Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian Keperawatan Gerontik


Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan
masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis,
psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific
approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher & Noorkasiani,
2009). Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang
mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi
promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan,
jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher & Noorkasiani, 2009).
Keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter
dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun
istilah keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al,
2005). Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan
menghibur. Istilah ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang
memandang hal ini lebih spesifik.
Keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua (Kozier, 2007). Keperawatan gerontik adalah ilmu
yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi
(Lueckerotte, 2010). Keperawatan gerontik lebih sesuai secara filosofi
dibandingkan dengan keperawatan geriatrik dan lebih bersifat linguistik daripada
keperawatan gerontologi (Flaherty, 2004). Hal ini dikarenakan keperawatan
gerontik juga dapat mencakup seni, praktik mengasuh, merawat dan menghibur
dewasa lanjut. Sehingga, pada istilah gerontik ini sudah mencakup pengetahuan
dan praktik keperawatan dan dianggap mampu menggambarkan ilmu keperawatan
secara menyeluruh (Touhy & Jett, 2014).
B. Pembagian Lansia

1
1. WHO (1999) menjelaskan pembagian lansia adalah sebagai berikut:
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun.
b. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun
2. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa pembagian lansia dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun.
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut berisiko yaitu 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.

C. Lingkup Askep Gerontik


1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan

D. Peran dan Fungsi Keperawatan Gerontik


Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya
sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan
pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data,
merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang
muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses
penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun
pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan
hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan klien secara holistik, meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan
keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan
menggunakan energi dan waktu yang minimal.
2. Sebagai Pendidik klien lansia
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan
dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima
tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat
juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien lansia yang beresiko
tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya.
Perawat menjalankan peran sebagai pendidik ketika klien, keluarga atau
kelompok masyarakat dianggap memerlukan pengajaran. Hubungan pengajar -
orang yang belajar adalah tingkatan lebih lanjut dari hubungan pertolongan
perawatan. Di dalam hubungan saling ketergantungan ini akan terbangun suatu
kepercayaan. Perawat membangun rasa percaya tersebut dengan berbagi
pandangan objektif klien. Peran ini, dapat dalam bentuk penyuluhan kesehatan,
maupun bentuk desiminasi ilmu kepada klien
3. Sebagai komunikasi ( comunicator )
Setiap perawat yang berkeinginan menjadi perawat yang memberikan
perawatan secara efektif, hal pertama yang harus dipelajari adalah cara
berkomunikasi. Komunikasi yang baik menjadikan perawat mengetahui tentang
klien mereka yang akhirnya mampu mendiagnosa dan menemukan hal - hal
yang mereka butuhkan selama proses perawatan.
3
4. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor)
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan
dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan
adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan
kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.
5. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien
(Coordinator)
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan.
b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas.
c. Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan.
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan
6. Rehabilitator
Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan
emosi yang mengubah kehidupan mereka dan perawat membantu klien
beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut. Rentang aktivitas
rehabilitatif dan restoratif mulai dari mengajar klien berjalan dengan

4
menggunakan kruk sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup
yang berkaitan dengan penyakit kronis.
7. Pembuat keputusan klinik ( Collabolator )
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berpikir secara kritis melalui proses keperawatan. Perawat
membuat keputusan ini sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga.
Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama dan berkonsultasi dengan
pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya ( Keeling dan Ramos, 1995 )
8. Sebagai Caring
Tanggung-jawab etis seorang perawat secara umum telah diuraikan dalam
kaitannya dengan caring dan perlindungan. Reverby melacak sejarah
keperawatan Amerika pada awal abad ke-19. Selama waktu tersebut, hampir
tiap-tiap perempuan menghabiskan sebagian dari hidupnya untuk
memperhatikan macam-macam penyakit dan kelemahan teman-teman dan
sanak keluarga. Pada saat keperawatan dikenal sebagai suatu pekerjaan
professional dan tempat dalam merawat dipindahkan dari rumah sakit, tugas
merawat ditafsirkan berarti ketaatan terhadap perintah dokter. Menurut
Reverby, caring keperawatan baru-baru ini telah mengalami suatu perubahan
bentuk. Berbeda dari sebelumnya, sekarang akan ditemui perawat menuntut hak
untuk menentukan bagaimana tugas merawat didapatkan. Sekarang perawat
menginginkan suatu model caring yang menyertakan hak-hak terhadap otonomi
dengan nilai-nilai ideal tradisional mengenai hubungan dan azas mengutamakan
orang lain.

9. Sebagai Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan klien memahami semua informasi dan upaya
5
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak
sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan
peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Menurut Khalifah (2016), fungsi perawat gerontik adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang
pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati
hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong
kualitas pelayanan).
5. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life
Support ).
Menurut Charlotte Eliopoulos (2005), fungsi dari Perawat Gerontologi
adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang
pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati
hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).

6
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan).
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya).
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan).
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan,
dan harapan).
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative).
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan).
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner
(mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh).
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan).
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other
(saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual).
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja).
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

E. Tanggung Jawab Perawat Gerontik


1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.
2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya.
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.

7
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi
sampai dengan meninggal.
5. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah
lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
6. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien usia lanjut.
7. Menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).
8. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita
suatu penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu petolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal)

8
DAFTAR PUSTAKA

Flaherty, E. (2004). Geriatric. Ensyclopedia of Nursing Research, 230–232.


Hindle, A., and Coates, A. (2011). Nursing care of older people. New York: Oxford
University Press.
Khalifah, S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI. Pusat
Pendidikan SDM Kesehatan. BPPSDMK.
Mauk, K, L. (2014). Gerontological nursing competencies for care, 3rd edition. USA:
Jones & Bartlett
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults, 6th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P, A., Perry, A, G., Stockert, P, A., & Hall, A, M. (2013). Fundamental of
Nursing, 8th edition. Canada: Elsevier
Stanley, M &Beare, PG. (2009). Gerontological Nursing: A Health Promotion/
Protection Approach, 2nd edition. Philadelphia: Davis Company.
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological Nursing, 3rd edition. New Jersey: Pearson.
Touhy, T.A & Jett, K.F (2014). Ebersole and Hess Gerontological Nursing & Healthy
Aging, 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby.

Anda mungkin juga menyukai