DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang..........................................................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................................................4
C. Sasaran......................................................................................................................................4
D. Ruang lingkup...........................................................................................................................4
BAB III IDENTIFIKASI RISIKO KONDISI DARURAT BENCANA DAN KESELAMATAN RUMAH
SAKIT 7
A. Metode Hazard and Vulnerability Analysis / HVA.................................................................8
B. Metode Hospital Safety Index/ HSI......................................................................................12
A. Latar Belakang
Secara geografis, Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik (wilayah dengan banyak
aktivitas tektonik), sehingga terus menghadapi risiko bencana berupa letusan gunung
berapi, gempa bumi, banjir, dan tsunami. Data BNPB tahun 2019 mengungkapkan
bahwa kejadian bencana alam mengalami peningkatan jumlah tiap tahunnya.
Bencana ini berpotensi merusak bahkan menghancurkan pemukiman, tempat kerja,
tempat ibadah, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, ketika
terjadi gempa bumi di Kota Padang pada tahun 2009, menghancurkan 85 rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan. Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Sulawesi
Tengah tahun 2018 berdasarkan data menunjukkan 18 rumah sakit dan 167
fasyankes (117 pustu dan 50 puskesmas) mengalami kerusakan (Dinkes Provinsi
Sulawesi Tengah, Februari 2019).
Oleh karena itu perlu dilakukan persiapan bencana di suatu rumah sakit. Hal ini
dimaksudkan agar rumah sakit siap dan tidak melalaikan tanggung jawabnya bagi
kesehatan komunitas yang berada di dalam lingkup tanggung jawabnya. Mengacu
pada kutipan (dalam konteks ini persiapan bencana) : A Vital hospital emergency
management program cts s an insurance policy that increases the chances of
continued operations under difficult circumstances . Makna intinya adalah bahwa
suatu program manajemen bencana rumah sakit akan mengarahkan perkembangan
dan eksekusi kegiatan yang mampu memitigasi, mempersiapkan, merespon, dan
pemulihan situasi dari suatu bencana/insiden.
B. Tujuan
Sebagai acuan rumah sakit dalam melakukan upaya kesiapsiagaan menghadapi
kondisi darurat dan bencana.
C. Sasaran
1) Pimpinan Rumah Sakit
2) Manajemen Rumah Sakit
3) Pengelola K3
4) Pegawai Rumah Sakit
5) Pasien
6) Pihak ketiga di rumah sakit / tenant
7) Pengunjung/ keluarga pasien
D. Ruang lingkup
Petunjuk teknis ini mengatur ketentuan-ketentuan yang dilakukan rumah sakit dalam
menghadapi kondisi darurat dan bencana dari aspek pengelolaan sumber daya yang
ada di rumah sakit baik untuk menghadapi bencana internal dan eksternal rumah
sakit.
C. Bencana sosial
1) Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya, ekonomi dan SARA
2) Aksi teror
3) Sabotase
BAB III IDENTIFIKASI RISIKO KONDISI DARURAT BENCANA
DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
Dalam melakukan identifikasi risiko kondisi darurat bencana, rumah sakit dapat melakukan
beberapa cara yaitu:
1. Catatan rekaman data darurat/bencana
Data insiden/kejadian darurat/bencana yang pernah terjadi sebelumnya baik pada Rumah
Sakit itu sendiri maupun kejadian darurat/bencana di tempat lain.
2. Survey potensi
Survey terhadap semua kondisi yang dapat menimbulkan darurat/bencana dengan
menggunakan daftar periksa:
a. Material
Membuat daftar semua material secara kwantitatif dan kwalitatif dengan kondisi dan
kemungkinan darurat/bencana yang ditimbulkan
b. Peralatan Proses
Mengiventarisasi semua proses dan peralatan yang berpotensi untuk terjadinya
darurat/bencana.
c. Kondisi Lingkungan
Membuat daftar semua kondisi lingkungan kerja yang mempunyai kemungkinan
menimbulkan darurat/bencana
3. What if analysis (Analisis ‘Bagaimana Jika’)
Dalam metode ini, setiap proses dipelajari melalui pendekatan brainstorming/tukar
informasi untuk memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian yang akan
menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh antara lain
• What If bila pompa hydran tidak berfungsi
• What If bila api tidak dapat dipadamkan dengan APAR
• What If bila terjadi penculikan bayi
• What If bila tanki solar bocor
• What If bila terjadi banjir
4. Penilaian risiko
Pendekatan nilai risiko terhadap suatu sistem dengan pemberian skor baik yang bersifat
kualitatif (ya atau tidak, baik atau buruk), kuantitatif (perhitungan secara numerik),
ataupun kombinasi keduanya (semi kuantitatif). Beberapa tools penilaian risiko yang
dapat digunakan:
• Hazard Vulnerability Analysis (HVA)
• Hospital Safety Index (HSI)
• Hazard Identification, Risk Assessment, and Determain Control (HIRADC)
Penilaian risiko bencana rumah sakit yang sering dan banyak digunakan untuk keperluan
akreditasi rumah sakit adalah penilaian kerentanan bencana (Hazard Vulnerability Assesment
/ HVA) dan penilaian kemampuan rumah sakit dalam menghadapi bencana (Hospital Safety
Index / HSI). Dalam standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan 6 (MFK 6) dalam SNARS
edisi 1 terkait kewaspadaan bencana, rumah sakit dipersyaratkan untuk menentukan jenis,
kemungkinan terhadap konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian bencana.
Hazard and Vulnerability Analysis (HVA) adalah suatu pendekatan sistematis untuk
mengidentifikasi semua bencana yang mungkin mempengaruhi populasi tertentu, menilai
risiko yang terkait dengan setiap bencana (misalnya probabilitas terjadinya bencana dan
konsekuensi bagi penduduk) dan mempelajari temuan untuk mengembangkan perbandingan
diprioritaskan kerentanan bencana. Tools HVA yang sering dipakai di Indonesia bersumber
atau mengadopsi dari Kansas Department of Health and Environment karena memang
dibanding yang lain, tools HVA kansas ini jauh lebih mudah dipahami dan spesifik khusus
untuk rumah sakit.
Hasil analisasi HVA harus menggambarkan rencana tanggap darurat, rencana pemulihan,
drill skenario, response plan testing, prioritas pendanaan untuk mitigasi dan pelatihan.
Identifikasi risiko kondisi darurat dan bencana dilakukan dengan metode HVA dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
*Tabel mengacu pada Kansas Department of Health and Environment dimana setiap table
harus dipisahkan dengan pengelompokan yaitu :
1. HVA untuk Naturally occurring Events , yaitu banjir, gempa bumi, gunung meletus, tanah
longsor, angin puting beliung, badai dan lainnya sesuai kondisi alam wilayah rumah sakit
2. HVA untuk technology event, yaitu kegagalan listrik, kegagalan air, kebakaran, tata udara
dan lainnya yang disesuaikan dengan system pendukung di rumah sakit
3. HVA untuk Human Related Events, yaitu kecelakaan massal, keracunan massal,
penculikan bayi, kerusuhan masal, terorisme, tamu VIP dan lainnya yang disesuaikan
dengan kemungkinan yang dapat timbul pada area dan wilayah rumah sakit.
4. HVA untuk Desease Related Events, yaitu adanya wabah pada suatu komunitas /
epidemik yang terjadi pada suatu wilayah rumah sakit seperti kejadian wabah demam
berdarah, malaria, flu burung, dan kejadian wabah lainnya.
Untuk jenis penilaian kejadian HVA lainnya dapat disesuaikan atau ditambahkan untuk
kejadian keselamatan keamanan, bahan berbahaya, peralatan medik, keselamatan
kebakaran dan sistem penunjang sesuai dengan kesepakatan dan kebijakan rumah sakit.
Pengisian angka dalam kolom dapat mengacu beberapa hal antara lain
Probabilitas (kemungkinan) terjadinya suatu kondisi darurat atau bencana. Untuk
menentukan probabilitas dapat dipertimbangkan risiko yang diketahui, dan data
historis (apakah pernah terjadi sebelumnya).
- Poin 0 tidak pernah (NA) : kondisi darurat atau bencana tidak mungkin terjadi
- Poin 1 jarang (rare) : kondisi darurat atau bencana terjadi < 30 tahun sekali
- Poin 2 kadang-kadang (occasional) : bencana terjadi setiap 5 tahun sekali tapi
lebih dari sekali dalam setiap 30 tahun
- Poin 3 sering (frequent) : bencana terjadi lebih sering dari sekali setiap 5 tahun
Dampak manusia yaitu potensi cedera atau kematian pada staf atau pada pasien
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak yang berarti/bahaya yang
mempengaruhi masyarakat, kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
- Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya melibatkan
ancaman terhadap sejumlah masyarakat. Mungkin ada beberapa penduduk yang
luka ringan dan membutuhkan pertolongan pertama.
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
sejumlah besar penduduk cidera yang membutuhkan perawatan medis lebih
lanjut.
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih besar berarti kejadian bencana terjadi pada
masyarakat luas atau daerah yang terkonsentrasi dengan dampak yang parah. Ini
dapat mengakibatkan sejumlah besar kematian dan cidera yang melibatkan
evakuasi besar-besaran dan atau membutuhkan tempat penampungan.
Dampak properti yaitu adanya biaya untuk menggantikan atau membangun
kembali, biaya untuk penggantian sementara (sewa, pembelian), biaya untuk
memperbaiki, waktu untuk pulih/bertahan dalam bisnis melanjutkan pelayanan secara
normal
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan sedikit
atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika itu terjadi,
kerusakan terhadap kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
- Poin 1 rendah : Dampak Terbatas berarti kejadian bencana umumnya melibatkan
hanya kerusakan properti publik atau swasta. Sumber daya lokal dapat
memperbaiki atau mengganti properti yang rusak
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
kerusakan moderat di area yang luas atau terkonsentrasi. Kerusakan terhadap
properti publik dan swasta dapat melebihi sumber daya lokal untuk memperbaiki
atau mengganti
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian menyebabkan
kerusakan berat pada properti publik dan swasta di area yang luas atau daerah
terkonsentrasi dengan dampak yang parah. Besarnya bencana dapat
menghasilkan deklarasi pemerintah bencana besar/ nasional atau darurat
Dampak bisnis yaitu gangguan bisnis, staf tidak dapat melaporkan pekerjaan,
pelanggan tidak dapat mencapai fasilitas, perusahaan yang melanggar perjanjian
kontrak, pengenaan denda dan hukuman atau biaya hukum, gangguan pasokan yang
kritis, gangguan distribusi pada produk, reputasi dan citra publik, dan dampak
keuangan/beban
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan sedikit
atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika itu terjadi, tidak
akan mengganggu jalannya pelayanan
- Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang dari 2 jam
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang lebih dari 8 jam
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang lebih dari 24 jam
Kesiapan meliputi status rencana saat ini, frekuensi latihan, status pelatihan,
asuransi, ketersediaan sumber alternatif untuk pelayanan
- Poin 0 Not Aplicable : Tidak ada kesiapan sama sekali untuk menghadapi bencana
yang akan terjadi
- Poin 1 tinggi : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, bisa dilihat dari adanya
dokumen, SDM, dan simulasi risiko bencana yang terjadi
- Poin 2 sedang : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, namun hanya berupa
dokumen dan SDM
- Poin 3 rendah atau tidak ada: Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk namun
hanya berupa dokumen
Respon internal meliputi jenis persediaan yang ada apakah memenuhi kebutuhan,
volume persediaan yang ada, distribusi pasokan, ketersediaan staf, ketersediaan
sistem cadangan, kemampuan sumber daya internal untuk bertahan terhadap
bencana.
- Poin 0 Not Aplicable : Tidak ada sama sekali
- Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu sudah ada tim darurat dan sudah mengikuti
pelatihan kegawatdaruratan
- Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu sudah ada tim darurat namun belum
diikutsertakan pelatihan
- Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu belum ada tim darurat yang jelas
Respon eksternal meliputi jenis perjanjian dengan lembaga masyarakat/latihan,
koordinasi dengan lembaga lokal/nasional, koordinasi dengan fasilitas perawatan
kesehatan yang lebih tinggi, koordinasi dengan fasilitas pengobatan khusus, sumber
daya masyarakat
- Poin 0 Not Aplicable : Tidak ada sama sekali
- Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu rumah sakit sudah melakukan kerjasama
dengan semua instansi terkait adanya bencana yang terjadi
- Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu rumah sakit sudah melakukan kerjasama
dengan beberapa instansi
- Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu rumah sakit belum melakukan kerjasama
namun sudah ada rencana untuk melakukan kerjasama
Setelah perhitungan menggunakan tabel, selanjutnya dilakukan Gap analisa yaitu dengan
membandingkan hasil identifikasi HVA yang dilakukan di unit kerja dengan standar yang
wajib dipenuhi didalam proses penanggulangan terjadinya bencana.
Hospital Safety Index (HSI) yang dibagi menjadi empat bagian penilaian yaitu :
1) Bahaya Yang berdampak pada keamanan Rumah Sakit
2) keamanan struktur bangunan,
3) keamanan non- struktural, dan
4) pengelolaan darurat dan bencana.
Pada aspek ini yang akan dinilai dalam kaitannya dengan keadaan darurat sebelumnya
dan bencana yang terjadi di zona, tempat, dan jenis tanah tempat fasilitas kesehatan
telah dibangun termasuk memperhitungkan probabilitas terjadinya bencana alam. Aspek
ini dibagi menjadi dua kategori yaitu bahaya dan sifat geoteknik tanah. Pada aspek ini
dinilai risiko bencana alam yang mungkin terjadi pada geografis layanan kesehatan,
contohnya apakah memiliki risiko terjadi gempa bumi, gunung meletus atau bencana
alam lainnya.
3) Keamanan Non-Struktural
Kegagalan non-struktural biasanya tidak membahayakan stabilitas bangunan, tetapi bisa
membahayakan orang dan isi bangunan. Pada aspek ini akan dilakukan evaluasi dan
verifikasi stabilitas elemen non-struktural dan apakah peralatan dapat berfungsi selama
dan setelah bencana. Analisis ini meliputi keamanan jaringan kritis (misalnya, sistem air,
listrik, komunikasi), sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air-Conditioning) , serta
peralatan diagnostik, dan perawatan medis.
Pengendalian kondisi darurat dan bencana berdasarkan hasil penilaian menggunakan HVA
dan HSI. Kondisi darurat dan bencana dengan nilai paling tinggi dilakukan pengendalian
sesuai dengan langkah-langkah pengendalian.
A. Menyusun rencana tanggap darurat dan bencana
Rencana tanggap darurat adalah suatu rencana formal tertulis yang dibuat dan disusun
oleh tim tanggap darurat dan bencana rumah sakit yang disahkan oleh Pimpinan
Tertinggi rumah sakit, dilanjutkan dengan sosialisasi dan pelatihan. Rencana tanggap
darurat dan bencana dibuat berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dapat terjadi
dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat
kerja serta bagaimana suatu keadaan darurat itu harus segera ditangani. Perencanaan
darurat harus diberlakukan sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya
besar. Suatu rencana tanggap darurat dikonsentrasikan pada tindakan yang akan
diambil dalam beberapa jam pertama pada kondisi krisis. Sebagai contoh, evakuasi
segera korban dan penanggulangan keadaan darurat adalah komponen yang umum
dalam suatu keadaan gawat darurat. Pelaksanaan dari rencana biasanya di bawah
pengarahan dari tim tanggap darurat atau Emergency Response Team (Kuhre, 1996).
Perencanaan rencana tanggap darurat dapat disebut sebagai upaya penanggulangan
guna mengurangi dampak kerugian yang mungkin terjadi, seperti kecelakaan yang
menimpa sumber daya manusia, kerusakan aset, terhentinya kegiatan operasional
pelayanan rumah sakit, dan kerusakan atau pencemaran lingkungan.
Beberapa prinsip dalam menyusun rencana tanggap darurat dan bencana adalah
1. Membatasi akses
2. Membatasi lokasi tumpahan dan menginformasikan ke sekitar
3. Menyediakan alat medis lainnya apabila terdapat kegagalan
4. Memastikan listrik dan air tetap tersedia dalam keadaan apapun
5. Memastikan sistem udara tidak terkontaminasi
Komunikasi interpersonal
Dalam menghadapi kondisi darurat, komunikasi interpersonal harus terus
dilakukan antar tim tanggap darurat dengan menggunakan sarana komunikasi
bergerak seperti Handy Talky.
Code Red atau kode merah adalah kode yang mengumumkan adanya
ancaman kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap),
sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk khusus
kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang
masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai
dengan panduan kebakaran/tanggap darurat bencana/Disaster plan
rumah sakit.
Untuk kode bencana lainnya yang berupa tambahan selain yang ada pada kode
bencana tersebut diatas dapat ditambahkan sesuai dengan kesepakatan,
pemahaman dan kebijakaan dari rumah sakit tersebut. Kejadian-kejadian bencana
tersebut seperti :
- Tsunami
- Banjir bandang
- Tanah longsor
- Wabah / Epidemik
- Gempa Bumi
Nomor penting
Nomor penting yang dapat dihubungin dibagi menjadi nomor internal
dalam rumah sakit dan diluar rumah sakit
Nomor internal dalam rumah sakit antara lain nomor operator, pos
satpam, nomor Tim penilai dan pemantau kondisi darurat (PPKD) dan
bencana, dan nomor penanggung jawab medis.
Dalam Ruangan,
dapat dikombinasikan
sesuai dengan
keadaan penempatan
barang dan kondisi
dari lay out ruangan
tersebut.
1. Terpasang di
dinding dengan
ketinggian dari lantai
antara 20cm - 30cm
2. Dan/Atau
terpasang di dinding
dengan ketinggian dari
lantai antar 150cm -
170 cm
3. Dan/Atau di
gantung pada area
tertentu yang
menunjukkan arah
menuju titik kumpul
aman
1. Terpasang di
dinding dengan
ketinggian dari lantai
kurang lebih 20cm
2. Dan/Atau
terpasang di dinding
dengan ketinggian dari
lantai antar 150cm -
170 cm
3. Atau di
gantung pada area
tertentu dimana
rambu tersebut dapat
mudah diidentifikasi,
dilihat dan tidak
terhalang.
4. Jika
menggunakan tiang
pada area menuju
lapangan atau titik
kumpul aman dengan
ketinggian antara
175cm – 200cm
2 Tanda Exit Maksimal 20 cm di atas Permen PUPR Nomor 14
pintu darurat/ akses Tahun 2017 Lampiran
menuju keluar gedung
Pelatihan dan simulasi kondisi darurat mencakup dua hal penting, yaitu mengenai
penanggulangan saat kondisi darurat dan setelah kondisi darurat terjadi.
A. Pelatihan
Secara garis besar tujuan diselenggarakannya pelatihan kesiapsiagaan kondisi darurat
bencana ini, diharapkan rumah sakit dapat:
a. Merencanakan dan melaksanakan latihan kesiapsiagaan sesuai dengan
ancaman di masing-masing daerah
b. Menilai tindakan respon/reaksi masyarakat, baik individu, keluarga dan
komunitas untuk melakukan evakuasi yang terencana
c. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam melaksanakan Standar
Prosedur Operasional (SPO) yang telah dibuat
d. Mengkaji kemampuan peralatan penunjang komunikasi sistem peringatan dini,
penunjang evakuasi, serta penunjang tanggap darurat.
e. Mengkaji kerja sama antar lintas sektor
Narasumber pelatihan
o Kementerian Kesehatan (Pusat Krisis Kesehatan) untuk materi
komunikasi dan pemetaan
o Dokter Emergensi (Perdamsi) untuk materi BLS
o PPNI (untuk materi evakuasi medik)
o RSPAD (triase dan kontijensi)
o Damkar untuk materi penanganan kebakaran
SOP / alur untuk pelatihan (disesuaikan sama bab IV)
o Alur komunikasi tanggap darurat
25
o Alur triase
o Alur evakuasi
B. Simulasi
Pelaksanaan simulasi menggunakan skenario umum dan detail. Skenario disesuaikan
dengan kondisi masing-masing rumah sakit. Dalam simulasi perlu dilakukan
identifikasi pihak-pihak yang harus terlibat mulai dari menit-menit pertama
kejadian
Buat langkah pemecahan masalah untuk menanggulangi bencana tersebut (siapa
berbuat apa)
Sistem komando
Alur komando / struktur organisasi
Koordinasi
Tim respon cepat
Triase
Treatment
Evakuasi – transportasi
Simulasi dapat dilakukan dengan table top excercise dan simulasi lapangan.
Simulasi setidaknya dilaksanakan 1 (satu kali) dalam setahun dengan jenis dan deraja t
kesulitan darurat yang berbeda dan disusun oleh Kepala Komite/Instalasi/Unit K3RS.
Pihak rumah sakit harus membuat prosedur rencana pemulihan kondisi darurat untuk
secara cepat mengembalikan pada situasi yang normal dan membantu pemulihan
sumber daya manusia yang mengalami trauma. Segera setelah krisis ditanggulangi,
rencana pemulihan bencana dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Jika
tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi
26
BAB VI PENUTUP
Rumah Sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat. Rumah Sakit yang mempunyai
karakteristik padat karya, pada modal, padat teknologi dan padat pakar mempunyai risiko
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terhadap karyawan yang berdampak terhadap kualitas
layanan bagi pengguna. Kondisi darurat atau bencana yang dapat terjadi di Rumah Sakit
merupakan suatu kejadian yang dapat mengancam jiwa dan keselamatan bagi pekerja dan
pengguna Rumah Sakit, sehingga perlu adanya berbagai upaya dalam melakukan pencegahan
dan pengendalian di Rumah Sakit.
Petunjuk teknis kesiapsiagaan kondisi darurat atau bencana di Rumah Sakit merupakan
suatu upaya bagaimana pekerja dapat memahami dan melakukan tindakan yang semestinya jika
terjadi kondisi darurat atau bencana. Semoga dengan adanya pedoman teknis ini dapat
menciptakan Rumah Sakit, pekerja dan pengguna selamat dan sehat sehingga dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Tabel HSI
Bobo Sko
No. Modul Nilai
t r
Modul 1
Bahaya yang berdampak pada keamanan rumah sakit dan peranan rumah sakit dalam
pengelolaan darurat dan bencana
1.1 Bahaya
1.2.1 Bahaya Geologi
1 Gempa bumi 1
2 Aktivitas dan letusan gunung berapi 0
3 Pergerakan massa kering - tanah longsor 0
4 Tsunami 0
5 Bahaya geologi lain 0
1.1.2 Bahaya hidrometeorologi
1.1.2.1 Bahaya meteorologi
6 Siklon/badai/topan 0
7 Tornado 0
8 Badai lokal 0
9 Bahaya Meteorologi lain 0,5
1.1.2.2 Bahaya hydrologi
10 Banjir Sungai 0
11 Banjir bandang 0
12 Gelombang badai 0
13 Gerakan-gerakan massa basah - tanah longsor 0
14 Bahaya hidrologi lain 0
1.1.2.3 Suhu ekstrim
15 Kebakaran liar 0
16 Kekeringan 0
17 Perubahan iklim 0
1.1.3 Bahaya biologi
18 0
Epedimi, pandemi dan penyakit yang bermunculan
19 Wabah dari makanan 0
20 Serangan hama 0
28
21 Bahaya biologi lainnya 0
22 0
Bahaya yang disebabkan oleh perbuatan manusia
1.1.4 Bahaya Teknologi
23 Bahaya industri 0
24 Kebakaran 1
25 Bahan berbahaya 0,5
26 Pemadaman listrik 0,5
27 Gangguan pasokan air 0
28 Kecelakaan transportasi 0
29 Bahaya teknologi lainnya 0
1.1.5 Bahaya sosial
30 Tindakan keamanan untuk bangunan dan staf rumah sakit 0
31 Konflik bersenjata 0
32 Kerusuhan sipil 0
33 Peristiwa perkumupulan massa 0
34 Populasi pengungsi 0
35 Bahaya sosial lainnya 0
1.2 Sifat geoteknik tanah
36 Pencairan 0
37 Tanah Liat 0
38 Lereng yang tidak stabil 0
29
50 12. Rasio kekuatan kolom terhadap kekuatan balok 1
51 13. Keamanan fondasi 1
14. Penyimpangan dalam membangun rencana struktur
52 1
(kekakuan, massa, resistensi)
53 15. Penyimpangan di ketinggian bangunan 1
54 16. Penyimpangan di ketinggian lantai 1
55 17. Integritas struktural atap 1
18. Ketahanan struktural terhadap bahaya selain gempa bumi
56 1
dan angin kencang
TOTAL 33,3 0,34 11,30
Modul 3
Keamanan non struktural
3.1 Keamanan arsitektur
19. Kerusakan besar dan perbaikan dari unsur-unsur
1 1
nonstruktural
20. Kondisi dan keamanan dari pintu, pintu keluar dan pintu
2 1
masuk
3 21. Kondisi dan keamanan jendela dan shutter 0,5
22. Kondisi dan keamanan unsur-unsur lain dari building
4 1
envelope
5 23. Kondisi dan keamanan atap 0,5
6 24. Kondisi dan keamanan pagar dan parapets 0,5
7 25. Kondisi dan Keamanan dinding perimeter dan pagar 1
30
19 37. Keamanan fisik bangunan, peralatan, staf dan pasien 1
31
40 58. Keamanan sistem distribusi air 1
41 59. Alternatif pasokan air ke pasokan air biasa 1
42 60. Tambahan sistem pompa 1
43 61. Pemeliharaan darurat dan pemulihan sistem pasokan air 1
3.3.4 Sistem perlindungan terhadap kebakaran
62. Kondisi dan keamanan dari sistem perlindungan (pasif)
44 0,5
kebakaran
45 63. Sistem deteksi api/asap 0,5
46 64. Sistem pemadaman api (otomatis dan manual) 0,5
47 65. Pasokan air untuk pemadaman api 1
66. Pemeliharaan kondisi darurat dan pemulihan sistem
48 0,5
proteksi kebakaran
3.3.5 Sistem pengelolaan limbah
49 67. Keamanan dari sistem air limbah yang tidak berbahaya 1
32
63 81. Ketersediaan sumber-sumber alternatif gas medis 1
33
102. Kondisi dan keamanan medis peralatan kedokteran nuklir
84 0
dan terapi radiasi
85 103. Kondisi dan keamanan peralatan medis di layanan lain 1
86 104. Obat-obatan dan persediaan 1
87 105. Disterilkan instrumen dan bahan lainnya 1
106. Peralatan medis yang khusus digunakan dalam keadaan
88 0,5
darurat dan bencana
107 Tingkat keamanan: Rendah = tidak ada; Sedang 007.
89 1
Pasokan gas medis
90 108. Mekanik volume ventilator 1
91 109. Peralatan electromedical 1
92 110. Peralatan dukungan hidup 1
111. Persediaan, peralatan atau kecelakaan cart untuk
93 1
berhentinya kardiopulmoner
TOTAL 33,3 0,86 28,6452
Modul 4
Pengelolaan darurat dan bencana
Koordinasi manajemen pada saat keadaan darurat dan
4.1
bencana
1 112. Komite keadaan darurat/bencana rumah sakit 1
34
123. Pelaksanaan, evaluasi dan tindakan perbaikan atas rencana
12 0,5
respon rumah sakit terhadap keadaan darurat dan bencana
35
34 145. Layanan psikososial 0
35 146. Prosedur post-mortem bagi insiden kematianmasal 0
4.7 Evakuasi, dekontaminasi dan keamanan
36 147. Rencana evakuasi 1
REKAPITULASI
No. Modul Bobot Skor Nilai
Modul 1 0,33 0,34 0,11
Modul 3 0,33 0,86 0,29
Modul 4 0,33 0,78 0,26
TOTAL 1,00 0,66
36
Lampiran 2 Contoh SPO
Skenario Umum
37
Pada tanggal 8 November 2016 terjadi gempa skala intensitas VII MMI pegawai dan tamu
gedung RS X panik masing-masing menyelamatkan diri mencari tempat perlindungan yang
aman. Para pegawai dan perawat berteriak instruksi kepada para pegawai dan tamu
menunjukkan tempat aman. Pegawaipun berteriak kepada pegawai lainnya agar berlindung
dari reruntuhan.
Tiba-tiba salah satu pegawai lt 3 melihat listrik yang memercik karena colokan renggang
akibat kabel yang tertindih tas yang jatuh. Api menyambar dokumen, pegawai bertambah
panik teriak kebakaran kebakaran.
Setelah gempa berhenti, pegawai segera menuju lokasi sambil membawa APAR, namun
karena api dekat dengan pasien, maka pegawai mencoba menyelamatkan tamu sambil
teriak minta tolong. Mendengar teriakan, pegawai lain segera teriak code red,
menghubungi Dinas Kebakaran dan pegawai membunyikan alarm .... Alarm .... lalu pegawai yang
membawa APAR mencoba memadamkan api , pegawai lain menghubungi KKD gedung RSUD.
KKD gedung instruksi umumkan kondisi emergency dengan code red. Mendengar pengumuman
maka seluruh tim tanggap darurat siaga laksanakan tugasnya. Karena asap mulai menyebar,
maka pegawai yang memadamkan api dengan APAR menjadi gagal karena jarak semprot
yang jauh menghindari asap. Tindakan evakuasi parsial di instruksikan regu evakuasi lt 3,
menuju tangga darurat kanan dan kiri
KKD menghubungi koordinator semua lantai perawatan dan staf Medik untuk mengevakuasi
penghuni menuju titik berkumpul, selanjutnya memonitor kesiagaan seluruh timnya melalui
……. Api membesar membakar kasur dan mulai merambat ke benda lain di dalam kamar
………., regu pemadam sekuriti yang tiba mulai menggelar hidran, dan kesulitan
mengarahkan pancaran air hidran ke dalam ruangan karena pandangannya terhalang asap
yang tebal. Pendinginan dengan melokalisir area terbakar dilakukan, dan karena asap mulai
naik melalui shaf, maka KKD instruksikan evakuasi (code purple) seluruh pasien lantai 3 s/d
7. Semua Koordinator Lantai memimpin timnya mengevakuasi pasien, dengan memperhatikan
klasifikasi : semua pasien mobile, limited mobile, dan not mobile beserta keluarganya ke area
pengungsian di dekat pintu taangga darurat, pasien not mobile beserta keluarganya ke titik
berkumpul melalui ramp.
Pada saat pompa hidran utama diaktifkan tiba-tiba mesin mati, maka tehnisi segera mengaktifkan
pompa diesel. KKD melaporkan kepada Direktur Emergency dan minta bantuan koordinasi
area parkir diluar gedung dan tambahan tenaga bantuan (perawat, dokter, tehnik, dll).
Kondisi parkir mobil yang padat menghalangi masuknya Fire Truck Dinas Kebakaran, semua
crew Fire Truck Dinas Pemadam menuju Poskotis berkoordinasi dengan KKD dan mengambil
alih operasi pemadaman. Dengan menggunakan alat bantu pernafasan mandiri (SCBA) maka
crew Dinas Pemadam berhasil memadamkan kebakaran dalam tempo 15 menit.
Tanda-tanda interior dan struktur bangunan dinyatakan aman oleh KKD setelah
berkoordinasi dengan Direktur Emergency, maka KKD memberi instruksi : Pasien lantai 2
kamar 206 di pindahkan ke ruang perawatan lain, sementara pasien dari kamar lainnya di lantai
2 dan lantai 3 s/d 8 kembali memasuki ruang perawatan setelah kondisi dinyatakan steril dari
asap. Koordinator Titik berkumpul melaporkan kepada KKD dan diketahui 1 pasien trauma, 1
meninggal karena shock.
Contoh skenario terjadi kedaruratan bencana ( multiple code) di Rumah Sakit
38
4. Tiba-tiba terdengaar teriakan dari salah satu pegawai di salah satu ruang
perawatan yang memberikan peringatan jika ada kebakaran akibat Konsleting
listrik
5. Komando lantai mengaktifkan kode red dan menghubungi operator untuk
memberitahukan telah terjadi kode red
6. Tim kode Red melakukan tugas masing-masing sesuai tugasnya
7. Petugas Helm Merah dibantu oleh karyawan lainnya dan security berusaha
memadamkan kebaaran api dengan memakai APAR
8. Petugas Helm Kuning memberi komando dalam evakuasi pasien dengan meminta
bantuan orang yang berada di tempat tersebut
9. Petugas Helm biru memberi komando dalam penyelamatan asset dibantu petugas
lainnya
10. Jika api padam api evakuasi tidak dilakukan
Simulasi selesai
11. Jika api tidak bisa dikendalikan komando lantai melakukan evakuasi sesuai arahan
komandan bencana
12. pegawai dan pengunjung melakukan evakuasi menuju assembly point, namun ada
sebagian pasien dan pengunjung yang masih berada di ruangan sambil
menunggu perkembangan dan instruksi dari komando bencana
13. komando bencana mengintruksikan untuk dilakukan evakuasi
14. Karyawan dan penunggu pasien yang ada di Ruangan melakukan evakuasi
terhadap pasien, asset dan dokumen.
15. Disaat proses evakuasi masih berlangsung kondisi agak tegang
16. Tiba2 ada yang pingsan orang yang ada didekatnya melakukan bhd dan segera
berteriak code blue tim code blue segera melakukan tindakan sampai pasien dapat
di amankan
17. Sementara itu pasien-pasien yang dievakusi di assembly point mendapat
tindakan darurat oleh petugas medis sebelum dipindah dengan ambulance ke
IGD/gedung lain
Operasi Tanggap Darurat Kebakaran (Code Red), Tanggap Darurat Medis (Code Blue)
dan Evakuasi total dinyatakan selesai dilaksanakan.
39
No Waktu KEJADIAN PEMERAN KEGIATAN PEMERAN
AKTIF PASIF
A X : 00 Guncangan gempa Karyawan Masing-masing menyelamatkan diri Seluruh
menuju tempat aman, melindungi kepala pengguna
dari reruntuhan
Semua KL. Y&S Ingatkan prosedur saat terjadi gempa RE.1-4 Y
Semua RE.1 Y Teriak tunjukkan tempat aman terdekat Keluarga pasien
bagi keluarga pasien
Semua RE.2 Y Teriak tunjukkan cara melindungi kepala s.d.a
& badan dari reruntuhan
Semua RE.3 Y Teriak pada pasien yang limited mobile Pasien Limited
agar turun dari ranjang dan tiarap di mobil
samping ranjang
Semua RE.4 Y Teriak tunjukkan cara berlindung pasien Pasien
yang menggunakan oksigen dan infus,
agar tidak lari.
B X : 02 Guncangan KKD Instruksi via HT lihat hasil receiver skala Tim Teknik
MMI, atau telpon BMKG
Berhenti Tim Teknik Melaporkan dengan HT informasi skala KKD
intensitas & kondisi gempa
KKD Instruksi periksa struktur bangunan Tim Teknik
&laporkan segera, umumkan code brown
Tim Teknik Instruksi umumkan code brown TI
Tim Teknik Instruksi periksa seluruh lantai TTL
TI Umumkan code brown 0
Semua KL.Y Instruksi tenangkan pasien dan stabilkan Semua RE.Y
kondisinya
Semua RE.1-4Y Tenangkan pasien dan stabilkan kondisinya Pasien
TPP Menghubungi KKD menanyakan perlu KKD
evakuasi atau tidak
RTB.A Menghubungi KKD menanayakan perlu KKD
evakuasi atau tidak
Asst.1KKD/RTB. Melaporkan kondisi pasien, menanyakan KKD
B perlu evakuasi atau tidak
Asst.2KKD/RTB. Melaporkan kondisi operasional, KKD
C menanyakan perlu evakuasi atau tidak
Asst.3KKD Melaporkan kondisi support, membantu KKD
operasional komunikasi darurat
KL Gempa sudah selesai, pasien harap kembali RE. Pasien
ke tempat tidur
R.E Memandu pasien kembali ke tempat tidur Pasien & kel.
pasien
40
Tim Teknik Instruksi buka pintu darurat lantai dasar TTL
ramp
Tim Teknik Instruksi padamkan listrik & AC lantai 3, TTL
non aktifkan lift
TTL Non aktifkan lift, dan siaga di depan -
emergency lift lobby utama no.8
TTL Padamkan MCB zona A listrik & AC lantai 3 -
41