Anda di halaman 1dari 11

Tugas Akuntansi Keuangan Lanjutan

Patnership Liquidation
Debbie Christine, DR., S.E., M.Si. Ak.,C.A.

Kelompok 4 :

- Maitri Sitepu (0117101313)


- Della Fildzah A.P (0117101315)
- Nurintan Lestari (0117101321)
- Reno Priambudi (0117101326)
- Jasmine Nadhira (0117101321)

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2019
Pembahasan
Kasus 3 : Persekutuan Tidak Solven dan Defisit Timbul dalam Akun Modal Sekutu

Sebuah persekutuan tidak solven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan dari penjualan asset tidak cukup untuk
membayar kewajiban persekutuan. Dalam kasus ini, secara individual bertanggung jawab untuk sisa kewajiban
persekutuan yang belum terbayar. Ilustrasi berikut ini menunjukan persekutuan yang tidak solven dan terdapat
defisit dalam akun modal dalam salah satu sekutu.

1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven dan Bayu secara pribadi tidak solven seperti halnya pada kasus
2.
2. Asset non kas dijual sebesar Rp. 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5.
3. Kreditor eksternal dibayar sebesar 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5.

Laporan Realisasi dan Likuidasi persekutuan untuk kasus 3 disajikan dalam Figur 16-3

Pengamatan dari ilustrasi ini adalah sebagai berikut :

1. Kerugian sebesar Rp. 70.000.000 dialokasikan kepada sekutu menurut rasio pembagian laba dan rugi yang
ada. Alokasi ini menimbulkan defisit akun modal bayu sebesar Rp. 18.000.000
2. Karena Bayu secara personal tidak solven, maka defisit sebesar 18.000.000 dialokasikan kepada Aldi dan
Citra sesuai rasio pembagian laba dan rugi antara keduanya yaitu 40:60. Untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra.
Distribusi defisit Bayu menghasilkan defisit sebesar 6.000.000 untuk Aldi dan defisit sebesar 6.000.000
untuk Citra
3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk menyelesaikan defisit modal yang masing-
masing nilainya sebesar 6.000.000
4. Saldo kas persekutuan sebesar 42.000.000 yang telah tersedia digunakan untuk membayar kreditor
eksternal
5. Saldo pasca likuidasi seluruhnya adalah 0, yang menunjukan bahwa seluruh akun telah ditutup dan
persekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan dihentikan.

Dalam kasus 3 Aldi dan Citra mengkontribusi modal tambahan untuk mengeliminasi defisit modal mereka
ketika seorang sekutu harus menutup defisit modal sekutu lainnya sekutu yang mampu menutupi dapat
menuntut sekutu yang gagal menutupi defisitnya tersebut, kegagalan Bayu sebesar Rp.12.000.000 pada kasus 2
dan Rp.18.000.000 pada kasus 3 mengharuskan Aldi dan Citra untuk menutupi modal defisit Bayu. Aldi dan
Citra dapat menuntut secara hukum kepada Bayu dan dimasukkan sebagai kewajiban pribadi Bayu walaupun
Bayu secara pribadi insolven Aldi dan Citra kemungkinan dapat memperoleh sejumlah tagihan yang ditanggung
nya.
LIKUIDASI BERTAHAP

Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi secara umum memerlukan beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan
mencakup pembayaran secara periodik atau cicilan bertahap kepada persekutunya dalam masa likuidasi.
Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan dalam periode yang diperpanjang yang bertujuan memperoleh jumlah
realisasi asset yang sebesar mungkin. Umumnya para sekutu menerima pembayaran periodik selama likuidasi
karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi.

PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Liduidasi Sekaligus
Kas Aset NonKas Kewajiban Saldo Modal
Aldi, Bayu, Citra,
40% 40% 20%
Saldo sebelum likuidasi 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000. (10.000. (14.000.
1 Mei 000) 000) 000)
Penjualan asset dan
distribusi kerugian 20.000.000 (90.000.000) (28.000. (28.000. (14.000.
sebesar Rp70.000.000 000) 000) 000)

30.000.000 -0- (42.000.000) (6.000.0 18.000.0 -0-


00) 00
Distribusi deficit sekutu (18.000.
yang insolven 000)
40/60 x Rp18.000.000 12.000.0
20/60 x Rp18.000.000 00 6.000.00
0
30.000.000 -0- (42.000.000) 6.000.00 -0- 6.000.00
0 0
Kontribusi oleh Aldi dan 12.000.000 (6.000.0 (6.000.0
Citra utk menutupi 00) 00)
modal deficit
42.000.000 -0- (42.000.000) -0- -0- --00
Pembayaran utk kreditor (42.000.000) 42.000.000
eksternal
Saldo pascalikuidasi -0- -0- -0- -0- -0- -0-

Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada sekutu sebelum likuidiasi asset dilakukan pihak akuntan
secara khusus harus berhati-hati saat mendistribusikan kas karena dapat saja terjadi suatu peristiwa dimasa
mendatang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Untuk alsan ini,
panduan praktis berikut dapat digunakan untuk membantu para akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap
yang aman kepada para sekutu.

1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban likuidasi aktual
maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan seperlunya.
2. Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum menentukan jumlah uang
tunai yang dapat diterima oleh masing-masing sekutu:
a. Asumsikanlah bahwa seluruh aset non kas yang tersisa akan dihapuskan sebagai kerugian, yaitu
asumsikanlah bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan aset
b. Asumsikanlah bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sekutu akan didistribusikan kepada
para sekutu yang tersisa; asumsikanlah bahwa defisit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi
modal tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk, yang dapat terjadi, maka sisa saldo kredit pada akun
modal menunjukkan distribusi aset dan kas yang aman yang dapat didistribusikan kepada masing-masing
sekutu dalam jumlah yang terkait.

Ilustrasi Likuidasi Bertahap

Aldi, Bayu, dan Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama beberapa periode
waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap selama proses likuidasi.

Ringkasan neraca saldo per 1 Mei 20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha,
adalah sebagai berikut. Persentase pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu juga ditunjukkan.

Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Kewajiban Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal, Citra (20%) 14.000.000
Total
Rp 100.000.000 Rp 100.000.000

Berikut adalah penjelasan mengenai kasus tersebut.

1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah sebagai berikut.

Aldi Bayu Citra


Aset Pribadi Rp50.000.000 Rp12.000.000 Rp42.000.000
Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)
Kekayaan (deficit) bersih Rp64.000.000 Rp(4.000.000) Rp28.000.000

Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven
2. Aset non kas persekutuan dijual sebagai berikut.
Nilai Buku Nilai Wajar Kerugian
5/5/15/X5 Rp55.000.000 Rp45.000.000 Rp10.000.000
6/6/15/X5 30.000.000 15.000.000 15.000.000
7/7/15/X5 5.000.000 5.000.000

3. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei.


4. Para sekutu bersepakat untuk menyimpan cadangan tunai sebesar Rp. 10.000.000 selama proses likuidasi
yang digunakan untuk membayar beban likuidasi yang mungkin timbul.
5. Para sekutu bersepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap bulan; yaitu likuidasi
bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Mei dan 30 Juni. Distribusi kas terakhir pada para sekutu akan
dilakukan pada tanggal 31 Juli 20X5, yaitu akhir proses likuidasi.

Transaksi Selama Bulan Mei 20X5

Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar Rp. 5.000.000 kepada tiap sekutu.
Prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jumlah ini adalah sebagai berikut.

1. Penjualan aset yang bernilai Rp. 55.000.000 menghasilkan kerugian sebesar Rp. 10.000.000 yang
didistribusikan kepada ketiga sekutu berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi.
2. Pembayaran sebesar Rp. 42.000.000 dilakukan kepada kreditor eksternal atas kewajiban yang diketahui.
3. Kas yang tersedia didistribusikan pada tanggal 31 Mei 20X5.

Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada para sekutu, pihak akuntan harus
membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi aset tersisa di masa depan. Dengan mengasumsikan situasi terburuk
yang mungkin terjadi, sisa aset yang bernilai Rp. 35.000.000 akan menimbulkan kerugian total. Sebelum melakukan
distribusi kas kepada para sekutu, akuntan menyusun skedul pembayaran aman kepada para sekutu dengan
menggunakan asumsi kasus terburuk.

Skedul ini dimulai dengan saldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31 Mei. Skedul ini secara logika
hanya menggunakan akun-akun modal yang berasal dari persamaan akuntansi: Aset – Kewajiban = Modal Sekutu.
Jadi, misalnya terjadi kenaikan kewajiban yang membuat aset bersih berkurang, keseimbangan persamaan akuntansi
juga akan menghasilkan penurunan total modal para sekutu. Karena hanya akun modal sekutu yang menjadi fokus
pembayaran kepadaa sekutu, tidak perlu memasukkan atau merinci seluruh aset dan kewajiban ke dalam skedul
pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup seluruh informasi yang diperlukan agar para sekutu
mengetahui berapa besar kas yang akan mereka terima pada setiap tanggal distribusi kas.

Aldi, Citra, dan Bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp. 10.000.000muntuk menutupi beban
likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai tambahan, aset non kas memiliki sisa saldo sebesar Rp. 35.000.000 pada
tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total atas aset non kas dan beban likuidasi sebesar Rp.
10.000.000, menimbulkan total pembebanan sebesar Rp. 45.000.000 yang harus didistribusikan terhadap akun
modal para sekutu. Akun modal Aldi, Bayu, dan Citra dikenakan beban masing-masing sebesar Rp. 18.000.000, Rp.
18.000.000, Rp. 9.000.000 untuk bagian dari kerugian sebesar Rp. 45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan
perkiraan defisit dalam akun modal Bayu. Ingat, ini bukanlah defisit aktual yang harus ditutup. Ini hanyalah hasil
dari penerapan asumsi kasus terburuk.

Dengan melanjutkan perencanaan kasus terburuk, pihak akuntan mengasumsikan bahwa Bayu tidak solven
(yang memang demikian dalam contoh ini) dan mendistribusikan perkiraan defisit dalam akun modal Bayu kepada
Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo
kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas dengan aman dapat didistribusikan kepada para sekutu. Kas yang
tersedia sebesar Rp. 3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir seharusnya menunjukkan kesamaan jumlah
aset dan ekuitas pada persamaan akuntansi. Jika kesamaan tidak terwujud, maka kemungkinan telah terjadi
kesalahan yang harus dikoreksi sebelum berlanjut pada langkah berikut. Pada tanggal 31 Mei, setelah distribusi
bertahap dilakukan, persamaan akuntansinya akan menjadi

Aset – Kewajiban = Ekuitas Pemilik

Rp. 45.000.000 – Rp. 0 = Rp. 45.000.000

Transaksi Selama Bulan Juni 20X5

1. Asset non kas sebesar Rp30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian sebesar Rp 15.000.000.
kerugian tersebut didistribusikan kepada para sekutu menurut rasio pembagian laba dan rugi, yang
menghasilkan saldo modal Bayu sebesar nol.
2. Pada tanggal 30 Juni 20X5, kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran
bertahap.

Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 menunjukkan bagaimana jumlah
distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk mengasumsikan bahwa asset nonkas tersisa yang bernilai Rp 5.000.000
harus dihapuskan menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp 10.000.000 sepenuhnya akan
digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian sebesar Rp 15.000.000 ini dialokasikan kepada para sekutu
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp 6.000.000 dalam akun
modal Bayu.Dengan melanjutkan scenario kasus terburuk ini, diasumsikan bahwa Bayu tidak dapat menghilangkan
saldo debit dalam modal ini. Oleh karena itu, potensi defisit sebesar Rp 6.000.000 ini dialokasikan kepada Aldi dan
Citra menurut rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk citra. Saldo kredit
yang terjadi dalam akun modal para sekutu menunjukkan jumlah aman kas yang akan didistribusikan. Hanya kas
sebesar Rp 15.000.000 dari saldo kas yang tersedia yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra pada tanggal 30
Juni.

Table

Transaksi Selama Bulan Juli 20X5


1. Asset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya Rp 5.000.000
2. Biaya likuidasi aktual sebesar Rp 7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada para sekutu sesuai dengan
rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan deficit sebesar Rp 3.000.000 dalam akun modal
Bayu. Sisa sebesar Rp 2.500.00 dari cadangan Rp 10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar dapat
didistribusikan kepada para sekutu.
table
3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan konstribusi kepada persekutuan,
maka defisit sebesar Rp 3.000.000 tersebut didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio
pembagian laba dan rugi. Perhatikan bahwa ini merupakan defisit actual, bukan perkiraan defisit.
4. Sisa kas sebesar Rp 7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut saldo modal masing masing.
Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akun akan menjadi nol yang mengindikasikan penyelesaian proses
likuidasi.

Rencana Distribusi Kas

Pada awal proses liquidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun rencana distribusi kas, yang
memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai pembayaran kas bertahap yang akan diterima oleh masing
masing pada saat telah tersedia kas dalam persekutuan. Distribusi bertahap actual ditentukan dengan menggunakan
laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran aman kepada para sekutu.Rencana
distribusi kas merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas, apabila telah tersedia uang tunai.

Kemampuan Menanggung Kerugian

Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah kemampuan menanggung kerugian ( loss
absorption power – LAP). LAP adalah seorang sekutu diartikan sebagai kerugian maksimum yang dapat terjadi
dalam persekutuan sebelum saldo akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan menanggung kerugian
merupakan fungsi dari dua elemen yaitu :

LAP = saldo akun modal sekutu


Bagian laba dan rugi sekutu

Sebagai contoh, dan 40 pada 1 Mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar Rp 34.000.000 dan
40 persen dari bagian laba dan rugi persekutuan ABC. LAP Aldi dibawah ini adalah:

LAP = Rp 34.000.000
0,40
= Rp 85.000.000
Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan asset non kas atau beban likuidasi tambahan sebesar Rp 85.000.000
akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal Aldi dalam perhitungan sebagi berikut.

Rp 85.000.000 X 0,40 = Rp 34.000.000

Ilustrasi Rencana Distribusi Kas

Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC.Neraca saldo akun akun neraca persekutuan ABC
pada tanggal 1 Mei 20X5, yaitu hari saat para sekutu memutuskan melikuidasi usaha. Disajikan sebagai berikut

tabel

Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan distribusi pada saat kas
tersedia selama proses likuidasi. Rencana seperti itu selalu memberikan pembayaran kreditor eksternal sebelum
distribusi dapat dilakukan kepada para sekutu.

Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut.


1. Kemampuan menanggung kerugian masing masing sekutu dihitung ketika saldo modal sebelum
likuidasi dibagi dengan persentase pembagian rugi para sekutu. Aldi memiliki LAP tertinggi ( Rp
85.000.000), Citra memiliki angka tertinggi berikutnya ( Rp 70.000.000 ) dan Bayu memiliki angka
terendah ( Rp 25.000.000 ). LAP masing masing sekutu merupakan jumlah kerugian yang akan
menghapuskan secara total saldo kredit modal bersihnya. Aldi adalah sekutu yang paling tidak rentan
untuk mengalami kerugian dan Bayu adalah yang paling rentan terhadap kerugian.
2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima pembayaran tunai setelah
pembayaran kepada para kreditor. Aldi akan menjadi satu satunya sekutu yang menerima kas hingga
LAP menurun ketingkat sekutu tertinggi berikutnya , yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi
sebesar Rp 15.000.000 membutuhkan pembayaran sebesar Rp 6.000.000 ( Rp 15.000.000 X 0,40 )
kepada Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp 6.000.000 kepada Aldi, kemampuan menanggung
kerugian yang baru akan sama dengan Citra, yang dihitung dengan saldo modal Aldi yang tersisa
sebesar Rp 28.000.000 dibagi dengan persentase pembagian laba dan rugi sebesar 40 persen ( Rp
28.000.000/0,40 = Rp 70.000.000 ).
3. LAP Aldi dan Citra sekarang akan seimbang dan mereka menerima distribusi kas hingga LAP masing
masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar Rp 25.000.000 sebagaimana LAP Bayu.
Mengalikan LAP Rp 45.000.000 (Rp 70.000.000 – Rp 25.000.000 ) dengan rasio pembagian rugi
kedua sekutu menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar dapat dibayarkan dengan
aman kepada masing masing sekutu. Aldi dan Citra akan menerima distribusi kas sesuai dengan rasio
pembagian ruginya. Dengan tersedianya kas sebesar Rp 27.000.000, maka yang akan didistribusikan
kepada Aldi dan Citra masing masing adalah menurut rasio 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra.
4. Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sis akas yang tersedia akan
didistribusikan menurut rasio pembagian rugi masing masing sekutu.
tabel

Ringkasan rencana distribusi kas yang dapat dilihat pada bagian bawah figure 16-6 ditiunjukkan kepada
masing masing sekutu. Dari ringkasan tersebut, para sekutu mampu menentukan jumlah relative yang akan diterima
masing masing apabila telah tersedia kas pada persekutuan.

Figure 16-7 menunjukkan saldo akun modal masing masing sekutu dalam persekutuan ABC selama periode
likuidasi bertahap pada tanggal 1 Mei 20X5 hingga 31 Juli 20X5. Pembayaran secara bertahap kepada para sekutu
dihitung dalam laporan realisasi dan likuidasi persekutuandengan menggunakan skedul distribusi aman kepada para
sekutu. Figure 16-7 menunjukkan bahwa distribusi actual kas yang tersedia telah sesuai dengn rencana distribusi kas
yang telah dipersiapkan pada awal proses likuidasi.

PEMBAHASAN TAMBAHAN

Pengubahan Persekutuan Menjadi Perseroan

Seiring dengan perkembangan persekutuan, para sekutu dapat memutuskan untuk mengubah bentuk usaha menjadi
perseroan agar dapat memperoleh akses pendanaan ekuitas tambahan, membatasi tanggung jawab pribadi,
mendapatkan keuntungan pajak tertentu atau untuk mencapai tujuan usaha lain yang cukup berat. Pada saat
pembentukan perseroan, persekutuan dihentikan, sedangkan asset dan kewajibannya direvaluasi menjadi sebesar
nilai pasar.Keuntungan atau kerugian revaluasi yang timbul dialokasikan kepada akun modal para sekutu sesuai
dengan rasio pembagian laba dan rugi.

Modal saham dalam perseroan yang baru kemudian didistribusikan secara proporsional pada skun modal para
sekutu.Entitas bisnis terpisah persekutuan harus menutup catatan akuntansinya dan perseroan, sebagai entitas baru,
harus membuka catatan akuntansi yang baru untuk mencatat penerbitan modal saham ke para sekutu persekutuan
sebelumnya.

Neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana yang ditunjukkan sebelumnya,
digunakan untuk mengilustrasikan pengubahan persekutuan menjadi perseroan.Misalkan para sekutu bersepakat
untuk mengubah persekutuan menjadi perseroan, dan bukan melakukan likuidasi.

Perseroan yang baru disebut PT Induk.Pada saat pengubahan dari persekutuan menjadi perseroan, seluruh asset
dan kewajiban harus diperiksa dan dinilai berdasarkan nilai pasar.Keuntungan atau kerugian yang timbul harus
didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi masing masing sekutu.Misalkan
asset nonkas memiliki nilai pasar sebesar Rp 80.000.000.kerugian nilai pasar sebesar Rp 10.000.000 dialokasikan
kedalam akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan.

(4) Modal, Aldi 4.000.000


Modal, Bayu 4.000.000
Modal, Citra 2.000.000
Asset Nonkas 10.000.000
Mengakui kerugian akibat pengurangan asset menjadi nilai pasar

Tentu saja dalam praktiknya, akun asset tertentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi umum seperti asset
nonkas. Keuntungan atas revaluasi asset juga dapat terjadi jika sebuah persekutuan yang sukses memilih untuk
berubah menjadi perseroan.

Asset bersih persekutuan mempunyai nilai wajar Rp 48.000.000 ( Rp 9.000.000 aset dikurangi Rp 42.000.000
kewajiban). Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan nilai par Rp 1.000 par lembar untuk ditukar
dengan asset dan kewajiban persekutuan ABC.Ayat jurnal yang dibuat PT Induk untuk memperoleh asset dan
kewajiban persekutuan yang ditukar dengan penerbitan 4.600 lembar saham.

(5) Kas 10.000.000


Aset Nonkas 80.000.000
Kewajiban 42.000.000
Saham Biasa 4.600.000
Tambahan Modal Disetor-Agi 43. 400.000
Penerbitan saham untuk asset dan kewajiban persekutuan.

Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada buku persekutuan.

(6) Investasi dalam Saham PT Induk 48.000.000


Kewajiban 42.000.000
Kas 10.000.000
Aset Nonkas 80.000.000
Penerimaan saham PT Induk untuk asset bersih persekutuan.

Ingatlah bahwa asset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar dalam ayat jurnal (4) diatas.
Untuk mendistribusikan saham kepada para sekutu dan menutup buku persekutuan, ayat jurnal finalnya adalah

(7) Modal, Aldi 30.000.000


Modal, Bayu 6.000.000
Modal, Citra 12.000.000
Investasi pada Saham PT Induk 48.000.000
Distribusi saham PT Induk kepada para sekutu.

Anda mungkin juga menyukai