Anda di halaman 1dari 14

VOL. 2, NO.

2,
ISSN: 2476-9703
APRIL, 2017

Journal homepage: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna

Internalisasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran IPA melalui Model


Konstruktivisme di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal

INFORMASI ARTIKEL A B S T R AK

Penulis: Indonesia
Purniadi Putra
Pendahuluan:
Dosen Program Studi PGMI, Internalisasi pendidikan karakter pada Pembelajaran IPA
Institut Agama Islam dalam model konstruktivisme siswa aktif menyusun sendiri
Sultan Muhammad Syafiuddin konsep IPA dalam struktur kognitifnya, dengan cara
Sambas, Kalimantan Barat
mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata
Email: siswa melalui pengamatan dan percobaan sehingga
usupurniadi@yahoo.com terbentuk nilai karakter siswa. Metode: penelitian ini
dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Kata Kunci: Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di MIN Sebebal
Internalisasi; Kabupaten Sambas yang berjumlah 30 siswa. Hasil:
Pendidikan Karakter; Pendidikan karakter pembelajaran IPA di Madrasah
Ilmu Pengetahuan Alam;
Konstruktivisme
Ibtidaiyah Negeri Sebebal Kabupaten Sambas dalam
pelaksanakan terdapat tiga tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Nilai karakter yang
Halaman: 75-88 ditumbuh kembangkan adalah: mandiri, kesadaran diri, dan
kerjasama.

English
Introduction: Internalization of character education in
science learning in constructivism model of students actively
compose their own concept of IPA in its cognitive structure,
by linking the material learned with the students' real life
through observation and experiment so as to form student
character value. Method: This research using qualitative
descriptive approach. The subjects of this study were the
students of grade V in MIN Sebebal Sambas district, which
amounted to 30 students. Result: Educational character of
science learning in Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal
Sambas District in implementing there are three stages of
planning, implementation, evaluation and follow-up. The
Internaslisasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Konstruktivisme…, Oleh: Purniadi Putra: 75-88 76

kind of character grown is independent, self-awareness, and


cooperation.

1. PENDAHULUAN dengan dirasakannya berbagai ketimpangan

Keberhasilan suatu bangsa dalam hasil pendidikan yang ditunjukkan dari

memperoleh tujuan tidak hanya ditentukan perilaku lulusan pendidikan saat ini.

oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, Ketimpangan makin meningkatnya tawuran

tetapi sangat ditentukan oleh kualitas antarpelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan

sumber daya manusianya. Bahkan ada yang remaja lainnya terutama di kota-kota besar,

mengatakan bahwa “Bangsa yang besar pemerasan atau kekerasan (bullying),

dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa fenomena suporter sepak bola, penggunaan

manusia itu sendiri. (Abdul Majid dan Dian narkoba, dan lain-lain. (Muchlas Samani &

Andayani, 2013). Hariyanto, 2011).

Menurut Walker Percy dalam Thomas Lickona, sebagaimana yang

bukunya Thomas Lickona, (2015:344), ditulis oleh Masnur Muslich, (2013), ada

menyebutkan bahwa sebagaimana kita sepuluh tanda-tanda zaman yang harus

ketahui sekarang bahwa mungkin yang kita diwaspadai karena jika tanda-tanda ini

ketahui lebih baik di masa lalu, ukuran yang sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang

paling penting dari sebuah bangsa bukan menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda

dilihat dari kesejahteraan ekonominya, yang dimaksud adalah (a) meningkatnya

kejeniusan teknologinya, atau militernya. kekerasan dikalangan anak remaja, (b)

Ukuran yang paling penting dari sebuah penggunaan bahasa dan kata-kata yang

bangsa adalah terlihat dari karakter memburuk, (c) pengaruh peer-group yang

masyarakatnya. kuat dalam tindak kekerasan saat ini, (d)

Pendidikan karakter merupakan meningkatnya perilaku merusak diri, seperti

salah satu tran topik pendidikan yang saat penggunaan narkoba, alkohol dan seks

ini mendapat sorotan dan perhatian yang bebas, (e) semakin kaburnya pedoman moral

banyak baik dari pemerintah, civitas baik dan buruk, (f) menurunnya etos kerja,

akademik maupun masyarakat. Terlebih (g) semakin rendahnya rasa hormat kepada
77 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

orang tua dan guru, (h) rendahnya rasa pengorbanan (religion without sacrifice); (g)

tanggung jawab individu dan warga Negara, politik tanpa prinsip (politic without principle).

