Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan ibu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena masih besarnya
angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan
ibu, dewasa ini masih tinggi di Indonesia bila dibandingkan dengan AKI di Negara
ASEAN lainnya (Depkes, 2011) dalam Ika fauziah (2012).
Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (27%), pre-
eklampsia atau eklampsia (23%) kemudian infeksi (11%), abortus (5%), komplikasi
puerperium (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obtetrik (5%), partus lama (5%) dan lain-
lain (11%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak. Perdarahan dapat terjadi
pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian
abortus (Sarwono, 2008).
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO) memperkirakan 4,2 juta
abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di
Indonesia. Risiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara di
perkirakan antara satu sampai 250, Negara maju hanya satu dari 3700. Angka tersebut
memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup tinggi ( Lusa,
2012).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar
kandungan (Nugroho, 2010).
Macam abortus ada 4 yaitu abortus spontan, abortus infeksiosa, Missed Abortion, dan
abortus habitualis. Abortus spontan sendiri meliputi abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkomplit, dan abortus komplit
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan sisa tertinggal dalam uterus. Terjadi ketika plasenta tidak
dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi aborsi (Varney, 2007).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mampu melaksanakan asuhan pada ibu hamil dengan abortus
inkompletus secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. a Menjelaskan konsep dasar ibu hamil dengan abortus inkompletus
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus inkompletus
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus
dengan pendekatan Varney yang terdiri dari :
1) Pengkajian
2) Identifikasi diagnosa/masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana/intervemsi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus
dalam bentuk catatan SOAP.

2
B. Manajemen Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Abortus Incomplete
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia ibu hamil < 20 th dan > 40 th meningkatkan resiko abortus.
(Cunningham,2005)
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan : ibu hamil yang bekerja di lahan pertanian dan sering terpapar
pestisida berisiko lebih tinggi mengalami abortus. (Sindo,2008)
Alamat :
No Register :

2. Alasan kunjungan / Keluhan Utama


a. Alasan kunjungan
Berisi alasan klien masuk ke RS. Apakah karena rujukan atau keinginan sendiri
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalahyang dihadapi berkaitan dengan abortus inkomplet ,
misalnya pasien merasa adanya perdarahan pervaginam yang banyak, adanya
sisa jaringan yang keluar bersamaan pendarahan pervaginam.

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1) Penyakit Kardiovaskuler : Hipertensi esensial pada kehamilan dapat
menyebabkan abortus (Wiknjosastro,2005)
2) Penyakit Darah : Anemia berat
Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan hipoksia janin dan kurangnya
asupan nutrisi sehingga terjadi abortus
3) Penyakit Paru-paru :Pneumonia, Asma

3
Ibu hamil yang terkena pneumonia dapat mengalami abortus
(Wiknjosatro,2005)
Asma dapat menyebabkan hipoksia janin sehingga akan terjadi abortus
(Wiknjosastro,2005)
4) Penyakit Hati : Hepatitis
Pada nifas dapat menyebabkan gangguan bekuan darah dan atonia uteri
5) Penyakit Endokrin : Diabetes Melitus, Hipotiroidism
Abortus spontan dan malformasi congenital meningkat pada wanita dengan
diabetes dependen insulin. Resiko ini berkaitan dengan derajat control
metabolic pada trimester I (Cunningham,2005)
Hipotiroidism dapat meningkatkan resiko abortus
6) Penyakit Infeksi :Infeksi TORCH,malaria, tifoid
Infeksi TORCH pada kehamilan dapat menyebabkan abortus
(Haksohudusodo,2002)
Insiden abortus karena meningkat pada wanita yang terkena malaria
(Cunningham,2005)
Tifoid dapat menyebabkan abortus pada hampir 80 % kasus
(Cunningham,2005)
7) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing :
8) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi: Retroversio uteri,mioma uteri,serviks
inkompeten dapat menyebabkan abortus (Wiknjosastro,2005)
Adanya riwayat abortus (Kiwi, 2006).
9) Riwayat Alergi
10) Riwayat Pembedahan

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan janinnya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2009)

