Anda di halaman 1dari 8

M – IV

GRAIN COUNTING

4.1 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya pengujian grain counting diantaranya adalah :
1. Memahami prinsip kerja pengujian Grain Counting
2. Memahami peralatan yang digunakan dalam pengujian beradasarkan prinsip
kerjanya.
3. Menentukan kadar mineral kasiterit (SnO2)

4.2 Landasan Teori


4.2.1 Mineral
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki
sifat fisik dan kimia. tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungan lainnya
yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
Mineral oksida adalah kelas mineral yang beragam. Terbentuk sebagai
akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Banyak
oksida berwarna hitam tetapi yang lain bisa sangat berwarna-warni. Keragaman
oksida diakibatkan oleh kelimpahan oksigen di kerak bumi. Oksida mengandung
ikatan ionik tertentu yang bisa dijadikan patokan untuk membedakan golongan
mineral oksida dengan kelompok mineral lain di alam. Secara umum mineral
oksida selalu berkesinambungan dengan mineral hidroksida. Unsur yang paling
utama dalam golongan oksida adalah besi , mangan , timah dan alumunium. 
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah hematit (Fe2O3) , kassiterit
(SnO2) dan corundum (Al2O3).
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O).Susunannya lebih
sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding
mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur
yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan
aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O),
korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

IV - 1
IV - 2

Salah satu contoh mineral oksida yaitu Kasiterit (SnO2), Deskripsi


kasiterit :
1. Sistem Kristal : Tetragonal
2. Warna             : Kuning , coklat , kemerahan ,kecoklatan
3. Cerat              : Putih , keabuan atau kecoklatan
4. Belahan          : Sempurna
5. Fracture          : Choncoidal
6. Kekerasan      : 6 – 7 Skala Mohs
7. Massa jenis     : 6,8 – 7,1 g/cm3 
8. Genesis          : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur
tinggi.
9. Kegunaan : Sumber logam timah.  

Sumber : ekoge, 2016


Foto 4.1
Mineral Kasiterit
4.2.2 Pengertian Kasiterit
Kasiterit merupakan salah satu mineral dioksida sebagai bahan baku bijih
timah. Istilah kasiterit berasal dari bahasa yunani kassiteros yang memiliki arti
timah. Kasiterit merupakan mineral dengan suhu yang tinggi. Tingkat
kekerasannya mencapai 6 sampai 7 pada skala mohs. Mineral ini sering
ditemukan bersamaan dengan bijih tungsten (wolfram). Mineral kasiterit ini
tersebar luas di Indonesia dan juga selain Indonesia.
Mineral kasiterit (Sn02). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit
yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen
(intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi
elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak
melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka
terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
IV - 3

4.2.3 Pengolahan Mineral


Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara
fisik. Tujuan dari pengolahan mineral adalah meningkatkan kadar logam
berharga dengan cara membuang bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan.
Secara umum, setelah proses mineral dressing akan dihasilkan tiga
kategori produk :
1. Konsentrat, dimana logam-logam berharga terkumpul dan dengan demikian
kadarnya menjadi tinggi.
2. Tailing, dimana bahan-bahan tidak berharga (bahan ikutan, gangue mineral)
terkumpul.
3. Middling, yang merupakan bahan pertengahan antara konsentrat dan tailing.
Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat
tergantung pada jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya.
Pemilihan teknik didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral
yang ada dalam bijih tersebut.
4.2.4 Grain Counting
Grain counting merupakan cara sederhana secara manual untuk
memperkirakan kadar hasil sampling. Cara melakukan teknik ini adalah dengan
menjatuhkan sebagian sampel kedalam suatu kotak persegi dengan ukuran
tertentu, kemudian banyaknya masing-masing butir (konsentrat dan tailing dalam
kotak) dihitung. Agar ketelian tetap terjaga maka ukuran butir antara mineral
berharga dengan pengotornya haruslah sama serta mudah dipisah.

Sumber : Andy Yahya, 2013.


Foto 4.2
Ilustrasi Grain Counting

Grain Counting menggunakan batuan alat sejenis kertas ukur (milimeter


block) berukuran 10 x 10 cm2 atau lebih yang terbagi dalam beberapa bagian
IV - 4

dengan ukuran 1 x 1 cm2 atau 0,5 x 0,5 cm2, kegiatan ini dilakukan untuk
mengadakan pemisahan terhadap material yang berbeda dalam sifat fisiknya
dengan tujuan untuk menentukan kadar suatu mineral. Proses identifikasi butiran
biasanya dilakukan menggunakan bantuan mikroskop binokuler.
Perhitungan untuk menentukan kadar mineral concentrate hasil grain
counting dapat dilihat persamaan dibawah ini: (bila bahan yang dipakai berupa
kalsiterit atau kuarsa)

Sumber : Syardilla Pabwi, 2014


Foto 4.3
Grain Counting.
Grain counting kegiatan yang dilakukan ini untuk mengadakan pemisahan
terhadap material yang berbeda dalam sifat fisiknya dengan tujuan untuk
menentukan kadar suatu mineral. Biasanya proses identifikasi butiran biasanya
dilakukan menggunakan bantuan mikroskop binokuler, dengan standar
operasional prosedur untuk mengukur ASTM rata ukuran butir non struktur butir
sama sumbu. Ada dua metode yang dilakukan yaitu :
1. Lineal intercept prosedur
Ukuran butir rata-rata diperkirakan dengan menghitung jumlah butir jika
dicegat oleh satu atau lebih garis lurus yang cukup panjang, kombinasikan
panjang garis uji dan pembesaran sehingga satu bidang akan menghasilkan
jumlah yang diperlukan, bila garis lurus pada tes terletak pada biji-bijian
maka akan berkurannya presisi rata-rata per barisnya dan akan semakin
rendah.

2. Edaran intercept prosedur


IV - 5

Perhitungan untuk menentukan kadar suatu mineral konsentrat dari


hasil.grain counting dapat dilihat persamaan dibawah ini (bila bahan yang
digunakan berupa kasiterit dan kuarsa :
3. Prosedur Hilliard Single – Lingkaran
4. Prosedur Abrams Tiga Lingkaran

Sumber : Andi Yahya, 2013


Gambar 4.4
Sketsa Grain Counting
Umumnya untuk non-struktur sama-sumbu, informasi lebih lanjut dapat
diperoleh dengan membuat penentuan ukuran arah terpisah di sepanjang garis
paralel yang bertepatan dengan semua tiga arah utama dari spesimen. Oleh
karena itu, longitudinal (l), melintang (t) dan pesawat (p) bagian spesimen yang
digunakan. Jumlah persimpangan dihitung. (Intersepsi adalah sebuah titik di
mana garis uji dipotong oleh batas butir.)

4.3 Alat dan Bahan


4.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian grain counting batuan tersebut,
yakni
1. Timbangan
2. Splitter
3. Alas plastik/karpet
4. Sendok
5. Nampan/wajan
6. Kantong plastic
7. Mikroskop/loope
IV - 6

8. Corong
9. Papan grain counting
4.3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada pengujian grain counting ini
diantarany sebagai berikut :
1. Mineral kasiterit (SnO2), dengan ukuran – 40 + 70 # dan – 70 #
2. Mineral kuarsa (SiO2), dengan ukuran – 40 + 70 # dan – 70 #
3. Total berat kuarsa dan kasiterit sebanyak 500 gr

4.4 Prosedur
Pengujiuan grain counting batuan dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
1. Lakukan mixing/blending kurang lebih 20 kali
2. Lakukan coning dan quartering
3. Reduksi jumlahnya dengan splitter, sehingga didapat sampel sebanyak 3 gr.
4. Taburkan secara merata pada papan grain counting yang berukuran 10 x 10
cm2
5. Hitung jumlah butir kuarsa dan kasiterit pada setiap kotak yang berukuran 1 x
1 cm2 dengan batuan loope atau ukuran 0,5 x 0,5 cm2 dengan mikroskop
6. Hitung kadar kasiterit untuk masing-masing kotak
7. Hitung kadar rata-rata Kasiterit total
8. Buatlah tabel perhitungan seperti berikut
Tabel 4.1
Tabel Perhitungan Grain Counting
Feed (F) Konsentrasi (C) Tailing (T)
Mineral Kadar Kadar
Berat (gr) Berat (gr) Berat (gr) Kadar%
% %
SnO2
SiO2

Sumber : Data Praktikan, 2020


IV - 7

4.5 Rumus yang Digunakan


Rumus yang digunakan dalam praktikum grain counting ini diantaranya
yaitu sebagai berikut :
1. Grain Counting
nSnO2 x PSnO2
KSnO2= x 100 %
( nsno2 x pSno2 ) +( nSio2 x pSio2)
......................................................................(4.1)
IV - 8

DAFTAR PUSTAKA

1. Arriqo, Arfaq. 2014. ”Mineral Oksida”. arriqofauqi.blogspot.co.id. Diakses


pada tanggal 3 Maret 2020.

2. Anonim. 2013. “BAB II Coning Quartering and Counting”


dokumen.tips/documents/bab-ii-pbg.html Diakses pada tanggal 3 Maret
2020.

3. Iqbal. 2014. “Pengolahan Mineral”. legenda-jepang.blogspot.co.id Diakses


pada tanggal 1 Maret 2020.

4. Habib, Fadlan, Oktober 2013. "Grain Counting". id.scribd.com. Diakses pada


tanggal 3 Maret 2020.

IV - 8

Anda mungkin juga menyukai