DISUSUN OLEH:
KELAS: A.1.3
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya bias
selesaikan makalah mengenai gadai tanah dalam perbandingan hukum positif dan
hukum islam.
Makalah ini sudah selesai saya susun dengan maksimal dengan bantuan
materi dari buku sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, Saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga saya bias melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi
makalah yang baik dan benar.
Akhir kata saya meminta semoga makalah ini tentang gadai tanah dalam
perbandingan hukum positif dan hukum islam bias memberi manfaat ataupun
wawasan dan inspirasi kepada pembaca.
Penyusu
iii
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ……………………………………………………. 10
B. SARAN …………………………………………………………….. 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gadai tanah adalah salah satu transaksi tanah yang bersumber darti
hukum adat yang sering menimbulkan perdebatan dan perselisihan akibat tarik
menarik antara Hukum Agraria Nasional dan Hukum Adat. Istilah gadai tanah
di kenal juga sebagai menjual gadai, menggadai atau memegang, yaitu:
“perjanjian yang menyebabkan tanah di serahkan untuk menerima sejumlah
uang tunai, dengan pemufakatan terlebih dahulu bahwa si pemilik berhak
mengambil tanah itu kembali dengan membayar dengan sejumlah uang yang
sama”1
1
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Terjemahan oleh K. Ng. Soebakti Poespondo,
(Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), hlm.112
2
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, cet. Ke-7(Jakarta: Darul Falah, 2004), hlm.531.
5
Menurut Ahmad Azhar Basyir,rukrun dalam perjanjian gadai adalah :
4. Shighat akad3
1.> Aqid (orang yang melakukan akad ) yang terdiri dari rahin (orang
yang berutang dan menggadaikan barang) dan murtahin (pihak
yang piutang yang menerima barang gadai sebagai jaminan uang
yang dipinjamkan)
2.> Ma'qud alaiha (yang diakadkan) yang terdiri dari marhun (barang
yang digadaikan) dan Marhun bih (utang yang karenanya diadakan
gadai)
''abd Al-rahman Al-jaziri, kitab Al-fiqh 'Ala madzahib Al-arba'ah, (birut : dar
Al-qutub Al-ilmiyah, 2008 : 165 )
6
pemilik. Selanjutnya penyusun akan menggambarkan perbandingan hukum
dari gadai tanah menurut hukum positif dan hukum islam. Jika di lihat dari
latar belakang yang jika di lihat dari beberapa definisi tentang gadai tanah
mendorong penyusun untuk membandingkan hukum gadai tanah darin segi
hukum positif dan hukum islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gadai tanah?
2. Bagaimana perbandingan hukum gadai tanah dari segi hukum positif
dan islam?
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
7
a.) Gadai tanah merupakan salah satu hak atas tanah yang bersifat
sementara. Pasal 53 ayat 1 UU Nomor 5 Tahun 1960 mengatur tentang
Peraturan Dasar Pokok pokok Agraria menyatakan bahwa: Hak-hak
yang sifatnya sementara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1
huruf h, ialah hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan
hak sewa tanah pertanian diatur untuk membatasi sifat-sifatnya yang
bertentangan dengan UU ini dan hak-hak tersebut diusahakan
hapusnya di dalam waktu yang singkat.
8
melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi, dalam
realitas masyarakat yang terjadi di Indonesia telah menjadikan hukum
adat sebagai kepastian hukum sehingga Undang-undang ini tidak
berjalan. Akibatnya banyak kendala khususnya murtahin yang merasa
tidak puas dengan keputusan Undang-undang tersebut.
9
B. Hukum Gadai Tanah dalam Islam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Kitab al-Mawârid al-Dzam-ân (no.1123)
10
Dari penulisan di atas maka penulis mampu menyimpulkan bahwa
bersama dengan makalah” Perbandingan Gadai Tanah dalam
Hukum Positif dan Hukum Islam”, Bahwa di dalam Islam (Gadai)
merupakan bentuk dari konsep mu’amalah yang pada dasarnya
semata-mata untuk menolong, di mana sikap tolong menolong dan
sikap amanah dengan menggunukan akad altabarru’ (segala macam
perjanjian yang menyangkut transaksi dan tidak mengejar
keuntungan (nonprofit transaction). Sedangkan dalam hukum
positif yang tercantum dalam pasal 7 UU No.56/Prpu/1960
menurut Boedi Harsono, tanah dijadikan sebagai agunan akan
dikembalikan setelah tujuh tahun tanpa adanya uang tebusan
sedikitpun.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Terjemahan oleh K. Ng. Soebakti
Poespondo, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), hlm.112
11
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, cet. Ke-7(Jakarta: Darul Falah,
2004), hlm.531.
(Ahamad Azhar Basyir ,hukum islam tetang riba, utang - piutang dan gadai,
( Bandung : PT Al-Ma'arif, 1983 : 50
''abd Al-rahman Al-jaziri, kitab Al-fiqh 'Ala madzahib Al-arba'ah, (birut : dar Al-
qutub Al-ilmiyah, 2008 : 165 )
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Kitab al-Mawârid al-Dzam-ân
(no.1123)
12