GAGAL GINJAL
Oleh:
Kelompok 13
1.4 Patofisiologi
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. ASM
Umur : 56 tahun
Tanggal MRS : 13 Agustus 2018
Diagnosa : CKD stage V, udema peritoneal, HT stage 2
Stage CKD : stage V ( GFR = 6,6 mg/dl )
II. SUBYEKTIF
2.1 Keluhan Utama Pasien :
Sesak nafas dirasakan sejak 2 bulan, memberat dalam 4 hari saat berjalan jauh
dan berkurang saat istirahat.
B. Tanda-tanda klinik
Tanggal
Parameter Nilai Normal
13/8 14/8 15/8
GCS 456 456 456 456
Sesak nafas - +++ ++ ++
Urine output 200 ml 350 ml 500 ml
Gatal - ++ + +
C. Data Laboratorium
O2 2 L/Meniit
Novorapid 10 iu (iv) - -
D40 50 ml (iv) - -
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan&Monitoring
Medis Obyektif
Hipertensi Subyektif : Furosemid Furosemid adalah Amlodipin memiliki Plan :
Riwayat 2x40 mg (iv) obat antihipertensi efek samping Amlodipin diganti dengan
penyakit pasien golongan loop pulmonari edema nivedipine, sebagai
hipertensi (8 diuretik yang renoprotector
tahun) bekerja dengan Monitoring :
mengeluarkan / Tekanan darah
meringankan udema Kadar Na
Obyektif : (Madscape.com) Kadar Ca
TD= Kadar K
H1= 170/90
mmHg
H2= 169/90
mmHg Amlodipin Amlodipin adalah
H3= 170/80 1x10 mg (po) antihipertensi dari
mmHg golongan Calsium
Nilai Na rendah Canal Blocker
yaitu 132 (CCB)
mmol/L dihydropiridine
(Medscape.com)
Nilai Ca rendah
yaitu 7,6
mmol/dL Clonidine Antihipertensi
Nilai K normal 2x0,15 mg (po) golongan α agonis
yaitu 5 mg/dL (Dipiro ed 9)
Diabetes Subyektif : - Glibenklamide - Glibenklamide - Adverse Drug Plan :
Mellitus - Riwayat 1x5 mg obat anti diabetes Reaction, Farmakologi
pasien DM - Metformine golongan kombinasi - Penggunaan glibenklamide
(14 tahun) 3x500 mg sulfonylurea globenklamide tetap digunakan dengan
- Mengeluh - Novorapid (Evaria, 2016) dengan metformine dosis yang sama
gatal-gatal 10 iu (iv) - Metformin obat menyebabkan - Penggunaan metformin
dan muncul - D40% antidibetes hipersensitivitas dihentikan sementara
50 ml (iv)
bintik merah bignamide (gatal-gatal) sambil memonitoring data
pada seluruh (Evaria, 2016) (BPOM, 2017) glukosa darah
tubuh - Novorapid - GRF pasien rendah - Penggunaan D40%
golongan <30ml/min dihentikan karena hanya
Obyektif : antidiabetes (Perkovic et al, digunakan pada hari
GDA = 262 insulin kerja 2016) pertama
GDP = 190 pendek, kinerja - Kombinasi D40% - Novorapid digunakan
GD2PP = 209 insulin dalam dengan novorapid sekali-kali ketika gula
jangka waktu 4-6 digunakan untuk darah meningkat
jam (Perkeni, menganalisa kadar
2015)
- D40%, infus kalium dalam darah Non farmakologi
yang berisi (Darung, 2017) - Memperbaiki pola
dextrose yang hidup/life style
digunakan untuk - Mengatur pola makan,
meningkatkan dan mengurangi makanan
kandungan yang banyak mengandung
glukosa darah garam Na
(Darung, 2017) - Olah raga kecil (yoga)
Monitoring :
Glukosa darah
(GDA,GDP)
NB:
Penggunaan Allopurinol pada terapi pasien Chronic Kidney Disease (CKD), yang bekerja dengan menurunkan kadar asam urat melalui
penghambatan xanthine oksidase atau urikosurik dapat meningkatkan ekskresi asam urat dalam urine. Penggunaa dosis yang tinggi
allopurinol pada pasien ckd hanya meningkatkan efek samping yang ditimbulkan sedangkan pada penggunaan dosis 1 x 100mg dan 2 x
100mg, kadar asam urat dapat diturunkan secara signifikan pada seluruh stadium penderita CKD (Sedyaningrum, 2009; Astuti, 2013).
PEMBAHASAN
Nyonya ASM usia 56 tahun, masuk rumah sakit tanggal 13 Agustus.
Diagnosa pasien yaitu Chronic Kidney Disease (CKD) stage V, udema peritoneal,
Hipertensi Stage 2 serta mempunyai riwayat Penyakit Diabetes Mellitus selama 14
tahun dan Hipertensi selama 8 tahun. Pasien menderita penyakit gagal ginjal kronis
dengan nilai GFR sebesar 6,9. Menurut KDIGO (2017) mengungkapkan bahwa
pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis yang memiliki nilai GFR < 15 maka
masuk dalam kategori stage 5. Monitoring yang dapat dilakukan kepada pasien
antara lain monitoring volume urine, monitoring kadar gula dalam darah dan
tekanan darah, monitoring kadar kreatinin, BUN, dan albumin.
Pasien mengeluhkan sesak nafas yang sudah dirasakan sejak 2 bulan lalu.
Sesak nafas memberat dalam 4 hari terutama saat digunakan untuk berjalan jauh
dan berkurang jiika istirahat. Pasien mengeluhkan perut kembung dan terasa penuh
hal ini dapat terjadi karena adanya udema peritoneal atau penumpukan cairan pada
daerah peritoneal. Hipertensi merupakan salah satu manifestasi dari terjadinya
edema. Penggunaan terapi furosemide diberikan selain untuk mengkontrol tekanan
darah juga untuk mengurangi udema peritoneal yang terjadi pada pasien. Selain itu
pasien juga mengeluhkan sesak nafas dengan nilai Respiration Rate (RR) diatas
normal, terapi oksigen diberikan untuk mengatasi sesak nafas yang ada pada pasien.
Selain pemberian terapi oksigen juga diberikan obat Isosorbid Dinitrat. Pemberian
terapi ISDN diberikan pada hari kedua karena Respiration Rate pasien meningkat
sehingga diperlukan ISDN untuk menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai
oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vascular atau sebagai vasodilator (Kabo,
2010). Dilakukan monitoring terhadap kondisi vital pasien dan tingkat saturasi
oksigennya.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi stage 2, pada pasien gagal ginjal
kronis hipertensi dapat terjadi karena penurunan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang kelebihan air dan garam sehingga diperulukan terapi diuretic.
Pemberian terapi furosemide 2x40mg pada pasien sesuai dengan data urine output
yang kecil pada hari pertama yaitu 200ml dan pasien mengeluhkan buang air kecil
sedikit. Selain itu pasien diberikan terapi amlodipin 1x10mg untuk menurunkan
tekanan darah pada pasien. Pemberian amlodipin pada pasien gagal ginjal kronis
memiliki efek samping pulmonari edema, sehingga perlu diberikan pilihan terapi
yang lain yaitu nifedipine 1x5mg. Nifedipine merupakan golongan obat calcium
canal blocker (CCB) golongan dihidropiridin long acting selain sebagai
antihipertensi juga memiliki efek renoprotektif dengan menurunkan resistensi
vaskullar ginjal dan meningkatkan aliran darah ke ginjal tanpa mengubah laju
filtrasi glomelurus (McEvoy, 2004). Kemudian pada hari kedua ditambahkan
kombinasi terapi Clonidin merupakan antihipertensi golongan α agonis yang
digunakan sebagai terapi untuk mengontrol tekanan darah pasien yang sebagian
besar fluktuatif akibat kondisi ginjal yang menurun (Sjamsiah, 2005).
Pada kasus ini Ny. ASM diketahui memiliki riwayat penyakit Diabetes
Mellitus (DM) selama 14 tahun dan pasien rutin menggunakan rutin menggunakan
glibenklamid dan metformin sebagai pengobatan diabetes mellitusnya dan dapat
ditegaskan lagi bahwa pasien menderita diabetes mellitus dengan melihat hasil
pemeriksaan lab dengan nilai Gula Darah Acak (GDA), Gula Darah 2 jam Post
Prandial (GD2PP), dan Gula Darah Puasa (GDP) berada di atas batas normal.
Pasien mengeluhkan gatal-gatal di seluruh tubuh, hal ini kemungkinan
terjadi dikarenakan penggunaan kombinasi glibenklamid dan metformin yang
menimbulkan reaksi hipersensitifitas yang memiliki manifestasi klinik dengan
gatal-gatal di seluruh tubuh (BPOM, 2017). Selain itu, pasien gagal ginjal kronis
yang memiliki nilai GFR <30 ml/min disarankan untuk tidak menggunakan obat
metformin (Perkovic et al, 2016) Oleh karena itu disarankan penggunaan
metformin dihentikan dan melakukan monitoring kadar gula darah dalam darah.
Kombinasi novorapid dan D40% digunakan untuk menganalisa kadar kalium dalam
darah (Daruung, 2017) oleh karena itu penggunaan kedua obat tersebut tidak
dilanjutkan, tetapi penggunaan injeksi insulin dapat diberikan jika kadar gula dalam
darah terus meningkat.
Selain pengobatan farmakologi untuk penyakit diabetes mellitus, dapat juga
dilakukan pengobatan non farmakologi untuk membantu mengontrol kadar gula
dalam darah. Pengobatan non farmakologi yang dapat dilakukan antara lain,
memperbaiki pola hidup, mengatur pola makan, mengurangi makanan yang banyak
mengandung garam Na, dan melakukan olahraga ringan.
Pada hasil lab yang ada, terlihat bahwa nilai Hemoglobin (Hb) dan eritrosit
pasien berada di bawah batas normal, hal ini mengindikasikan bahwa pasien dapat
menderita anemia. Anemia pada pasien gagal ginjal kronis dapat disebabkan karena
produksi eritropoetin menurun sehingga terjadi penurunan hemoglobin, dan
hemaktokrit. Pengobatan yang dilakukan untuk kondisi pasien ini disarankan
pemberian obat penambah darah dan monitoring nilai Hb dan eritrosit. Berdasarkan
data lab pasien menunjukan kondisi hiperurisemia dengan nilai asam urat pasien
9,8 atau lebih dari rentang normal pasien yaitu <6mg/dl. Pada pasien gagal ginjal
terjadi pengurangan massa ginjal dan penurunan fungsi ginjal, menyebabkan laju
filtrasi <50% dan mulai terjadi peningkatan asam urat. Hiperurisemia akan
mencetuskan garam monosodium urat (MSU) pada jaringan dan sendi, sehinggga
mengaktifkan mediator inflamasi (Tehupelory, 2009). Pasien diberikan terapi
allopurinol untuk mengatasi kadar asam urat yang tinngi, serta diberikan
antiinflamasi methylprednisolone untuk mengurangi gatal dan bitnik merah pada
keluhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Astute, Briandini Dwi. 2013. Pola Penggunaan Allopurinol Pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Dengan Hiperurise Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
Skripsi. Surabaya: : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Schonder, K.S., 2008. Chronic And End-Stage Renal Disease. In Burns, M.A.C.,
Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Malone, P.M., Kolesar, J.M., Rotschafer,
J.C. & J. T. Dipiro, Eds. Pharmacotherapy Principles And Practice. New
York: The Mcgraw-Hill Companies, P. 373-380.