5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.
(Sulistyawati,2010). Adanya perdarahan yang banyak setelah amenore merupakan
tanda abortus

4
6. Riwayat Obstetri:
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Sua Ank U Pny Jns Pnlg Tmp Peny JK BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Peny
o
mi K t
1
- Riwayat abortus dikehamilan sebelumnya, bisa menjadikan abortus berulang
(sarwono, 2005)

7. Riwayat Kehamilan Sekarang

8. Riwayat Kontrasepsi

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Kapan terakhir makan dan minum pasien. Untuk mengetahui nutrisi
yang ada di dalam tubuh ibu apakah sudah mencukupi untuk tenaga
dalam melahirkan/perlu tambahan nutrisi per IV jika diperlukan
(Sarwono, 2005)
Eliminasi Kapan terakhir BAB dan BAK. Kandung kemih yang penuh dapat
menyebabkan atonia uteri (Sarwono, 2005)
Istirahat Kapan terakhir istirahat. Jika istirahat kurang dapat menimbulkan
kelelahan dan stres sehingga dapat mengganggu kondisi kesehatan ibu.
(Sarwono, 2005)
Aktivitas Apakah aktivitas terakhir yang dilakukan klien. Untuk mengetahui
apakah penyebab abortus inkomplit yang terjadi saat ini berhubungan
dengan aktivitas tersebut. (Sarwono, 2005)
Personal Bagaimana pola kebersihan ibu. Untuk mengetahui apakah ada
Hygiene hubungan pola kebersihan ibu dengan terjadinya abortus inkomplit.
(Sarwono, 2005)
Seksualitas Kapan terakhir melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual yang
dilakukan dapat memicu kontraksi persalinan. (Sarwono, 2005)

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a) Psikologis : Bagaimana psikis ibu setelah abortus
b) Sosial : Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak.
Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan, diterima/tidak
5
Kalau orang hamil sudah lama kawin,nilai anak tentu besar sekali dan ini harus
diperhitungkan dalam pimpinan persalinan.(Sulaiman,1983 : 155)
c) Kultural :Adat istiadat yang dapat merugikan kesehatan
d) Spiritual : Tradisi keagamaan yang dapat merugikan kesehatan

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Kesadaran menurun
Tanda Vital :
Tekanan Darah :Hipotensi
Suhu badan :normal-hipertermi
Nadi :Tachikardi
Pernafasan :Tachipnea
Antropometri :
Tinggi Badan :Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat diukur dengan
stasiometer atau tongkat pengukur (Tambunan dkk,2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang :Massa tubuh di ukur dengan pengukuran massa atau
timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung
hubungan antara tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat
kegemukan. (Tambunan dkk,2011).
LILA : Untuk menentukan status gizi ibu

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak kuat, distribusi
rambut tampak merata dan tekstur rambut lembut (Prawiroharjo,
2006).
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak odem, dan tampak
pucat (Tambunan dkk,2011)
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva pucat, dan sklera
warna putih

6
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak polip, tidak
tampak peradangan (Tambunan dkk,2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak caries dentis,
tidak tampak stomatitis, geraham tampak lengkap, lidah tampak
bersih, tremor dan merah muda, tidak tampak pembesaran tonsil.
(Tambunan dkk,2011 & Uliyah dkk,2008).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret. (Tambunan dkk,2011).
Leher : Tidak tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak pembesaran
tonsil, tidak tampak peradangan faring( Tambunan dkk,2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada (Tambunan,2011)
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih,tidak tampak
pengeluaran colostrum, areolla tampak hyperpigmentasi, puting susu
menonjol,tidak tampak retraksi
Abdomen : Uterus tampak besar
Genetalia : Tampak perdarahan pervaginam disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
Anus : Tidak tampak hemoroid
Ekstremitas:Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak tampak
varices,cavilari refile kembali dalam waktu < 2 detik
(Ambarwati dkk, 2009)
Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema / massa (Priharjo,2006).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid dan kelejar
getah bening (Priharjo,2006).
Payudara : Tidak teraba benjolan / massa, konsistensi teraba padat berisi
( Ambarwati dkk, 2009)
Abdomen : Uterus teraba lembek, nyeri tekan dan rasa mulas atau kram
perut di daerah sympisis
Genetalia : Tidak teraba pembesaran kelenjar bartholini
Ekstremitas : Tidak teraba oedema(varney 2008&Ambarwati dkk, 2009)
Auskultasi
 Abdomen : 5-35 x/menit (Varney 2008)
7
 Dada : nafas vesikuler, BJ I terdengar jelas teratur
Perkusi
 Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep (+), Trisep (+)
(Varney 2008 )
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Vaginal Touche : kanalis servikalis terbuka,teraba jaringan sisa
konsepsi dan pendarahan bertambah banyak setelah dilakukan VT.
4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium : hasil pemeriksaan Test pack kehamilan masih
menyatakan positif walaupun kehamilan tidak dapat dipertahannkan
 Pemeriksaan USG : untuk memeriksa apakah janin sudah meninggal
 Pemeriksaan darah lengkap ( HB, HT, leukosit Dll)
 Pemeriksaan Diagnostik lainnya

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G…P…… Usia Kehamilan………. dengan abortus inkomplit,
Janin tunggal mati
Masalah : Gangguan kenyamanan dan kecemasan

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


1. Syok Haemoragic
2. Perforasi uterus
3. Sepsis Maternal
4. Kematian ibu

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
tentang pemberian cairan IV NaCL atau RL, pemberian antibiotik, pemberian oksigen,
pemberian tranfusi jika perdarahan banyak

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien

8
R/ penjelasan mengenai pemeriksaan fisik merupakan hak klien
2. Observasi Keadaan umum dan tanda-tanda vital serta perdarahan
R/ Dengan observasi untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan kearah atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan serta mengetahui jumlah perdarahan
agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya.
3. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang pentingnya dilakukan kuret.
R/ Dengan penjelasan kepada ibu dan keluarganya diharapkan dapat menyetujui
rencana tindakan kuret agar ibu dapat menyiapkan fisik dan psikis.
4. Informed Consent
R/ Sebagai pernyataan persetujuan dari klien/keluarga untuk tindakan yang akan
dilakukan dan sebagai perlindungan hukum bagi dokter dan bidan dalam
melaksanakan tindakan.
5. Siapkan rujukan untuk melakukan kuret
R/ Tindakan segera yang dilakukan untuk mengeluarkan sisa jaringan dan
mengurangi perdarahan.
6. Kolaborasikan dokter tentang pemberian obat-obatan
R/ obat-obatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan klien dalam masa
penyembuhan.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk bentuk

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus inkomplit ( keguguran bersisa ) artinya pengeluaran sebagian dari hasil


konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal
dalam uterus.

Dalam menerapkan asuhan kebidanan dengan abortus inkomplit diperlukan


pendekatan terhadap klien agar diperoleh hasil pengkajian yang akurat.

Penanganan asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien dengan kasus


abortus inkomplit sangat perlu diperhatikan adanya komplikasi sepsis dan perforasi
uterus.

B. Saran
1. Ibu hamil sebaiknya melakukan ANC secara teratur segera setelah terlambat haid
pada tenaga kesehatan serta menyarankan ibu untuk tidak hamil lagi dengan
pertimbangan usia.
2. Setiap ibu hamil dan keluarga khususnya bidan harus mengetahui tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan. 
3. Bidan harus memberikan asuhan sesuai dengan kewenangannya untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasar
bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai kasus.

10
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, 2005, Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta:EGC

Hidayat Asri,2010, Asuhan Persalinan, Yogjakarta:Nuha Medika

Mandriati G.A, 2007, Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Jakarta:EGC

Manuaba I.B.G, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana,
EGC. Jakarta.

Maryunani Anik, 2009, Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.

Rustam Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II. Cetakan I. EGC:Jakarta..

Sujiatini, 2009, Asuhan Patologi Kebidanan, Cetakan I. Nuha Medika. Yogjakarta.

Syaifuddin A.B, 2004, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Edisi I. Cetakan VI. YBP-SP. Jakarta.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai