Pendahuluan
Hidrokarbon merupakan senyawa kimia yang tersusun atas atom karbon dan hidrogen.
Hidrokarbon bersifat hidrofobik. Hidrokarbon terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah
hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Hidrokarbon alifatik terdiri dari senyawa alkana,
alkena, dan alkuna. Alkana adalah senyawa hidrokarbon jenuh (tersaturasi) yang memiliki ikatan
tunggal. Alkena dan alkuna merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan ikatan rangkap dua
pada alkena dan ikatan rangkap tiga pada alkuna. Sifat alkena yang tidak jenuh atau olefin
dikarenakan tidak memiliki jumlah maksimum atom yang dapat ditampung pada setiap atom karbon
(Petrucci, 1987).
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai kekurangan dua atom hidrogen
dan mempunyai ikatan rangkap dua pada atom C=C. Alkena mempunyai ikatan phi dan ikatan
sigma antara dua atom yang berhadapan. Alkena merupakan senyawa yang relatif stabil, namun
alkena lebih reaktif daripada alkana karena ikatan rangkap atom karbon (C=C) yang dimiliki oleh
alkena. Ikatan rangkap lebih kuat dari ikatan tunggal akan tetapi sebagian besar sebagian besar
reaksi alkena terjadi pada ikatan rangkap yang menghasilkan dua ikatan tunggal. Alkena
mempunyai rumus umum CnH2n dan sering dinamakan senyawa hidrokarbon tak jenuh karena tidak
mempunyai jumlah maksimum atom yang dapat ditampung oleh setiap atom karbon. Hidrokarbon
tak jenuh ini berisomer dengan siklobutana, propena dengan siklopropana, pentena dengan
siklopentana, heksena dengan pentaheksena dan seterusnya (Wade, 2006).
Alkena yang memiliki sifat berbentuk gas pada C 1 hingga C4 ketika dalam suhu kamar dan
C5 keatas akan memiliki bentuk cair pada suhu kamar. Atom C yang semakin banyak dalam alkena
maka massa molekul relatifnya semakin tinggi dan titik didihnya juga semakin tinggi. Reaksi adisi
adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap dengan mengubah ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh
(Riswiyanto, 2009).
Pembuatan alkena dapat dibuat dengan melibatkan beberapa senyawa, antara lain alkil halida,
asitelina, dan alkohol. Alkil halida yang direaksikan dengan Kalium Hidroksida atau Natrium
Hidroksida maka akan mengalami reaksi dehidrohalogenasi menjadi senyawa alkena. Asitelina
yang direaksikan dengan Pd dalam BaSO4 maka akan mengalami reaksi dihidrogenasi menjadi
senyawa alkena. Alkohol akan mengalami reaksi dehidrasi apabila ditambahkan asam sulfat pekat,
P2O5, Aluminium oksida panas, keramik panas, atau asam fosfat pekat. Reaksi alkohol dapat
melibatkan pemutusan dua ikatan berupa ikatan C-OH, menjadi gugus –OH atau ikatan O-H
menjadi –H. Kedua reaksi ini dapat melibatkan reaksi substitusi dengan mengganti gugus –OH atau
–H dan reaksi eliminasi dengan membentuk ikatan rangkap dua (Fessenden, 1998).
Alkohol merupakan salah satu dari suatu kelompok senyawa organik yang dibentuk oleh
hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil (-OH) dengan atom-atom
hidrogen dalam jumlah yang sama. Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau
lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan
rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik
karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan
menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksinya dapat menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan
R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung ikatan O-H (Syukri, 1999).
Dehidrasi alkohol 2o dan 3o adalah reaksi E1(eliminasi 1) yang melibatkan pembentukan
karbokation, sedangkan dehidrasi alkohol 1o adalah reaksi E2 (eliminasi 2). Reaksi E2 terjadi pada
satu tahap, yaitu tahap pertama asam akan memprotonasi oksigen dari alkohol, proton diambil oleh
basa H2SO4 dan secara simultan membentuk ikatan rangkap karbon-karbon ( C=C ) melalui
hilangnya molekul air (Hoffman, 2004).
Dehidrasi merupakan reaksi eliminasi alkohol menjadi senyawa alkena dan merupakan reaksi
reversible. Reaksi ini terjadi pelepasan H2O. Reaksi ini selalu diperlukan katalis asam kuat sebagai
sumber protoniasi terhadap atom oksigen pada alkohol. Reaksi eliminasi alkohol dapat melalui
mekanisme reaksi yang berlangsung satu tahap maupun melalui mekanisme reaksi yang
berlangsung dua tahap. Mekanisme reaksi bergantung pada struktur alkohol tersebut (alkohol
primer, alkohol sekunder, atau alkohol tersier). Alkohol sekunder dan alkohol tersier adalah reaksi
yang mengalami reaksi eliminasi dua tahap atau E1 (Eliminasi 1) yang melibatkan pembentukan
karbokation, sedangkan pada alkohol primer mengalami reaksi eliminasi satu tahap atau E2
(Eliminasi 2) yaitu tahap pertama asam akan memprotonasi oksigen dari alkohol, proton bereaksi
dengan basa dan membentuk ikatan rangkap karbon-karbon (C=C) melalui lepasnya molekul air.
Perbedaan mekanisme reaksi tersebut disebabkan oleh mudah tidaknya pelepasan H 2O setelah
diprotonasi, tergantung pada kestabilan karbokation yang terbentuk. Kestabilan karbokation dapat
digambarkan sebagai berikut : tersier > sekunder > primer > metil (Fessenden, 1998).
Hilangnya H2O diikuti dengan hilangnya proton akan menghasilkan alkena. Kesetimbangan
akan bergeser ke kanan dilakukan dengan destilasi produk dari reaksi campuran atau penambahan
suatu agen dehidrasi untuk menghilangkan air. Alkohol dicampurkan dengan asam sebagai agen
dehidrasi, kemudian didihkan. Alkena mendidih pada suhu yang lebih rendah dari pada alkohol,
karena adanya ikatan hidrogen pada alkohol. Alkena adalah hasil dari destilasi (Wade, 2006).
Asam kuat dapat menyebabkan dehidrasi suatu alkohol, namun yang seringkali digunakan
sebagai katalis dalam reaksi dehidrasi alkohol adalah asam sulfat. Alkena dapat dihasilkan dengan
cara menghangatkan suatu alkohol tersier dengan asam sulfat pekat sehingga alkohol tersier tersebut
dapat mengalami eliminasi. Reaksi tersebut Eliminasi merupakan suatu reaksi samping yang
prevalen (lebih kuat) dalam reaksi subsitusi antara alkohol tersier dan asam pekat
(Riswiyanto, 2009).