(i) membudayanya ketidakjujuran, dan (j) Furqan dalam Abdul Majid & Dian

adanya rasa saling curiga dan kebencian Andayani, 2013:54) menegaskan bahwa

sesama. Ternyata jika dicermati sekarang terdapat beberapa faktor penyebab

kesepuluh tanda zaman ini sudah rendahnya pendidikan karakter. Pertama,

membudaya di Indonesia. dalam sistem pendidikan yang kurang

Tak terasa krisis moral sudah menekankan dalam pembentukan karakter,

merambah kemana-mana, dan bahkan yang tetapi lebih menekankan kepada intelektual.

lebih tragis lagi anak kita yang masih duduk Kedua, kondisi lingkungan (budaya dan

di bangku sekolah pun sudah dapat saling sosial) yang kurang mendukung dalam

menyakiti di jalanan. Lebih jauh lagi kini pembangunan karakter yang baik.

antar anak bangsa saja sudah saling curiga Banyak faktor yang menyebabkan

mencurigai, misalnya dengan berbeda-deda kepribadian atau karakter siswa memburuk.

etnis, agama, dan kelas sosial yang marak di Hal ini dapat dilihat dari perilaku atau etika

media sosial saat ini. Bahkan ada indikasi siswa dalam belajar; mudah putus asa jika

yang lebih buruk lagi walaupun baru sebuah belum bisa, tidak jujur dalam belajar, kurang

indikasi yakni munculnya kondisi yang oleh dapat menghargai pendapat teman, kurang

founding father-nya India. Mahatma Ghandi demokratis, tidak disiplin dalam belajar,

(dalam Abdul Majid & Dian Andayani, 2013: tidak mandiri dalam belajar, dan juga kurang

53) disebut sebagai tujuh dosa yang kreatif. Pada pembelajaran Agama Islam

mematikan (the seven deadly sins) yaitu (a) misalnya, siswa kurang biasa menunjukkan

semakin merebaknya nilai-nilai dan perilaku prilaku yang kontraproduktif dalam

memperoleh kekayaan tanpa bekerja (wealth persoalan-persoalan akhlak. Mereka

without work); (b) kesenangan tanpa hati membaca tetapi tidak memahami makna

nuraini (pleasure without consciencs);(c) dari suatu pertanyaan, tidak mencerna

pengetahuan tanpa karakter (knowledge informasi yang diperoleh, tidak yakin

without character); (d) bisnis tanpa moralitas dengan cara yang digunakan untuk

(commerce without ethic); (e) ilmu menyelesaikan soal, dan cepat menyerah

pengetahuan tanpa kemanusiaan (science ketika tidak tahu bagaimana menyelesaikan

without humanity); (f) agama tanpa soal tersebut. Dari kesehari-harian prilaku
Internaslisasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Konstruktivisme…, Oleh: Purniadi Putra: 75-88 78

atau etika siswa di kelas yang demikian Lickona, menurutnya karakter adalah “a

berakibat lunturnya atau memburuknya reliable inner disposition to respond to situations

karakter siswa. in a morally good way”. Selanjutnya, menurut

Untuk memahami konsep ini pada Lickona menambahkan, “character so

pendidikan karakter secara komprehesif, conceived has three interrelated parts: moral

dapat diperoleh dari beberapa pengertian knowing, moral feeling, and moral

dan komentar dari para ahli. Pendidikan behavior”.(Thomas Lickona, 1991).

karakter seringkali dikatakan sebagai nilai, Menurut Lickona, karakter mulia

norma, budi pekerti dan moral hal ini di (good character) meliputi pengetahuan

sebabkan karena seringkali banyak tentang kebaikan, lalu menimbulkan

dirumuskan dalam berbagai konsep yang komitmen (niat) terhadap kebaikan dan

berbeda-beda. akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.

Secara etimologis, kata “karakter” Dengan kata lain, karakter mengacu kepada

bisa berarti tabiat, sifat kejiwaan, akhlak atau serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap

budi pekerti yang membedakan seseorang (attitudes), dan motivasi (motivations), serta

dengan yang lain atau watak. (Tim Redaksi perilaku (behaviors) dan ketrampilan (skills).

Tessaurus Bahasa Indonesia, 2008). Menurut David Elkind & Freddy

Menurut Doni Koesoema, (2007), Sweet Ph.D (2004) dalam zubaedi bahwa

orang yang berkarakter berarti orang yang character education is the deliberate effort to help

memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, people. Care about. And act upon core ethcal

atau akhlak. Dengan makna seperti ini, value (pendidikan karakter adalah usaha

berarti karakter identik dengan kepribadian sengaja untuk membantu memahami, peduli

atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri tentang dan melaksanakan nilai-nilai etika

atau karakteristik atau sifat khas dari diri inti. (Zubaedi, 2013).

seseorang yang bersumber dari bentukan- Akhmad Muhaimin Azzet, (2011),

bentukan yang diterima dari lingkungan, mengatakan bahwa pendidikan karakter

misalnya keluarga pada masa kecil dan juga adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu

bawaan sejak lahir. melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),

Adapun secara terminologis, makna perasaan (feeling), dan tindakan (action).

karakter yang dikemukakan oleh Thomas Menurut Thomas Licona karakter


79 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

terdiri dari nilai operatif, nilai dalam aktivitas manusia, baik dalam rangka

tindakan. Proses karakter seiring menjadi berhubungan dengan Tuhannya, dengan

suatu nilai dalam tindakan, suatu disposisi dirinya, dengan sesama manusia maupun

batin yang dapat diandalkan untuk dengan lingkungan alam sekitar, yang

menanggapi situasi dengan cara yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

menurut moral itu baik. Karakter yang terasa perkataan, dan perbuatan berdasarkan

demikian memiliki tiga bagian yang saling norma-norma agama, hukum, tata krama,

berhubungan: pengetahuan moral, perasaan budaya, dan adat istiadat. Dari konsep

moral, dan perilaku moral. (Thomas Lickona, karakter ini muncul konsep pendidikan

2015). karakter (character education).

Pendidikan Karakter menurut Ratna Nilai-nilai pendidikan karakter harus

Megawangi adalah sebuah usaha untuk diintegrasikan ke dalam mata pembelajaran

mendidik anak agar dapat mengambil yang diterapkan di sekolah. Adapun nilai-

keputusan bijak dan mengaplikasikan dalam nilai pendidikan karakter yang diterapkan di

hal tersebut dalam kehidupan keseharian sekolah yaitu mandiri, jujur, disiplin,

anak sehingga mereka dapat memberikan tanggungjawab, rendah hati, toleransi, dan

sumbangsih yang positif kepada lingkungan adil.

sekitarnya. Nilai-nilai karakter yang perlu Pendidikan karakter bertujuan

ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai- meningkatkan mutu penyelenggaraan hasil

nilai universal yang mana seluruh agama, pendidikan di sekolah yang mengarah pada

tradisi, dan budaya pasti menjunjung tinggi pencapaian pembentukan karakter dan

nila-nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini akhlak mulia peserta didik secara utuh,

harus dapat menjadi perekat bagi seluruh terpadu, dan seimbang, sesuai dengan

anggota masyarakat walaupun berbeda latar standar kompetensi lulusan. Melalui

belakang budaya, suku, dan agama. (Ratna pendidikan karakter diharapkan peserta

Megawangi, 2007). didik mampu secara mandiri menggunakan

Berdasarkan pengertian di atas dapat pengetahuannya dan menginternalisasi

dipahami, bahwa karakter identik dengan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

akhlak, sehingga karakter merupakan sehingga nantinya dapat termanifestasikan

penanaman nilai-nilai perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

yang universal yang meliputi seluruh (Ovan Ardy Wiyana, 2012). Para ahli dalam
Internaslisasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Konstruktivisme…, Oleh: Purniadi Putra: 75-88 80

pendidikan hendaknya mampu memberikan yaitu dengan melakukan observasi,

sosialisasi secara komprehensif terkait eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan

dengan pendidikan karakter. Nilai-nilai teori, eksperimentasi, observasi dan

yang terdapat pada setiap mata pelajaran demikian seterusnya mengkaitkan antara

diarahkan kepada pendidik dan peserta cara yang satu dengan cara yang lain. Maka

didik dalam penerapan pendidikan karakter. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Kegiatan integrasi pendidikan karakter salah IPA merupakan pengetahuan dari hasil

satunya dengan mata pelajaran IPA dapat kegiatan manusia yang diperoleh dengan

memberikan kesan bahwa dalam menggunakan langkah-langkah ilmiah yang

pembelajaran IPA sebenarnya terdapat nilai- berupa metode ilmiah dan didapatkan dari

nilai karakter yang belum disadari dan perlu hasil eksperimen atau observasi yang

digali yang nantinya dapat dioptimalkan bersifat umum sehingga akan terus di

dalam membangun karakter peserta didik. sempurnakan. (Abdullah Aly & Eny Rahma,

Pembelajaran IPA guru dalam 1998).

menerapkan pendekatan yang dapat Pembelajaran IPA dapat dilakukan

memberi kesempatan kepada siswa agar bermacam-macam metode, pendekatan, dan

dapat mengaitkan materi baru ke dalam model pembelajaran yang cocok yaitu

materi yang sudah dipelajari sebelumnya, melalui pengalaman langsung (learning by

sehingga dapat dikatakan sebagai doing) karena IPA merupakan bagian dari

pembelajaran bermakna, bermanfaat untuk kehidupan manusia. Pembelajaran langsung

memahami konsep. Untuk itu diharapkan berpusat pada siswa dan dapat memperkuat

agar guru selalu berusaha membantu siswa daya ingat siswa.

agar mereka dapat mencapai pemahaman Pelaksanaan pembelajaran IPA di

yang sebaik-baiknya dalam memberi sekolah yang melibatkan ketiga hakikat IPA,

pengalaman konkret kepada siswa melalui mensyaratkan bahwa pembelajaran tidak

pengamatan, percobaan untuk memecahkan sekedar perolehan ilmu pengetahuan yang

permasalahan dalam pembelajaran IPA. berupa fakta, konsep, maupun prinsip tetapi

Pada pembelajaran IPA merupakan juga mengedepankan proses dan sikap

pengetahuan teoritis yang diperoleh atau ilmiah.

disusun dengan cara yang khas atau khusus, National Science Educational Standard
81 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

(NSES) (1996) menyatakan,” learning science Hal ini menunjukkan sikap tidak

is an active process. Learning science is mudah putus asa, sikap hati-hati serta

something student to do, not something that memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

is done to them.”Proses pembelajaran IPA Apabila sikap ini diinternalisasi siswa

memberikan kesempatan kepada siswa dengan baik maka akan membentuk

untuk melibatkan segala keterampilan terbentuk karakter yang baik. Melalui sikap

proses yang dimiliki. Sebagai contohnya tidak mudah putus asa, siswa akan berusaha

siswa sedang melakukan lebih keras untuk memperoleh apa yang

eksperimen/percobaan, siswa menempuh dicita-citakan. Siswa tidak akan

langkah-langkah dalam percobaan yakni menghalalkan berbagai cara untuk

mengambil data. Ketika anak mengambil mendapatkan hasil yang diinginkan. Melalui

data anak harus jujur terhadap data yang sikap hati-hati yang dimiliki siswa tidak

diambil, artinya anak tidak bisa akan gegabah dalam menanggapi suatu

diperkenankan untuk memanipulasi data permasalahan. Melalui sikap-sikap tersebut

meskipun data yang diperoleh tidak sesuai siswa akan mampu menghadapi tantangan

dengan teori. masa depan yang semakin kompleks dengan

Apabila siswa memaknai sikap ini, bijaksana.

maka jujur akan senantiasa melandasi Dalam melakukan percobaan siswa

sikapnya dalam kehidupan sehari-hari yang melakukan bersama-sama dalam kelompok.

akhirnya dibawa sampai pada masa dewasa Sehingga akan mendorong siswa untuk

yang akan membentuk karakter siswa. berinteraksi dan bekerjasama dengan teman

Dengan adanya sikap jujur, maka budaya sebaya. Melalui aktivitas mengembangkan

mencontek akan berkurang. Pada jangkauan karakter siswa dalam berkomunikasi.

yang lebih luas, dengan adanya sikap jujur Kerjasama juga akan memupuk rasa peduli

angka korupsi yang semakin merajalela terhadap sesama. Dari beberapa pernyatan

dapat ditanggulangi. Pada beberapa tersebut tampak bahwa pembelajaran IPA

percobaan, tidak dipungkiri adanya mampu memberikan kontribusi dalam

kegagalan. Beberapa siswa mungkin akan membangun karakter anak.

mengulang percobaan untuk meyakinkan Dengan demikian, salah satu model

dirinya bahwa apa yang dilakukan sesuai konstruktivisme dalam pembelajaran IPA

dengan prosedur yang ditentukan. yang dapat membiasakan siswa mandiri dan
Internaslisasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Konstruktivisme…, Oleh: Purniadi Putra: 75-88 82

menemukan permasalahan dalam belajar pengetahuan itu memang berasal dari luar

dan berkerjasama adalah teori akan tetapi dikontruksi dalam diri setiap

konstrukstivisme yaitu model pembelajaran orang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis

yang mengembangkan dan meningkatkan akan tetapi bersifat dinamis. Tergantung

kemampuan, keterampilan secara mandiri individu melihat dan mengkontruksinya.

dan siswa yang aktif menemukan sesuatu Sementara Asis Saefuddin, (2014)

dan membangun sendiri pengetahuan menyatakan konstruksi berarti bersifat

dengan cara berdiskusi, siswa mempunyai membangun, konteks filsafat pendidikan,

cara berfikir masing-masing yang kadang konstruktivisme adalah suatu upaya

mungkin sangat berbeda dari temanny. membangun tata susunan hidup yang

(Qowaid, dkk, 2007). berbudaya modern. Pengetahuan bukanlah

Asal kata konstruktivisme adalah “to seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah

consrtuct“ yang artinya membangun atau yang siap untuk diambil dan diingat.

menyusun menurut Carin (dalam Manusia mengkonstruksi pengetahuan itu

agriamurti, 2009) teori konstruktivisme dari memberi makna melalui pengalaman

adalah teori pembelajaran yang menekankan nyata.

bahwa siswa sebagai pembelajar, tidak Dari keterangan di atas dapat ditarik

menerima begitu saja pengetahuan yang kesimpulan bahwa teori ini memberikan

mereka dapat, tetapi secara aktif keaktifan terhadap manusia untuk belajar

membangun pengetahuan secara menemukan kompetensi, pengetahuan atau

individual. teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna

Menurut Winasenjaya, (2005) mengembangkan dirinya sendiri yang

kontruktivisme adalah proses membangun diperoleh dari pengalaman pribadinya

atau menyusun pengetahuan baru dalam masing-masing untuk membangun

stuktur kognitif siswa berdasarkan pengetahuannya setiap individu.

pengalaman. Pengetahuan itu terbentuk Dari teori kontruktivisme membangun

bukan dari objek semata, akan tetapi juga sumber daya manusia yang memiliki

dari kemampuan individu sebagai subjek kepekaan, kemandirian, tanggung jawab

yang menangkap setiap objek yang di terhadap resiko dalam pengambilan

amatinya. Menurut teori konstruktivisme, keputusan, mengembangkan segenap aspek


83 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

potensi melalui proses belajar yang terus Mereka takut bertanya meskipun sudah

menerus menemukan jati diri mereka dipancing dengan pertanyaan yang

sendiri. merangsang daya fikir mereka. Siswa

Melalui model belajar konstruktivisme, cenderung malas belajar, cepat menyerah

dapat mengantisipasi pergeseran dari atau putus asa. Hal ini tampak dari kuis atau

pendidikan yang lebih menekankan aspek tugas yang diberikan guru yang hasilnya

kognitif menuju aspek potensi manusia tidak memuaskan bahkan kadang tidak

secara utuh. Dalam teori belajar dapat diselesaikan. Siswa yang kurang aktif

konstruktivisme, pembelajarannya lebih dalam kegiatan pembelajaran, siswa tampak

menekankan aktivitas siswa dari pada bingung, acuh tak acuh, bahkan ada sebagian

pendidik. Pada model konstruktivisme ini siswa yang sama sekali tidak

belajar merupakan suatu proses untuk memperhatikan penjelasan dari guru atau

pembentukan pengetahuan. Pembentukan temannya, cepat putus asa pada saat dalam

ini harus dilakukan individu yang belajar, ia menyelesaikan tugas. Hal ini yang demikian

harus aktif melakukan kegiatan, aktif dapat menunjukkan lunturnya atau

berfikir, menyusun konsep dan memberi memburuknya karakter atau kepribadian

makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru siswa baik di sekolah maupun di luar

memang dapat dan harus mengambil peran sekolah. Memburuknya karakter tersebut

untuk mengarahkan siswa, namun akhirnya berimplikasi martabat bangsa Indonesia

yang paling menentukan terwujudnya gejala yang dinilai rendah oleh bangsa lain.

belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri. Suyanto, (2001) menambahkan

Konstruktivisme memandang siswa sebagai bahwa peran guru sangat signifikan bagi

pribadi yang memiliki kemampuan awal keberhasilan proses pembelajaran, guru di

dalam mempelajari suatu pengetahuan yang kelas diharapkan dapat tampil sebagai sosok

baru. yang menarik, dapat memotivasi siswa

Berdasakan hasil pengamatan dan untuk berprastasi, dapat merumuskan

pengalaman selama ini, siswa yang kurang pertanyaan yang memerlukan jawaban

terbuka apabila mengalami kesulitan dalam secara kreatif, imajinatif, hipotetik dan

belajar baik kepada guru, teman maupun sintetik. Menurut Arikunto (1977), guru

orang lain. Terutama terhadap siswa yang adalah orang yang dipercaya untuk

mempunyai kemampuan di bawah rata-rata. menciptakan suasana kelas agar


Internaslisasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Konstruktivisme…, Oleh: Purniadi Putra: 75-88 84

pembelajaran dapat berhasil, berkualitas dan nilai-nilai karakter yang dikeluarkan oleh

bermakna. Kementerian Pendidikan Nasional

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal (Kemendiknas).

merupakan salah satu lembaga pendidikan Berdasarkan latar belakang di atas,

dasar yang secara spesifik mencanangkan maka penulis tertarik untuk membahas

dan menerapkan pendidikan karakter. Hal “Internalisasi Pendidikan Karakter dalam

itu setidaknya terlihat dari tujuan yang Pembelajaran IPA Melalui Model

hendak dicapai (visi misi madrasah) dan Konstruktivisme di Madrasah Ibtidaiyah

berbagai kegiatan yang menunjangnya Negeri Sebebal Kabupaten Sambas

seperti melalui kegiatan pembiasaan dan Kalimantan Barat”.

ekstrakurikuler. Kegiatan pembiasaan yang Dalam penulis ini, penulis mengangkat

dilakukan antara lain shalat dzuhur tentang masalah “Bagaimana Internalisasi

berjamaah, tadarus al-Qur’an, apel pagi dan Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA

lain sebagainya. Kemudian kegiatan Melalui Model Konstruktivisme di

ekstrakurikuler berupa kegiatan-kegiatan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal

pengembangan diri antara lain pramuka, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat? Apa

drum band, qiro’ah, qasidah. saja nilai-nilai Karakter Pada Pembelajaran

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal IPA Melalui Model Konstruktivisme di

beralamat di Jalan Desa Mak Jage Kecamatan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal

Tebas Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Tujuan

Pada Madrasah ini (khususnya kelas V), penulisan yaitu menganalisis,

pendidikan karakter implementasikan mengindentifikasi dan mendeskripsikan

secara implisit terintegrasi dengan kegiatan pendidikan karakter pada pembelajaran IPA

belajar mengajar di kelas. melalui Teori Konstruktivisme di Madrasah

Adapun nilai-nilai karakter yang Ibtidaiyah Negeri Sebebal Kabupaten

ditanamkan dalam pembelajaran IPA Sambas Kalimantan Barat.

melalui model konstruktivisme yaitu


2. METODE
Mandiri, kerja sama dan kesadaran. Nilai-
Jenis penelitian yang penulis
nilai karakter yang dikembangkan di
gunakan adalah penelitian lapangan (field
madrasah tersebut mengacu kepada konsep
research) dengan pengumpulan data yang
85 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

dilakukan secara langsung di lokasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal

penelitian untuk memperoleh informasi Kabupaten Sambas dalam pelaksanakan

terkait Internalisasi Pendidikan Karakter terdapat tiga tahapan yaitu perencanaan,

Pada Pembelajaran IPA Melalui Teori pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.

Konstruktivisme di Madrasah Ibtidaiyah Pada tahapan perencanaan, dalam kegiatan

Negeri Sebebal Kabupaten Sambas perancangan yang disusun meliputi

Kalimantan Barat. Penelitian dengan penyusunan kurikulum madrasah,

pendekatan deskriptif kualitatif yaitu pengembangan silabus, penyusunan RPP,

penelitian yang menggunakan pendekatan persiapan bahan/buku ajar, penyiapan

analisis non statistik atau data yang tidak media dan alat peraga IPA, menggunakan

menggunakan angka-angka. Jadi penulis model pembelajaran konstruktivisme.

mewujudkan hasilnya dalam bentuk kata- Pada tahapan pelaksanaan, pendidik

kata atau kalimat. Adapun posisi peneliti mata pelajaran IPA MIN Sebebal

adalah sebagai instrument kunci, menjalankan rancangan yang telah disusun

pengambilan sumber data dilakukan secara untuk diterapkan dalam kegiatan

purposive dan snowball. (Sugiyono, 2009 pembelajaran yang meliputi kegiatan

:15). Lokasi penelitian terletak di jalan Desa pendahuluan (awal), kegiatan inti dan

Mak Jage Kecamatan Tebas Kabupaten kegiatan penutup (akhir). Pada tahapan

Sambas. Pemilihan subjek penelitian evaluasi dan tindak lanjut, evaluasi yang

dilakukan secara purposive sampling dilakukan menggunakan teknik penilaian tes

terhadap pendidik, siswa kelas V dan kepala (uraian terbatas dan isian) dan nontes

sekolah. (observasi, portofolio, unjuk kerja, laporan

dan proyek). Tindak lanjut yang dilakukan


3. HASIL PENELITIAN memberikan tugas individu/kelompok (PR),
Adapun temuan penelitian yang di kegiatan proyek, kegiatan jam tambahan
dapatkan di lapangan tentang Internalisasi belajar.
Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Model pembelajaran konstruktivisme
Melalui Model Konstruktivisme di dapat mengembangkan pengetahuan bagi
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal peserta didik, melalui materi atau konsep
Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. yang dipelajari. Siswa melakukan sendiri
Pendidikan karakter pembelajaran IPA kegiatan penelitian atau pengamatan
Internaslisasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Konstruktivisme…, Oleh: Purniadi Putra: 75-88 86

langsung, menganalisis sesuai dengan akan mewujudkan suasana sosio-moral

materi yang dipelajari sehingga siswa dapat dalam kelas. (2) Membangun kesadaran diri

menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan kesadaran diri dapat ditemukan oleh siswa

pengalaman dan mengaitkannya dengan di ruang kelas ketika mereka menemukan

dunia nyata untuk menemukan fakta yang manfaat dari memahami kecerdasan

sesuai dengan kajian teori dan menemukan emosional. Salah satu dari keuntungan

makna dari apa yang dipelajarinya dan dalam belajar mengendalikan emosi. Orang

dapat bermanfaat bagi kehidupannya. dapat mengendalikan emosi dengan

Nilai karakter yang ditanamkan pada mengarahkan pemikiran mereka ke objek

pembelajaran IPA melalui model lain atau mencoba bersikap adil pada orang

Konstruktivisme di MIN Sebebal Kabupaten yang tingkah lakunya mengesalkan mereka.

Sambas terdiri atas nilai-nilai karakter (1) Pengendalian emosi berasumsi bahwa

Mandiri, adapun nilai karakter kemandirian menyadari perasaan saat-saat tertentu, yaitu

siswa di MIN Sebebal adalah kepercayaan pada saat seseorang mengalami perasaan

siswa terhadap kemampuan dalam tersebut. Nilai karakter (3) kerjasama,

membangun mata pelajaran sendiri. kerjasama adalah komponen penting dalam

Pembelajaran IPA model konstruktivisme system pembelajaran konstruktif, misalnya

membantu siswa untuk berpikir dan bekerja sama dengan teman di kelas pada

bertindak serta mengembangkan sikap pembelajaran mandiri biasanya bekerjasama

mandiri. Selain itu juga pendekatan dalam kelompok kelompok kecil dan

kontstruktivisme ini dapat menimbulkan otonomi. Kehidupan yang alami adalah

spontanitas secara tidak sadar dalam berinteraksi, bekerjasama, dan berhubungan

melaksanakan tugas secara sendiri. Adapun dengan orang lain. Mahluk hidup

komponen pembelajaran konstruktivisme membentuk kelompok dan bergabung

dapat memunculkan daya inisiatif, kreatif menciptakan bentuk kehidupan yang baru

dan keyakinan anak terhadap kemampuan yang terdiri dari beragam organisme. Alam

pada diri siswa, menumbuhkan sikap dapat bekerjasama, tidak bersaing. Kesuksesan

menerima diri sendiri dan siswa saling adalah sesuatu yang dibagi bersama.

menghargai dan memahami perbedaannya Nilai karakter pendukung yang

diantara siswa satu dengan yang lain yang ditanamkan yaitu rasa ingin tahu, gemar
87 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

melakukan, teliti, percaya diri, keberanian, Konstruktivisme di MIN Sebebal

religius dan peduli lingkungan. Kabupaten Sambas terdiri atas nilai-nilai

karakter.
4. KESIMPULAN 1) Mandiri, adapun nilai karakter
Berdasarkan hasil penelitian yang kemandirian siswa di MIN Sebebal
disimpukan ini akan dikemukakan beberapa adalah kepercayaan siswa terhadap
implikasi yang dianggap relevan dengan kemampuan dalam membangun mata
penelitian, implikasi tersebut antara lain pelajaran sendiri.
sebagai berikut : 2) Membangun kesadaran diri kesadaran
a. Pendidikan karakter pembelajaran IPA di diri dapat ditemukan oleh siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sebebal ruang kelas pada saat mereka
Kabupaten Sambas dalam pelaksanakan menemukan manfaat dari memahami
terdapat tiga tahapan yaitu perencanaan, kecerdasan emosional.
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. 3) Kerjasama adalah komponen penting
Pada tahapan perencanaan, meliputi dalam sistem pembelajaran
kurikulum madrasah, pengembangan konstruktif, misalnya bekerja sama
silabus, penyusunan RPP, persiapan dengan teman di kelas pada
bahan/buku ajar, penyiapan media dan pembelajaran mandiri yang biasanya
alat peraga IPA, menggunakan model bekerjasama dalam bentuk kelompok
pembelajaran konstruktivisme. Pada kecil dan otonomi.
tahapan pelaksanaan, pendidik mata
RUJUKAN
pelajaran IPA MIN Sebebal meliputi

kegiatan pendahuluan (awal), kegiatan [1] Asis, Saefuddin, (2014). Pembelajaran


Efektif. Bandung: PT. Remaja
inti dan kegiatan penutup (akhir). Pada Rosdakarya.
tahapan evaluasi dan tindak lanjut, [2] Azzet, Akhmad Muhaimin (2011),
Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,
evaluasi yang dilakukan menggunakan Jogjakarta: AR-Ruzzmedia.
teknik penilaian tes (uraian terbatas dan [3] A, Doni Koesoema, (2007). Pendidikan
Karakter: Strategi Mendidik Anak di
isian) dan nontes (observasi, portofolio, Zaman Global, Jakarta: Grasindo.
unjuk kerja, laporan dan proyek). [4] Lickona, Thomas. (1991), Educating for
Character: How Our School Can Teach
b. Nilai karakter yang ditanamkan pada Respect and Responsibility, New York,
pembelajaran IPA melalui model
Internaslisasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Konstruktivisme…, Oleh: Purniadi Putra: 75-88 88

Toronto, London, Sydney, Aucland:


Bantam Books.
[5] Licona, Thomas, (2015) Educating For
Character; Mendidik Untuk Membentuk
Karakter, terj. Juma Abdu Wamaungo
Jakarta: Bumi Aksara.
[6] Majid Abdul dan Dian Andayani,
(2013), Pendidikan Karakter Perspektif
Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
[7] Megawangi, Ratna. (2007), Pendidikan
Karakter Solusi Yang Tepat Untuk
Membangun Bangsa, Cet. II (Jakarta:
Indonesia heritage Foundation.
[8] Muchlas Samani & Hariyanto, (2011).
Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[9] Qowaid, dkk., (2007), Inovasi
Pembelajaran PAI, Jakarta: Pena
Citrasatria
[10] Rahma, Eny Abdullah Aly, (1998). Ilmu
Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
[11] Sugiyono, (2009). Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta.
[12] Suyanto. Februari (2001), Guru
Profesional dan Efektif. Kompas.
[13] Tim Redaksi Tessaurus Bahasa
Indonesia, (2008) Tesaurus Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
[14] Winasanjaya, (2005). Pembelajaran
dalam implementasi kurikulum berbasis
kompetensi. Jakarta: Kencana.
[15] Wiyani ovan Ardy. (2012), Pendidikan
Karakter Berbasis Iman dan Taqwa,
Yogyakarta: Teras.
[16] Zubaedi, (2013), Desain Pendidikan
Karakter :Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai