Anda di halaman 1dari 41

PETUNJUK TEKNIS

KESIAPSIAGAAN KONDISI DARURAT DAN BENCANA


DI RUMAH SAKIT

DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA


DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2019

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang..........................................................................................................................3

B. Tujuan........................................................................................................................................4

C. Sasaran......................................................................................................................................4

D. Ruang lingkup...........................................................................................................................4

BAB II KONDISI DARURAT DAN BENCANA 5


A. Pengertian.................................................................................................................................5

B. Kondisi darurat dan jenis bencana.........................................................................................5

BAB III IDENTIFIKASI RISIKO KONDISI DARURAT BENCANA DAN KESELAMATAN RUMAH
SAKIT 7
A. Metode Hazard and Vulnerability Analysis / HVA.................................................................8
B. Metode Hospital Safety Index/ HSI......................................................................................12

BAB IV PENGENDALIAN KONDISI DARURAT DAN BENCANA 14


A. Menyusun rencana tanggap darurat dan bencana............................................................14

B. Membentuk tim tanggap darurat dan bencana..................................................................14

C. Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO) tanggap darurat dan bencana...........18

D. Menyediakan alat/sarana kondisi darurat dan bencana berdasarkan hasil identifikasi.18

E. Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan


darurat oleh petugas yang berkompeten dan berwenang........................................................21

F. Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat sesuai


dengan standar dan pedoman teknis..........................................................................................21

BAB V PELATIHAN DAN SIMULASI KONDISI DARURAT DAN BENCANA 25


BAB VI PENUTUP 28
LAMPIRAN 29
SKENARIO DETIL SIMULASI GEMPA & KEBAKARAN............................................................31
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara geografis, Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik (wilayah dengan banyak
aktivitas tektonik), sehingga terus menghadapi risiko bencana berupa letusan gunung
berapi, gempa bumi, banjir, dan tsunami. Data BNPB tahun 2019 mengungkapkan
bahwa kejadian bencana alam mengalami peningkatan jumlah tiap tahunnya.
Bencana ini berpotensi merusak bahkan menghancurkan pemukiman, tempat kerja,
tempat ibadah, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, ketika
terjadi gempa bumi di Kota Padang pada tahun 2009, menghancurkan 85 rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan. Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Sulawesi
Tengah tahun 2018 berdasarkan data menunjukkan 18 rumah sakit dan 167
fasyankes (117 pustu dan 50 puskesmas) mengalami kerusakan (Dinkes Provinsi
Sulawesi Tengah, Februari 2019).

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, merupakan


infrastruktur penting yang harus tetap dapat beroperasional dan dalam kondisi aman
ketika terjadi bencana. Hal ini merupakan salah satu aspek penting dalam
manajemen keadaaan darurat dan bencana. Pada saat terjadi bencana, rumah sakit
diharapkan dapat diakses dan berfungsi pada kapasitas maksimum dengan
infrastruktur yang sama sebelum, selama, dan segera setelah bencana (WHO, 2015).
Selain potensi bencana dari luar, rumah sakit juga sebagai tempat kerja dengan
padat modal, padat teknologi, padat pakar dan tingkat keterlibatan manusia yang
tinggi, menyebabkan Rumah Sakit memiliki risiko yang tinggi dalam proses
operasionalnya.

Oleh karena itu perlu dilakukan persiapan bencana di suatu rumah sakit. Hal ini
dimaksudkan agar rumah sakit siap dan tidak melalaikan tanggung jawabnya bagi
kesehatan komunitas yang berada di dalam lingkup tanggung jawabnya. Mengacu
pada kutipan (dalam konteks ini persiapan bencana) : A Vital hospital emergency
management program cts s an insurance policy that increases the chances of
continued operations under difficult circumstances . Makna intinya adalah bahwa
suatu program manajemen bencana rumah sakit akan mengarahkan perkembangan
dan eksekusi kegiatan yang mampu memitigasi, mempersiapkan, merespon, dan
pemulihan situasi dari suatu bencana/insiden.

Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Permenkes nomor 66 tahun 2016


tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang mengatur
tentang penyelenggaraan SMK3RS (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit) dan melakukan menerapkan standar K3RS, termasuk didalamnya
adalah kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi kondisi darurat atau bencana. Dalam
proses akreditasi, Rumah sakit diharuskan dapat mengembangkan dan memelihara
program manajemen disaster untuk menanggapi keadaan disaster serta bencana
alam atau lainnya yang memiliki potensi terjadi dimasyarakat (Snars edisi 1).
Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka perlu disusun petunjuk teknis
kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat dan bencana di Rumah Sakit.

B. Tujuan
Sebagai acuan rumah sakit dalam melakukan upaya kesiapsiagaan menghadapi
kondisi darurat dan bencana.

C. Sasaran
1) Pimpinan Rumah Sakit
2) Manajemen Rumah Sakit
3) Pengelola K3
4) Pegawai Rumah Sakit
5) Pasien
6) Pihak ketiga di rumah sakit / tenant
7) Pengunjung/ keluarga pasien

D. Ruang lingkup
Petunjuk teknis ini mengatur ketentuan-ketentuan yang dilakukan rumah sakit dalam
menghadapi kondisi darurat dan bencana dari aspek pengelolaan sumber daya yang
ada di rumah sakit baik untuk menghadapi bencana internal dan eksternal rumah
sakit.

Kesiapsiagaan menghadapi bencana eksternal hanya sebatas kesiapan rumah sakit


dalam menerima rujukan korban bencana dari luar. Petunjuk teknis ini tidak
mengatur terkait penanganan korban karena sudah diatur dalam pedoman lainnya.
BAB II KONDISI DARURAT DAN BENCANA
A. Pengertian
 Darurat adalah suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan yang terjadi pada
suatu tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak
peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya.
 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
 Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
 Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.
 Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
 Pencegahan bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana
 Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
 Tanggap darurat bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan korban, penyelamatan,
dan pemulihan sarana prasarana.
 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
B. Kondisi darurat dan jenis bencana
Beberapa kondisi darurat terjadi di rumah sakit antara lain
1. Kedaruratan keselamatan dan keamanan (demonstrasi, penculikan bayi, kekerasan
dalam rumah sakit dan risiko kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi gedung)
2. Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Kegagalan peralatan medik dan non medik
4. Kedaruratan utilitas rumah sakit meliputi kegagalan kelistrikan, kegagalan
ketersediaan air, kegagalan informasi teknologi/ IT, dan kegagalan sistem tata
udara

Potensi bahaya yang terjadi di Indonesia berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2007


dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis bencana yaitu bencana alam, bencana non
alam, dan bencana sosial.
A. Bencana Alam
1) Gempa bumi
2) Letusan gunung berapi
3) Tsunami
4) Tanah longsor
5) Kekeringan
6) Angin topan
7) Gelombang pasang/badai
8) Epidemi
9) Wabah
10) Kejadian Luar Biasa (KLB)
11) Likuifaksi
12) Banjir

B. Bencana Non Alam


1) Kecelakaan transportasi
2) Kegagalan konstruksi/teknologi
3) Kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia
4) Ledakan nuklir
5) Dampak industri
6) Pencemaran lingkungan

C. Bencana sosial
1) Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya, ekonomi dan SARA
2) Aksi teror
3) Sabotase
BAB III IDENTIFIKASI RISIKO KONDISI DARURAT BENCANA
DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT

Dalam melakukan identifikasi risiko kondisi darurat bencana, rumah sakit dapat melakukan
beberapa cara yaitu:
1. Catatan rekaman data darurat/bencana
Data insiden/kejadian darurat/bencana yang pernah terjadi sebelumnya baik pada Rumah
Sakit itu sendiri maupun kejadian darurat/bencana di tempat lain.
2. Survey potensi
Survey terhadap semua kondisi yang dapat menimbulkan darurat/bencana dengan
menggunakan daftar periksa:
a. Material
Membuat daftar semua material secara kwantitatif dan kwalitatif dengan kondisi dan
kemungkinan darurat/bencana yang ditimbulkan
b. Peralatan Proses
Mengiventarisasi semua proses dan peralatan yang berpotensi untuk terjadinya
darurat/bencana.
c. Kondisi Lingkungan
Membuat daftar semua kondisi lingkungan kerja yang mempunyai kemungkinan
menimbulkan darurat/bencana
3. What if analysis (Analisis ‘Bagaimana Jika’)
Dalam metode ini, setiap proses dipelajari melalui pendekatan brainstorming/tukar
informasi untuk memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian yang akan
menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh antara lain
• What If bila pompa hydran tidak berfungsi
• What If bila api tidak dapat dipadamkan dengan APAR
• What If bila terjadi penculikan bayi
• What If bila tanki solar bocor
• What If bila terjadi banjir
4. Penilaian risiko
Pendekatan nilai risiko terhadap suatu sistem dengan pemberian skor baik yang bersifat
kualitatif (ya atau tidak, baik atau buruk), kuantitatif (perhitungan secara numerik),
ataupun kombinasi keduanya (semi kuantitatif). Beberapa tools penilaian risiko yang
dapat digunakan:
• Hazard Vulnerability Analysis (HVA)
• Hospital Safety Index (HSI)
• Hazard Identification, Risk Assessment, and Determain Control (HIRADC)
Penilaian risiko bencana rumah sakit yang sering dan banyak digunakan untuk keperluan
akreditasi rumah sakit adalah penilaian kerentanan bencana (Hazard Vulnerability Assesment
/ HVA) dan penilaian kemampuan rumah sakit dalam menghadapi bencana (Hospital Safety
Index / HSI). Dalam standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan 6 (MFK 6) dalam SNARS
edisi 1 terkait kewaspadaan bencana, rumah sakit dipersyaratkan untuk menentukan jenis,
kemungkinan terhadap konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian bencana.

A. Metode Hazard and Vulnerability Analysis / HVA


Penilaian kerentanan bahaya disingkat Hazard Vulnerability Analysis (HVA) merupakan
identifikasi atas jenis potensi kemungkinan terjadi, konsekuensi bahaya, ancaman dan
kejadian bencana yang dapat mengganggu operasional pelayanan rumah sakit.

Hazard and Vulnerability Analysis (HVA) adalah suatu pendekatan sistematis untuk
mengidentifikasi semua bencana yang mungkin mempengaruhi populasi tertentu, menilai
risiko yang terkait dengan setiap bencana (misalnya probabilitas terjadinya bencana dan
konsekuensi bagi penduduk) dan mempelajari temuan untuk mengembangkan perbandingan
diprioritaskan kerentanan bencana. Tools HVA yang sering dipakai di Indonesia bersumber
atau mengadopsi dari Kansas Department of Health and Environment karena memang
dibanding yang lain, tools HVA kansas ini jauh lebih mudah dipahami dan spesifik khusus
untuk rumah sakit.

Hasil analisasi HVA harus menggambarkan rencana tanggap darurat, rencana pemulihan,
drill skenario, response plan testing, prioritas pendanaan untuk mitigasi dan pelatihan.

Identifikasi risiko kondisi darurat dan bencana dilakukan dengan metode HVA dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membentuk tim penyusun HVA di RS


2. Mengumpulkan data potensi bahaya yang ada di rumah sakit
3. Memasukkan data potensi bahaya kedalam tabel HVA
4. Data yang diinput harus menggambarkan situasi dan kondisi yang sebenarnya di
rumah sakit
5. Menghitung risiko
6. Menentukan prioritas darurat dan bencana sesuai dengan hasil HVA
7. Menyelenggarakan pertemuan oleh tim K3 RS dengan menghadirkan jajaran
manajemen, bidang pelayanan medic, bidang keperawatan, keuangan, IGD, Bagian
umum, IPSRS, sanitasi untuk menentukan prioritas hasil HVA
8. Hasil penilaian HVA dilaporkan kepada Direktur
9. Identifikasi risiko kondisi darurat bencana dan keselamatan rumah sakit dilakukan
setiap 1 (satu) tahun sekali
Proses identifikasi bencana di rumah sakit sesuai tabel dibawah ini :
Tabel Hazard and Vulnerability Analysis ( Assesment ) Kondisi darurat atau Bencana

DAMPAK = (LUAS KEJADIAN - MITIGASI)


PROBABILITAS DAMPAK DAMPAK DAMPAK RESPON RESPON RISIKO
KESIAPAN
KEJADIAN MANUSIA PROPERTI BISNIS INTERNAL EXTERNAL
Kehilangan
Kemungkian Waktu, Masyarakat/B
Probabilitas akan dan Gangguan Pra Ancama
meninggal efektifitas, antuan umum
terjadi kerusakan pelayanan perencanaan n relatif*
atau cedera sumberdaya dan suplai
fisik
0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
1 = Tinggi 1 = Tinggi 1 = Tinggi
1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Rendah 0-
NILAI 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat
2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat
3 = Rendah atau 3 = Rendah 3 = Rendah atau 100%
3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi
tidak ada atau tidak ada tidak ada

*Tabel mengacu pada Kansas Department of Health and Environment dimana setiap table
harus dipisahkan dengan pengelompokan yaitu :
1. HVA untuk Naturally occurring Events , yaitu banjir, gempa bumi, gunung meletus, tanah
longsor, angin puting beliung, badai dan lainnya sesuai kondisi alam wilayah rumah sakit
2. HVA untuk technology event, yaitu kegagalan listrik, kegagalan air, kebakaran, tata udara
dan lainnya yang disesuaikan dengan system pendukung di rumah sakit
3. HVA untuk Human Related Events, yaitu kecelakaan massal, keracunan massal,
penculikan bayi, kerusuhan masal, terorisme, tamu VIP dan lainnya yang disesuaikan
dengan kemungkinan yang dapat timbul pada area dan wilayah rumah sakit.
4. HVA untuk Desease Related Events, yaitu adanya wabah pada suatu komunitas /
epidemik yang terjadi pada suatu wilayah rumah sakit seperti kejadian wabah demam
berdarah, malaria, flu burung, dan kejadian wabah lainnya.

Setiap komponen dinilai dan dipertimbangkan penentuannya dengan melihat kondisi,


situasi, kelengkapan fasilitas, kemampuan rumah sakit serta kondisi alam area Rumah
Sakit yang akan dimasukkan dalam HVA tool.

Untuk jenis penilaian kejadian HVA lainnya dapat disesuaikan atau ditambahkan untuk
kejadian keselamatan keamanan, bahan berbahaya, peralatan medik, keselamatan
kebakaran dan sistem penunjang sesuai dengan kesepakatan dan kebijakan rumah sakit.

Pengisian angka dalam kolom dapat mengacu beberapa hal antara lain
 Probabilitas (kemungkinan) terjadinya suatu kondisi darurat atau bencana. Untuk
menentukan probabilitas dapat dipertimbangkan risiko yang diketahui, dan data
historis (apakah pernah terjadi sebelumnya).
- Poin 0 tidak pernah (NA) : kondisi darurat atau bencana tidak mungkin terjadi
- Poin 1 jarang (rare) : kondisi darurat atau bencana terjadi < 30 tahun sekali
- Poin 2 kadang-kadang (occasional) : bencana terjadi setiap 5 tahun sekali tapi
lebih dari sekali dalam setiap 30 tahun
- Poin 3 sering (frequent) : bencana terjadi lebih sering dari sekali setiap 5 tahun
 Dampak manusia yaitu potensi cedera atau kematian pada staf atau pada pasien
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak yang berarti/bahaya yang
mempengaruhi masyarakat, kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
- Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya melibatkan
ancaman terhadap sejumlah masyarakat. Mungkin ada beberapa penduduk yang
luka ringan dan membutuhkan pertolongan pertama.
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
sejumlah besar penduduk cidera yang membutuhkan perawatan medis lebih
lanjut.
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih besar berarti kejadian bencana terjadi pada
masyarakat luas atau daerah yang terkonsentrasi dengan dampak yang parah. Ini
dapat mengakibatkan sejumlah besar kematian dan cidera yang melibatkan
evakuasi besar-besaran dan atau membutuhkan tempat penampungan.
 Dampak properti yaitu adanya biaya untuk menggantikan atau membangun
kembali, biaya untuk penggantian sementara (sewa, pembelian), biaya untuk
memperbaiki, waktu untuk pulih/bertahan dalam bisnis melanjutkan pelayanan secara
normal
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan sedikit
atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika itu terjadi,
kerusakan terhadap kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
- Poin 1 rendah : Dampak Terbatas berarti kejadian bencana umumnya melibatkan
hanya kerusakan properti publik atau swasta. Sumber daya lokal dapat
memperbaiki atau mengganti properti yang rusak
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
kerusakan moderat di area yang luas atau terkonsentrasi. Kerusakan terhadap
properti publik dan swasta dapat melebihi sumber daya lokal untuk memperbaiki
atau mengganti
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian menyebabkan
kerusakan berat pada properti publik dan swasta di area yang luas atau daerah
terkonsentrasi dengan dampak yang parah. Besarnya bencana dapat
menghasilkan deklarasi pemerintah bencana besar/ nasional atau darurat
 Dampak bisnis yaitu gangguan bisnis, staf tidak dapat melaporkan pekerjaan,
pelanggan tidak dapat mencapai fasilitas, perusahaan yang melanggar perjanjian
kontrak, pengenaan denda dan hukuman atau biaya hukum, gangguan pasokan yang
kritis, gangguan distribusi pada produk, reputasi dan citra publik, dan dampak
keuangan/beban
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan sedikit
atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika itu terjadi, tidak
akan mengganggu jalannya pelayanan
- Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang dari 2 jam
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang lebih dari 8 jam
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang lebih dari 24 jam
 Kesiapan meliputi status rencana saat ini, frekuensi latihan, status pelatihan,
asuransi, ketersediaan sumber alternatif untuk pelayanan
- Poin 0 Not Aplicable : Tidak ada kesiapan sama sekali untuk menghadapi bencana
yang akan terjadi
- Poin 1 tinggi : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, bisa dilihat dari adanya
dokumen, SDM, dan simulasi risiko bencana yang terjadi
- Poin 2 sedang : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, namun hanya berupa
dokumen dan SDM
- Poin 3 rendah atau tidak ada: Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk namun
hanya berupa dokumen
 Respon internal meliputi jenis persediaan yang ada apakah memenuhi kebutuhan,
volume persediaan yang ada, distribusi pasokan, ketersediaan staf, ketersediaan
sistem cadangan, kemampuan sumber daya internal untuk bertahan terhadap
bencana.
- Poin 0 Not Aplicable : Tidak ada sama sekali
- Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu sudah ada tim darurat dan sudah mengikuti
pelatihan kegawatdaruratan
- Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu sudah ada tim darurat namun belum
diikutsertakan pelatihan
- Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu belum ada tim darurat yang jelas
 Respon eksternal meliputi jenis perjanjian dengan lembaga masyarakat/latihan,
koordinasi dengan lembaga lokal/nasional, koordinasi dengan fasilitas perawatan
kesehatan yang lebih tinggi, koordinasi dengan fasilitas pengobatan khusus, sumber
daya masyarakat
- Poin 0 Not Aplicable : Tidak ada sama sekali
- Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu rumah sakit sudah melakukan kerjasama
dengan semua instansi terkait adanya bencana yang terjadi
- Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu rumah sakit sudah melakukan kerjasama
dengan beberapa instansi
- Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu rumah sakit belum melakukan kerjasama
namun sudah ada rencana untuk melakukan kerjasama

Nilai Risiko adalah pengkalian probabilitas dengan dampak.


Dalam menentukan prioritas penanganan darurat dan bencana, dapat mempertimbangkan
a. Kondisi darurat dan bencana dengan nilai total risiko > 55%
b. Kondisi darurat dan bencana dengan nilai total risiko dibawah 55% tetapi harus
dibuat penanganan sesuai rekomendasi dan ketentuan dari hasil akreditasi
c. Kondisi darurat dan bencana dengan nilai total risiko dibawah 55% tetapi merupakan
kondisi darurat dan bencana dengan nilai total terbesar pertama dan kedua

Setelah perhitungan menggunakan tabel, selanjutnya dilakukan Gap analisa yaitu dengan
membandingkan hasil identifikasi HVA yang dilakukan di unit kerja dengan standar yang
wajib dipenuhi didalam proses penanggulangan terjadinya bencana.

B. Metode Hospital Safety Index/ HSI


Hospital Safety Index/ HSI yang dibuat oleh World Health Organization (WHO) tahun
2015 ini digunakan untuk mengukur tingkat keselamatan rumah sakit dalam
menghadapi bencana. Formulir ini berfungsi untuk menilai kemungkinan suatu rumah
sakit atau fasilitas kesehatan tetap beroperasi dalam situasi darurat. Dalam mengisi
formulir HSI, tim dapat mengikuti pelatihan yang dapat diselenggarakan oleh pihak
ketiga atau pihak yang berkompeten dan mengunduh formulir HSI dalam media
elektronik.

Hospital Safety Index (HSI) yang dibagi menjadi empat bagian penilaian yaitu :
1) Bahaya Yang berdampak pada keamanan Rumah Sakit
2) keamanan struktur bangunan,
3) keamanan non- struktural, dan
4) pengelolaan darurat dan bencana.

1) Bahaya Yang berdampak pada keamanan Rumah Sakit

Pada aspek ini yang akan dinilai dalam kaitannya dengan keadaan darurat sebelumnya
dan bencana yang terjadi di zona, tempat, dan jenis tanah tempat fasilitas kesehatan
telah dibangun termasuk memperhitungkan probabilitas terjadinya bencana alam. Aspek
ini dibagi menjadi dua kategori yaitu bahaya dan sifat geoteknik tanah. Pada aspek ini
dinilai risiko bencana alam yang mungkin terjadi pada geografis layanan kesehatan,
contohnya apakah memiliki risiko terjadi gempa bumi, gunung meletus atau bencana
alam lainnya.

2) Keamanan Struktur Bangunan


Pada aspek ini rumah sakit akan dievaluasi bagaimana keamanan struktur fasilitas yang
melibatkan penilaian dari jenis struktur, bahan, dan paparan sebelumnya terhadap
bencana alam dan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah struktur
memenuhi standar untuk memberikan pelayanan kepada penduduk bahkan dalam kasus
bencana besar, atau apakah bisa berdampak dengan membahayakan integritas
struktural, dan kapasitas fungsional pada saat terjadninya bencana.

3) Keamanan Non-Struktural
Kegagalan non-struktural biasanya tidak membahayakan stabilitas bangunan, tetapi bisa
membahayakan orang dan isi bangunan. Pada aspek ini akan dilakukan evaluasi dan
verifikasi stabilitas elemen non-struktural dan apakah peralatan dapat berfungsi selama
dan setelah bencana. Analisis ini meliputi keamanan jaringan kritis (misalnya, sistem air,
listrik, komunikasi), sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air-Conditioning) , serta
peralatan diagnostik, dan perawatan medis.

4) Pengelolaan darurat dan bencana


Pada aspek pengelolaan darurat dan bencana dilakukan evaluasi kesiapan sumber daya
manusia rumah sakit dalam merespon situasi bencana. Hal ini dapat diketahui dari
koordinasi tim Rencana Hospital Disaster Management , pusat komando bencana, respon
dan rencana pemulihan rumah sakit, manajemen komunikasi dan informasi,
ketersediaan logistik dan keuangan, layanan dan dukungan pasien, serta evaluasi,
dekontaminasi dan keamanan.
Hasil perhitungan HSI didapatkan 3 (tiga) kategori kesiapsiagaan rumah sakit dalam
menghadapi bencana yaitu kategori A, B, dan C.

Tabel Kategori Hasil Perhitungan HSI

Safety Index Klasifikasi Implementasi

0 – 0,35 C Keselamatan suatu fasilitas kesehatan dan isinya


berada dalam risiko saat menghadapi situasi
bencana
0,36 – 0,65 B Fasilitas kesehatan dinilai dapat bertahan pada
situasi bencana tapi peralatan dan pelayanan
penting lainnya berada dalam risiko
0,66 – 1 A Fasilitas kesehatan dapat melindungi hidup
manusia yang ada di dalamnya dan dinilai dapat
tetap berfungsi dalam situasi bencana

BAB IV PENGENDALIAN KONDISI DARURAT DAN BENCANA

Pengendalian kondisi darurat dan bencana berdasarkan hasil penilaian menggunakan HVA
dan HSI. Kondisi darurat dan bencana dengan nilai paling tinggi dilakukan pengendalian
sesuai dengan langkah-langkah pengendalian.
A. Menyusun rencana tanggap darurat dan bencana
Rencana tanggap darurat adalah suatu rencana formal tertulis yang dibuat dan disusun
oleh tim tanggap darurat dan bencana rumah sakit yang disahkan oleh Pimpinan
Tertinggi rumah sakit, dilanjutkan dengan sosialisasi dan pelatihan. Rencana tanggap
darurat dan bencana dibuat berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dapat terjadi
dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat
kerja serta bagaimana suatu keadaan darurat itu harus segera ditangani. Perencanaan
darurat harus diberlakukan sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya
besar. Suatu rencana tanggap darurat dikonsentrasikan pada tindakan yang akan
diambil dalam beberapa jam pertama pada kondisi krisis. Sebagai contoh, evakuasi
segera korban dan penanggulangan keadaan darurat adalah komponen yang umum
dalam suatu keadaan gawat darurat. Pelaksanaan dari rencana biasanya di bawah
pengarahan dari tim tanggap darurat atau Emergency Response Team (Kuhre, 1996).
Perencanaan rencana tanggap darurat dapat disebut sebagai upaya penanggulangan
guna mengurangi dampak kerugian yang mungkin terjadi, seperti kecelakaan yang
menimpa sumber daya manusia, kerusakan aset, terhentinya kegiatan operasional
pelayanan rumah sakit, dan kerusakan atau pencemaran lingkungan.

Beberapa prinsip dalam menyusun rencana tanggap darurat dan bencana adalah
1. Membatasi akses
2. Membatasi lokasi tumpahan dan menginformasikan ke sekitar
3. Menyediakan alat medis lainnya apabila terdapat kegagalan
4. Memastikan listrik dan air tetap tersedia dalam keadaan apapun
5. Memastikan sistem udara tidak terkontaminasi

B. Membentuk tim tanggap darurat dan bencana


Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), tim tanggap darurat dan bencana harus terdiri
dari para sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih.
Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota tim
tanggap darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin. Setiap bagian
menugaskan satu orang sebagai anggota tim tanggap darurat. Bila hal ini tidak
mencukupi jumlah yang diperlukan, maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung.

Tim tanggap darurat dan bencana terdiri dari:


1. Pimpinan kondisi darurat dan bencana
2. Tim penilai dan pemantau kondisi darurat (PPKD) dan bencana
3. Koordinator manajemen medis
4. Koordinator manajemen operasional
5. Penanggungjawab pusat dan informasi (komunikasi)
6. Penanggung jawab pengamanan dan penyelamatan
7. Penanggung jawab logistik
8. Penanggung jawab teknik
9. Penanggung jawab SDM
10. Koordinator keadaan darurat gedung

Uraian tugas masing-masing bagian sebagai berikut:


No Nama Jabatan Tugas Jabatan
1 Pimpinan kondisi darurat dan  Pimpinan kondisi darurat dan bencana
bencana biasanya berasal dari jajaran direksi yang
dapat dihubungi pada saat bencana
 Memiliki wewenang untuk mengangkat dan
memberhentikan Koordinator Keadaan
Darurat dan Bencana atau pejabat
setingkat dalam struktur organisasi
 Memberikan informasi kepada jajaran
Direksi dan Dewan Pengawas RS terkait
dengan kondisi yang sedang terjadi dalam
sistem komando
 Menetapkan level darurat bersama dengan
Tim Penilai dan Pemantau Keadaan Darurat
(PPKD) dan Bencana
 Mengaktifkan keadaan tanggap darurat
bencana sesuai dengan jenis bencana
2 Tim penilai dan pemantau kondisi  Tim PPKD adalah Tim yang anggotanya
darurat (PPKD) dan bencana terdiri dari unit pelaksana Operasional dan
Medis
 Memiliki tugas merekapitulasi ketersediaan
fasilitas, sarana dan prasarana di RS
berdasarkan laporan Koordinator Keadaan
Darurat Gedung (KKD)
 Memberi masukan keputusan strategis
terkait dengan dampak bencana kepada
KKD
 Memantau keadaan terkait darurat dan
bencana meliputi dan tidak terbatas pada:
lokasi kejadian, waktu terjadinya bencana,
tipe bencana, perkiraan jumlah korban,
risiko potensial tambahan, populasi yang
terkena bencana
3 Koordinator manajemen medis  Koordinator Medis adalah Kepala Bidang
Pelayanan Medik
 Memiliki tugas untuk melakukan koordinasi
dengan Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC)
dan mengaktifkan Tim rawat jalan, Tim
Rawat inap, Tim rawat intensif, Tim kamar
operasi, Tim Rawat khusus, Tim penunjang
medis, tim evakuasi radiasi, Tim Evakuasi
KLB/wabah dan Tim Forensik serta
Departemen Medik untuk kesiapan
pelayanan pasien bila terjadi darurat
bencana
 Mendata kapasitas medis yang berupa
jumlah dokter, perawat dan bidan,
kapasitas rawat jalan, kapasitas rawat inap,
kapasitas ICU, kapasitas alat kedokteran,
kapasitas alat kesehatan dan APD untuk
tim medis
 Berkoordinasi dengan Koordinator
Manajemen Operasional dalam
menentukan alternatif lokasi untuk
tambahan rumah sakit darurat
4 Koordinator manajemen  Koordinator Operasional adalah Kepala Unit
operasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 Memiliki tugas mengkoordinasikan kegiatan
operasional tanggap darurat yang terdiri
dari informasi, pengamanan dan
penyelamatan, logistik, teknik, dan SDM
untuk mendukung manajemen medik
5 Penanggungjawab pusat dan  Penanggung Jawab Pusat Informasi adalah
informasi (komunikasi) Kepala Bagian Pemasaran
 Merupakan juru bicara RS terhadap pihak
eksternal
 Pengendali dan penghubung pesan baik
dari internal RS maupun eksternal RS dan
atau tim lapangan.
 Mediator kebutuhan media/pers
 Membantu dan mendampingi pimpinan
Keadaaan Darurat dalam fungsinya sebagai
juru bicara
 Menyampaikan informasi operasional yang
relevan
6 Penanggung jawab pengamanan  Penanggung jawab pengamanan dan
dan penyelamatan penyelamatan adalah Kepala Bagian
Administrasi
 Bertanggung jawab terhadap keamanan
pada saat terjadi keadaan darurat dan
bencana
 Mengatur sistem perparkiran saat terjadi
keadaan darurat dan bencana
 Mengatur fasilitas transportasi
7 Penanggung jawab logistik  Penanggung jawab logistik adalah Kepala
Bagian Unit Layanan Pengadaan
 Mendata ketersediaan sumber daya di
rumah sakit
 Mendata kapasitas obat-obatan dan alat
kesehatan yang ada di Instalasi Farmasi
 Menyiapkan fasilitas dan sarana darurat
meliputi kemungkinan pengadaan alat
kedokteran, obat-obatan dan makanan
8 Penanggung jawab teknik  Penanggung jawab teknik adalah Kepala
Bagian Teknik
 Menyediakan sistem utilitas
 Menyiapkan fasilitas, sarana dan prasarana
darurat meliputi kebutuhan tempat, listrik,
air, gas medis dan mobilisasi alat
kedokteran
 Menentukan alternatif lokasi untuk
tambahan rumah sakit darurat
9 Penanggung jawab SDM  Penanggung jawab SDM adalah Kepala
Bagian SDM
 Bertanggung jawab terhadap ketersediaan
SDM berkompeten dan mengatur jadwal
masing-masing peran dalam struktur
organisasi Tanggap Darurat dan Bencana
(TDB) RS.
10 Koordinator keadaan darurat  KKD gedung adalah Penanggung Jawab
gedung (PJ) gedung atau Kepala Unit Kerja
 Melaporkan keadaan fasilitas, sarana dan
prasarana gedung terkait keadaan darurat
kepada Kepala Pusat Informasi

Penanggung jawab keselamatan bertanggungjawab untuk mengidentifikasi, melakukan


evaluasi dan memecahkan masalah keselamatan dan kesehatan yang berhubungan
dengan struktur.
Protecting the health and safety of staff is the highest priority during any emergency response.
The Safety Officer is primarily responsible for identifying, evaluating and resolving health and
safety matters within the response structure. The Incident Commander’s efforts to provide timely,
accurate, and concise information updates are important to maintaining the staff’s willingness to
work under difficult conditions. Staff members who become ill or injured should be cared for
immediately through the Logistics Section’s Employee Health and Well-Being Unit. Workers’
compensation issues are addressed through the Compensation/Claims Unit Leader in the
Finance/Administration Section

C. Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO) tanggap darurat


dan bencana
SPO yang dibuat harus berisi pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur dan unit terkait.
SPO tanggap darurat dan bencana termasuk mengatur evakuasi pasien yang
menggunakan alat bantu.

Beberapa SPO yang harus ada antara lain


1. Kedaruratan keamanan dan keselamatan
2. Penanganan tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Penanganan Kegagalan peralatan medik dan non medik
4. Penanganan Kegagalan utilitas rumah sakit (kelistrikan, ketersediaan air, sistem
udara)

D. Menyediakan alat/sarana kondisi darurat dan bencana


berdasarkan hasil identifikasi
Berdasarkan hasil identifikasi risiko kondisi darurat dan bencana, alat/sarana yang harus
dimiliki rumah sakit untuk menanggapi kondisi darurat dan bencana antara lain

a. Jalur evakuasi dan tangga darurat


b. Ramp yang dilengkapi dengan tekanan positif
c. Lampu emergensi, rambu-rambu yang berfluoresens (dapat menyala dalam
gelap)
d. Sign dan rambu serta denah evakuasi untuk keluar gedung dan evakuasi, tanda
bertuliskan “EXIT”, “EVAKUASI ” yang sesuai dengan ketentuan
e. Pintu darurat, pintu tahan api, sistem compartement
f. Titik Kumpul Aman (Assembly Point)
g. Alat transport untuk evakuasi pasien yang tidak dapat berjalan (brankar, kursi
roda, tempat tidur beroda)
h. Alur evakuasi dengan mengatur alur masuk penolong berbeda dengan alur
evakuasi pasien
i. Ruang untuk korban massal
j. Pos komando
k. Dapur umum, gudang logistik
l. Peta RS
m. Sistem dan alat komunikasi yang dibagi menjadi komunikasi interpersonal,
ketentuan akan kode komunikasi darurat dan nomor penting jika terjadi
bendana.

 Komunikasi interpersonal
Dalam menghadapi kondisi darurat, komunikasi interpersonal harus terus
dilakukan antar tim tanggap darurat dengan menggunakan sarana komunikasi
bergerak seperti Handy Talky.

 Kode komunikasi darurat


Kode komunikasi darurat di RS digunakan untuk menginformasikan petugas dan
pengunjung akan terjadinya suatu kondisi darurat dan bencana yang terjadi.
Kode komunikasi darurat dibuat singkat dan dipahami oleh seluruhnya, sehingga
dianggap lebih gampang apabila dipresentasikan dalam warna. Di RS ada
beberapa kode kedaruratan yang secara umum digunakan antara lain
1. Kode Biru (Code Blue) : Kedaruratan Medik / resusitasi

Kode Biru (Code Blue) adalah kode yang mengumumkan adanya


pasien,keluarga pasien, pengunjung, dan karyawan yang mengalami
kegawatan medis atau henti jantung atau henti nafas dan membutuhkan
tindakan bantuan hidup dasar / resusitasi segera.

Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi


cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera
berlari secepat mungkin (Respon time < 10 menit) menuju ke tempat
lokasi/ ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan
paru pada pasien.

2. Kode Merah (Code Red) : Kebakaran

Code Red atau kode merah adalah kode yang mengumumkan adanya
ancaman kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap),
sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk khusus
kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang
masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai
dengan panduan kebakaran/tanggap darurat bencana/Disaster plan
rumah sakit.

3. Kode Merah Muda (Code Pink) : Penculikan bayi

Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/


anak atau kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara
universal, pengumuman ini seharusnya diikuti dengan lock down
(menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara serentak oleh petugas
keamanan.

4. Kode Hijau (Code Green) : Evakuasi

Code Green ( Kode Hijau ) adalah kode yang mengumumkan pengaktifan


evakuasi pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik
kumpul / aman yang telah ditentukan setelah ada komando akibat adanya
kegawat daruratan kebakaran ataupun bencana. Pada intinya,
menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya

5. Kode Hitam (Code Black) : Ancaman Pembunuhan, Ancaman


bom / Terorisme / Penyanderaan

Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang


yang membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata
yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri) atau
ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan
rumah sakit dan ancaman lain.

6. Kode Kuning (Code Yellow) : Kedaruratan massal / emergensi


internal

Code Yellow ( Kode Kuning ) adalah kode yang mengumumkan adanya


kejadian kedaruratan masal / emergensi baik itu yang terjadinya berasal
dari luar maupun dari dalam rumah sakit, diantaranya adanya kejadian
kecelakaan massal, keracunan masal, wabah/epidemic, KLB dari suatu
penyakit baik menular/tidak menular.
7. Kode Coklat (Code Brown) : Kehilangan/Pencurian

Code Brown ( Kode Coklat ) adalah kode yang mengumumkan adanya


kejadian kehilangan barang atau adanya kejadian pencurian di dalam /
diluar gedung pada area rumah sakit.

8. Kode Oranye (Code Orange) : Ancaman akibat bahan kimia,


zat biologis, radioaktif / nuklir

Code Orange ( Kode Oranye ) adalah kode yang mengumumkan adanya


kejadian tumpahan bahan kimia yang kritikal (berpotensi massif) / Zat
biologis / Radioaktif / Nuklir yang terjadi pada ruangan atau gedung di
area lingkungan rumah sakit.

9. Kode Ungu ( Code Purple ) : Kejadian Gempa Bumi

Code Purple ( Kode Ungu ) adalah kode yang mengumumkan adanya


kejadian gempa bumi yang terjadi di rumah sakit yang diumumkan setelah
kejadian gempa dengan maksud agar segera dilakukan penilaian awal dan
mencegah kepanikan yang tidak terkendali.

Untuk kode bencana lainnya yang berupa tambahan selain yang ada pada kode
bencana tersebut diatas dapat ditambahkan sesuai dengan kesepakatan,
pemahaman dan kebijakaan dari rumah sakit tersebut. Kejadian-kejadian bencana
tersebut seperti :

- Tsunami

- Banjir bandang

- Tanah longsor

- Wabah / Epidemik

- Angin Puting Beliung/Badai

- Kebakaran hutan dan lahan

- Gempa Bumi

- Kejadian bencana lainnya

Nomor penting
Nomor penting yang dapat dihubungin dibagi menjadi nomor internal
dalam rumah sakit dan diluar rumah sakit

Nomor internal dalam rumah sakit antara lain nomor operator, pos
satpam, nomor Tim penilai dan pemantau kondisi darurat (PPKD) dan
bencana, dan nomor penanggung jawab medis.

Nomor penting diluar rumah sakit


 Pusat krisis Kementerian Kesehatan (Public Safety Center)
 Ambulan gawat darurat
 Polisi
 SAR
 PLN
 Pemadam kebakaran
 Posko bencana
 PMI

E. Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk


mendapatkan alat keadaan darurat oleh petugas yang
berkompeten dan berwenang
- Penyelamatan pasien, penunggu/keluarga pasien, pengunjung/tamu,
patugas RS

- Penyelamatan prasarana RS (peralatan medik, peralatan diagnostik,


peralatan perkantoran)

- Penyelamatan dokumen rumah sakit, dokumen pasien, dokumen


kepegawaian

F. Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda


darurat sesuai dengan standar dan pedoman teknis

No. Rambu- Contoh Desain Penempatan Dasar Regulasi


rambu
1 Arah Jalur Minimal 15-20 cm dari SNI 03-1746-2000
Evakuasi lantai, ditempatkan pada
persimpangan koridor,
jalan ke luar menuju
ruang tangga darurat,
balkon atau teras dan
pintu menuju tangga
darurat.

Rambu evakuasi yang


terpasang harus
mudah diidentifikasi,
mudah terlihat dan
tidak terhalang
dengan warna dasar
hijau dan tulisan
warna putih serta
dapat berpendar
dalam gelap ( glow in
the dark /
fosforisensi ) dengan
ukuran tulisan, jarak
antara rambu evakuasi
yang proporsional dan
beberapa rekomendasi
untuk penempatannya
adalah :

Dalam Ruangan,
dapat dikombinasikan
sesuai dengan
keadaan penempatan
barang dan kondisi
dari lay out ruangan
tersebut.

1. Terpasang di
dinding dengan
ketinggian dari lantai
antara 20cm - 30cm

2. Dan/Atau
terpasang di dinding
dengan ketinggian dari
lantai antar 150cm -
170 cm

3. Dan/Atau di
gantung pada area
tertentu yang
menunjukkan arah
menuju titik kumpul
aman

Di luar ruangan atau


area koridor dapat
dikombinasikan
dengan keadaan dan
kondisi dari layout
ruangan dan gedung,
yaitu :

1. Terpasang di
dinding dengan
ketinggian dari lantai
kurang lebih 20cm

2. Dan/Atau
terpasang di dinding
dengan ketinggian dari
lantai antar 150cm -
170 cm

3. Atau di
gantung pada area
tertentu dimana
rambu tersebut dapat
mudah diidentifikasi,
dilihat dan tidak
terhalang.

4. Jika
menggunakan tiang
pada area menuju
lapangan atau titik
kumpul aman dengan
ketinggian antara
175cm – 200cm
2 Tanda Exit Maksimal 20 cm di atas Permen PUPR Nomor 14
pintu darurat/ akses Tahun 2017 Lampiran
menuju keluar gedung

3 Rambu Dipasang pada lokasi Permen PUPR Nomor 14


Titik titik kumpul yang sudah Tahun 2017 Lampiran
kumpul ditentukan pada lokasi
yang aman

4 Rambu Tinggi pemberian Permenakertrans No


Penanda tanda APAR adalah PER.04/MEN/1980
APAR 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas
satu atau kelompok
alat pemadam api
ringan bersangkutan
5 Sign Kotak Ditempat yang mudah Permenakertrans No
P3K dilihat dan ditempat PER.15/MEN/VIII/2008
yang cukup cahaya

6 Telpon Ditempat yang mudah


Darurat dilihat dan ditempat
yang cukup cahaya
BAB V PELATIHAN DAN SIMULASI KONDISI DARURAT DAN
BENCANA

Pelatihan dan simulasi kondisi darurat mencakup dua hal penting, yaitu mengenai
penanggulangan saat kondisi darurat dan setelah kondisi darurat terjadi.

A. Pelatihan
Secara garis besar tujuan diselenggarakannya pelatihan kesiapsiagaan kondisi darurat
bencana ini, diharapkan rumah sakit dapat:
a. Merencanakan dan melaksanakan latihan kesiapsiagaan sesuai dengan
ancaman di masing-masing daerah
b. Menilai tindakan respon/reaksi masyarakat, baik individu, keluarga dan
komunitas untuk melakukan evakuasi yang terencana
c. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam melaksanakan Standar
Prosedur Operasional (SPO) yang telah dibuat
d. Mengkaji kemampuan peralatan penunjang komunikasi sistem peringatan dini,
penunjang evakuasi, serta penunjang tanggap darurat.
e. Mengkaji kerja sama antar lintas sektor

Pelatihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihan koordinasi, komunikasi dan


evakuasi dengan melibatkan seluruh karyawan di rumah sakit. Seluruh pihak yang
terlibat mensimulasikan situasi bencana sesungguhnya menggunakan skenario
bencana yang dibuat mendekati atau sesuai kondisi nyata.

Komponen pelatihan (pra, saat, pasca)

No Pelatihan Tujuan Alat Simulasi Narasumber


HVA dan HSI Formulir HVA
dan HSI
Penanganan Kebakaran APAR
B3

Basic life support (BLS)


Triase Penanda triase
Evakuasi medik

Narasumber pelatihan
o Kementerian Kesehatan (Pusat Krisis Kesehatan) untuk materi
komunikasi dan pemetaan
o Dokter Emergensi (Perdamsi) untuk materi BLS
o PPNI (untuk materi evakuasi medik)
o RSPAD (triase dan kontijensi)
o Damkar untuk materi penanganan kebakaran
SOP / alur untuk pelatihan (disesuaikan sama bab IV)
o Alur komunikasi tanggap darurat

25
o Alur triase
o Alur evakuasi

B. Simulasi
Pelaksanaan simulasi menggunakan skenario umum dan detail. Skenario disesuaikan
dengan kondisi masing-masing rumah sakit. Dalam simulasi perlu dilakukan
 identifikasi pihak-pihak yang harus terlibat mulai dari menit-menit pertama
kejadian
 Buat langkah pemecahan masalah untuk menanggulangi bencana tersebut (siapa
berbuat apa)
 Sistem komando
 Alur komando / struktur organisasi
 Koordinasi
 Tim respon cepat
 Triase
 Treatment
 Evakuasi – transportasi

Simulasi dapat dilakukan dengan table top excercise dan simulasi lapangan.
Simulasi setidaknya dilaksanakan 1 (satu kali) dalam setahun dengan jenis dan deraja t
kesulitan darurat yang berbeda dan disusun oleh Kepala Komite/Instalasi/Unit K3RS.

Simulasi posedur setelah penanggulangan bencana

Pihak rumah sakit harus membuat prosedur rencana pemulihan kondisi darurat untuk
secara cepat mengembalikan pada situasi yang normal dan membantu pemulihan
sumber daya manusia yang mengalami trauma. Segera setelah krisis ditanggulangi,
rencana pemulihan bencana dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Jika
tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi

26
BAB VI PENUTUP

Rumah Sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat. Rumah Sakit yang mempunyai
karakteristik padat karya, pada modal, padat teknologi dan padat pakar mempunyai risiko
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terhadap karyawan yang berdampak terhadap kualitas
layanan bagi pengguna. Kondisi darurat atau bencana yang dapat terjadi di Rumah Sakit
merupakan suatu kejadian yang dapat mengancam jiwa dan keselamatan bagi pekerja dan
pengguna Rumah Sakit, sehingga perlu adanya berbagai upaya dalam melakukan pencegahan
dan pengendalian di Rumah Sakit.

Petunjuk teknis kesiapsiagaan kondisi darurat atau bencana di Rumah Sakit merupakan
suatu upaya bagaimana pekerja dapat memahami dan melakukan tindakan yang semestinya jika
terjadi kondisi darurat atau bencana. Semoga dengan adanya pedoman teknis ini dapat
menciptakan Rumah Sakit, pekerja dan pengguna selamat dan sehat sehingga dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas.

27
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Tabel HSI

HOSPITAL SAFETY INDEX

Bobo Sko
No. Modul Nilai
t r
Modul 1
Bahaya yang berdampak pada keamanan rumah sakit dan peranan rumah sakit dalam
pengelolaan darurat dan bencana
1.1 Bahaya
1.2.1 Bahaya Geologi
1 Gempa bumi 1
2 Aktivitas dan letusan gunung berapi 0
3 Pergerakan massa kering - tanah longsor 0
4 Tsunami 0
5 Bahaya geologi lain 0
1.1.2 Bahaya hidrometeorologi
1.1.2.1 Bahaya meteorologi
6 Siklon/badai/topan 0
7 Tornado 0
8 Badai lokal 0
9 Bahaya Meteorologi lain 0,5
1.1.2.2 Bahaya hydrologi
10 Banjir Sungai 0
11 Banjir bandang 0
12 Gelombang badai 0
13 Gerakan-gerakan massa basah - tanah longsor 0
14 Bahaya hidrologi lain 0
1.1.2.3 Suhu ekstrim
15 Kebakaran liar 0
16 Kekeringan 0
17 Perubahan iklim 0
1.1.3 Bahaya biologi
18 0
Epedimi, pandemi dan penyakit yang bermunculan
19 Wabah dari makanan 0
20 Serangan hama 0

28
21 Bahaya biologi lainnya 0
22 0
Bahaya yang disebabkan oleh perbuatan manusia
1.1.4 Bahaya Teknologi
23 Bahaya industri 0
24 Kebakaran 1
25 Bahan berbahaya 0,5
26 Pemadaman listrik 0,5
27 Gangguan pasokan air 0
28 Kecelakaan transportasi 0
29 Bahaya teknologi lainnya 0
1.1.5 Bahaya sosial
30 Tindakan keamanan untuk bangunan dan staf rumah sakit 0
31 Konflik bersenjata 0
32 Kerusuhan sipil 0
33 Peristiwa perkumupulan massa 0
34 Populasi pengungsi 0
35 Bahaya sosial lainnya 0
1.2 Sifat geoteknik tanah
36 Pencairan 0
37 Tanah Liat 0
38 Lereng yang tidak stabil 0

2.1 Peristiwa sebelumnya yang mempengaruhi keamanan


rumah sakit
39 1. Kerusakan struktural utama sebelumnya atau kegagalan 0,5
bangunan rumah sakit
2. Rumah sakit dibangun dan/atau diperbaiki menggunakan
40 0,5
standar keamanansaat ini

41 3. Efek dari renovasi atau modifikasi pada tampilan struktur 1


rumah sakit
2.2 IntegritasBangunan
42 4. Struktur sistem desain 1
43 5. Kondisi bangunan 0,5
44 6. Kondisi bahan konstruksi 1
45 0,5
7. Interaksi elemen nonstruktural dengan struktur
46 8. Kedekatan bangunan (untuk gempa deteksi getaran) 1

47 9. Kedekatan bangunan (efek terowongan angin dan api) 0,5

48 10. Redundansi struktural 1


49 11. Rincian dari struktur, termasuk penghubung 1

29
50 12. Rasio kekuatan kolom terhadap kekuatan balok 1
51 13. Keamanan fondasi 1
14. Penyimpangan dalam membangun rencana struktur
52 1
(kekakuan, massa, resistensi)
53 15. Penyimpangan di ketinggian bangunan 1
54 16. Penyimpangan di ketinggian lantai 1
55 17. Integritas struktural atap 1
18. Ketahanan struktural terhadap bahaya selain gempa bumi
56 1
dan angin kencang
TOTAL 33,3 0,34 11,30
Modul 3
Keamanan non struktural
3.1 Keamanan arsitektur
19. Kerusakan besar dan perbaikan dari unsur-unsur
1 1
nonstruktural
20. Kondisi dan keamanan dari pintu, pintu keluar dan pintu
2 1
masuk
3 21. Kondisi dan keamanan jendela dan shutter 0,5
22. Kondisi dan keamanan unsur-unsur lain dari building
4 1
envelope
5 23. Kondisi dan keamanan atap 0,5
6 24. Kondisi dan keamanan pagar dan parapets 0,5
7 25. Kondisi dan Keamanan dinding perimeter dan pagar 1

8 26. Kondisi dan keamanan dari unsur arsitektur lain 0,5

27. Kondisi yang aman untuk pergerakan di luar gedung rumah


9 1
sakit

10 28. Kondisi yang aman untuk pergerakan di dalam gedung 0,5

11 29. Kondisi dan keamanan dinding dan partisiinternal 1

30. Kondisi dan keamanan langit-langit palsu atau


12 0,5
ditangguhkan
13 31. Kondisi dan keamanan sistem lift 1
14 32. Kondisi dan keamanan tangga dan landai 0,5
15 33. Kondisi dan keamanan penutup lantai 1
3.2 Perlindungan infrastruktur, akses, dan keamanan fisik
34. Lokasi pelayanankritisrumah sakit dan peralatan di rumah
16 0,5
sakit sehubungan dengan bahaya setempat

17 35. Jalur akses rumah sakit 0,5


18 36. Pintu darurat dan jalur evakuasi 1

30
19 37. Keamanan fisik bangunan, peralatan, staf dan pasien 1

3.3 Sistem kritis


3.3.1 Sistem listrik
20 38. Kapasitas alternatif sumber listrik 1

21 39. Tes reguler alternatif sumber listrik di area kritis 1

22 40. Kondisi dan keamanan alternatif sumber listrik 1

41. Kondisi dan keamananperalatan listrik, kabel dan saluran


23 1
kabel

24 42. Sistem yang berlebihan untuk pasokan listrik lokal 0,5

43. Kondisi dan keamanan control panel, overload breaker


25 1
switch dan kabel
44. Sistem pencahayaan untuk daerah-daerah kritis di rumah
26 1
sakit
45. Kondisi dan keamanan sistem pencahayaan internal dan
27 1
eksternal
46. Sistem listrik eksternal yang dipasang untuk penggunaan
28 1
rumah sakit
47. Pemeliharaan darurat dan pemulihan pasokan listrik dan
29 1
sumber alternatif
3.3.2 Sistem telekomunikasi
30 48. Kondisi dan keamanan antena 0,5

49. Kondisi dan keamanan sistem yang bertegangan rendah dan


31 1
ekstra-rendah (internet dan telepon)

32 50. Sistem komunikasi alternatif 1


33 51. Kondisi dan keamanan peralatan dan kabel telekomunikasi 1

52. Efek dari sistem telekomunikasi eksternal pada komunikasi


34 1
rumah sakit

35 53. Keamanan situs untuk sistem telekomunikasi 1

36 54. Kondisi dan keamanan sistem komunikasi internal 1

55. Pemeliharaan pada kondisi darurat dan pemulihan standar


37 1
dan alternatifsistem komunikasi

3.3.3 Sistem penyediaan air


38 56. Cadangan air untuk layanan dan fungsirumah sakit 1
39 57. Lokasi tangki penyimpanan air 1

31
40 58. Keamanan sistem distribusi air 1
41 59. Alternatif pasokan air ke pasokan air biasa 1
42 60. Tambahan sistem pompa 1
43 61. Pemeliharaan darurat dan pemulihan sistem pasokan air 1
3.3.4 Sistem perlindungan terhadap kebakaran
62. Kondisi dan keamanan dari sistem perlindungan (pasif)
44 0,5
kebakaran
45 63. Sistem deteksi api/asap 0,5
46 64. Sistem pemadaman api (otomatis dan manual) 0,5
47 65. Pasokan air untuk pemadaman api 1
66. Pemeliharaan kondisi darurat dan pemulihan sistem
48 0,5
proteksi kebakaran
3.3.5 Sistem pengelolaan limbah
49 67. Keamanan dari sistem air limbah yang tidak berbahaya 1

68. Keamanan dari sistem pembuangan air limbah yang


50 1
berbahaya

51 69. Keamanan dari sistem limbah padat yang tidak berbahaya 1

52 70. Keamanan dari sistem limbah padat yang berbahaya 1

71. Pemeliharaan darurat dan pemulihan dari semua jenis


53 1
sistem manajemen limbah rumah sakit

3.3.6 Sistem penyimpanan bahan bakar


54 72. Bahan bakar cadangan 1
73. Kondisi dan keamanan tangki bahan bakar di atas tanah
55 1
dan/atau silinder
74. Lokasi aman untuk penyimpanan bahan bakar yang jauh
56 0,5
dari bangunan rumah sakit
75. Kondisi dan keamanan sistem distribusi bahan bakar (katup,
57 1
selang, penghubung)
76. Pemeliharaan kondisi darurat dan pemulihan cadangan
58 0,5
bahan bakar
3.3.7 Sistem gas medis
59 77. Lokasi tempat penyimpanan gas medis 1
78. Keamanan tempat penyimpanan untuk tangki gas dan/atau
60 1
silinder

61 79. Kondisi dan keamanan sistem distribusi gas medis 1

80. Kondisi dan keamanan silinder gas medis dan peralatan


62 1
terkait di rumah sakit

32
63 81. Ketersediaan sumber-sumber alternatif gas medis 1

82. Pemeliharaan keadaan darurat dan pemulihan sistem gas


64 1
medis
3.3.8 Pemanas, ventilasi, dan pendingin (HVAC)
65 83. Lokasi yang memadai untuk peralatan HVAC 0,5

66 84. Keamanan lingkungan sekitar untuk peralatan HVAC 0,5

67 85. Keamanan dan kondisi operasi peralatan HVAC 1

86. Dukungan yang memadai untuk saluran dan review


68 1
fleksibilitas dari saluran dan pipa yang melintasi ekspansi sendi

69 87. Kondisi dan keamanan pipa, penghubung dan katup 1


70 88. Kondisi dan keamanan peralatan AC 1
71 89. Pengoperasian sistem AC (termasuk area tekanan negatif) 1
72 90. Pemeliharaan kondisi darurat dan pemulihan sistem HVAC 1
3.4 Peralatan dan perlengkapan
3.4.1 Peralatan dan perlengkapan kantor dan gudang
73 91. Keamanan rak beserta Isinya 0
74 92. Keamanan komputer dan printer 1
3.4.2 Peralatan dan persediaan medis dan laboratorium
93. Keamanan peralatan medis dalam ruang operasi dan
75 1
ruangpemulihan

76 94. Kondisi dan keamanan peralatan radiologi dan imaging 1

95. Kondisi dan keamanan peralatan dan persediaan


77 1
laboratorium
96. Kondisi dan keamanan peralatan medis di unit layanan
78 1
perawatan darurat
97. Kondisi dan keamanan peralatan medis di unit perawatan
79 1
intensif atau menengah

80 98. Kondisi dan keamanan peralatan dan perabotan di apotek 1

99. Kondisi dan keamanan peralatan dan perlengkapan dalam


81 1
jasa sterilisasi

100. Kondisi dan keamanan peralatan medis untuk keadaan


82 1
darurat kebidanan dan perawatan bayi

101. Kondisi dan keamanan peralatan medis dan persediaan


83 0
untuk perawatan darurat untuk luka bakar

33
102. Kondisi dan keamanan medis peralatan kedokteran nuklir
84 0
dan terapi radiasi
85 103. Kondisi dan keamanan peralatan medis di layanan lain 1
86 104. Obat-obatan dan persediaan 1
87 105. Disterilkan instrumen dan bahan lainnya 1
106. Peralatan medis yang khusus digunakan dalam keadaan
88 0,5
darurat dan bencana
107 Tingkat keamanan: Rendah = tidak ada; Sedang 007.
89 1
Pasokan gas medis
90 108. Mekanik volume ventilator 1
91 109. Peralatan electromedical 1
92 110. Peralatan dukungan hidup 1
111. Persediaan, peralatan atau kecelakaan cart untuk
93 1
berhentinya kardiopulmoner
TOTAL 33,3 0,86 28,6452
Modul 4
Pengelolaan darurat dan bencana
Koordinasi manajemen pada saat keadaan darurat dan
4.1
bencana
1 112. Komite keadaan darurat/bencana rumah sakit 1

2 113. Tanggung jawab dan pelatihan anggota komite 0,5

114. Koordinator manajemen yang ditunjuk untuk mengatur


3 0,5
keadaan darurat dan bencana

115. Program kesiapsiagaan untuk menguatkan respon dan


4 1
pemulihan keadaan darurat dan bencana

5 116. Sistem manajemen insiden rumah sakit 1


6 117. Pusat operasi darurat (EOC) 0

118. Mekanisme koordinasi dan pengaturan kerjasama dengan


7 0
lembaga manajemen darurat/bencana lokal

119. Mekanisme koordinasi dan pengaturan kerjasama dengan


8 1
jaringan peduli kesehatan

4.2 Respon dan rencana pemulihan rumah sakit untuk


keadaan darurat dan bencana
120. Rencana respon rumah sakit untuk keaadaan darurat atau
9 1
bencana
10 121. Sub rencana khusus bahaya rumah sakit 1
11 122. Prosedur untuk mengaktifkan dan menonaktifkan rencana 1

34
123. Pelaksanaan, evaluasi dan tindakan perbaikan atas rencana
12 0,5
respon rumah sakit terhadap keadaan darurat dan bencana

13 124. Rencana pemulihan rumah sakit 0,5


4.3 Manajemen komunikasi dan informasi
14 125. Komunikasi eksternal dan internal dalam keadaan darurat 0,5
15 126. Direktori pemegang sahameksternal 0,5
16 127. Prosedur untuk komunikasi dengan publik dan media 0

17 128. Manajemen informasi pasien 1


4.4 Sumber daya manusia
18 129. Daftar Kontak Staf 1
19 130. Ketersediaan staf 1
131. Mobilisasi dan perekrutan personil selama keadaan darurat
20 1
atau bencana

132. Tugas-tugas yang diberikan kepada personil untuk respon


21 1
dan pemulihan dalam keadaan darurat atau bencana

133. Kesejahteraan personil rumah sakit selama keadaan


22 1
darurat atau bencana
4.5 Logistik dan keuangan
134. Perjanjian dengan pemasok lokal dan vendor untuk
23 1
keadaan darurat dan bencana
24 135. Transportasi selama keadaan darurat 1
25 136. Makanan dan minuman selama keadaan darurat 1

137. Sumber daya keuangan selama keadaan darurat dan


26 1
bencana
4.6 Layanan dan dukungan pasien
138. Kesinambungan layanan perawatan dalam keadaan darurat
27 1
dan kritis

28 139. Kesinambungan layanan dukungan klinis yang penting 1

140. Ekspansi ruang yang dapat digunakan


29 0,5
untukinsidenkorbanmasal

30 141. Triase untuk keadaan darurat dan bencana 1

142. Triase Tag dan perlengkapan logistik lain untuk insiden


31 0,5
korban masal

32 143. Sistem untuk arahan, transfer dan penerimaan pasien 1

144. Infeksi pengawasan, pencegahan dan pengendalian


33 1
prosedur.

35
34 145. Layanan psikososial 0
35 146. Prosedur post-mortem bagi insiden kematianmasal 0
4.7 Evakuasi, dekontaminasi dan keamanan
36 147. Rencana evakuasi 1

37 148. Dekontaminasi untuk bahaya bahan kimia dan radiologis 1

149. Peralatan perlindungan diri dan isolasi untuk penyakit


38 1
menular dan epidemi
39 150. Prosedur keamanan dalam keadaan darurat 1
40 151. Keamanan jaringansistem komputer 1
TOTAL 33,3 0,78 25,808

REKAPITULASI
No. Modul Bobot Skor Nilai
Modul 1 0,33 0,34 0,11
Modul 3 0,33 0,86 0,29
Modul 4 0,33 0,78 0,26
TOTAL 1,00 0,66

36
Lampiran 2 Contoh SPO

Lampiran 3. Contoh skenario umum

Skenario Umum

KEBAKARAN AKIBAT GEMPA SKALA INTENSITAS VII MMI

37
Pada tanggal 8 November 2016 terjadi gempa skala intensitas VII MMI pegawai dan tamu
gedung RS X panik masing-masing menyelamatkan diri mencari tempat perlindungan yang
aman. Para pegawai dan perawat berteriak instruksi kepada para pegawai dan tamu
menunjukkan tempat aman. Pegawaipun berteriak kepada pegawai lainnya agar berlindung
dari reruntuhan.
Tiba-tiba salah satu pegawai lt 3 melihat listrik yang memercik karena colokan renggang
akibat kabel yang tertindih tas yang jatuh. Api menyambar dokumen, pegawai bertambah
panik teriak kebakaran kebakaran.
Setelah gempa berhenti, pegawai segera menuju lokasi sambil membawa APAR, namun
karena api dekat dengan pasien, maka pegawai mencoba menyelamatkan tamu sambil
teriak minta tolong. Mendengar teriakan, pegawai lain segera teriak code red,
menghubungi Dinas Kebakaran dan pegawai membunyikan alarm .... Alarm .... lalu pegawai yang
membawa APAR mencoba memadamkan api , pegawai lain menghubungi KKD gedung RSUD.
KKD gedung instruksi umumkan kondisi emergency dengan code red. Mendengar pengumuman
maka seluruh tim tanggap darurat siaga laksanakan tugasnya. Karena asap mulai menyebar,
maka pegawai yang memadamkan api dengan APAR menjadi gagal karena jarak semprot
yang jauh menghindari asap. Tindakan evakuasi parsial di instruksikan regu evakuasi lt 3,
menuju tangga darurat kanan dan kiri
KKD menghubungi koordinator semua lantai perawatan dan staf Medik untuk mengevakuasi
penghuni menuju titik berkumpul, selanjutnya memonitor kesiagaan seluruh timnya melalui
……. Api membesar membakar kasur dan mulai merambat ke benda lain di dalam kamar
………., regu pemadam sekuriti yang tiba mulai menggelar hidran, dan kesulitan
mengarahkan pancaran air hidran ke dalam ruangan karena pandangannya terhalang asap
yang tebal. Pendinginan dengan melokalisir area terbakar dilakukan, dan karena asap mulai
naik melalui shaf, maka KKD instruksikan evakuasi (code purple) seluruh pasien lantai 3 s/d
7. Semua Koordinator Lantai memimpin timnya mengevakuasi pasien, dengan memperhatikan
klasifikasi : semua pasien mobile, limited mobile, dan not mobile beserta keluarganya ke area
pengungsian di dekat pintu taangga darurat, pasien not mobile beserta keluarganya ke titik
berkumpul melalui ramp.
Pada saat pompa hidran utama diaktifkan tiba-tiba mesin mati, maka tehnisi segera mengaktifkan
pompa diesel. KKD melaporkan kepada Direktur Emergency dan minta bantuan koordinasi
area parkir diluar gedung dan tambahan tenaga bantuan (perawat, dokter, tehnik, dll).
Kondisi parkir mobil yang padat menghalangi masuknya Fire Truck Dinas Kebakaran, semua
crew Fire Truck Dinas Pemadam menuju Poskotis berkoordinasi dengan KKD dan mengambil
alih operasi pemadaman. Dengan menggunakan alat bantu pernafasan mandiri (SCBA) maka
crew Dinas Pemadam berhasil memadamkan kebakaran dalam tempo 15 menit.
Tanda-tanda interior dan struktur bangunan dinyatakan aman oleh KKD setelah
berkoordinasi dengan Direktur Emergency, maka KKD memberi instruksi : Pasien lantai 2
kamar 206 di pindahkan ke ruang perawatan lain, sementara pasien dari kamar lainnya di lantai
2 dan lantai 3 s/d 8 kembali memasuki ruang perawatan setelah kondisi dinyatakan steril dari
asap. Koordinator Titik berkumpul melaporkan kepada KKD dan diketahui 1 pasien trauma, 1
meninggal karena shock.
Contoh skenario terjadi kedaruratan bencana ( multiple code) di Rumah Sakit

1. Terjadi Gempa berkekuatan 5,8 SR


2. Paging dibunyikan telah terjadi CODE GREEN
3. Semua orang yang ada di RS melindungi diri gempa sampai gempa selesai ,

38
4. Tiba-tiba terdengaar teriakan dari salah satu pegawai di salah satu ruang
perawatan yang memberikan peringatan jika ada kebakaran akibat Konsleting
listrik
5. Komando lantai mengaktifkan kode red dan menghubungi operator untuk
memberitahukan telah terjadi kode red
6. Tim kode Red melakukan tugas masing-masing sesuai tugasnya
7. Petugas Helm Merah dibantu oleh karyawan lainnya dan security berusaha
memadamkan kebaaran api dengan memakai APAR
8. Petugas Helm Kuning memberi komando dalam evakuasi pasien dengan meminta
bantuan orang yang berada di tempat tersebut
9. Petugas Helm biru memberi komando dalam penyelamatan asset dibantu petugas
lainnya
10. Jika api padam api evakuasi tidak dilakukan

Simulasi selesai

11. Jika api tidak bisa dikendalikan komando lantai melakukan evakuasi sesuai arahan
komandan bencana
12. pegawai dan pengunjung melakukan evakuasi menuju assembly point, namun ada
sebagian pasien dan pengunjung yang masih berada di ruangan sambil
menunggu perkembangan dan instruksi dari komando bencana
13. komando bencana mengintruksikan untuk dilakukan evakuasi
14. Karyawan dan penunggu pasien yang ada di Ruangan melakukan evakuasi
terhadap pasien, asset dan dokumen.
15. Disaat proses evakuasi masih berlangsung kondisi agak tegang
16. Tiba2 ada yang pingsan orang yang ada didekatnya melakukan bhd dan segera
berteriak code blue tim code blue segera melakukan tindakan sampai pasien dapat
di amankan
17. Sementara itu pasien-pasien yang dievakusi di assembly point mendapat
tindakan darurat oleh petugas medis sebelum dipindah dengan ambulance ke
IGD/gedung lain
Operasi Tanggap Darurat Kebakaran (Code Red), Tanggap Darurat Medis (Code Blue)
dan Evakuasi total dinyatakan selesai dilaksanakan.

Lampiran 4. Contoh skenario detail

SKENARIO DETIL SIMULASI GEMPA & KEBAKARAN

39
No Waktu KEJADIAN PEMERAN KEGIATAN PEMERAN
AKTIF PASIF
A X : 00 Guncangan gempa Karyawan Masing-masing menyelamatkan diri Seluruh
menuju tempat aman, melindungi kepala pengguna
dari reruntuhan
Semua KL. Y&S Ingatkan prosedur saat terjadi gempa RE.1-4 Y
Semua RE.1 Y Teriak tunjukkan tempat aman terdekat Keluarga pasien
bagi keluarga pasien
Semua RE.2 Y Teriak tunjukkan cara melindungi kepala s.d.a
& badan dari reruntuhan
Semua RE.3 Y Teriak pada pasien yang limited mobile Pasien Limited
agar turun dari ranjang dan tiarap di mobil
samping ranjang
Semua RE.4 Y Teriak tunjukkan cara berlindung pasien Pasien
yang menggunakan oksigen dan infus,
agar tidak lari.

B X : 02 Guncangan KKD Instruksi via HT lihat hasil receiver skala Tim Teknik
MMI, atau telpon BMKG
Berhenti Tim Teknik Melaporkan dengan HT informasi skala KKD
intensitas & kondisi gempa
KKD Instruksi periksa struktur bangunan Tim Teknik
&laporkan segera, umumkan code brown
Tim Teknik Instruksi umumkan code brown TI
Tim Teknik Instruksi periksa seluruh lantai TTL
TI Umumkan code brown 0
Semua KL.Y Instruksi tenangkan pasien dan stabilkan Semua RE.Y
kondisinya
Semua RE.1-4Y Tenangkan pasien dan stabilkan kondisinya Pasien
TPP Menghubungi KKD menanyakan perlu KKD
evakuasi atau tidak
RTB.A Menghubungi KKD menanayakan perlu KKD
evakuasi atau tidak
Asst.1KKD/RTB. Melaporkan kondisi pasien, menanyakan KKD
B perlu evakuasi atau tidak
Asst.2KKD/RTB. Melaporkan kondisi operasional, KKD
C menanyakan perlu evakuasi atau tidak
Asst.3KKD Melaporkan kondisi support, membantu KKD
operasional komunikasi darurat
KL Gempa sudah selesai, pasien harap kembali RE. Pasien
ke tempat tidur
R.E Memandu pasien kembali ke tempat tidur Pasien & kel.
pasien

C X : 03 Kebakaran di Pasien …… Teriak kebakaran-kebakaran RE.1,2,3, KL.3


Y
Lantai 3 RE.1 Y lt.3 Mengambil APAR menuju ruang…. Keluarga pasien
RE.2 Y lt.3 Tekan tombol fire alarm, dan bantu Pasien
evakuasi pasien ….
RE.3 Y lt.3 Evakuasi pasien yang dekat dengan api RE.2 Y lt.3,
ke area pengungsian
KL.3 Y Lapor terjadi kebakaran di ruang…. KKD
KKD Instruksi umumkan code red ruang….. TI
TI Umumkan code red Pengguna
Tim Teknik Memanggil dan membagi tugas kepada Tim Teknik
timnya Lantai
Pemadam.1 Lapor kepada TKP, telah mendengar code TKP
red di lantai 3
TKP Lapor regu pemadam telah menuju lokasi, KKD
dan TKP Merapat ke lantai 3
KKD Hubungi tim tanggap darurat, dan minta TT,TPP,AsKKD1
ke lantai 3 23

40
Tim Teknik Instruksi buka pintu darurat lantai dasar TTL
ramp
Tim Teknik Instruksi padamkan listrik & AC lantai 3, TTL
non aktifkan lift
TTL Non aktifkan lift, dan siaga di depan -
emergency lift lobby utama no.8
TTL Padamkan MCB zona A listrik & AC lantai 3 -

41

Anda mungkin juga menyukai