lebih dari 200 mg/dL. Biasanya
tes ini di anjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah
meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula Darah Puasa (FPB)
Diindikasikan mengalami DM jika hasilnya lebih dari 126 mg/dL. Tes ini
mengukur presentase gula yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat
pada hemoglobin selama hidup SDM. Rentang normal antara 5 – 6 %.
c. Tes Urin
Dipastikan mengalami DM jika Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosa menunjukkan bahwa ambang
ginjal terhadap reabsobsi glukosa dicapai. Ketonuria menendakan ketoasidosis.

7. Penatalaksanaan Medis
Diabetes Melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha, antaranya:
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB - 100) - 10%, sehingga
didapatkan :
1) Berat badan kurang ≤ 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90 - 110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110 - 120% dari BB Ideal
4) Gemuk ≥ 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10 - 30% untuk pekerja berat). Koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan
komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2 - 3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya. (Iwan S, 2010)
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan
S, 2010).
c. Obat Hipoglikemik :
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih. Klorpropamid
kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena risiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon
juga dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT
27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S,
2010).
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan)
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah
dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien.
Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal
tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dan insulin.
d. Penyuluhan
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya,
yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian
keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan diabetes.

Menurut Soegondo (2009), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan


Diabetes Melitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
3) Penghambat glukoneogenesis
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
3) Ketoasidosis diabetik
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.

8. Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik menurut Smeltzer (2009) yaitu :
a. Komplikasi akut, adalah komplikasi pada DM yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah :
1) Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit DM. Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cikupnya jumlah insulin yang nyata
2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan
asidosis pada KHHN
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60 mg/dl
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
b. Komplikasi Kronik
Efek samping Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :
1) Komplikasi Mikrovaskuler
a) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa dalam
darah meningkat, maka sirkulasi darah keginjal menjadi menurun sehingga
pada akhirnya bisa terjadi nefropati.
b) Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan
keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati. Katarak juga
dapat disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
c) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer , sistem saraf otonom
medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan
perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi
saraf.
2) Komplikasi Makrovaskuler
a) Penyakit Jantung Koroner
Akibat diabetes maka aliran darah akan melambat sehingga terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam
pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis)
dengan risiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
b) Pembuluh Darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi
yang menyebabkan ganggren. Infeksi di mulai dari celah-celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus
demikian juga pada daerah –daerah yang terkena trauma

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Diri Klien
Dalam identitas pasien terdapat biodata lengkap pasien, dan tanggal masuk
rumah sakit. Selain itu dilengkapi pula dengan identitas penanggung jawab pasien.
a. Keluhan utama
Dalam keluhan utama terdapat alasan pasien datang ke RS atau Poli
Klinik. Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
b. Riwayat penyakit
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya
keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami
sebelumnya.
1) Keluarga terdekat yang dpat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan
lain-lain)
2) Alergi
Mengkaji apakah klien memiliki riwayat alergi terhadap obat
3) Kebiasaan
Apakah klien memiliki kebiasaan merokok/kopi/obat/alkohol/dan lain –
lain
4) Obat – obatan
Mengkaji apakah pasien mengkonsumsi obat – obatan setiap hari

5) Pola nutrisi
Mengkaji frekuensi makan dan pola makan klien, berat badan klien, tinggi
badan, jenis makanan yang dikonsumsi klien setiap hari, makanan yang
disukai klien, makanan yang tidak disukai klien, makanan pantangan,
nafsu makan klien serta perubahan berat badan klien selama 3 bulan
terakhir.
6) Pola eleminasi
Mengkaji frekuensi, warna, konsistensi, dan bau buang air besar dan buang
air kecil klien dan apakah ada penggunaan alat bantu dalam eliminasi.
7) Pola tidur dan istirahat
Mengkaji waktu tidur klien, lama tidur klien, dan apakah klien memiliki
kebiasaan penghantar tidur serta kebiasaan saat tidur.
8) Pola aktivitas dan latihan
Mengkaji kegiatan harian klien, pekerjaan, apakah klien rutin olahraga,
serta kegiatan klien di waktu luang.
9) Kesulitan/keluhan dalam hal ini
Apakah klien memiliki kesulitan dalam megerakan tubuh serta kesulitan
dalam mandi dan buang kecil/besar sendiri, mudah merasa lelah, dan
apakah pasien sesak nafas setelah mengadakan aktivitas.
10) Pola kerja
Mengkaji jenis pekerjaan klien, jumlah jam kerja, jadwal kerja dan lain –
lain.
2. Riwayat keluarga
Termasuk umur dan kesehatan anggota keluarga terdekat, penyakit keturunan,
adanya kelainan kongenital dan jenisnya, keturunan dari orang tua, pekerjaan dan
pendidikan orang tua, dan hubungan keluarga. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien.
3. Riwayat lingkungan
Mengkaji keadaan lingkungan klien tinggal mengenai kebersihan, bahaya atau
adanya polusi.

4. Aspek psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Apakah klien menggunakan alat bantu seperti alat bantu pendengaran atau
kaca mata serta kesulitan yang dialami klien seperti sering pusing,
menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin dan apakah klien mengalami
kesulitan dalam membaca/menulis.
b. Persepsi diri
Yaitu mengkaji mengenai hal yang dipikirkan klien saat ini, harapan setelah
menjalani perawatan, serta perubahan yang dirasakan setelah sakit.
c. Suasana hati
Mengkaji bagaimana suasana hati klien untuk mengetahui keadaan psikologis
klien.
d. Hubungan/Komunikasi
Mengkaji bagaimana biacara klien apakah jelas atau tidak, apakah klien
mampu mengekspresikannya dan bahasa utama dan daerah klien. Mengkaji
tempat tinggal klien, kehidupan keluarga klien serta kesulitan dalam keluarga
seperti hubungan klien dengan orang tua, sanak keluarga, suami/ istri.
e. Kebiasaan seksual
Mengkaji apakah klien memiliki gangguan hubungan seksual yang disebabkan
oleh kondisi tertentu. Serta bagaimana pemahaman terhadap fungsi seksual.
f. Pertahanan koping
Mengkaji bagaimana klien mengambil dalam sebuah keputusan apakah
dibantu oleh orang lain atau sendiri, mengkaji hal yang disukai tentang diri
sendiri klien, yang ingin dirubah dari sendiri dan hal yang dilakukan klien
ketika sedang stress.
g. Sistem nilai – kepercayaan
Mengkaji kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan klien, serta
kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan klien selama berada di
rumah sakit.
5. Pengkajian Fisik
a. Vital Sigh
Mengkaji tekanan darah, nadi, suhu, serta pernafasan klien.

b. Kesadaran
Mengkaji kesadaran klien GCS, eye, motorik, verbal klien
c. Keadaan umum
Mengkaji sakit/nyeri klien, status gizi, sikap, personal hygiene, serta orientasi
wkatu/tempat/orang.
d. Pemeriksaan fisik Head To Toe
Pemerikaan fisik mulai dari kepala, ramut, mata, hidung, telinga, mulut dan
gigi, leher, thorax, abdomen, genetalia, kulit dan ekstremitas serta data
pemeriksaan fisik neurologis.
6. Data penunjang
Mengkaji apakah klien memiliki data penunjang seperti hasil lab, rongen dll. Serta
apakah klien memiliki program terapi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
b. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis diabetes melitus
c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi
d. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
e. Gangguan Integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
f. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan glukosa
darah

g. Resiko Syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan


3. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi (SIKI) Rasional
Keperawatan Hasil (NOC)
1 Defisit Nutrisi Setelah diberikan 1. Manajemen Nutrisi
berhubungan asuhan keperawatan a. Identifikasi status a) Mengidentifikasi status
nutrisi klien dengan nutrient klien untuk
dengan selama .... x …. jam,
menanyakan konsumsi penentuan status gizi
ketidakmampuan klien tidak harian klien sehingga dapat
b. Identifikasi makan yang memperhatikan jumlah
mengabsorpsi menunjukkan Defisit
disukai dan jenis zat dan gizi
nutrien Nutrisi dibuktikan c. Monitor asupan yang dikonsumsi klien
makanan b) Mengetahui makanan
dengan Kriteria Hasil :
d. Menganjurkan klien yang disukai klien
diet yang diprogramkan sehingga dapat
1. Status nutrisi : memberikan alternative
asupan nutrisi untuk memberikan
klien makanan yang
(asupan kalori, disukai sehingga
protein, lemak, dan memiliki nafsu makan
c) Memonitor asupan
karbohidrat makanan yang masuk
sepenuhnya sehingga dapat
memantau jenis, jumlah
adekuat) dan zat gizi yang
2. Nafsu makan (tidak dikonsumsi agara
terganggu sesuai dengan diet klien
d) Klien mengetahui
hasrat/keinginan
makanan yang harus
untuk makan) dimakan sesuai dengan
3. Pengetahuan :Diet program diet DM yang
yang sehat 2. Manajemen gangguan dianjurkan
makan
( mengetahui a. Monitor asupan dan
makanan yang keluarnya makanan dan a. Monitor asupan yang
cairan serta kebutuhan masuk an keluar
sesuai dengan kalori klien sehingga mengetahui
pedoman gizi) b. Menimbang berat badan intake dan output
klien secara rutin nutrisi yang dialami
klien
b. Menimbang berat
badan memantau IMT
klien dalam rentang
normal dan sesuai

