B. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya diare (Manalu, 2015) yaitu:
1. Sanitasi Lingkungan, seperti:
a. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, air dapat menjadi media dari berbagai macam
penularan penyakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jufri Yadin di
wilayah pesisir Puskesmas Lalowaru Kabupaten Konawe Selatan bahwa
dari 61 responden yang diteliti lebih banyak memiliki penyediaan air bersih
yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 15 orang (24,6%), sedangkan
responden yang memiliki penyediaan air bersih yang memenuhi syarat
yaitu sebanyak 46 orang (75,4%).
b. Penyediaan Jamban
Jamban yang sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif
untuk memutus mata rantai penularan penyakit (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Resty Aprilia Utami di wilayah
pesisir kecamatan Kota Agung dapat diketahui bahwa sebagian besar
kondisi jamban penduduk Kelurahan Pasar Madang ini tidak memenuhi
syarat yakni sebanyak 12 orang (63,16%), sedangkan kondisi jamban yang
memenuhi syarat yakni sebanyak 7 orang (36,84%) dan yang tidak
memiliki jamban sebanyak 12 orang (38,70%).
c. Pengelolaan Sampah
Sampah berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dan status
kesehatan masyarakat. Volume dan komposisi sampah dipengaruhi oleh
pola aktifitas dan kehidupan masyarakat. Sampah yang dibuang begitu saja
akan mudah mencemari lingkungan dan membahayakan masyarakat. Salah
satu penyakit akibat pengelolaan sampah yang tidak baik adalah diare
(Junias, 2008).
Untuk itu dalam penanganan sampah berbagi cara dilakukan untuk
memusnahkan sampah sehingga tidak menjadi sarang binatang dan
mengotori lingkungan sekitar. tempat sampah semi permanen dan tidak
memenuhi syarat sehingga berpotensi untuk menjadi media transmisi
karena sampah dibiarkan terbuka begitu saja. Cara penanganan sampah
yang paling banyak dilakukan di Desa Waitina adalah dibuang ke laut
sebab selain berdekatan dengan tempat tinggal mereka, laut juga
merupakan lahan yang tepat untuk membuang sampah sebab mereka tidak
perlu repot untuk menyediakan lahan di sekitar rumah mereka. Padahal
pembuangan sampah ke dalam laut akan menimbulkan berbagi dampak
negatif serta menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jufri Yadin di wilayah pesisir
Puskesmas Lalowaru Kabupaten Konawe Selatan bahwa dari 61 responden
yang diteliti lebih banyak memiliki pengolahan sampah yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 36 orang (59%), sedangkan responden
yang memiliki pengolahan sampah yang memenuhi syarat yaitu sebanyak
25 orang (41%).
d. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah merupakan sisa air rumah tangga, industri dan tempat-
tempat umum lainnya yang pada umumnya mengandung bahan-bahan
yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kualitas fisik
tempat sampah dan SPAL dengan diare di Desa Waitina. Hal ini sejalan
dengan penelitian Nugraheni tahun 2012 yang dilakukan di daerah pesisir
Kota Semarang. Pengelolaan sampah sampai saat ini masih menjadi
masalah yang cukup kompleks yang dihadapi masyarakat di desa pesisir
Kecamtan Mangoli Timur, sebab tidak adanya tempat pembuangan sampah
umum serta mobil pengangkut sampah seperti yang ada di perkotaan pada
umumnya sehingga hal ini menjadikan responden kesulitan dalam
penanganan sampah rumah tangga.
e. Rumah Sehat
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah sehat ditentukan oleh
tersedianya sarana sanitasi perumahan. Ada 8 komponen sebagai syarat
rumah dikatakan sehat yakni adanya langitlangit, dinding permanen,
jendela (kamar tidur), lantai dari semen, fentilasi, sarana pembuangan asap
dapur, jendela (ruang tamu dan ruang keluarga), dan pencahayaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Resty Aprilia Utami di wilayah
pesisir kecamatan Kota Agung yang sudah memenuhi syarat komponen
rumah sehat sebanyak 18 orang (58,03%), sedangkan rumah penduduk
yang tidak memenuhi syarat komponen rumah sehat sebanyak 13 orang
(41,97%). Hal tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat di lingkungan
04 Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kota Agung ini masih kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya memenuhi persyaratan daripada
komponen rumah sehat tersebut.
2. Kebersihan Diri
Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
maupun psikis. Seseorang dapat dikatakan memiliki kebersihan diri yang baik
adalah apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang
meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia.
C. Kepercayaan
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang
maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang
dihadapi.
Tabu merupakan larangan yang diturunkan secara turun temurun dan
menjadi kepercayaan suatu masyarakat, dapat menjadi pedoman di masyarakat.
Pandangan masyarakat terhadap tabu mencapai paling tinggi 94,5 % sangat
setuju bahwa jamban harus bersih dan tinja bersifat negatif/najis. Kepercayaan
merupakan cerminan keyakinan individu yang berkembang di masyarakat.
Pertanyaan terkait kepercayaan mencapai paling tinggi 93 % sangat setuju
bahwa menggunakan jamban merupakan salah satu ketaatan terhadap agama.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan Mila Mardotillah, dkk di
Kelurahan Rancanumpang bahwa kepercayaan lebih mengarah kepada
kepercayaan agama yang dianut oleh penduduk Ketaatan dan kepercayaan
kepada agama mendorong penduduk untuk menggunakan jamban sehat.
Kepercayaan merupakan salah satu ciri kebudayaan yang dibangun di tengah
masyarakat. Kepercayaan merupakan landasan dalam melakukan perubahan
perilaku di masyarakat agar pengetahuan yang diberikan dapat diterima dan
dilaksanakan oleh masyarakat (Kiefer, 2007). Sistem kepercayaan dalam
masyarakat dapat membangun suatu pengetahuan baru yang yang disepakati.
Dalam pandangan terhadap jamban, terdapat persamaan kepercayaan responden
bahwa jamban sehat merupakan cermin ketaatan kepada Tuhan. Cairan tubuh
termasuk tinja merupakan bagian dari tubuh manusia dan memerlukan
penanganan dalam menyelesaikannya dengan cara pembuatan jamban.
Penyelesaian masalah tersebut berdasarkan pengetahuan dari masyarakat baik
dengan cara mencari sendiri maupun melalui agen-agen penggerak.
Pengetahuan itu adalah salah satu simbol proses sosial sebagai hasil dari
transmisi kepercayaan yang tertanam dalam pikiran orang yang percaya
(Douglas, 1984).
D. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh
dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena
informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
Mereka akan melakukan penanganan terjadinya diare sesuai dengan apa yang
mereka lihat di lingkungannya. Biasanya mereka mengetahui penanganan diare
secara sederhana sebagai penanganan pertama yaitu dengan menggunakan oralit.
Budaya merupakan suatu tatanan yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia
sebagai bagian masyarakat (Hawkins, 2012). Habit ditemukan pada kelompok
kasus penderita diare yaitu kepercayaan mencuci tangan, kebiasaan mandi di
sungai bersama saat pagi hari, kebiasaan mencuci peralatan masak/alat dapur
menggunakan air sungai, kebiasaan mencuci pakaian di sungai, dan kebiasaan
memasak air sungai untuk di konsumsi. Budaya adalah suatu pandangan hidup
dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan
simbolsimbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan
melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga
kebudayaan yang ada didapatkan dari warisan nilai-nilai yang ada sejak dulu.
Budaya merupakan aspek yang sangat erat kaitannya dengan kehidapan di
masyarakat. Budaya merupakan aspek yang susah dihilangkan, namun dapat
berubah secara perlahan dan bertahap mengikuti perkembangan zaman
(Adisasmito, 2007). Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh
terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, ketika
manusia terbiasa menggunakan air sungai sejak kecil, akan sulit diubah
kebiasaan makannya setelah dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Jufri Yadin. 2017. Determinan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Pesisir
Puskesmas Lalowaru Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017. 2 (17): 1-
13.