Anda di halaman 1dari 6

Pencegahan dan Mitigasi

Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan, bertujuan untuk
menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana.
Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi
pasif dan mitigasi aktif.
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah
rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin
mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan
bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, penahan erosi
pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya.
Adakalanya kegiatan mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi yang bersifat non-struktural
(berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan) dan yang bersifat struktural (berupa bangunan
dan prasarana).

Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna
menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan
masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan
terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor Penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung
tugas kebencanaan.
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning)
7. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan) 8. Mobilisasi sumber daya (personil
dan prasarana/sarana peralatan).

Rencana Kesiapsiagaan Bencana


Bencana sering terjadi tanpa peringatan sehingga Anda membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan untuk menghadapinya. Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi
bencana adalah rencana kesiapsiagaan.
1. Miliki sebuah rencana darurat keluarga. Rencana ini mencakup:
- Analisis ancaman di sekitar
- Identifikasi titik kumpul.
- Nomor kontak penting.
- Ketahui rute evakuasi.
- Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas dan listrik.
- Identifikasi titik aman di dalam bangunan atau rumah.
- Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-anak, lanjut usia, ibu hamil, dan
penyandang disabilitas).
2. Menyimpan 10 benda yang akan dibutuhkan saat bencana, yaitu:
- Air minum untuk 3 – 10 hari.
- Makanan untuk 3 – 10 hari.
- Obat P3K. 4) Obat – obatan pribadi.
- Lampu senter (dan ekstra baterai).
- Radio (dan ekstra baterai).
- Pembersih higienis (tisu basah, hand sanitizer, perlengkapan mandi).
- Sejumlah uang dan dokumen penting (sertifikat kelahiran, sertifikat tanah/rumah,
ijazah, dokumen asuransi, surat kepemilikan asset).
- Pakaian, jaket dan sepatu.
- Peralatan (peluit, sarung tangan, selotip, pisau serbaguna, masker, pelindung kepala).
- Pembersih higienis (tisu basah, hand sanitizer, perlengkapan mandi).
3. Menyimak informasi dari berbagai media, seperti radio, televisi, media online, maupun
sumber lain yang resmi.
Anda dapat memperoleh informasi resmi terhadap penanganan darurat dari BPBD,
BNPB, dan kementerian/lembaga terkait. Apabila sudah terbentuk posko, informasi
lanjutan akan diberikan oleh posko setempat.

Prabencana Gempabumi
1. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi.
2. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa
bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan
bersembunyi di bawah meja.
3. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan persediaan obat-
obatan.
4. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan
fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi bagian bangunan yang sudah rentan.
5. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang
dikeluarkan oleh pemerintah.

SIAP Sebelum Terjadi Gempabumi


- Mengetahui sosialisasi tentang gempabumi, mempelajari penyebab gempa.
- Membuat konstruksi rumah tahan gempa.
- Memperhatikan sistem peringatan dini dan membuat sistem peringatan dini mandiri,
seperti mengikat benda-benda yang tergantung dengan kuat.
- Melaksanakan dan mengikuti simulasi.
- Mengetahui dimana informasi gempa bisa didapatkan yaitu: BMKG, TV, Radio, ORARI,
dll.
- Menyiapkan “tas siaga bencana”

Pertama yang harus dilakukan adalah mengenali daerah yang kita tinggali termasuk kepada
tingkat kerawanan gempabumi bumi seperti apa (ringan, sedang, rawan, sangat rawan).
Kemudian memastikan bahwa struktur dan letak rumah kita dapat terhindar dari bahaya yang
disebabkan gempabumi (longsor, liquefaction, dan lain‐lain).

Gambar 1. Memperkuat barang‐barang elektronik berharga, dan barang‐barang berat dengan mengikatnya
dengan plat besi pada dinding agar tidak jatuh menimpa orang saat terjadi gempabumi (Sumber: Jonathan,
Upaya Riksa, 2009).

Kalau memungkinkan lakukanlah evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan agar
terhindar bahaya gempabumi. Perhatikan juga letak pintu, lift, serta tangga darurat, apabila
terjadi gempabumi, sudah mengetahui tempat paling aman untuk berlindung. Tak ada salahnya
mulai belajar melakukan pertolongan darurat medis dan kecelakaan serta penggunaan alat
pemadam kebakaran. Siapkan daftar nomor telpon penting yang dapat dihubungi pada saat
terjadi gempabumi.
Untuk rumah tinggal perlu dilakukan persiapan rutin, di antaranya: perabotan (lemari,
kabinet) diatur menempel pada dinding dengan cara dipaku atau diikat untuk menghindari jatuh,
roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi, menyimpan bahan yang mudah terbakar pada
tempat yang tidak mudah pecah, agar terhindar dari kebakaran, selalu mematikan air, gas, dan
listrik apabila sedang tidak digunakan .

Gambar 2. Orang Jepang selalu menyediakan helm pengaman di dekat meja kerja, sekolah, atau
rumah tinggal untuk menghindari benda jatuh (Sumber: Jonathan, Upaya Riksa, 2009).

Biasanya penyebab kecelakaan yang paling banyak pada saat gempabumi bumi adalah
akibat kejatuhan material. Oleh karenanya perlu diatur benda yang berat sedapat mungkin berada
pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat
gempabumi terjadi, misal: lampu. Peralatan yang harus ada di setiap tempat, antara lain: obat‐
obatan medis, lampu senter, radio komunikasi, makanan suplemen, dan air. Ada baiknya
menyediakan helm pengaman di rumah, sekolah, atau kantor sebagai langkah antisipasi.

Daftar Pustaka
- Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, BNPB 2008.
- Buku saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. BNPB. Edisi 2017.
- Sunarjo dkk, Gempa Bumi Edisi Populer. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
2012.

Anda mungkin juga menyukai