2 Risiko infeksi Setelah diberikan 1. Observasi tanda-tanda 1. Pasien mungkin


berhubungan asuhan keperawatan infeksi dan peradangan, masuk dengan infeksi
dengan penyakit selama .... x …. jam, seperti: demam, yang biasanya telah
kronis diabetes Risiko infeksi kemurahan, adanya pus mencetuskan keadaan
melitus berkurang dibuktikan pada luka urine warna ketoasidosis atau
dengan Kriteria Hasil : keruh atau berkabut. dapat mengalami
2. Pertahankan teknik aseptic
infeksi nosokomial.
1. Pasien tidak demam pada prosedur infasif 2. Kadar glukosa yang
2. Leukosit 4000-9000
3. Luka tidak ada pus (seperti pemasangan infus, tinggi dalam darah
atau tidak bau kateter, dll) akan menjadi media
Suhu : 36,5 – 37,5° C 3. Tingkatkan yang
terbaik bagi
berhubungan dengan
pertumbuhan kimia.
pasien termasuk pasiennya 3. Mencegah timbulnya
sendiri upaya pencegahan infeksi silang (infeksi
dengan melakukan cuci nosokomial)
4. Penanganan awal
tangan yang baik pada
dapat membantu
semua orang
4. Kolaborasi pemberian mencegah timbulnya
antibiotik yang sesuai sepsis.
5. Lakukan kultur luka 5. Untuk
mengidentifikasi
organisme sehingga
dapat memilih /
memberikan terapi
yang terbaik
3 Perfusi perifer Setelah diberikan 1. Perawatan Sirkulasi
tidak efektif asuhan keperawatan a. Memeriksa sirkulasi 1. Sirkulasi perifer klien
perifer klien (mis. diperiksa memastikan
berhubungan selama .... x …. jam,
Perifer,edema, dan letak perfusi dan tingkat
dengan Perfusi Jaringan efektif pengisian edema) perfusi agar dapat
b. Melakukan pencegahan memberikan asuhan
hiperglikemi dibuktikan dengan
infeksi pada daerah dengan baik
Kriteria Hasil : yang mengalami perfusi 2. Infeksi silang dapat
dan bagian tubuh klien menghambat
1. Perfusi jaringan lainnya pemulihan dan dapat
:kapiler memperparah ketidak
efektifan perfusi pada
(Pengisian kapiler perifer
jari tangan dan
kaki ≤ 2 detik)
2. Integritas kulit
dan membrane
mukosa (Tidak
ada lesi pada kulit
dan tidak
terganggunya
integritas kulit)
4 Keletihan Setelah diberikan 1. Diskusikan dengan pasien 1. Mempermudah
berhubungan asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas, buat pasien untuk
dengan kondisi selama .... x …. jam, jadwal perencanaan dengan melakukan latihan
fisiologis klien tidak mengalami pasien dan identifikasi aktifitas.
2. Mencegah kebosanan
keletihan dibuktikan aktivitas yang
dalam melakukan
dengan Kriteria Hasil : menimbulkan kelelahan.
2. Berikan aktifitas alternatif aktifitas
Pasien
3. Untuk mengetahui
dengan periodik istirahat
mengungkapkan
seberapa kalori
yang cukup atau tanpa
peningkatan tingkat
tubuh yang
diganggu
energi, menunjukkan
3. Diskusikan cara dibutuhkan.
perbaikan kemampuan 4. Meningkatkan
menghemat kalori
untuk berpartisipasi perasaan dan kondisi
beraktifitas
dalam aktifitas yang 4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam
diinginkan. pasien dalam melakukan beraktifitas
aktifitas sehari-hari sesuai
toleransi
5 Gangguan Setelah diberikan 1. Perawatan Integritas kulit
Integritas asuhan keperawatan a. Mengidentifikasi 1. Mmengetahui penyebab
penyebab gangguan gangguan integritas
kulit/jaringan selama .... x …. jam,
integritas kulit klien kulit klien sehingga
berhubungan klien tidak mengalami b. Mengubah poisisi klien mudah menentukan
tiap 2 jam jika tirah perawatan yang baik
dengan Gangguan integritas
baring 2. Mengurangi tekanan
neuropati perifer kulit/jaringan c. Menggunakan produk pada ulkus dan
berbahan petroleum mobilisasi mencegah
dibuktikan dengan
atau minyak pada kulit terjadinya ulkus
Kriteria Hasil : kering 3. Mencegah terjadinya
1. Integritas kulit lesi pada kulit yang
dan membrane kering
mukosa (Tidak
ada lesi pada kulit
dan tidak
terganggunya
integritas kulit)
2. Penyembuhan
luka primer ( tidak
ada drainase
purulent dan
serosa)
6 Ketidakstabilan Setelah diberikan 1. Manajemen Hiperglikemia
a. Mengetahui penyebab
kadar glukosa asuhan keperawatan a. Mengidentifikasi
yang memicu terjadinya
kemungkinan penyebab
darah selama .... x …. jam, hiperglikemia dari
hiperglikemia klien
beberapa penyebab
berhubungan Kadar glukosa dalam b. Monitor tanda dan
hiperglikemia
gejala hiperglikemia
dengan darah klien stabil b. Mengontrol dan
(mis. Poliura,
mengatasi tanda dan
gangguan dibuktikan dengan polydipsia, dll) yang
gejala hiperglikemia
terjadi pada klien
glukosa darah Kriteria Hasil : c. Mengetahui balance
c. Monitor intake dan
cairan dari intake dan
1. Kadar Glukosa output cairan klien
outpun cairan klien
darah (Glukosa
darah normal ,
yaitu : Sebelum
makan sekitar 70- 2. Manajemen Hipoglikemia
130mg/dl; dua
jam setelah a. Mengidentifikasi
makan: kurang kemungkinan penyebab a. Mengetahui penyebab
dari 180 mg/dl; hiperglikemia klien yang memicu terjadinya
setelah puasa ± 8 b. Monitor tanda dan hiperglikemia dari
jam kurang dari gejala hiperglikemia beberapa penyebab
100 mg/dl; (mis. Poliura, hiperglikemia
menjelang tidur polydipsia, dll) yang b. Mengontrol dan
100-140 mg/dl) terjadi pada klien mengatasi tanda dan
2. Keparahan c. Memberikan gejala hiperglikemia
Hiperglikemia karbohidrat kompleks c. Memberikan asupan
(tidak mengalami dan protein sesuai diet sesuai dengan diet yang
keletihan, lapar tepat terhadap klien
berlebihan dan
eningkatan urin 3. Pemantauan nutrisi
output dari batas a. Mengidentifikasi faktor
normal) yang mempengaruhi
3. Keparahan asupan gizi klien
Hipoglikemia a. Mengetahui
b. Menimbang berat Meminimalisir faktor
(Tidak pusing, badan klien penyebab asupan gizi
mengantung dan
klien tidak seimbang
gangguan
b. Menimbang berat
penglihatan) badan memantau
IMT klien dalam
rentang normal dan
sesuai

7 Resiko Syok Setelah diberikan 1. Pencegahan Syok


berhubungan asuhan keperawatan a. Monitor status a. Memonitor tanda-tanda
dengan kardiopulmonal (mis. vital yang berhubungan
kekurangan selama .... x …. jam,
Frekuensi nadi, napas, dengan pasien
volume cairan Resiko syok berkurang TD) b. Memonitor sirkulasi
b. Monitor status cairan perifer dan balance
dibuktikan dengan
(mis. Intake dan output, cairan klien)
Kriteria Hasil : turgor kulit, CRT)
1. Keparahan syok
Anafilatik
(Tidak ada
penurunan
tekanan darah
sistolik dan
diastolik)
REFERENSI

Bluechek, Gloria M., dkk. 2016. NIC (Nursing Intervention Classification). Singapura:
Mocomedia

Kusuma, Hardhi, dkk. 2015. NANDA NIC-NOC JILID 1. Jogjakarta: Mediaction

Moorhead, Sue, dkk. 2016. NOC (Nursing Outcome Classification). Singapura: Mocomedia

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017.


Jakarta: EGC

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta:
PPNI

Anda mungkin juga menyukai