Anda di halaman 1dari 7

E.

Angka Cakupan Pelayanan Penderita Diare

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar, dengan
kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang
terpapar virus, bakteri, atau parasit.Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia
dan juga merupakan penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai
dengan kematian.

Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat
memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika
tidak terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan
penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis.

Cakupan Pelayanan Penderita Diare pada tahun 2017

Target cakupan pelayanan penderita Diare semua umur (SU) yang datang ke sarana
kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita Diare SU (Insidens Diare SU dikali
jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam satu tahun.Tahun 2016 jumlah penderita Diare
SU yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 3.176.079 penderita dan terjadi peningkatan
pada tahun 2017 yaitu menjadi 4.274.790 penderita atau 60,4% dari perkiraan diare di sarana
kesehatan.Insiden diare semua umur secara Nasional adalah 270/1.000 penduduk (Rapid
Survey Diare tahun 2015).

Target cakupan pelayanan penderita Diare Balita yang datang ke sarana kesehatan adalah
10% dari perkiraan hujan penderita Diare Balita (Insidens Diare Balita dikali jumlah Balita
disatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun).Gambar dibawah ini adalah cakupan pelayanan
penderita Diare Balita secara Nasional tahun 2017,dengan Provinsi tertinggi yaitu Provinsi
Nusa Tenggara Barat(96,94%),Kalimantan Utara(63,43%) dan Kalimantan
Timur(56,91%)sedangkan Provinsi terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (17,78%,Sumatera
Utara(15,40) dan Papua Barat(4,06%).
Cakupan Pelayanan Penderita Diare pada tahun 2018
Target cakupan pelayanan Penderita Diare Balita yang datang ke sarana kesehatan
adalah 20% dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita (Insidens Diare Balita dikali
jumlah Balita di satu Wilayah kerja dalam waktu satu tahun).Tahun 2018 jumlah
penderita Diare Balita yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 1.637.708 atau 40,90%
dari perkiraan Diare di sarana kesehatan.
Target cakupan pelayanan penderita Diare semua umur (SU) yang datang ke sarana
kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita Diare SU (Insidend Diare SU
dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun).Tahun 2017
jumlah penderita Diare SU yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790
penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau
62,93% dari perkiraan Diare di sarana kesehatan. Insiden diare semua umur secara
Nasional adalah 270/1.000 penduduk (Rapid Survey Diare tahun 2015).
F. Angka Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah
penyakit. Istilah "KLB" dengan "wabah" sering tertukar dipakai oleh masyarakat, tetapi
istilah "wabah" digunakan untuk kondisi yang lebih parah dan luas. ] Istilah KLB dapat
dikatakan sebagai peringatan sebelum terjadinya wabah.

Indonesia merupakan negara berkembang sekaligus memiliki kompleksitas masalah dalam


bidang kesehatan. Tidak dapat dipungkiri, Indonesia menyandang Triple Burden Diseases
dengan angka penyakit menular yang masih tinggi,penyakit tidak menular yang terus
berkembang, dan penyaki Re-emerging.Yang marak terjadi. Penyakit menular dan Re-
emerging disease ini dapat berpotensi sebagai wabah atau kejadian luar biasa (KLB).Kejadian
luar biasa (KLB) di Indonesia masih cukup menjadi perhatian dunia kesehatan. Hal ini
dikarenakan oleh tingginya angka KLB menjadi salah satu indikator kesuksesan upaya
preventif bidang kesehatan dalam bidang surveillans epidemiologi. Apabila KLB terjadi di
suatu daerah, maka tim surveillans epidemiologi harus cepat melaksanakan penyelidikan
epidemiologi (PE) guna untuk mencegah distribusi penyakit.Kementerian Kesehatan RI
dalam UU RI No. 4 tahun 1984 telah mengatur tentang Wabah Penyakit Menular yakni
wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya
suatupenyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menim
bulkan malapetaka.

Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2017

Tahun 2017 terjadi 21 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare yang tersebar di 12 Provinsi,17
Kabupaten/Kota. Kabupaten Polewali Mandar,Pohuwato,Lampung Tengah dan Merauke
masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang
(CFR 1,97%).
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2018

Terjadi 10 kali KLB Diare pada Tahun 2018 yang tersebar di 8 Provinsi, 8 Kabupaten/Kota.
Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buru masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah
penderita 756 orang dan kematian 36 orang (CFR 4,76%).

Angka kematian (CFR) saatKLB Diare diharapkan <1%.Tabel 6.4 menunjukkan bahwa CFR
saat KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR pada Saat KLB sebesar
0,40%, sedangkan tahun 2018 CFR Diare saat KLB mengalami peningkatan dibidang tahun
2017 yaitu menjadi 4,76%.

G. Upaya Pencegahan Penyakit Diare


Ada tiga tingkatan pencegahan penyakit Diare , pencegahan Tingkat pertama(Primary
Prevention),Tingkatan kedua (Secondary Prevention) dan Tingkatan ketiga (Tertiary
Prevention).
1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan Tingkat Pertama dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk
menghilangkan faktor resiko terhadap diare, Tindakan yang dilakukan yaitu, menggunakan
air bersih ,menggunakan jamban sehat dan mencuci tangan dengan sabun. Cuci tangan pakai
sabun merupakan salah satu perilaku non- kesehatan yang berpengaruh terhadap status
kesehatan balita. Jari tangan adalah salah satu jalur masuknya virus, bakteri dan patogen
penyebab diare ke makanan.Dengan pola seperti ini, salah satu bentuk perilaku efektif dan
efisien dalam upaya pencegahan dan pencemaran adalah cuci tangan.

2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat kedua ditujukan kepada anak yang telah menderita diare,tindakan yang
dilakukan yaitu berikan penderita lebih banyak cairan dari biasanya seperti orasit atau larutan
gula garam untuk mencegah dehidrasi serta pemberian makanan yang mudah di cerna dan
dapat diserap zat-zat gizinya seperti bubur tempe.Keadaan diare berhubungan dengan
penurunan nafsu makan sehingga sangat membutuhkan makanan yang mengandung zat
gizi.Tempe merupakan pilihan makanan yang tepat untuk diberikan pada penderita diare,
tempe mempunyai kandungan protein yang tinggi dan jenis asam amino esensial yang mudah
dicerna dan di serap oleh tubuh.Tempe mengandung zat antimikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif sehingga dapat memperbaiki gangguan pencernaan seperti
Diare.

3. Pencegahan Tingkat ketiga ( Tertiary Prevention )

Pencegahan tingkatketiga ditujukan kepada penderita penyakit penyakit Diare dengan


maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang
dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibatdiare
disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dalam tubuh.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5215/11.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Ariani,2017.Diare Pencegahan dan Pengobatanya.Yogyakarta; Nuha Medika

Profil kesehatan Indonesia tahun 2017

Profil kesehatan tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai