*Email: edesurya@gmail.com
Latar Belakang dan Tujuan: Kesehatan adalah elemen terpenting sebagai kunci
kemampuan seseorang untuk hidup produktif. Sedemikian pentingnya kesehatan, hingga
pemerintah melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun
1945 Pasal 28H Ayat 1 telah menegaskan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh kesehatan”. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menciptakan
kesehatan, salah satunya dengan berperilaku hidup sehat yang didukung dengan kebijakan
kesehatan yang pro rakyat serta pelayanan kesehatan yang baik dengan berbasis pada
keterlibatan aktif masyarakat. Adapun keterlibatan masyarakat dapat dibangun dimulai dari
tingkat desa. Memahami akan hal tersebut, dan sebagai bagian dari perguruan tinggi yang
selalu menjalankan tri dharma perguruan tinggi, salah satunya di bidang pengabdian
masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerja sama dengan
pemerintah provinsi Jawa Barat untuk memenuhi target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat 2013-2018 di bidang kesehatan dalam
bentuk kegiatan riset kreatif di Kabupaten Cianjur. Riset kreatif ini mencoba memberi
pemahaman kepada masyarakat bahwa pembanguan kesehatan tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah, melainkan perlu keterlibatan seluruh eleman masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat dari tingkat desa. Dalam sudut pandang kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh masyarakat
baik dengan maupun tanpa campur tangan dari pihak luar untuk memperbaiki kondisi yang
berpengaruh dalam kesehatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung
(Adisasmito, 2012), dengan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki. Tujuan riset
kreatif ini adalah meningkatkan derajat kesehatan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat,
yaitu peningkatan PHBS di tatanan rumah tangga melalui aktivasi UKBM Desa.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi kohort prospektif
dengan sampel sebanyak 25 rumah tangga. Dengan desain studi ini, faktor risiko bagi
populasi diukur pada awal penelitian melalui survey cepat (rapid survey) pada sampel dan
diikuti dengan Future Dialogue (FD) bersama seluruh elemen masyarakat desa. Setelah
faktor risiko ditentukan, kemudian sampel populasi diikuti dan diberikan paparan dalam
bentuk kegiatan intervensi selama 6 (enam) bulan untuk mengetahui efeknya bagi
peningkatan sanitasi dan kesehatan lingkungan. Adapun bentuk intervensi yang diberikan
dalam studi ini ialah pendidikan kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
khususnya mengenai perilaku cuci tangan, pendidikan pengelolaan sampah, serta
pembangunan tangki septik percontohan. Setelah diberikan intervensi, kembali dilakukan
survey cepat pada sampel yang sama untuk mengukur peningkatan perilaku sanitasi dan
juga kesehatan lingkungan.
Hasil: Berdasarkan hasil survey cepat pada 25 sampel rumah tangga di masing-masing
desa, didapatkan informasi bahwa masalah perilaku mencuci tangan dengan air bersih
mengalir dan sabun merupakan faktor risiko kesehatan utama di Desa Sukaresmi dan Desa
Cikancana, dengan persentase penerapannya ialah 0%. Adapun berdasarkan hasil Future
Dialogue (FD), didapatkan masalah pengelolaan sampah dan perilaku Buang Air Besar
(BAB) tanpa menggunakan tangki septik sebagai faktor kesehatan berikutnya yang
membutuhkan paparan dalam bentuk intervensi. Adapun setelah diberikan intervensi,
dilakukan kembali survey cepat dengan hasil peningkatan hingga 96% untuk penerapan
perilaku cuci tangan secara baik dan benar dengan menggunakan air bersih mengalir dan
sabun pada waktu sebelum makan, sesudah BAB, sebelum memegang bayi, setelah
menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan sesuai dengan indikator nasional.
Selain itu, telah terbentuk sentra masyarakat berupa 1 bank sampah desa yang diperkirakan
mampu menanggulangi 25% masalah kesehatan lingkungan dalam jangka pendek dan lebih
dari 70% dalam jangka panjang serta telah dibangunnya 10 wc umum percontohan dengan
tangki septik yang dikelola untuk menekan masalah kesehatan lingkungan yang menurut
perhitungan mampu meningkatkan perilaku BAB di fasilitas dengan tangki septik hingga
9,6%.