A. RIWAYAT
1. Data Biografi dan Demografi
a. Keluhan utama
No Keluhan Area sistem saraf yang mengalami gangguan
1). Elevasi kesadaran (insomnia, Reticular activating system(mesensephalon,
agitasi, mania, delirium) diensephalon), hemisphere kiri dan kanan
Penurunan kesadaran (somnolen,
letargi, semikoma, koma)
2). Disorientasi Hemisphere cerebral dan fungsi regional yang
spesifik
3). Tidak mengindahkan penampilan, Lobus frontal dan jaras yang menghubungkan area
dan kebiasaan cerebrum
4). Proses pikir tidak sesuai dengan Intelektual dasar (lobus frontal) terhubung daengan
tingkat pendidikan area lain
5). Gangguan memori atau ingatan Lobus temporal dengan seluruh area kortek
6). Afek dangkal: histeris, Seluruh otak dan bifrontal (biasanya kedua
schizophrenia, hemisphere)
7). Halusinasi penglihatan Kortek oksipital
8). Halusinasi bau Gyrus postcentral
9). Dysathria ( gangguan artikulasi, Kerusakan otot lidah, palatum, bibir karena
irama bicara) penurunan impuls saraf dan penurunan koordinasi
Batang otak, cerebellum, atau akibat ektra neural:
saraf kranial V, VII IX, X XII
10). Dysphonia(ketidakmampuan CN X
menghasilkan suara dari laring)
11). Aphasia (ketidakmampuan dalam - Lobus temporal kiri dan lobus parietal
menulis dan memahami tulisan - Area broca (bagian inferior lobus frontal)
dan bicara - Lobus temporal kiri dan lobus parietal dan
Aphasia receptive Area broca (bagian inferior lobus frontal)
Aphasia ekspresif
Aphasia global
Untuk mengkaji deficits language ini, hal yang dapat dilakukan dilakukan perawat adalah :
a.) Tunjukkan benda – benda atau objek – objek yang umum kemudian minta klien untuk
menyebutkan nama benda tersebut.
b). Minta klien untuk membaca beberapa kata lalu cocokkan dan minta klien untuk menulis kata –
kata sesuai dengan gambar yang diberikan.
c). Minta klien untuk merespon perkataan yang sederhana dan menuliskan perintah – perintah.
Contoh : “point to your toes” or “ raise your left arm”
Spontaneous 4
To verbal command 3
To pain 2
No response 1
b) Respon motorik
To verbal command 6
To painful stimuli :
Localizes pain 5
Flexes and withdraw 4
Decorticate posture 3
Decerebrate posture 2
No response 1
c) Respon verbal
Orientasi 5
Confused conversation 4
Inapproriate words 3
Incomprehensible sounds 2
None 1
Penjumlahan total GCS = 15 menunjukkan klien sadar penuh atau orientasi, total 7 atau kurang
menunjukkan klien comatose.
d. Saraf Kranial
1). N. I ( Nervus Olfactory ) berfungsi sebagai saraf sensory untuk penghiduan . Perawat dapat
mengkaji dengan cara : minta klien untuk menghidu sesuatu yang aromatic dan tidak bersifat
iritatif ( Kopi, alcohol, pasta gigi ) dengan menutup mata. Bila klien tidak mampu menyebutkan
aroma yang dihidu disebut dengan Anosmia.
2) N. II ( Nervus Optik/vision ) berfungsi sebagai saraf sensory. Perawat mengkaji dengan cara :
speksi : katarak, inflamasi atau keabnormalitasan yang lain
est ketajaman penglihatan dengan Snellen,s chart
est lapang pandang
memeriksa fundus mata dengan alat Opthalmoscope
3) N. III ( Nervus Oculomotor )
Hal yang dikaji ukuran kedua pupil dan pergerakan pupil. Konstriksi pupil dapat dikaji perawat
dengan penlight. Normalnya bila diberi rangsangan maka akan terjadi kontriksi.
4) N. IV ( Nervus Trochlear )
Untuk pergerakan mata ke arah inferior dan medial. Pengkajian saraf ini dilakukan bersamaan
dengan pengkajian saraf VI
5).N. V ( Nervus Trigeminal )
Memiliki divisi motorik dan sensorik. Untuk pemeriksaan fungsi motorik denganmenggerakkan
kedua dagu ke sisi atau tersenyum, normal semua gerakan dapat dilakukan . Sedangkan untuk
pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan dengan cara menyentuhkan kapas lembut yang steril ke
kornea atau sentuhan agak keras ke kelopak mata, normal reaksi mata akan berkedip
6).N. VI ( Nervus Abducens )
Mengontrol pergerakan bola mata ke arah lateral . Bersama N. III, dan N. IV dapat dikaji 6 posisi
cardinal dari penglihatan.
7). N. VII ( Nervus Facial )
Memiliki divisi sensorik dan motorik, divisi motorik untuk mengontrol ekspresi wajah. Perawat
dapat mengkaji dengan cara minta klien untuk mengerutkan dahi, tersenyum , mengembungkan
pipi, menaikkan alis mata, memejamkan mata dengan rapat dan rasakan adanya tahanan pada
saat membuka mata .
8). N. VIII ( Nervus Vestibulocochlear/Acoustic ).
Merupakan saraf sensory yang terdiri dari 2 divisi yaitu : cochlear dan vestibular.
Cochlear untuk pendengaran. Test pendengaran dapat dilakukan dengan cara minta pasien untuk
mendengar bisikan lalu minta untuk melaporkan apa yang didengarkan atau dengarkan bunyi
garpu tala. Tes bone dan air conduction dilakukan dengan garpu tala. Audiometry dapat
digunakan untuk pengkajian yang tepat. Vestibular untuk membantu mempertahankan
keseimbangan melalui koordinasi otot-otot mata , leher dan extremitas. Tes keseimbangan dapat
dilakukan dengan cara Romberg test , calori test ( oculovestibular reflex ) dan
electronystagmography.
Kemungkinan keabnormalan yang ditemukan dapat disebabkan oleh Meniere,s syndrome dan
neuroma acoustic.
9).N. IX ( Nervus Glossopharyngeal ) dan N. X ( Nervus Vagus ).
Merupakan saraf sensorik dan motorik. Karena kedua saraf ini masuk ke pharynx maka
pengkajian kedua saraf ini bersamaan.
Perawat dapat mengkaji N. IX dengan cara :
Minta klien untuk membuka mulut lebar-lebar sambil menyebutkan “ah”, observasi posisi dan
pergerakan dari uvula dan palatum, apakah berada di garis tengah ?
Kaji reflex gag dengan cara sentuh bagian pharynx dengan spatel lidah , maka akan didapatkan
respon gag ( respon muntah ).
Kaji respon menelan dengan memberikan klien sedikit minum.
Kaji 1/3 bagian belakang lidah terhadap rasa. Disgungsi dari N. IX akan mengakibatkan
hilangnya rasa pengecapan dan sensasi nyeri pada Glossopharyngeal.
Perawat dapat mengkaji N. X dengan cara :
Minta klien untuk batuk dan berbicara. Kerusakan pada saraf ini akan mengakibatkan
ketidakefektifan dan kelemahan batuk serta suara parau. Untuk membedakan area yang lemah
minta klien untuk mengeluarkan suara : “kuh-kuh” ( Soft palate ), “mi-mi” ( bibir ), “la – la”
( lidah ). Kemungkinan penyebab dari keabnormalan yang ditemukan disebabkan : trauma
batang otak, trauma leher, tumor batang otak dan stroke.
10). N. XI ( Nervus spinal accessory )
Merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot sternocleidomastoideus dan bagian atas dari
otot trapezius.
Perawat dapat mengkaji dengan cara :
a). Minta klien menaikkan bahu dengan dan tanpa tahanan
b). Minta klien untuk memutarkan kepala ke kedua sisi secara bergantian.
c). Dorong dagu ke belakang ke arah garis lurus
d). Dorong kepala ke depan dan lawan dengan tahanan
11). N. XII ( Nervus Hypoglossal ).
Merupakan saraf motorik yang mempersarafi lidah.
Perawat dapat mengkaji dengan cara :
Minta klien untuk membuka mulut lebar-lebar dan lidah dikeluarkan dan dengan cepat lidah
digerakkan ke kiri – kanan, keluar – ke dalam, amati adanya deviasi. Minta klien untuk
mendorong lidahnya ke daerah pipi dan apakah ada tekanan di daerah luar. Kemungkinan
keabnormalan yang ditemukan dapat disebabkan kerusakan pembuluh darah besar di daerah
leher.
e. Sistem Motorik
1). Ukuran otot
Inspeksi kesimetrisan otot bilateral, intercostals dan abdominal.
2). Kekuatan otot
Pengkajian kekuatan otot pada semua extremitas, hasil yang didapatkan :
-. 5/5 : kekuatan penuh
-. 4/5 : dapat bergerak secara bebas dan maksimal serta dapat melawan grafitasi dan lemah bila
diberi tahan
- 3/5 : otot dapat bergerak secara bebas dan hanya dapat melawan gravitasi
-. 2/5 : Otot dapat begerak dengan bebas dengan bantuan dalam melawan efek gravitasi.
- 1/5 : Otot tidak dapat berpindah tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
- 0/5 : Tidak ada kontreaksi dan pergerakan otot
6).Perpindahan
Kaji apakah terjadi fasciculation ( gerakan involunter yang terjadi secara berulang-ulang pada
saat relaksasi ) untuk mengetahui adanya ganguan pada lower motor neuron ( LMN )
Test Apraxia dilakukan dengan cara meminta klien untuk melakukan gerakan sederhana seperti
mengikat tali sepatu atau menyisir rambut.
7). Uji motorik pada klien yang tidak sadar
Uji ini dilakukan dengan cara memberikan rangsang nyeri yang terintergrasi pada pengukuran
GCS.
g. Sensasi Mekanik
Terdiri dari :
1.)Vibrasi
Test ini dilakukan dengan cara getarkan ujung garpu tala pada tulang yang paling distal ( jari
kaki ), tanyakan pada klien daerah mana yang tidak merasakan vibrasi. Jika vibrasi tidak
dirasakan pindahkan getaran pada pergelangan tangan atau siku atau pada tumit.
2) Propioception
Test ini dilakukan dengan cara minta klien untuk mempertahankan posisi tubuh dengan jinjit dan
menggunakan salah satu kaki dan menggunakan ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki maka secara
normal jari – jari lain akan mengalami flexi dan minta klien untuk menahan tubuhnya
h. Diskriminasi
Test ini untuk membedakan sensasi yang superficial dan sensasi yang dalam.
1) Astereognosis bertujuan untuk mengetahui bentuk dan konfigurasi objek dengan cara
merasakan.Caranya minta klien untuk menggenggam benda yang kecil secara bergantian dan
minta klien untuk klien untuk menyebutkannya
2).Agraphestesia bertujuan untuk mengenal bentuk dan konfigurasi tulisan. Tuliskan satu huruf di
telapak tangan klien dan minta klien untuk menyebutkan tulisan tersebut
3) Extinction phenomena bertujuan untuk mengetahui simultan stilulus dengan cara : cubit kulit
klien pada tempat yang sama di kedua sisi tubuh lalu tanyakan pada klien apakah yang dicubit
pada salah satu sisi tubuh atau pada keduanya.
4)Two point stimulation bertujuan untuk mengetahui apakah klien dapat mengetahui jarak stimulus
yang diberikan bersamaan pada 2 bagian tubuh. Sensasi abnormal :
- dysesthesias : tidak dapat melokalisasi sensasi hangat, dingin, gatal, garukan, cubitan
- parasthesia : terjadinya distorsi sensasi, mis; rangasang hangat dirasakan terbakar atau nyeri
yang sangat hebat.
- anesthesia : tidak dapat merasakan sentuhan
- hypoesthesia : penurunan sensasi sentuhan
- hyperesthesia : sensasi rangsangan yang berlebihan
- hypagesia : penurunan sensasi nyeri
- hyperalgesia : peningkatan rangsang nyeri
- Agraphestesia : ketidakmampuan untuk mengidentifikasi symbol yang dituliskan di tangan
dengan mata tertutup.
- Analgesia : tidak mampu merasakan nyeri
- Astereognosis : tidak mampu merasakan perbedaan dalam 3 dimensi
i. Fungsi Motorik.
Pengkajian ini mempunyai tujuan untuk menilai Proprioceptors dan fungsi Cerebellum.
Proprioceptor adalah ujung saraf sensorik yang berada di otot, tendon, jaringan penghubung,
telinga bagian dalam yang memberikan tentang informasi pergerakan dan posisi tubuh. Stimulus
dari Proprioceptor berjalan melalui posterior columna spinal cord. Klien yang mengalami
kerusakan harus memperhatikan/melihat pergerakan tangan dan kaki untuk memastikan
posisinya. Kerusakan/gangguan pada Cerebellum mengakibatkan munculnya gejala Ataxia
yaitu : ketidakmampuan mempertahankan posisi, kurangnya koordinasi otot, tremor, gangguan
keseimbangan.
Pengkajian ini meliputi :
1) Test pergerakan dan keseimbangan, yaitu :
a) Gaya berjalan
Minta klien untuk berjalan dalam ruangan. Secara normal pada saat berjalan posisi tangan ke
depan akan berlawanan, berjalan tanpa bantuan dan mampu mempertahankan keseimbangan.
b) Romberg test
Minta klien untuk berdiri tegak dengan kedua tangan di sisi tubuh, anjurkan pasien membuka
mata dan kemudian menutup mata.
Romberg’s sign : klien tidak mampu mempertahankan cara berdiri karena pasien membuat jarak
pada kaki untuk mempertahankan posisi tubuh.
Klien yang tidak dapat mempertahankan posisi pada saat menutup mata berarti mengalami ataxia
sensory.
Klien yang tidak mampu mempertahankan posisi pada saat membuka dan menutup mata berarti
mengalami ataxia cerebellum.
1) Reflek Bisep suatu pukulan pada diatas ibu jari Fleksi siku
pemeriksa yang ditempatkan di
atas urat daging bisep
2) Reflek Styloid pada tulang radius ditepuk Fleksi siku, jari dan
Brachioradialis disaat lengan bawah dalam tangan dengan lengan
keadaan semifleksi dan bawah supinasi
semipronasi
3) Reflek Trisep Pukulan pada tendon tricep tepat Ekstensi siku
diatas olecranon
4). Reflek Patella (lutut Pukulan tepat di atas urat daging Kaki membuka
menghentak) patella.
5). Reflek Achilles Pukulan tepat di atas urat daging plantar kaki fleksi
(mata kaki archilles.
menghentak)
Reflek Superfisial
1). Reflek Corneal Sentuhan Cahaya di simpangan kelopak mata menutup
corneoscleral
2). Reflek Palatal dan Sentuhan Cahaya yang lembut di langit-langit mulut
pharyngeal palatum dan pharynx mengangkat/meninggi
3). Reflek Abdominal Memukul kulit pada bagian atas, Kontraksi dinding
pertengahan dan bawag abdomen abdomen kearah
menuju ke arah umbilicus stimulur
4). Reflek Kremasterik kulit yang di pukul dari bagian kantong scrotum dan
pertengahan lalu ke atas, testis mengangkat
5). Reflek Anus Pukul daerah perineal Spinter anus eksternal
berkontraksi
6). Reflek plantar Pukul tapak kaki Fleksi ujung kaki
(normal)
7). Reflek plantar Pukul tapak kaki Dorfleksi ujung kaki
(abnormal; tanda dan seperti
babinski’s ) menghembus ujung
kaki lain
X-Ray kepala dapat menunjukkan ukuran dan bentuk tulang tengkorak, pemisahan sutura pada
bayi, fraktur atau defek pada tulang tengkorak, erosi dan pengapuran.. X-ray spinal dapat
menunjukkan fraktur, dislokasi, kompresi, erosi, penyempitan kanal spinal cord, malformasi
kongenital, neoplasma dan proses degeneratif.