Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN MAGANG MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO PADA PROYEK KANTOR PERWAKILAN


BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020

LAPORAN HASIL OBSERVASI

“ Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban Pelaporan Program Kerja


pada Magang HSE Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo”

Oleh :

TIM KP angkatan 2018 KpwBI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, yang telah memberikan kita kesehatan lahir dan batin
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kami pada Proyek
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara tahun
2020. Untuk memenuhi salah satu kewajiban pelaporan program
kerja dalam rangka magang HSE Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo , meskipun dalam penyusunan laporan ini
kami banyak mendapat hambatan, namun banyak pula kami
mendapat bantuan dari beberapa pihak baik secara moril
maupun spiritual. Terima kasih kami sampaikan kepadaKetua
Konsentrasi K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
Oleo yang telah memberikan kami rekomendasi untuk
menerapkan ilmu kami dan juga segenap Direksi PT. Nindya
Karya (Persero) yang telah menerima kami dengan sepenuh hati
untuk melakukan magang.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa
masih banyak kesalahan dan kekurangan mengingat
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh sebab itu
kamisangat mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak
yang membaca laporan ini yang sifatnya membangun , dan agar
yang membuat laporan selanjutnya bisa melihat kekurangan dan
kesalahan dari laporan yang kami susundan demi kelengkapan
penyusunan laporan kami.

Kendari, 21 Februari
2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.4 MANFAAT
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
2.1.1 Definisi Kesehatan dan Kesehatan Kerja
2.1.2 Pengertian K3 Secara Keilmuan
2.1.3 Tujuan K3
2.1.4 Sasaran K3
2.1.5 Dasar Hukum K3
2.1.6 Norma-norma K3
2.1.7 Standar Keselamatan Kerja K3
2.2 TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PROYEK KONSTRUKSI
2.2.1 Pengertian Proyek Konstruksi
2.2.3 Bahaya Proyek atau Pekerjaan Dalam K3
2.3 Tinjauan Pustaka Tentang Kecelakaan Kerja
2.3.1 Definisi Kecelakaan kerja
2.3.2 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja 
2.3.3 Penyebab Kecelakaan Kerja 
2.3.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Proyek Bank Indonesia
3.2 Administrasi
3.2.1 Job Safety Analysis
3.2.3 Tool Box Meeting ( TBM) dan Tool Box Talk ( TBT)
3.2.4 Inspeksi

3.3 Penyakit Akibat Kerja (PAK)

3.4. Unsafe Action dan Unsafe Condition

3.5 Inspeksi

3.6 Kegiatan Tambahan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum proyek bank Indonesia?
2. Bagaimana Administrasi di Proyek Bank Indonesia?
3. Apa saja penyakit akibat kerja yang sering diderita oleh pekerja di proyek
bank indonesia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit akibat kerja yang diderita oleh
pekerja di proyek bank indonesia?
5. Bagaimana Unsafe Action ( Tindakan tidak Aman) dan Unsafe Condition (
Kondisi tidak aman) di proyek bank indonesia?
6. Bagaimana hasil inspeksi alat dan apar di proyek bank indonesia?
7. Bagaimana kegiatan tambahan yang dilakukan di proyek bank indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan medan kerja yang ada di proyek bank
indonesia
2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan JSA, hal-hal yang harus
dipelajari di administrasi, dan cara melakukan inspeksi pada alat dan apar.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit akibat kerja yang sering diderita
oleh pekerja di proyek bank indonesia
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit akibat kerja yang diderita
oleh pekerja di proyek bank indonesia
5. Untuk mengetahui Unsafe Action ( Tindakan tidak Aman) dan Unsafe
Condition ( Kondisi tidak aman) di proyek bank indonesia
6. Untuk mengetahui hasil inspeksi alat dan apar di proyek bank indonesia
7. Untuk mengetahui kegiatan tambahan yang dilakukan di proyek bank
indonesia
1.4 Manfaat
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak, untuk perusahaan, perguruan tinggi maupun bagi
mahasiswa sendiri :
1. Bagi Perusahaan
a. Memperoleh data sesuai program kerja yanh ditawarkan pada program
magang
b. Menjadi pelpor pengembangan SDM HSE yang siap kerja dengan
memberikn wadah yang baik bagi calon SDM.
2. Bagi Mahasiswa
a. Untuk memberikan gambaran tentang konstruksi yang sebenarnya
b. Untuk mengetahui tata cara pembuatan JSA dan cara penerapannya di
lapangan
c. Untuk mengetahui tata cara Inspeksi Alat dan Apar
d. Untuk memberikan pengetahuan pada pekerja tentang jenis-jenis
penyakit akibat kerja dan cara pengendaliannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan pustaka tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2.1.1 Definisi Kesehatan dan Kesehatan Kerja

a. Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi


dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor,
pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

b. Pengertian K3 Menurut Mathis dan Jackson

Menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada


perlindunganterhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.

c. Pengertian K3 Menurut Ridley, John (1983)

Mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam


pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

d. Pengertian K3 Menurut Suma’mur (1981: 2)

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana


kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.
e. Pengertian K3 Menurut Mangkunegara

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya


untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

f. Pengertian K3 Menurut Simanjuntak (1994)

Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko


kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.

g. Lalu Husni, 2003: 138

Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan


kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di tempat kerja.

2.1.2 Pengertian K3 Secara Keilmuan

K3 adalah sebuah ilmu pengetahuan beserta penerapannya yang digunakan


dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.

2.1.3 Tujuan K3

Seperti halnya sebuah ilmu yang lainnya, K3 dalam penerapan ilmunya di


kehidupan nyata khususnya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja
memiliki sebuah tujuan yang juga diatur kedalam UUD Nomer 1 Tahun 1970
diantaranya sebagai berikut.
 Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaan
 Meningkatkan efisiensi kerja
 Mencegah terjadinya kecelakaan ataupun penyakit yang diakibatkan kerja
 Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja
 Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien
 Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional

2.1.4 Sasaran K3

Adapun sasaran dari K3 adalah sebagai berikut ini,

1.  Menjamin keamanan alat yang digunakan


2.  Menjamin keselamatan para pekerja
3.  Menjamin proses produksi yang aman dan lancar

2.1.5Dasar Hukum K3

K3 juga diatur kedalam hukum loh, berikut penentuan K3 berdasarkan


Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja :

 UU No.1 tahun 1970


 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996
 UU No.21 tahun 2003
 UU No.13 tahun 2003

2.1.6 Norma-norma K3

Selain itu juga ada norma-norma yang harus dipahami diantaranya adalah sebagai
berikut,

1. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja


2. Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit kerja

Tujuan norma-norma tersebut adalah supaya terjadi keseimbangan dari pihak


perusahaan dengan para pekerja dengan terjaminnya keselamatan para pekerja.

2.1.7 Standar Keselamatan Kerja K3

Untuk memberikan rasa aman dan bisa mewujudkan keselamatan dalam


bekerja tentunya ada standar yang harus diikuti semua komponen yang sedang
berada dilingkungan kerja atau proyek. Karena pengamanan merupakan tindakan
awal dalam sebuah keselamatan kerja.

Ada beberapa standar keselamatan kerja K3:

1. Perlindungan mesin
2. Pengamanan listrik yang harus mengadakan pengecekan berkala.
3. Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran,
penerangan yang cukup, ventilasi yang cukup, jalur evakuasi yang khusus.
4. Perlindungan badan yang meliputi seluruh badan

2.1.7 Alat pelindung diri standar K3

Adapun alat perlindungan diri standar K3 adalah sebagai berikut:

1. Safety helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang


dapat melukai kepala.
2. Masker, berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup selama di tempat
yang kualitas udaranya kurang bagus.
3. Safety belt, berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat
trasportasi.
4. Penutup telinga, berfungsi sebagai penutup telinga ketika bekerja di
tempat yang bising.
5. Kacamata, berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari
percikan.
6. Pelindung wajah, berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.

2.2 Tinjauan pustaka tentang proyek konstruksi

2.2.1 Pengertian Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan


dengan upaya pembangunan sesuatu bangunan, mencakup pekerjaan pokok
dalam bidang teknik sipil dan arsitektur, meskipun tidak jarang juga
melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, mesin, elektro, geoteknik,
maupun lansekap.

2.2.2 Jenis-jenis proyek konstruksi

a. Proyek Bangunan Perumahan atau Bangunan


Pemukiman (Residential Construction)
Adalah suatu proyek pembangunan perumahan atau pemukiman
berdasarkan pada tahapan pembangunan yang serempak dengan penyediaan
prasarana penunjang. Jenis proyek bangunan perumahan atau pemukiman ini
sangat membutuhkan perencanaan yang baik dan matang untuk infrastruktur
yang ada dalam lingkungan pemukiman tersebut seperti jalan, air bersih, listrik
dan lain sebagainya.

b. Konstruksi Bangunan Gedung (Building Construction)


Adalah tipe proyek konstruksi yang paling banyak dikerjakan. Tipe
konstruksi bangunan ini menitik beratkan pada pertimbangan konstruksi,
teknologi praktis, dan
pertimbangan pada peraturan.
c. Proyek Konstruksi Teknik Sipil (Heavy Engineering Construction)
Adalah proses penambahan infrastruktur pada suatu lingkungan terbangun
(built environment). Pemilik proyek (owner) biasanya pemerintah baik pada
tingkat nasional atau daerah. Pada proyek ini elemen desain, finansial dan
pertimbangan hukum tetap menjadi pertimbangan penting, walaupun proyek ini
lebih bersifat non-profit dan mengutamakan pelayanan masyarakat (public
services). Contoh proyek konstruksi yang termasuk pada jenis proyek teknik sipil
ini antara lain proyek pembangkit listrik, proyek jalan raya, proyek rel kereta api,
proyek pembuatan bendungan, dan lain sebagainya.

2.2.3 Bahaya Proyek atau Pekerjaan Dalam K3

Berikut bahaya-bahaya proyek atau pekerjaan yang sering mengancam


keselamatan para pekerja dalam K3.

1. Pencahayaan atau penerangan yang kurang


2. Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan
3. Bahaya dari pengangkutan barang

Adapun contohnya sebagai berikut ini:

 Pemindahan barang yang tidak hati-hati sehingga bisa melukai pekerja


 Kerusakan penglihatan
 Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai pekerja

2.3 Tinjauan Pustaka Tentang Kecelakaan Kerja


2.3.1 Definisi Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
(Permenaker No. 03/MEN/1998). Pengertian lain kecelakaan kerja adalah
semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial
menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya (Standar
AS/NZS 4801:2001). Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut OHSAS
18001:2007 adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian
kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.

Berikut ini beberapa pengertian kecelakaan kerja dari beberapa sumber buku:

 Menurut Suma'mur (2009), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau


peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. 
 Menurut Gunawan dan Waluyo (2015), kecelakaan adalah suatu kejadian
yang (tidak direncanakan) dan tidak diharapkan yang dapat mengganggu
proses produksi/operasi, merusak harta benda/aset, mencederai manusia,
atau merusak lingkungan. 
 Menurut Heinrich (1980), kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari
suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya. 
 Menurut Reese (2009), kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman, yang keduanya dapat
dikontrol oleh manajemen. Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
disebut sebagai penyebab langsung (immediate/primary causes)
kecelakaan karena keduanya adalah penyebab yang jelas / nyata dan secara
langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi. 
 Menurut Tjandra (2008), kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang
terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja
merupakan peristiwa yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh suatu
tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu keadaan yang tidak aman atau
kedua-duanya.
2.3.2 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja 
Menurut Bird dan Germain (1990), terdapat tiga jenis kecelakaan kerja, yaitu:

1. Accident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan


kerugian baik bagi manusia maupun terhadap harta benda. 
2. Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan
kerugian. 
3. Near miss, yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini
hampir menimbulkan kejadian incident ataupun accident.

Berdasarkan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat jenis,
yaitu (Sedarmayanti, 2011):

1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja. 


2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.
3. Kecelakaan di perjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya,
melalui jalan yang wajar).
4. Penyakit akibat kerja.

Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi


menjadi tiga jenis, yaitu (Suma’mur,1981):

1. Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan


pada hari itu dan bisa melakakukan pekerjaannya kembali atau istirahat <
2 hari. Contoh: terpeleset, tergores, terkena pecahan beling, terjatuh dan
terkilir. 
2. Kecelakaan kerja Sedang, yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan
pengobatan dan perlu istirahat selama > 2 hari. Contoh: terjepit, luka
sampai robek, luka bakar.
3. Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami
amputasi dan kegagalan fungsi tubuh. Contoh: patah tulang.
2.3.3 Penyebab Kecelakaan Kerja 
Kecelakaan kerja terjadi karena perilaku personel yang kurang hati-hati
atau ceroboh atau bisa juga karena kondisi yang tidak aman, apakah itu berupa
fisik, atau pengaruh lingkungan (Widodo,2005).

Berdasarkan hasil statistik, penyebab kecelakaan kerja 85% disebabkan


tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15% disebabkan oleh kondisi yang
berbahaya (unsafe condition). Penjelasan kedua penyebab kecelakaan kerja
tersebut adalah sebagai berikut (Ramli, 2010):

1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor


lingkungan fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa
pengaman, penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD) tidak
efektif, lantai yang berminyak, dan lain-lain. 
2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahan-
kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti ceroboh, tidak
memakai alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh
gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta
kurangnya pengetahuan dalam proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Ridley (2008), penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah


sebagai berikut:

a. Situasi Kerja

1. Pengendalian manajemen yang kurang. 


2. Standar kerja yang minim. 
3. Tidak memenuhi standar. 
4. Perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi. 
b. Kesalahan Orang

1. Keterampilan dan pengetahuan yang minim. 


2. Masalah fisik atau mental. 
3. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
4. Perhatian yang kurang. 

c. Tindakan Tidak Aman

1. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui. 


2. Mengambil jalan pintas. 
3. Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja. 

d. Kecelakaan

1. Kejadian yang tidak terduga. 


2. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya. 
3. Terjatuh. 
4. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.

Kecelakaan kerja juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut
(Rachmawati, 2008):

1. Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat


rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain. 
2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, awan, cairan, dan
benda-benda padat. 
3. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-
tumbuhan. 
4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara
pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.
2.3.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan memperhatikan beberapa faktor, antara
lain sebagai berikut (Suma’mur, 2009):

a. Faktor Lingkungan 
Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan kerja,
yaitu:

1. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,


pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara
ruang kerja. 
2. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja
yang dapat menjamin keselamatan. 
3. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan
penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan
tempat dan ruangan.

b. Faktor Mesin dan peralatan kerja 

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang


baik dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang
baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian
mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila
pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti
efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari
bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas
yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

c. Faktor Perlengkapan kerja 


Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi
bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan,
yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan
dalam penggunaannya.
d. Faktor manusia 
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-
hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari
perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya
ketidakcocokan fisik dan mental.

Kecelakaan kerja juga dapat dikurangi, dicegah atau dihindari dengan menerapkan
program yang dikenal dengan tri-E atau Triple E, yaitu (Sedarmayanti,2011):

1. Engineering (Teknik). Engineering artinya tindakan pertama adalah


melengkapi semua perkakas dan mesin dengan alat pencegah kecelakaan
(safety guards) misalnya tombol untuk menghentikan bekerjanya
alat/mesin (cut of switches) serta alat lain, agar mereka secara teknis dapat
terlindungi.
2. Education (Pendidikan). Education artinya perlu memberikan pendidikan
dan latihan kepada para pegawai untuk menanamkan kebiasaan bekerja
dan cara kerja yang tepat dalam rangka mencapai keadaan yang aman
(safety) semaksimal mungkin.
3. Enforcement (Pelaksanaan).  Enforcement artinya tindakan pelaksanaan,
yang memberi jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan
dilaksanakan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Proyek Bank Indonesia

3.2 Administrasi
3.2.1 Job Safety Analysis
1. Pengertian Job Safety Analysis
Job safety analysis atau JSA adalah teknik
manajemen keselamatan yang berfokus pada
identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang
berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas
yang hendak dilakukan, dimana JSA ini berfokus pada
hubungan antara pekerja, tugas atau pekerjaan,
peralatan dan lingkungan kerja.
2. Tujuan Job Safety Analysis
a. Mengenali “hazards” pada suatu pekerjaan.
b. Menaksir kemungkinan untuk merugikan pada
orang, peralatan dan lingkungan dari suatu
“hazards”.
c. Memikirkan langkah untuk mengendalikan resiko
yang berhubungan dengan suatu “hazards”.
d. Memeriksa metoda kerja dan mengembangkan
suatu prosedur kerja yang aman.
e. Menyediakan suatu pendekatan yang konsisten
kepada semua karyawan dan kontraktor dengan
mematuhi pada manajemen resiko pekerjaan.
3. Pembuatan Job Safety Analysis
a. Mengidentifikasi Urutan Pelaksanaa
Tim JSA harus membuat dan menentukan urutan
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode kerja.
b. Mengidentifikasi Bahaya dan Risiko Pekerjaan
Tim JSA harus membuat daftar identifikasi bahaya
pelaksanaan pekerjaan yang berdampak terhadap
pekerja, properti, dan lingkungan yang berpotensi
terjadi.
c. Menentukan Penilaian Risiko
Risiko yang berpotensi muncul dari setiap urutan
pekerjaan harus dievaluasi tingkat probabilitas dan
dampak yang ditimbulkan untuk dapat dinilai
risikonya dengan menggunakan matriks penilaian
risiko.
d. Menentukan Pengendalian Risiko
Setelah risiko ditetapkan, tahap selanjutnya adalah
mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan
untuk mengurangi/ mengendalikan risiko. Dalam
mengidentifikasi pengendalian risiko, Tim JSA
harus mempertimbangkan pekerja yang terlibat,
alat/ peralatan/ bahan yang digunakan, dan
lingkungan kerja dengan menggunakan hirarki
pengendalian.
e. Menentukan Penilaian Risiko Sisa
Setelah pengendalian risiko ditentukan, langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap
risiko sisa dari urutan pekerjaan dengan
mengevaluasi tingkat probabilitas dan dampak
yang masih berpotensi terjadi. Jika hasil penilaian
risiko sisa masih ekstrim, maka pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan setelah adanya persetujuan
dari Direktur Produksi dan HSE. Dalam
pelaksanaannya, pekerjaan tersebut harus
dilakukan pengawasan khusus oleh Kepala
Departemen HSE dan Manager HSE Wilayah/ Divisi.
f. Penanggungjawab Pekerjaan
Tahap terakhir dalam penyusunan JSA adalah Tim
JSA harus menentukan penanggung jawab (person
in charge) untuk pelaksanaan setiap urutan
pekerjaan dan dicantumkan di dalam dokumen
JSA.
Tabel 1. Kategori Penilaian Risiko
DAMPAK
1 2 3 4 5
A H H E E E
B M H H E E
C L M H E E
D L L M H E
E L L M H H

DAMPAK TERHADAP PENCAPAIAN


N Kategori Orang Properti dan Alat Lingkungan
o
1 Tidak P3K/ < Rp 1 juta < Rp 1 juta
Signifikan FAC
2 Minor MTC Rp 1 juta s/d Rp Rp 1 juta
10 juta s/d Rp 10
juta
3 Moderate RWC Rp 10 juta s/d Rp 10 juta
Rp 50 juta s/d 100 juta
4 Parah LTI Rp 50 juta s/ d Rp 100 juta
100 juta s/d 1 M
5 Sangat Parah Fatality >Rp 100 juta > Rp 1 M

Kemungkinan Terjadinya Score


Risiko
A : Hampir Pasti E : Risiko Etreme, sangat
B : Kemungkinan besar mendesak, perlu
terjadi penanganan segera
C : Kadang-Kadang
D : Mungkin Terjadi H : Risiko High, perlu
E : Jarang Terjadi perhatian top
maagement
M : Risiko Medium,
tanggung jawab
manajemen perlu
diperjelas
L : Risiko Low, perlu diatur
rutinitasnya dengan
prosedur

Tabel 2. Kategori Penilaian Risiko (lanjutan)


Kemungkinan Aspek Mutu, K3, Bobot (%)
Terjadinya Risiko Lingkungan Kemungkinan
A Hampir Pasti Kemungkinan terjadinya 81% - 100%
sangat besar/ selalu
terjadi/ frekuensi
kemungkinan terjadinya
bisa setiap hari, terjadi
secara kontinyu
B Kemungkinan Kemungkinan terjadinya 61% - 80%
Besar Terjadi besar/ selalu terjadi/
frekuensi kemungkinan
terjadi bisa > 1 kali per
hari, terjadi secara
kontinyu
C Kadang-Kadang Kemungkinan terjadinya 41% - 60%
sedang/frekuensi
kemungkinan terjadi
bisa ≥ 1 kali seminggu,
terjadi secara kontinyu
D Mungkin Terjadi Kemungkinan terjadi 21% - 40%
kecil/ frekuensi
kemungkinan terjadi
bisa ≥ 1 bulan sekali,
tidak kontinyu
E Jarang Terjadi Kemungkinan terjadinya 0% - 20%
hampir tidak pernah
ada/ kemungkinan
terjadi bisa ≥ 1 tahun
sekali, tidak kontinyu

Gambar 3.1 Hierarki Pengendalian Risiko

3.2.2 Papan Informasi


1. Keterangan Papan Informasi HSE
a. Proyek : Nama lengkap proyek
b. Schedule : Periode/ Pelaksanaan Proyek
c. Hari : Hari pembaruan informasi papan HSE
d. Tanggal : tanggal pembaruan informasi papan
HSE
e. Layout/ Site Plan : Gambar lokasi proyek dengan
identifikasi warna peralatan (oleh
SOM)
f. Kegiatan Utama : Memperbarui informasi pekerjaan
utama setiap hari (diisi oleh SOM)
g. Lokasi : Memperbarui informasi lokasi
pekerjaan utama setiap hari (diisi oleh
SOM)
h. Risiko : Memperbarui informasi risiko
pekerjaan utama setiap hari (diisi oleh
SOM)
i. PIC : Memperbarui informasi PIC (person
in charger) pekerjaan utama setiap
hari (diisi oleh SOM)
j. Statistik HSE : Data catatan statistik safety (diisi
oleh HSE)
k. Penghargaan HSE : Berisi informasi penerima
penghargaan safety pada periode
tersebut (diisi oleh HSE)
l. Peringatan : Buletin/ Berita implementasi HSE
(diisi oleh HSE) Keselamatan

2. Keterangan Statistik HSE


1. Induksi Jumlah safet induction
(pekerja/karyawan baru)
2. Rata-rata tenaga Rata-rata jumlah pekerja dalam
kerja seminggu
3. Total jumlah hari Total hari kerja sejak hari pertama
kerja hingga diperbaruinya papan
informasi
4. Total jumlah jam Total jam kerja orang sejak hari
kerja orang kerja pertama hingga
diperbaruinya papan informasi
5. Near Miss ( NM) Suatu kejadian tidak diinginkan/
tidak diharapkan yang bila
keadaannya sedikit saja berbeda
dapat berakibat cidera pada
orang, kerusakan properti dan/
atau lingkungan.
6. Cidera Ringan Kecelakaan yang hanya
( First Aid Case/ memerlukan P3K dalam
FAC) penanganannya ( contoh : luka
gores diobati dengan iodine), tidak
menyebabkan kehilangan hari
kerja, dan dapat langsung bekerja
sesuai dengan fungsinya
7. Cidera dengan Kecelakaan yang memerlukan
perawatan Medis perlengkapan/ obat medis dan
( Medical Treatment ditangani oleh tenaga medis
Case/ MTC) ( dokter, perawat) contoh : luka
jahit, luka bakar ringan ditangani
oleh perawat/ dokter, tidak
menyebabkan kehilangan waktu
kerja dan dapat bekerja kembali
sesuai dengan fungsinya
8. Tidak mampu Kecelakaan yang memerlukan
bekerja/ cidera perlengkapan/ obat medis dan
dengan kerja ditangani oleh tenaga medis
terbatas ( Restricted ( dokter, perawat), tidak
Work Case/ RWC) menyebabkan kehilangan waktu
kerja namun tidak dapat kembali
bekerja sesuai dengan fungsinya.
Contoh pekerja pengelasan
mengalami luka bakarr pada
tangannya, pekerja mampu
bekerja kembali namun
dipindahkan ke pekerjaan yang
lebih ringan daripada pengelasan.
9. Cidera hilang Kecelakaan yang memerlukan
waktu kerja (Loss perlengkapan/ obat medis dan
Time Injury/ LTI) ditangani oleh tenaga medis
( dokter, perawat), tidak
menyebabkan kehilangan waktu
kerja karena pekerja tidak dapat
masuk dan bekerja pada hari itu
juga. Penentuan LTI dengan
rekomendasi dari dokter bahwa
pekerja tersebut tdak dapat
bekerja pada hari itu maupun hari
berikutnya.
10. Kematian Kasus kecelakaan menyebabkan
( Fatality/ FAT) kematian pada pekerja.
11. Kehilangan hari Kehilangan hari kerja diakibatkan
kerja ( Lost Lti. Penentuan LTI dengan
Workdays Case/ rekomendasi dari dokter bahwa
LWC) pekerja tersebut tidak dapat lagi
bekerja lagi pada hari itu maupun
hari berikutnya.
12. Kerusakan Kecelakaan kerja menyebabkan
Lingkungan kerusakan lingkungan secara
(Environmental langsung. Contoh : tumpahnya
Damage/ ED) minyak ke perairan)
13. Kerusakan Kecelakaan kerja menyebabkan
Properti (Property kerusakan properti/ aset
Damage/ PD) perusahaan. Contoh : Ledakan/
Kebakaran Tangki)
14. Tingkat Indikator banyaknya jumlah
Kekerapan insiden (MTC + RWC + LTI) per
(Frequency Rate/FR) 1.000.000 jam orang kerja

FR = Jumlah Insiden x 1.000.000


Total JKO

15. Tingkat Indikator banyaknya jumlah


Keparahan (Severity kehilangan hari kerja (LWC) per
Rate/ SR) 1.000.000 jam kerja orang

FR = Jumlah Insiden x 1.000.000


Total JKO
3.2.3 Tool Box Meeting ( TBM) dan Tool Box Talk ( TBT)
Safety talk, Safety Meeting, Toolbox talk adalah
sebuah forum atau diskusi yang dipresentasikan oleh
pihak yang kompeten seperti supervisor atau safety
departemen untuk membahas suatu pekerjaan di tempat
kerja, biasanya diskusi ini dilakukan tidak lama hanya
sekitar 10-20 menit untuk membahas pekerjaan yang
akan dilakukan.
Toolbox atau safety talk biasanya membicarakan
tentang pekerjaan yang akan dilakukan seperti
bagaimana urutan kerja/ prosedur, risk assesment, dan
identifikasi bahaya yang akan muncul, dan
penanggulangan apabila terjadi keadaan darurat.
Kegiatan ini dilakukan pada saat sebelum melakukan
pekerjaan.
Pastikan semua pekerja yang akan bekerja
memahami pekerjaannya, bahayanya dan cara
menanggulangi bahayanya, dan mengetahui siapa yang
akan dihubungi apabila terjadi keadaan darurat. Pastikan
juga semua pekerja fit saat bekerja, penyebab dasar
yang sering timbul pada saat kecelakaan adalah
dikarenakan kelelahan, gagal mengidentifikasi bahaya
dan melakukan shortcut prosedur kerja.
Toolbox/ Safety Talk wajib dijalankan setiap akan
memulai pekerjaan, pastikan job safety analysis sudah
dibuat dan disosialisasikan, kalau pekerjaan tersebut
bersifat rutin dan berulang maka wajib dibuatkan
prosedur kerja.
Manfaat safety meeting atau Safety talk yaitu untuk
pengenalan dan pengingat segala jenis aturan-aturan
dari kesehatan dan keselamatan kerja, agar sebuah
aktivias pekerjaan berjalan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Selain itu safety talk berguna juga untuk selalu
mengantisipasi dan lebih menyadarkan para pekerja
tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.
Banyak kecelakaan kerja yang terjadi sampai
sekarang adalah di karenakan keteledoran para pekerja
itu sendiri. Para pekerja tidak begitu sadar akan
keselamatan kerja. contoh, tidak menggunakan alat
keselamatan kerja sesuai dengan standar yang berlaku,
tidak mematuhi aturan pekerjaan sesuai dengan rules
yang sudah diberikan oleh perusahaan dan lain
sebagainya.
Dalam pelaksanaan Tool Box Meeting (TBM)
biasanya dilakukan seminggu sekali yaitu setiap hari
senin sedangkan Tool Box Talk
(TBT) dilaksanakan setiap hari kecuali hari selasa dan
minggu.

Sistematika Pelaksanaan TBM dan TBT sama saja,


berikut hal penting yang harus ada dalam TBM dan TBT
yaitu :
1. Seberapa sering kita harus melakukan safety
talk
Disarankan melakukan safety talk secara berkala,
misalnya seminggu sekali, sehingga pekerja menjadi
terbiasa dan menjadikan pertemuan ini sebagai bagian
dari rutinitas kerja.
2. Lokasi yang tepat melaksanakan safety talk
Pilihlah tempat yang nyaman dan bebas dari
gangguan. Mungkin Anda tidak ingin para pekerja sulit
berkonsentrasi dan melewatkan pesan keselamatan
yang Anda sampaikan karena lokasi yang bising, lokasi
terlalu panas atau dingin. Jadi, pastikan di tempat
yang Anda pilih, semua pekerja yang hadir dapat
mengikuti pertemuan dengan efektif.
3. Waktu terbaik melaksanakan safety talk
Pilihlah waktu yang tidak mengganggu aktivitas
kerja dan dimana pikiran serta konsentrasi pekerja
masih segar dan fokus. Pagi hari sebelum memulai
pekerjaan adalah waktu yang tepat untuk
melaksanakan safety talk.
4. Lama waktu pelaksanaan safety talk
"Keep It Short & Simple (KISS)" adalah moto yang
harus Anda pegang. Sampaikan pesan keselamatan
dengan ringkas, padat, dan jelas. Durasi
pelaksanaan safety talk idealnya berlangsung antara
5-15 menit. Sebagian
besar supervisor melaksanakannya dalam waktu 10
menit.
5. Pembawaan Materi
Pembawaan materi merupakan suatu hal penting
yang harus ada dalam TBM maupun TBT,
membawakan materi juga harus dengan jelas dan
menarik, agar para pekerja memahami materi yang
dibawakan agar para pekerja tidak bosan dan jenuh.
Inti dari materi adalah memberikan pengetahuan atau
pemahaman kepada para pekerja tentang kesehatan
dan keselamatan saat bekerja sesuai standar
operasional prosedur yang telah ditetapkan, serta
mengajak para pekerja terlibat dalam diskusi.
Sebaiknya dalam memilih topik yang
berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
Dalam menentukan topik safety talk, anda dapat
mempertimbangkan beberapa hal berikut ini :
a. Potensi bahaya apa yang terkait dengan pekerjan
yang akan dilakukan.
b. Kecelakaan kerja atau near miss apa yang sering
atau pernah terjadi terkait dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.
c. Pedoman kerja yang berkaitan dengan pekerjaan
yang akan dilakukan.
d. Alat pelindung diri yang harus digunakan sesuai
dengan jenis pekerjan yang akan dilakukan.
6. Memberikan game atau yel-yel
Pemberian game atau yel-yel merupakan suatu
cara untuk membangkitkan semangat para pekerja
dan mengurangi stress pada pekerja sebelum
melakukan aktivitasnya sehingga memberikan rasa
nyaman atau pun kembali bersemangat lagi.
7. Memberikan Reward
Pemberian rewad dapat dilakukan setiap sebula
sekali kepada para pekerja yang dianggap tidak
memilii pelanggaran dan patuh terhadapa aturan yang
telah ditetapkan serta rajin dalam bekerja. Dengan
memberikan reward ini maka pekerja akan semakin
semangat dan sungguh-sungguh dalam bekerja serta
memberikan motivasi agar dapat mematuh aturan
dengan tidak melanggarnya.
8. Dokumentasi dan Absensi Pekerja
Setiap pekerja harus absen terlebih dahulu di
formulir safety talk yang telah disediakan dengan
menulis nama disertakan ttd atau paraf sebelum
mengikuti TBM maupun TBT. Anda sebagai supervisor
juga harus membuat MOM (Minutes of Meeting) dari
topik yang didiskusikan termasuk keluhan,
permasalahan dan saran dari audiensi serta pastikan
anda menindaklanjutinya.
Follow up pertanyaan yang tidak bisa dijawab
saat safety talk. Pastikan safety talk terdokumentasi
dengan baik, seperti foto pelaksanaan TBM atau TBT
dan absensi pekerja yang hadir. Dokumentasi
pelaksanaan safety talk dapat digunakan sebagai
bukti bahwa pekerja telah mendapatkan informasi
keselamatan secara spesifik, juga sebagai pedoman
memberikan pelatihan kepada pekerja.
9. Doa
Sebelum mengakhiri TBM maupun TBT, alangkah
baiknya semua berdoa terlebih dahulu sebelum
memulai pekerjaan yang dipimpin oleh pembawa
acara agar kegiatan yang dilakukan dapat bernilai
ibadah dan mendapat berkah serta diridhai oleh Allah
SWT.

3.2.4 Inspeksi
1. Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
a. Periksa label atau kartu historis yang ada pada
APAR. Kartu ini memuat informasi tentang APAR dan
inspeksi sebelumnya.
b. Setelah itu periksa manometer (jika APAR
menggunakanpressure gauge). Manometer akan
memberikan informasi tekanan dalam tabung,
apakah masih normal atau perlu diisi ulang. Jika
jarum pada manometer masih di area hijau
berarti tekanan masih dalam keadaan normal.
Namun jika jarum semakin turun, maka perlu
dilakukan pengecekan dan isi ulang tekanan.
c. Lalu untuk APAR dengan sistem cartridge,
pengecekan tekanan bisa dilakuakn dengan
memastikan segel pada cartridge. Jika
segel cartridge masih utuh dan tidak cacat, maka
dapat dipastikan tekanan masih terjaga.
d. Setelah itu periksalah safety pin, jika dalam
keadaan rusak atau terputus, berarti APAR sudah
pernah dioperasikan. Jika sudah pernah dipakai,
maka harus dilakukan pengisian ulang sesuai
dengan medianya. Tabung APAR juga harus dicek
kebocorannya.
e. Berikutnya, periksalah valve atau katup dalam
kondisi baik atau tidak. Periksalah daya katupnya
apakah masih kuat atau sudah mengalami
pengurangan.
f. Langkah berikutnya adalah mengecek selang
atau hose. Selang tidak boleh dalam keadaan
tertekuk, retak maupun berlubang. Jika selang
rusak, maka harus segera diganti.
g. Selanjutnya periksakomponen pada ujung selang
ataunozzle. Pastikannozzle dalam kondisi baik untuk
menyalurkanoutput dari selang dan tidak
tersumbat.
h. Setelah semua langkah di atas dilakukan,
berikutnya pembaca harus mengisi kartu check
list pada APAR. Isi semua informasi mengenai
inspeski APAR yang baru saja dilakukan.
i. Setelah semua langkah terpenuhi, kembalikan APAR
ke tempat semula. Catatan: jika tempat peletakan
APAR semula tidak memenuhi standar penyimpanan
APAR dan tidak mudah dijangkau, maka ada baiknya
untuk memindah APAR ke tempat baru.
2. Inspeksi Alat
Inspeksi adalah upaya memeriksa atau medeteksi
semua faktor (peralatan, proses kerja,material,area
kerja,prosedur) yang berpotensi menimbulkan cedera
atau PAK yang dapat merugikan. Inspeksi alat ini
dilakukan 2x dalam sebulan di setiap lokasi yang
berbeda.

3.3 Penyakit Akibat Kerja (PAK)


1. Penyakit paru dan saluran pernafasan 
Debu sering dijadikan sebagai indikator kebersihan
udara. Hal ini karena debu yang melayang di udara dapat
mengakibatkan penyakit pernafasan. Orang yang bekerja
di tempat berdebu seperti proyek bangunan dan
pertambangan batu bara, dan lain-lain rentan terkena
penyakit pernafasan. Hal ini karena setiap harinya
menghirup debu.
2. Kelainan pendengaran 
Penyakit ini dapat disebabkan oleh lingkungan kerja
yang bising. Baik kebisingan karena mesin, maupun karena
hal lain yang dapat menimbulkan kebisingan..
3. Penyakit mata
Penyakit mata dapat disebabkan oleh radiasi
komputer. Selain itu penyakit ini dapat terjadi ketika mata
digunakan untuk sesuatu yang detail terus menerus.
Penyakit mata juga bisa timbul ketika mata terkena benda
asing. Jenis penyakit mata yang sering terjadi adalah mata
rabun akibat terlalu sering terkena radiasi komputer.

4. Penyakit asma 
Asma dapat disebabkan oleh debu yang terhirup. Baik
debu dari tanah maupun hal lain yang menyerupai debu
seperti tepung. Partikel debu mengakibatkan nafas menjadi
sesak dan berakhir dengan asma.
5. Penyakit otot dan syaraf 
Penyakit ini dapat diderita oleh orang yang bekerja
secara fisik. Hal ini bisa terjadi apabila fisik terus dipacu
untuk melakukan suatu kerja yang keras dan melebihi
kapasitas.
6. Penyakit kulit 
Penyakit kulit ini bisa terjadi akibat paparan sinar
matahari bagi orang yang bekerja terlalu lama di luar
ruangan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh paparan
suhu yang sangat rendah atau sangat tinggi serta paparan
bahan kimia.
7. Infeksi 
Infeksi dapat terjadi karena faktor peralatan yang
digunakan. Kecelakaan bisa saja terjadi dan dapat
menimbulkan infeksi. Oleh karena itu, di setiap tempat
kerja penting adanya pengecekan alat secara berkala.
Selain itu infeksi juga bisa terjadi akibat bakteri dan virus
yang mungkin tertular dari orang lain. Orang yang bekerja
di rumah sakit rentan terkena penyakit apabila tidak
menjaga kesehatan dengan baik.
8. Alergi 
Alergi bisa terjadi karena kondisi suhu yang sering
berubah. Suhu terlalu dingin, ataupun suhu terlalu panas.
Kemudian alergi juga bisa terjadi pada kondisi dimana
udara yang dihirup kotor.

3.4. Unsafe Action dan Unsafe Condition


1. Unsafe Action ( Tindakan Tidak Aman)
Perbuatan yang tidak aman atau lazim disebut unsafe
act adalah segala tindakan yang dilakukan seseorang
dimana akan meningkatkan resiko atau kemungkinan
orang tersebut memperoleh kecelakaan. Blackmon (1995)
menyebutkan bahwa 98 % dari semua kecelakaan kerja
pada proyek konstruksi terjadi karena unsafe act tersebut.
Tindakan tidak aman yang biasa ditemukan di Proyek
Pembangunan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI)
yakni pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD) saat bekerja, merokok saat bekerja, dan tidak
menggunakan Full Body Harness (FBH) saat berada
diketinggian lebih dari 1,8 meter.
2. Unsafe Condition ( Kondisi tidak aman)
Pengertian lingkungan kerja Sedangkan menurut Alex
S. Nitisemito (2000), menyatakan bahwa: “Lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan”. Keadaan yang
tidak aman (Unsafe Conditions) merupakan sebuah kondisi
dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk
meningkatkan resiko kecelakaan pada pekerja proyek.
Sebagian besar penyebab kondisi yang tidak aman adalah
dari sisi manajemen lapangan,contohnya perencanaan
kesehatan dan keselamatan kerja yang kurang efektif,
tidak tersedia perlengkapan kerja yang memadai, penataan
kondisi lapangan yang buruk, dan kurang memperhatikan
lingkungan kesehatan, pencahayaan, tata udara, dan lain-
lain. Kondisi tidak aman yang biasa ditemukan di Proyek
Pembangunan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI)
yakni genangan air dan ada kabel di sampingnya,
tumpukan material, stek besi yang masih tertancap dan
lain sebagainya.
Setelah mencari temuan dan tahap selanjutnya yaitu
penutupan pada setiap temuan yang pada dasarnya sama yakni :
1. Mengirim gambar hasil temua kepada HSE Officer/ Inspector
untuk meminta saran dan tindak lanjut terhadap temuan yang
didapatkan (unsafe action dan unsafe condition).
2. Dari pihak HSE Officer/ Inspector memberikan saran dan
masukan terhadap temuan yang didapat.
3. Setelah mendapat saran dan masukan, segera menindak
lanjuti hasil temuan yang dididapatkan agar tidak terjadi
kecelakaan kerja.
4. Jika telah melakukan close (penutupan), kirim kembali gambar
hasil penutupan kepada HSE Officer/ Inspector.
Dalam hal penyelesaian masalah (unsafe action)f
sebelum melapor kepada HSE Officer/ Inspector hal pertama
yang dilakukan yaitu menegur pekerja yang tidak
menggunakan APD, seperti tidak memakai helm saat bekerja
atau merokok saat bekerja. Jika telah melakukan peneguran
sampai 3x akan tetapi tidak didengar atau tidak diindahkan
maka langsung laporkan saja kepada HSE Officer/ Inspector
untuk ditindak lanjuti agar diberikan surat peringatan (SP) atau
pun sanksi/denda.

3.5 Inspeksi
In speksi harian yang dilakukan HSE Officer/ Inspector
meliputi pengumpulan hasil temuan setiap hari baik itu
unsafe action (tindakan tidak aman) maupun unsafe condition
( kondisi tidak aman), serta gambar close (penutupan)
temuan.

3.6 Kegiatan Tambahan


1. Penggantian Rambu
Rambu adalah bagian dari konstruksi bangunan yang
memuat lambang, huruf, angka, kalimat, dan/ atau
perpaduan diantaranya, yang digunakan untuk
memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk
bagi yang berada di lokasi tersebut. Rambu yang sudah
rusak atau tidak dapat lagi dibaca oleh pekerja maupun K3
ataupun orang-orang yang sedang berada di area
konstruksi maka sebaiknya diganti dengan yang baru agar
orang-orang dapat mengerti dan paham terhadap setiap
rambu yang sudah dipasang di setiap sudut atau pun
tempat yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
2. Pemasangan Safety Line
Pemasangan safety line dilakukan guna untuk
memberitahukan bahwa tidak boleh melintasi area
tersebut karena dapat berbahaya bagi orang-orang yang
melewati tempat tersebut.
3. Pemasangan Baricade
Pemasangan baricade berfungsi untuk menghindari
kecelakaan kerja supaya orang-orang yang melewati area
yang terpasang baricade agar supaya tahu bahwa tidak
boleh melintas atau memasuki area tersebut.
4. Piramida Kecelakaan kerja
Piramida kecelakaan kerja adalah segitiga yang
memiliki tingkatan kecelakaan kerja mulai dari
5. Papan Motivasi
Berisi kata-kata motivasi dari anak KP agar pekerja
termotivasi dan bersemangat kembali untuk bekerja demi
orang tua, istri dan anak di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Wadahtekno. ( 2018, Mei). Pengertian Dan Fungsi Job Safety
Analysis (JSA). Dikutip 21 Februari 2020 dari
https://www.wadahtekno.com/2018/05/job-safety-
analysis.html

Safetynet. Pentingnya Selalu Canangkan Safety Talk Kepada


Seluruh Pekerja.
Dikutip pada 21 Februari 2020 dari
http://safetynet.asia/pentingnya-selalu-canangkan-safety-
talk/

Susiloharjo. ( 2011, 6 Januari). Bagaimana Safety talk/Toolbox


talk yang baik. Dikutip pada 21 Februari 2020 dari
https://kakeko.wordpress.com/2011/02/06/bagaimana-
safety-talktoolbox-talk-yang-baik/

Safetysign. ( 2016, 24 November). 13 Poin Penting Yang Harus


Diketahui Supervisor Tentang Safety Talk. Dikutip pada 21
Februari 2020 dari https://safetysign.co.id/news/272/13-Poin-
Penting-yang-Harus-Diketahui-Supervisor-Tentang-Safety-
Talk

Pemadamapi. ( 2017). Mengenal langkah-langkah cara inspeksi


apar. Dikutip pada 22 Februari 2020 dari
https://www.pemadamapi.id/cara-inspeksi-apar/

Artikelsurabaya. 10 Penyakit Akibat Kerja yang Harus Anda


Ketahui.Dikutip pada 22 Februari 2020 dari
https://www.indonesiasafetycenter.org/safety-article/artikel-
surabaya/10-penyakit-akibat-kerja-yang-harus-anda-ketahui

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta :


Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The
Pacific Manila Philippines

Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.


Jakarta: Gunung Agung.
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, &
Kesehatan Kerja.

Bird, Frank Jr dan Germain, George L. 1990. Practical Loss Control Leadership.
USA: Institute Publishing.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).


Jakarta: Sagung Seto.

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Haji


Masagung.

Reese, C. D. 2009. Industrial Safety and Health for Administrative Services.


USA: CRC Press.

Tjandra, Sheddy Nagara. 2008. Kesekretarisan. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja: Suatu Tinjauan


DariAspek Ergonomi Atau Kaitan Antara Manusia Dengan Lingkungan
Kerjanya. Bandung: Mandar Maju.

Widodo, Suparmo. 2015. Manajemen Pengembangan Sumberdaya Manusia.


Jakarta: Pustaka pelajar.

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja


OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Ridley, J. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.

Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai