Anda di halaman 1dari 15

INSTRUMEN PENELITIAN KUALITATIF

(UntukMemenuhiTugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Wahyu Angraini (1710206015)


2. Beby Permata Antari (1730206042)
3. Salwa Nia Murtisia (1730206099)

DosenPengampuh :Yuli Fitrianti, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2020
A. Instrumen Manusia

Dalam data penelitian kualitatif, instrument penelitian adalah manusia,


yakni peneliti itu sendiri atau orang lain yang terlatih. Data yang akan diperoleh
dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata (bahasa), tindakan, atau bahkan
isyarat atau lambing. Untuk dapat menangkap atau menjelaskan data yang
demikian, yang paling tepat sebagai instrument penelitian adalah manusia.

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur


data yang hendak dikumpulkan. Instrumen pengumpulan data ini pada dasarnya
tidak terlepas dari metode pengumpulan data. Bila metode pengumpulan datanya
adalah depth interview (wawancara mendalam), instrumennya adalah pedoman
wawancara terbuka/tidak terstruktur. Bila metode pengumpulan datanya
observasi/pengamatan, instrumennya adalah pedoman observasi atau pedoman
pengamatan terbuka/tidak terstruktur. Begitupun bila metode pengumpulan
datanya adalahdokumentasi, instrumennya adalahformat pustakaatau
formatdokumen (Ardianto, 2010).

Penggunaan manusia sebagai instrument bukan merupakan suatu konsep


yang baru. Memang, antropologi klasik atau kuno pada dasarnya menggunakan
instrumen-instrumen lainnya, dan banyak tradisi tersebut telah dipelihara didalam
sosiologi modern, sekurang-kurangnya cabang yang secara kontinu sangat
bertumpu pada kajian-kajian lapangan. Akan tetapi, sebagian dari para ahli
penelitian konvesional telah mengetahui bahwa manusia dapat memberikan data
yang sangat dekat seterpercaya yang dihasilkan oleh cara-cara yang “lebih
objektif” (Lincoln dan Guba, 1985: 192 dalam Rulam Ahmadi)

Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan


fokus penelitian, memilih informan seabgai sumber data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiyono, 2017) . Informan dalam metode kualitatif berkembang terus
(snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap
memuaskan atau jenuh (redundancy). Peneliti merupakan ke instrument dalam
mengumpulkandata,penelitiharusterjunsendirikelapangansecaraaktif(Gunawan,20
13).

Instrumen adaptif terbuka (open-ended adaptive instrument) adalah


manusia, yang seperti ‘bom cerdas’ (smart bomb), dapat mengidentifikasi dan
mmberangkatkan caranya ke (sample purposif) target tanpa diprogres secara
persis untuk menemukannya. Manusia menemukan alat-alat pengumpulan data
tertentu lebih serasi daripad yang lainnya. Mereka cenderung kea rah pengunaan
metode kualitatif yang “mengembangkan” wawasan manusia yang terdiri atas
penglihatan, pendengaran, dan “pemahaman-keenam” yang tak terucapkan (tacith
“sixth-sensing”) yang mengarahkan seseorang ke observasi, wawancara, analisis
dokumen, dan sejenisnya (Lincoln dan Guba, 1985: 192 dalam Rulam Ahmadi)

Nasution menyatakan bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian serasi


untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sugiyono,2017):

1) Peneliti sebagai alat peka dan bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2) Penelitian sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen
berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi,
kecuali manusia.
4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannnya, melahirkan hipotesis dengan
segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis
yang timbul seketika.
6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan
,perbaikan dan pelakan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang mengumpulkan data


dengan cara bertanya, meminta, mendengar, dan mengambil. Peneliti dapat
meminta bantuan dari orang lain untuk mengumpulkan data, disebut
pewawancara. Dalam hal ini, seorang pewawancara yang langsung
mengumpulkan data dengan cara bertanya, meminta, mendengar, dan mengambil.
Berbeda dari penelitian kualitatif, dalam penelitian kuantitatif alat pengumpulan
data mengacu pada satu hal yang dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan
data, biasanya dipakai untuk menyebut kuisioner. Hal pokok dari perbedaan
tersebut adalah dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri yang harus
mengumpulkan data dari sumber, sedangkan dalam penelitian kuantitatif orang
yang diteliti (responden) dapat mengisi sendiri kuisioner tanpa kehadiran peneliti,
umpamanya survei electronik atau kuesioner yang dikirimkan(Afrizal,2014).

 Penyusunan Instrumen Penelitian


Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur
penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data
yang di perlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan
data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara.
Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner.
Metode tes, instrumennya adalah soal tes tetapi metode observasi,
instrumennya bernama checklist.
Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena
mengevaluasi adalah memperoleh data tentang suatu yang diteliti, dan hasil
yan diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah
ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat
evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes
dan non-tes.
Instrumen pada dasarnya harus mempertimbangkan perasaan responden,
item perlu pendek dan ringkas, jumlah item perlu disedikitkan, dan
mengumpulkan data yang konkret. Agar tidak menimbulkan rasa bosan dan
agar mendorong responden menjawab dengan ikhlas dan jujur, instrument
mesti mempunyai ciri-ciri sebagai berikut(M.Mustari&M.TRahman,2012):
1) Sesuai dengan keberadaan responden. Instrumen kajian yang
disediakan perlu sesuai dengan latar belakang dan kesediaan
responden kajian. Pertanyaan yang dibangun mesti dinyatakan
dengan teliti dan tidak berat.
2) Format instrumen yang sistematis. Pertanyaan perlu disusun secara
sistematis dan teratur. Ruang yang memadai untuk jawaban bagi
setiap pertanyaan perlu disediakan.
3) Instruksi yang jelas. Instruksi tentang bagaimana menjawab
pertanyaan mesti jelas dan tidak menimbulkan perasaan ragu-ragu
kepada responden.
4) Surat dan dokumen disertakan bersama instrumen kajian. Surat dan
dokumen kepada subjekkajian haruslah ringkas dan menggunakan
format yang profesional.Ia menentukan kadar pemulangan jawaban
dan meningkatkan kepercayaan responden kajian terhadap pengkaji
dan kajian yang dilakukan.
5) Tes rintisan perlu dijalankan sebelum instrumen digunakan.
Langkah ini memastikan reliabilitas instrumen kajian. Ia bisa
dilakakan pada kumpulan subjek lain (misalnya 30 orang) yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan subjek kajian.

 Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Penelitian


Adapun langkah dalam membentuk instrumen kajian menurut (M. Mustari
& M.T Rahman , 2012). diantaranya adalah;
1. Mendaftar variabel-variabel yang ingin dikaji;
2. Mengestimasi cara menganalisis data;
3. Menyimak daftar variabel;
4. Menggunakan bahasa dan perkataan yang sesuai;
5. Melakukan ujian pra-penelitian;
6. Merekonstruksi instrument.
Apabila instrumen penelitian telah selesai dan telah ditransfer pada
metode pengumpulan data tertentu, maka tidak begitu saja langsung
digunakan pada penelitian sesungguhnya. Biasanya, terlebih dahulu
instrumen tersebut diujicobakan pada responden sebenarnya. Apabila
dalam ujicoba diketemukan kejanggalan-kejanggalan, maka diadakan
revisi terhadap instrumen tersebut. Melampaui proses ini, berulah
instrumen penelitian diperbolehkan penggunaannya pada
penelitiansesungguhnya(Bungin,2013).

B. Protokol
Protokol memiliki 5 arti. Protokol adalah sebuah homonim karena arti-
artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.
Protokol memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga protokol
dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda, dan segala
yang dibedakan. Protokol termasuk dalam ragam bahasa cakapan. Salah satu
arti protokol adalah surat-surat resmi yang memuat hasil perundingan
(persetujuan dan sebagainya), peraturan upacara disitana kepala negara atau
berkenaan dengan penyambutan tamu-tamu negara dan sebagainya.

1. Protokol Wawancara
Wawancara merupakan metode untuk mengajukan pertanyaan kuantitatif
atau kualitatif secara lisan kepada objek pengamatan/responden. Pertanyaan
kuantitaif cenderung memiliki jawaban yang spesifik dan dapat dikategorikan
maupun dianalisis secara numerik. Pertanyaan kualititif lebih bersifat terbuka
yaitu responden memberikan tanggapan atas pertanyaaan yang diajukan.
Wawancara biasanya dilakukan untuk evaluasi program bersifat kualitatif
namun juga mencangkup beberapa pertanyaan kuantitatif.

Terdapat 3 (tiga) pendekatan wawancara kualitatif yang bervariasi dalam


tingkat strukturnya dan dapat dikombinasikan dalam penggunaannya :

1. Wawancara percakapan informal.


Dalam hal ini, wawancara informal dilakukan tidak berstruktur, kata-
kata yang digunakan dari pertanyaan dan topik yang akan dibahas tidak
ditentukan sebelumnya. Biasanya jenis wawancara ini sering terjadi
secara spontan.

2. Wawancara semi-formal

Wawancara ini mencakup garis besar topik atau isu yang akan dibahas,
dalam prakteknya pewancara bebas untuk memvariasikan kata-kata dan
penyampaiannya.

3. Wawancara formal (Standardized-Open Minded Interview)

Wawancara ini dilakukan secara terstruktur dan mencangkup


seperangkat protokol pertanyaan. Pewawancara tidak diperkenankan
untuk melakukan fleksibiltas kata-kata atau mengubah konten pertanyaan
yang sudah disediakan.

Kapan sebaiknya wawancara digunakan dalam pengumpulan data untuk evaluasi?

1. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan lebih banyak informasi


mendalam tentang persepsi, wawasan, sikap, pengalaman, atau
kepercayaan. Wawancara berguna untuk mengumpulkan perspektf
subjektif dari responden.
2. Metode wawancara digunakan apabila organisasi ingin mengevaluasi
perbedaan individu antara pengalaman dan hasil responden. Dengan
demikian, kamu dapat membandingkan respon mereka dan menganalisis
bagaimana perbedaan individu dapat merefleksikan program organisasi.
3. Metode wawancara digunakan sebagai tindak lanjut metode lainnya.
Wawancara adalah cara yang tepat untuk digunakan setelah metode
evaluasi lainya seperti observasi, kuisioner, ulasan dokumen dan
sebagainya.

Bagaimana mengembangkan wawancara sebagai metode pengumpul data?


 Menentukan fokus organisasi.
Seperti halnya dengan kuisioner, sebuah pertanyaan harus terfokus pada
tujuan yang ingin dicapai organisasi. Pastikan bahwa pertanyaan yang
akan disampaikan saat wawancara dapat menjawab pertanyaan evaluasi.

  Mengembangkan panduan wawancara.


Panduan wawancara tertulis akan bervariasi tergantung pada jenis
wawancara yang akan dilakukan. Misalnya dalam wawancara informal,
kamu mungkin tidak akan menyiapkan panduan wawancara , namun
untuk wawancara semi-formal/terstrukur dan formal/open ended
interview panduan wawancara mencangkup topik spesifik yang akan
dibahas, dengan pengembangan dan urutan pertanyaan yang terstruktur.
Selain itu dibutuhkan probe untuk mengklarifikasi respon terhadap
sebuah pertanyaan yang lebih terperinci.
 Latih pewawancara.
Dalam pelaksanaan wawancara, dibutuhkan seorang pewawancara yang
mampu menangkap berbagai respon yang disampaikan oleh responden.
Biasanya pewawancara adalah seorang professional yang ahli dalam
bidangnya, namun ada kalanya kamu perlu memberikan panduan dan
pelatihan kepada pewawancara sehingga respon yang diharapkan dapat
terjawab.

 Memastikan kerahasiaan responden


Hal ini mutlak dilakukan sesuai kesepakatan antara pewawancara dan
responden. Tentukan bagaimana kamu akan menjaga kerahasiaan
responden dan berikan informasi kepada responden bagaimana kamu
melakukannya.

Berikut merupakan tips yang bisa kamu gunakan apabila kamu melakukan suatu
wawancara/ bertugas sebagai seorang pewawancara (interviewer)
1. Membangun kepercayaan dan hubungan baik kepada responden.
Sekalipun proses wawancara itu mungkin hanya berlangsung satu kali,
namun penting untuk memastikan bahwa responden merasa nyaman
menjawab pertanyaan yang diajukan. Salah satunya yaitu dengan menjamin
kerahasiaan respon yang akan disampaikan sehingga responden akan
menjawab pertanyaan secara jujur. Selama wawancara berlangsung,
tunjukkan rasa empati, dengarkan secara aktif, dan pertahankan kontak
mata. Coba untuk mengajukan pertanyaan yang kurang sensitif sebelum
mengajukan pertanyaan yang lebih sensitif dan mendalam.

2. Pertahankan sikap netral.


Dalam suatu wawancara, sebagian besar responden mungkin tidak ingin
mengatakan hal-hal yang kontroversial, namun sebagai pewawancara kamu
tidak boleh menunjukkan reaksi yang berlebihan atau emosi yang kuat di
depan responden.

3. Tetap dalam kendali wawancara.


Sekalipun proses wawancara tersebut belangsung secara informal, penting
untuk tetap mengatur arah wawanca. Hal ini bertujuan agar responden tidak
kehilangan topik atau berbicara diluar konteks yang didiskusikan.

Demikian pemaparan mengenai wawancara/interview dalam pengumpulan


data untuk organisasi nirlaba. Wawancara yang baik adalah wawancara yang
berlangsung dengan jujur, tanpanya unsur paksaan, dan jawaban yang realistis
dengan kondisi yang ada. Oleh karena itu, pewawancara harus mampu menangkap
poin penting yang disampaikan oleh responden,

2. Audio Visual

Jenis data kualitatif yang akan dikumpulkan adalah gambar visual. Materi
audiovisual terdiri dari gambar atau suara yang dikumpulkan para peneliti untuk
membantu mereka memahami fenomena Pusat di bawah studi. Digunakan
dengan meningkatnya frekuensi dalam penelitian kualitatif, gambar atau materi
visual seperti foto, rekaman video, gambar digital, lukisan dan gambar,dan
tindakan tidak mencolok (misalnya, bukti yang disimpulkan dari pengaturan,
seperti jejak fisik gambar seperti jejak di salju. Satu pendekatan dalam
menggunakan fotografi adalah teknik foto yang mendatangkan. Dalam
pendekatan ini, peserta gambar yang ditampilkan (mereka sendiri atau yang
diambil oleh peneliti) dan diminta untuk mendiskusikan isinya.
Keuntungan menggunakan bahan visual adalah bahwa orang dengan
mudah berhubungan dengan gambar karena mereka begitu meresap dalam
masyarakat kita. Gambar memberikan kesempatan bagi peserta untuk berbagi
langsung persepsi mereka tentang realitas. Gambar seperti rekaman video dan Fi
LMS, misalnya, menyediakan data yang luas tentang kehidupan nyata sebagai
orang memvisualisasikan itu. Potensi kerugian menggunakan gambar adalah
bahwa mereka adalah kultus perpindahan sulit untuk menganalisis karena
informasi yang kaya. Misalnya, Bagaimana Anda memahami semua aspek yang
jelas dalam 50 gambar oleh guru Preservice dari apa rasanya menjadi seorang
guru sains?. Dalam memilih album foto untuk memeriksa atau meminta bahwa
jenis tertentu gambar menjadi sketsa, Anda dapat memaksakan makna Anda dari
fenomena pada peserta, dari pada mendapatkan pandangan peserta. Ketika
videotaping, Anda menghadapi masalah dari apa yang harus Tape, di mana untuk
menempatkan kamera, dan kebutuhan untuk menjadi sensitif dengan kamera-malu
Individu.

a Mengumpulkan materi audiovisual


Meskipun masalah ini potensial, bahan visual menjadi lebih populer di
kualitatif penelitian, terutama dengan kemajuan teknologi terbaru. Langkah
yang terlibat dalam pengumpulan materi visual serupa dengan langkah
yang terlibat dalam pengumpulan dokumen:
1. menentukan materi visual apa yang dapat memberikan informasi untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan bagaimana materi tersebut dapat
menambah bentuk data yang ada, seperti wawancara dan pengamatan.
2. mengidentifikasi materi visual yang tersedia dan mendapatkan izin untuk
menggunakannya. Izin ini meminta semua siswa di kelas, misalnya, untuk
menandatangani informasi Formulir persetujuan dan agar orang tua mereka
menandatanganinya juga.
3. Periksa keakuratan dan keaslian materi visual jika Anda tidak
merekamnya Diri sendiri. Salah satu cara untuk memeriksa akurasi adalah
dengan menghubungi dan mewawancarai fotografer atau individu yang
diwakili dalam gambar.
4. kumpulkan data dan mengaturnya. Anda dapat memindai data secara
optikal untuk penyimpanan yang mudah Pengambilan.
Untuk mengilustrasikan penggunaan materi visual, lihat contoh di mana
peneliti didistribusikan kamera untuk mendapatkan foto: Seorang peneliti
memberikan kamera Polaroid untuk 40 pria dan 40 siswa kelas empat
perempuan dalam unit ilmu pengetahuan untuk mencatat makna
lingkungan. Peserta diminta untuk mengambil gambar gambar yang
mewakili upaya untuk melestarikan lingkungan dalam masyarakat kita.
Sebagai hasilnya, peneliti memperoleh 24 gambar dari setiap anak yang
dapat digunakan untuk memahami bagaimana orang muda melihat
lingkungan. Dimengerti foto Tupai dan hewan peliharaan di luar
mendominasi koleksi gambar dalam database ini.

3. Observasi
Observasi merupakan aktivitas dari suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena.
Berdasarkan pengetahuan atau gagasan yang telah diketahui sebelumnya, dan
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan guna melanjutkan
suatu penelitian. Proses dalam mencari atau mendapatkan informasi-
informasi tersebut haruslah secara objektif, nyata dan dapat dipertanggung
jawabkan. Pengertian observasi secara umum adalah suatu aktivitas yang
dilakukan guna mengetahui sesuatu dari sebuah fenomena yang berdasarkan
pengetahuan serta gagasan. Tujuannya untuk memperoleh informasi-
informasi yang terkait dengan suatu fenomena atau peristiwa yang telah
terjadi atau sedang terjadi dilingkungan.

Hal mudahnya dalam observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan


secara sistematis mengenai gejala atau hal-hal yang diteliti. Observasi
merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan meninjau langsung
di lokasi penelitian guna membuktikan kebenaran dari sebuah desain
penelitian.

Pengertian observasi secara etimologi adalah observasi berasal dari Bahasa


latin yang mempunyai arti “melihat dan memperhatikan”.

Dan observasi juga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh makhluk


cerdas yang memproses objek dengan tujuan merasakan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena yang berdasarkan ide-ide yang diketahui
sebelumnya.

Cara untuk melakukan observasi yang paling efektif adalah


melengkapinya menggunakan pedoman observasi atau pedoman pengamatan.
Seperti format yang disusun dengan berisikan item-item mengenai kejadian atau
tingkah laku yang akan terjadi.

Kemudian peneliti merupakan seorang pengamat tinggal memberikan


tanda pada kolom yang tersedia dan yang diinginkan pada format tersebut. Dan
orang yang melakukan pengamatan disebut sebagai pengamat.

 Kelebihan Observasi

Dapat merekam hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sehingga pada


saat kejadian berlangsung atau saat perilaku terjadi. Dapat memperoleh
data langsung dari subjek, yang keduanya dapat berkomunikasi secara
verbal atau tidak.

 Kelemahan Observasi

Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil dari suatu


peristiwa, seperti upacara pemakaman Toraja dalam kasus kematian, para
peneliti akan harus menunggu untuk upacara adat. Pengamatan fenomena
yang berlangsung lama, tidak bisa dilakukan secara langsung.
Ciri – Ciri Observasi

Observasi, bisa diartikan sebagai usaha pengumpulan data yang dilakukan


secara sistimatis tentang  tingkah laku dan gejala-gejala fisik dengan pengamatan
dan pencatatan. Langkah observasi yang dianggap cukup efektif untuk
pengumpulan data, memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut :

1. Observasi mempunyai arah dan tujuan yang khusus, bukan hanya untuk
mendapatkan kesan-kesan umum tentang suatu fenomena.
2. Observasi ilmiah tidak dilakukan secara untung-untungan dan sesuka hati
dalam rangka mendekati situasi obyeknya, akan tetapi semua
pelaksanaannya dilakukan secara sistimatis dan terencana.
3. Observasi sifatnya kuantitaif, yaitu mencatat sejumlah peristiwa tentang
tipe-tipe tingkah laku sosial tertentu.
4. Observasi melakukan pencatatan dengan segera, secepat-cepatnya, tidak
menggantungkan diri pada kekuatan ingatan.
5. Menuntut adanya keahlian, agar data yang diperoleh bisa valid.

Hasil-hasil observasi dapat dicek dasn dibuktikan untuk menjamin validitasnya.

Macam-macam Observasi :

Observasi dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan :

 Menurut peranan observer

1. Observasi Partisipan: observasi di mana observer ikut aktif didalam


kegiatan observee.
2. Observasi Non Partisipan: observasi dimana observer tidak ikut
aktif di dalam bagian kegiatan observee (hanya mengamati dari jauh).
3. Observasi Kuasi partisipasi : observasi dimana observer seolah-olah
turut berpartisipasi yang sebenarnya hanya berpura-pura saja dalam
kegiatan observee.
 Menurut situasinya

1. Free Situation : adalah observasi yang dijalankan dalam situasi


bebas, tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya
observasi.
2. Manipulated Stuation : adalah observasi yang situasinya dengan
sengaja diadakan. Sifatnya terkontrol (dalam pengontrolan observer).
3. Partially Controlled Situation : adalah campuran dari keadaan
observasi free situation dan manipulated situation.

 Menurut sifatnya

1. Observasi Sistematis : adalah observasi yang dilakukan menurut


struktur yang berisikan faktor-faktor yang telah diatur berdasarkan
kategori, masalah yang hendak di observasi.
2.  Observasi Non Sistematis : adalah observasi yang dilakukan tanpa
struktur atau rencana terlebih dahulu, dengan demikian observer
dapat menangkap apa saja yang dapat di tangkap.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal.(2014).Metode Penelitian Kualitatif.J akarta:Rajawali Pers


Ahmadi, Ruslam. (2016). MetodologiPenelitianKualitatif.Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Bungin, B. (2003). Analisis DataPenelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan


Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada.

Gunawan,Imam.(2013).Metode penelitian kualitatif. Jakarta:Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesa, edisi 5

Mustari,M.,&Rahman,M.T.(2012). Pengantar Metode Penelitian.

Sugiyono, (2017).MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D.Bandung:


Alfabeta,CV.

Jhon W. Creswell.(2012).Educational Research Planning, Conducting And


Evaluating Quantitative And Qualitative Research.

Anda mungkin juga menyukai