Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) / GAGAL GINJAL KRONIK

A. Konsep Gagal Ginjal Kronik


1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit gagal ginjal kronis
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversible dan samar (insidius) dimana kemampuan
tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolik (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga
tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada didalam
tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme lainnya
serta keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Kasifikasi
Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan melalui
penghitungan nilai Glumerular Filtration Rate (GFR) dengan melihat kadar
kreatinin. Kreatinin adalah produk sisa yang berasal dari aktivitas otot yang
seharusmnya disaring dari dalam darah oleh ginjal yang sehat.
Tabel klasifikasi dari CKD
No Deskripsi GFR (ml/menit/1.73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR ˃ 90
normal atau meninggi.

1
2 Penurunan ringan GFR 60-89
3 Penurunan moderat GFR 30-59
4 Penurunan berat GFR 15-29
5 Gagal ginjal ˂ 15 atau dialysis

3. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Price dan Wilson (2006) dibagi
menjadi delapan, antara lain :
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus
sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif : sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,
netroperitoneal; sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur
uretra, anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Faktor risiko gagal ginjal kronik yaitu pada pasien dengan diabetes mellitus
atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan
individu dengan riwayat DM, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga
(National Kidney Foundation, 2009).

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut :

2
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas akibat perkikarditis, efusi
perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kusmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau amonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kaki sehingga selalu digerakkan), burning
feet syndrome (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki),
tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas)
e. Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipokalsemia.
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritropetin,
sehingga rangsangan eritropoeisis pada sumsum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi thrombosis dan trombositopeni

3
5. Patofisiologi
Infeksi atau (ISK) Glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit vaskuler,
adanya zat toksik serta penyakit kongenital dapat mempengaruhi GFR,
khususnya penyakit vaskuler dapat menghambat suplai darah ke ginjal.
Hal ini menyebabkan GFR ginjal menjadi turun. Kondisi ini menyebabkan
kerusakan sebagian nefron. Nefron yang utuh mencoba untuk meningkatkan
reabsorbsi dan filtrasi, sehingga terjadilah hipertrofi nefron, yang akan
meningkatkan jumlah nefron yang rusak, selanjutnya karena jumlah nefron
yang bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produksi sisa, dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 8-90 %.
Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah.
Gagal ginjal kronis juga akan mempengaruhi aktivitas RAA, dimana
renin akan diproduksi dan akan merangsang angiotensis I yang selanjutnya
akan diubah menjadi angiotensis II dan akan merangsang sekresi aldosterone.
Proses ini akan menyebabkan retensi natrium dn air sehingga terjadi
peningkatan tekanan kapiler serta pada akhirnya mempengaruhi volume
interstisial yang meningkat. Pada penderita gagal ginjal kronik akan timbul
sebagai kondisi edema yang biasanya terjadi pada area ektremitas.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan kedalam urin) tertimbun dalam darah, terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap system tubuh, semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin betambah, kemudian timbul kondisi
perpostamia yang akan menimbulkan kondisi gatal pada kulit. Sindrom
uremia juga akan menyebabkan gangguan asam basa dalam metabolisme
tubuh yang akan mempengaruhi produksi asam yang akan mengiritasi
lambung.

4
6. Pathway

Pathway Chronic Kidney Disease (CKD)/ Gagal Ginjal Kronik


7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

5
1) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
 Ureum kreatinin.
 Asam urat serum.
2) Identifikasi etiologi gagal ginjal
 Analisis urin rutin, Mikrobiologi urin, Kimia darah, Elektrolit,
Imunodiagnosis.
3) Identifikasi perjalanan penyakit
 Progresifitas penurunan fungsi ginjal
 Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT).
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita    : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
4) Hemopoesis   : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
 Elektrolit        : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
 Endokrin        : PTH dan T3,T4
 Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk  
ginjal, misalnya: infark miokard.
b. Diagnostik
1) Foto polos abdomen, USG, Nefrotogram, Pielografi retrograde,
Pielografi antegrade, Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
Ret Rogram, USG.

8. Komplikasi
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat

6
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah
selama hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. neuropati perifer
j. hiperuremia

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu:
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya edema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialisis
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritoneal Dialisis)
2) Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invasive di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialisis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan : AV

7
fistula, yaitu menggabungkan vena dan arteri; double lument , yaitu
langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway
 Lidah jatuh kebelakang
 Benda asing/ darah pada rongga mulut
 Adanya sekret
b. Breathing
 Pasien sesak nafas dan cepat letih
 Pernafasan Kusmaul
 Dispnea
 Nafas berbau amoniak
c. Circulation
 TD meningkat
 Nadi kuat
 Disritmia
 Adanya peningkatan JVP
 Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
 Capillary refill > 3 detik
 Akral dingin
 Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung

d. Disability :
Pemeriksaan neurologis  GCS menurun bahkan terjadi koma, Kelemahan
dan keletihan, Konfusi, Disorientasi, Kejang, Kelemahan pada tungkai.

8
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respon : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk
bersespon thd nyeri
e. Eksposure
Terdapat luka bekas tusukan AV fistula atau catheter double lument
(CDL).
2. Pemeriksaan sekunder
a. Keluhan Utama
Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-
kadang disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah.
b. Riwayat kesehatan
Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi
saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat
keluarga dengan penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)
c. Anamnesa
 Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC,
RBC)
 Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan
kalium
 Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.
 Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg,
penurunan HCO3
 Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun,
nausea, ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis, haus.
 Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.

9
 Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan
kesadaran, perubahan fungsi motorik
 Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan
 Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido
 Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul
 Lain-lain : Penurunan berat badan
3. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan / keadaan umum
Lemah, aktivitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari composmentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi naik, dyspneu, nadi meningkat dan regular.
c. Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir karena kekurangan nutrisi,
atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala
Rambut kotor, mata kuning, telinga terdapat serumen, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
f. Dada
Dyspneu sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu nafas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru ronkhi basah, terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan
pada jantung.
g. Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltic, turgor jelek, perut buncit.
h. Ekstremitas

10
Kelemahan fisik, aktivitas pasien dibantu, terjadi edema, pengroposan
tulang dan capillary reffil lebih dari 1 detik.
i. Kulit
Turgor kulit jelek. Terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia dan terjadi pericarditis.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin
dan disfungsi ginjal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, anemia
5. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
volume sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit.

III. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan
keperawatan keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi pola nafas:
pola nafas keperawatan selama bradipneu, takipnea,
berhubungan dengan hemodialisa diharapkan kusmaul,
hiperventilasi paru pola nafas adekuat dengan hiperventilasi
kriteria hasil : 2.Auskultasi suara
a. Tidak ada sianosis dan nafas, catat adanya
dyspneu (mampu suara tambahan
mengeluarkan sputum, 3.Observasi tanda-
mampu bernafas tanda vital : nadi,
dengan mudah suhu, respirasi

11
b. Menunjukkan jalan 4.Posisikan pasien
nafas yang paten (klien untuk
tidak merasa tercekik, memaksimalkan
irama nafas, frekuensi ventilasi (semi
pernapasan dalam fowler)
rentang normal, tidak 5.Ajarkan tehnik nafas
ada suara nafas dalam
abnormal) 6.Kolaborasi dalam
c. Tanda-tanda vital pemeberian terapi
dalam batas normal oksigen sesuai advis
dokter
2 Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status cairan :
cairan berhubungan keperawatan selama timbang berat badan,
dengan dengan hemodialisa diharapkan keseimbangan
penurunan haluaran pasien dapat masukan dan
urin dan disfungsi mempertahankan berat haluaran, turgor
ginjal tubuh ideal tanpa kelebihan kulit
cairan dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda
hasil: vital
a. Terbebas dari 3. Kaji lokasi dan luas
edema, efusi, edema
anasarka 4. Batasi masukan
b. Bunyi nafas bersih, cairan
tidak ada dyspneu / 5. Jelaskan pada pasien
ortopneu dan keluarga tentang
c. Memelihara pembatasan cairan
tekanan vena 6. Kolaborasi
sentral, tekanan pemberian diuretik
kapiler par, output sesuai instruksi

12
jantung dan vital
sign dalam batas
normal
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya
nutrisi kurang dari keperawatan selama mual dan muntah
kebutuhan tubuh hemodialisa diharapkan 2. Monitor adanya
berhubungan dengan pasien dapat penurunan berat
anoreksia, mual, mempertahankan masukan badan
muntah nutrisi yang adekuat 3. Monitor kadar
dengan kriteria hasil : albumin, total
a. Tidak ada tanda-tanda protein, Hb dan
malnutrisi kadar Ht
b. Nafsu makan 4. Monitor intake
meningkat nutrisi
c. Menghabiskan porsi 5. Berikan makanan
makan yang disediakan sedikit tapi sering
d. Tidak terjadi 6. Kolaborasi dengan
penurunan berat badan ahli gizi dalam
yang berarti pemberian diit
e. Hasil laboratorium sesuai terapi.
normal (Albumin,
kalium).

4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda


berhubungan dengan keperawatan selama vital
kelemahan fisik, hemodialisa diharapkan 2. Kaji kemampuan
anemia pasien mampu klien dalam
berpartisipasi dalam beraktivitas
aktivitas yang dapat 3. Dorong dan bantu

13
ditoleransi dengan kriteria aktivitas secara
hasil : bertahap
a. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan
respirasi
b. Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
c. Tanda-tanda vital
normal
d. Mampu berpindah
dengan atau tanpa
bantuan alat
5 Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-
curah jantung keperawatan selama tanda vital (
berhubungan dengan hemodialisa diharapkan 2. Monitor jumlah
ketidakseimbangan pasien dapat dan irama
volume sirkulasi, mempertahankan curah jantung
ketidakseimbangan jantung yang adekuat 3. Monitor
elektrolit. dengan kriteria hasil : toleransi
a. Tanda-tanda vital aktivitas pasien
dalam rentang normal 4. Berikan posisi
(TD, nadi, RR) pasien
b. Dapat mentoleransi senyaman
aktivitas, tidak ada mungkin
kelelahan 5. Kolaborasi
c. Tidak ada edema paru, dalam

14
perifer dan tidak ada pemberian
asites terapi sesuai
d. Tidak ada penurunan advis dokter.
kesadaran

15

Anda mungkin juga menyukai