Anda di halaman 1dari 5

Hubungan antara Kepedulian Lingkungan dengan Sikap Wisatawan

serta Penduduk Kampung terhadap Lingkungan di Kampung Biru,


Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni Jodipan
Sueb1, Farah Fatimatuzzahro’1
S1 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang, Jalan Semarang 05 Malang 65145, Indonesia

Email : sueb.fmipa@um.ac.id., farahfatima80@gmail.com


Abstrak: perubahan perilaku masyarakat terhadap dimensi natural dapat dianggap sebagai salah satu cara
untuk menghindari kerusakan lingkungan dan perusakan alam. Untuk mendapatkan respon yang tepat dan benar
terhadap masalah tersebut, kita perlu secara efektif membuat masyarakat dan penduduk sadar terhadap
lingkungan sekitarnya. Sikap terhadap lingkungan adalah reaksi yang dipelajari secara konsisten yang diberikan
sebagai hal positif yang mendekati lingkungan, tidak mendekati mereka atau tetap tidak memihak. Artikel ini
dibuat dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kesadaran lingkungan dan sikap wisatawan serta
penduduk kampung tersebut terhadap lingkungan di Kampung Biru, Kampung Tridi dan Kampung Warna-
Warni Jodipan. Data dikumpulkan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengobservasi lokasi
penelitian. Para wisatawan serta peduduk sekitar kampung biru, kampung tridi dan kampung warna-warni
jodipan memiliki tingkat korelasi yang baik dan bernilai positif, menunjukkan bahwa hubungan antara
kesadaran lingkungan dan sikap lingkungan berada pada arah yang sama. Dimana semakin tinggi nilai sikap
lingkungan, perlu memicu kesadaran lingkungan masyarakat.

Kata kunci : kepedulian lingkungan, sikap lingkungan, wisatawan, penduduk kampung

1. Pendahuluan
Di lingkungan sekitar kita, banyak sekali interaksi antara manusia dan lingkungan yang terjadi, bahkan
interaksi ini terjadi setiap harinya. Selama interaksi ini terjadi, telah terjadi juga beberapa masalah
lingkungan yang disebabkan oleh manusia itu sendiri karena caranya yang menggunakan alam tanpa batas
dan tanpa disadari[1]. Perubahan perilaku masyarakat terhadap dimensi natural dapat dianggap sebagai salah
satu cara untuk menghindari kerusakan lingkungan dan perusakan alam[2].
Setiap hari, manusia di seluruh dunia menghadapi masalah lingkungan dan masalah yang menekan
kehidupan serta lingkungan hidup mereka. Untuk mendapatkan respon yang tepat dan benar terhadap
masalah tersebut, kita perlu secara efektif membuat masyarakat dan penduduk sadar lingkungan. Namun
menciptakan populasi yang berpengetahuan luas seperti itu menjadi tantangan setiap hari, memajukan
teknologi, berbagai perspektif global memperlambat proses kesadaran ini[3].
Polusi, penciptaan dan pembentukan limbah yang berbeda oleh publik dan menipisnya sumber daya
alam, degradasi tanah dan tanah, deforestasi, pemanasan global, perusakan ozon dan banyak masalah
lingkungan lainnya menciptakan banyak situasi berbahaya bagi umat manusia bahwa lingkungan harus
dilindungi dari masalah ini jika manusia ingin menjalani hidup yang sehat untuk mereka dan generasi
setelahnya[4]. Memberikan dunia dan lingkungan kita kepada generasi mendatang dan mempertahankan
kehidupan hanya mungkin dengan sikap positif terhadap lingkungan berkelanjutan yang diharapkan pada
individu yang sangat percaya diri. Dalam konteks ini, harga diri adalah faktor penting yang mempengaruhi
individu dan masyarakat bersama-sama[5]. Sikap lingkungan adalah konstruksi penting dalam psikologi
lingkungan, dengan lebih dari setengah dari semua publikasi media sekarang berurusan dengannya[6]. Sikap
lingkungan telah didefinisikan sebagai kecenderungan psikologis yang diungkapkan dengan mengevaluasi
lingkungan alam dengan beberapa tingkat kesukaan atau ketidaksukaan[7]. "Kesadaran lingkungan"
didefinisikan sebagai pembentukan kepekaan lingkungan melalui persepsi sadar masalah lingkungan oleh
individu, dan dengan berperilaku sesuai, mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan[8]
Daerah kumuh biasanya ditemukan di kota-kota besar, termasuk di Kota Malang. Salah satu penyebab
permukiman kumuh adalah kecenderungan orang membuang sampah ke daerah sungai[9]. Kota Malang
memiliki sejarah permukiman kumuh, tetapi sekarang sudah mulai diperbaiki melalui daerah program
penataan dari Pemerintah Kota Malang[10,11]. Daerahnya adalah Kampung Biru, Kampung Tridi dan
Kampung Warna-Warni Jodipan. Kampung Biru merupakan kampung yang memiliki nuansa biru disetiap
warna hingga jalannya. Kampung biru ini berada di Desa Kidul Dalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Letak kampung biru ini berdekatan dengan kampung warna-warni Jodipan dan juga kampung Tridi [12].
Sedangkan kampung warna-warni Jodipan merupakan kampung yang dilukis dengan berbagai warna
mencolok di Desa Jodipan, Kabupaten Blimbing. Dimana Kampung Warna-Warni Jodipan ini terdiri dari 1
RW, yang terbagi menjadi 5 RT, yaitu RT.05, RT.06, RT.07, RT.08 dan RT.09. Adapun rumah-rumah yang
dijadikan wisatawan desa yaitu rumah di RT.06, RT.07 dan RT.09[13,14]. Kampung Biru, kampung Tridi
dan Kampung Warna-Warni jodipan ini dapat terlihat dari jembatan embong brantas atau yang lebih dikenal
dengan jalan Gatot Subroto. Ketiga dari kampung tersebut sekarang tidak terlalu lusuh[9], bahkan Ketiga
destinasi ini terbilang yang paling sering di datangi oleh wisatawan karena letaknya yang berada ditengah-
tengah kota[15]. Hal ini tentu saja membawa perubahan pada kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan
ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam masyarakat[10]. Karena banyaknya jumlah wisatawan di daerah ini
serta memadatnya penduduk yang berada di ketiga kampung ini, mengakibatkan peningkatan produksi
sampah juga meningkat[16]. Kepedulian lingkungan wisatawan dan juga penduduk sekitar terhadap
lingkungan ketiga kampung ini akan sangat mempengaruhi sikap lingkungan diketiga kampung ini.
Berdasarkan permasalahan sampah di atas, penulis mengambil judul artikel “Hubungan antara Kepedulian
Lingkungan dengan Sikap Wisatawan serta Penduduk Kampung terhadap Lingkungan di Kampung Biru,
Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni Jodipan”.

2. Metode
2.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini berdasarkan pendekatan kualitatif dengan mengobservasi lokasi penelitian dan
identifikasi masalah lingkungan hidup lokasi penelitian.
2.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kampung Biru di Kiduldalem, Kecamatan Klojen. Lokasi kedua yaitu di
Kampung Tridi Jalan Temenggungan Ledok, Kesatrian, Kec. Blimbing. Lokasi ketiga yaitu Kampung
Warna-Warni Jodipan, Kabupaten Blimbing, Kota Malang, Desa Jodipan. Pemilihan lokasi berdasarkan
tujuan wisata Kota Malang yaitu Kampung Biru, Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni Jodipan.
Penelitian ini dilakukan pada 24 Januari 2020.

Gambar 1. Peta Kec. Blimbing Kota Malamg

2.3 Sample
Pemilihan sample dilakukan secara acak dengan mewawancarai 3 warga sekitar mengenai masalah
lingkungan desa tersebut.
2.4 Instrumen dan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Pengamatan dilakukan untuk
menentukan kondisi di lokasi penelitian. Wawancara dilakukan dengan 3 warga di wilayah penelitian.
Instrumen wawancara berupa pertanyaan wawancara.
2.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif, di mana penelitian ini difokuskan pada observasi
dan wawancara yang didapatkan beberapa warga lingkungan tersebut.

3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dari ketiga kampung wisata tersebut, yaitu Kampung
Biru, Kampung Tridi, dan Kampung Warna-Warni Jodipan, hubungan antara kepedulian lingkungan dengan
sikap wisatawan serta penduduk kampung terhadap lingkungan diketiga kampung tersebut memiliki tingkat
korelasi yang baik dan bernilai positif, menunjukkan bahwa hubungan antara kesadaran lingkungan dan
sikap lingkungan berada pada arah yang sama.

Gambar 2. Persediaan tempat sampah Gambar 3. Peresapan air berupa sungai


pinggir jalan lancar dan bersih

Gambar 4. Tempat sampah yang sudah Gambar 5. Persediaan tempat sampah


disetting untuk pemilihan untuk sampah putung rokok

Kesadaran lingkungan didefinisikan sebagai pembentukan sensitivitas lingkungan melalui persepsi


sadar masalah lingkungan oleh individu dan dengan berperilaku sesuai mengambil tindakan pencegahan
untuk melindungi lingkungan[8]. Diharapkan dari individu, yang sadar akan lingkungan dan khawatir
tentang efek dari masalah lingkungan pada diri mereka sendiri, untuk memberikan arti penting bagi
lingkungan dan berperilaku sesuai dalam setiap kegiatan mereka saat hidup, karena perilaku individu
terhadap lingkungan dihasilkan dari refleksi kesadaran lingkungan mereka[17].
Sikap terhadap lingkungan adalah reaksi yang dipelajari secara konsisten yang diberikan sebagai hal
positif untuk mendekati lingkungan, tidak mendekati mereka atau tetap tidak memihak kepada mereka[18].
Sikap terhadap lingkungan terbentuk dari semua perilaku dan pendapat positif atau negatif dari orang-orang
terhadap lingkungan seperti ketakutan, kemarahan, kegelisahan, dan penilaian nilai yang dihasilkan dari
masalah lingkungan, dan kesiapan untuk solusi dari masalah lingkungan [17]
Dari hasil analisis kesadaran lingkungan dan sikap lingkungan, didapatkan nilai korelasi yang baik dan
bernilai positif, menunjukkan bahwa hubungan antara kesadaran lingkungan dan sikap lingkungan berada
pada arah yang sama. Dimana semakin tinggi nilai kesadaran lingkungan, semakin tinggi nilai sikap
lingkungan. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara ketiga narasumber dan observasi peneliti. Salah satu
narasumber yang saya temui di Kampung Biru menyatakan bahwa tidak ada masalah yang dirasakan selama
ia tinggal dikampung ini, bahkan setelah terbangunnya dan terwujudnya Kampung Biru ini, lingkungan serta
wisatawan menjadi lebih bersih daripada sebelumnya. Hal ini sama dengan pernyataan 2 narasumber lain
dari Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni Jodipan. Dalam hal sampah semisalnya, disediakan
petugas kuning yang biasanya setiap pagi mengambil sampah yang sudah terkumpul di titik pembuangan
sampah. Bahkan, setiap warga yang didapati membuang sampah sembarangan akan dikenakan denda. Para
pengunjung atau wisatawan juga sangat menerapkan dan sadar akan pentingnya menjaga kebersihan, disini
disediakan banyak sekali tempat sampah yang berada dipinggir jalan, bahkan juga disediakan tempat sampah
khusus putung rokok. Selain sampah yang sudah dipilah, peresapan air dikampung ini juga sangat bagus,
bahkan disini juga warga dapat menanamkan tumbuhan secara hidroponik. Hasil observasi dan wawancara
ini menunjukkan bahwa sikap lingkungan dan kesadaran lingkungan termasuk dalam kategori rata-rata di
atas.
Studi ini sejalan dengan[19], temuan bahwa siswa sekolah menengah atas memiliki kesadaran
lingkungan yang tinggi dan memiliki tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dalam sikap lingkungan di Tamil
Nadu, India. Kesadaran lingkungan sebagai prediktor sikap lingkungan mengungkapkan bahwa mereka yang
memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi juga memiliki sikap positif terhadap lingkungan[18]. Jadi dapat
disimpulkan bahwa jika ada peningkatan kesadaran akan masalah dan masalah lingkungan, kita dapat
mengembangkan sikap positif terhadap lingkungan.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa orang dengan skor kesadaran lingkungan yang lebih tinggi
memiliki sikap lingkungan yang lebih optimis dan sebaliknya. Untuk menyelesaikan masalah lingkungan,
perlu memicu kesadaran lingkungan masyarakat dan oleh karena itu ini menyoroti pentingnya pendidikan
lingkungan. Sementara pemerintah mengembangkan industri pariwisata, direkomendasikan agar organisasi
perlindungan lingkungan yang relevan dapat merencanakan strategi mereka untuk polusi yang disebutkan di
atas.

4. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wisatawan di Kampung Wisata Malang,
diantaranya di Kampung Biru, Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni Jodipan memiliki tingkat
korelasi antara kesadaran lingkungan dan sikap lingkungan yang baik dan bernilai positif, menunjukkan
bahwa hubungan antara kesadaran lingkungan dan sikap lingkungan berada pada arah yang sama. Dimana
semakin tinggi nilai kesadaran lingkungan, semakin tinggi nilai sikap lingkungan. Sikap lingkungan dan
kepedulian lingkungan di Kampung Wisata Malang termasuk dalam kategori rata-rata di atas.

Daftar Rujukan
[1] Arba’at Hassana, Tajul Ariffin Noordina, Suriati Sulaimana. 2010. The status on the level of
environmental awareness in the concept of sustainable development amongst secondary school
students. Sustainability 2015, 7, 14133-14152; doi:10.3390/su71014133.
[2] Quimbita & Pavel (2005). Assessing On Environmental Attitude Development Model: Factor Influencing
the Environmental Attitude of College Student. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010)
1276–1280
[3] Sharareh Sadati. 2014. Surveying Environmental Awareness- A Green Education Agenda: The Case of
Eastern Mediterranean University.
[4] Hassan A., Arifin N T., Sulaiman S., The status on the level of environmental awareness in the concept
of sustainable development amongst secondary school students. Procedia Social and Behavioral
Sciences 2 (2010) 1276–1280
[5] Xiao, C., & Dunlap, R. E. (2007). Validating a comprehensive model of environmentalconcern cross-
nationally: a U.S.–Canadian comparison. Social Science Quarterly. 88, 471–493.
[6] Wiseman, M., & Bogner, F. X. (2013). A higher-order model of ecological values and its relationship to
personality. Personality and Individual Differences, 34,783–794
[7] Aral Nese, Bayram Nuran, Celik Cigir. A Study of Relationship between Environmental Awareness and
Environmental Attitudes among High School Students. International Journal of Recent Advances in
Organizational Behaviour and Decision Sciences (IJRAOB) An Online International Research
Journal (ISSN: 2311-3197) 2017 Vol: 3 Issue: 1
[8] Coertjens, L., Pauw, J. B., Maeyer, S. D., & Petegem, P. V. (2010). Do Schools Make a Difference in
Their Students’ Environmental Attitudes and Awareness. Evidence From Pisa 2006. International
Journal of Science and Mathematics Education. 8(3),497-522.
[9] Sueb., Suhadi., Suwarni., E.I.A. Diartika., A. Shofiyah., D.R. Putri ., N. Rizky., V.RA. Zahroh & K.A.
Widowati. 2019. Correlation between Age and Community Hygiene at Jodipan Tourism Village
and Blue Arema Village, Malang, East Java, Indonesia. 9th Annual Basic Science International
Conference 2019 (BaSIC 2019). doi:10.1088/1757-899X/546/2/022026. IOP Publishing
[10] Fernanda, F, Kusuma, A. L. 2017. Kreativitas Masyarakat Kota Malang Dalam Membentuk Identitas
Kota. Seminar Nasional Seni dan Desain: “Membangun Tradisi Inovasi Melalui Riset Berbasis
Praktik Seni & Desain” FBS Unesa, 28 Oktober 2017
[11] Wulandari, P.K. 2017. Inovasi Pemuda Dalam Mendukung Ketahanan Ekonomi Keluarga (Studi Di
Kampung Warna-Warni Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal
Ketahanan Nasional, 23 (3): 300 – 319.
[12] Admasu, K. 2015. Hygiene and Environmental Health, Part 1 Blended Learning Module for the Health
Extension Programme. Ethiophia: Federal Democratic Republic of Ethiopia Ministry of Health.
Available from
http://www.open.edu/openlearncreate/pluginfile.php/71966/mod_resource/content/2/Hyg_En
v_Part_1.lo.pdf
[13] Khusairi, A., Nurhamida, Y. & Masturah, A.N. 2017. Sense of Community dan Partisipasi Warga
Kampung Wisata Jodipan. Jurnal RAP UNP, 8 (1): 1 – 12.
[14] Ningsih, T.R. 2019. Kampung Wisata Warna Warni Jodipan Kota Malang, Berkelanjutan Atau
Sementara. Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 19 Oktober 2017
[15] Magfirah T. Idris , Nurul Umi Ati, Agus Zainal Abidin. 2019. PERAN PEMERINTAH DALAM
PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG JODIPAN DAN KAMPUNG TRIDI (studi kasus di
Kelurahan Jodipan dan Kelurahan Kesatrian Kecamatan Blimbing Kota Malang). Jurnal Respon
Publik. Volume 13, No. 4, Tahun 2019, Hal 68-77. ISSN 2302-8432
[16] Ferrol-Schulte, D., Gorris, P., Baitoningsih, W., Adhuri, D. S., & Ferse, S. C. 2015. Coastal livelihood
vulnerability to marine resource degradation: A review of the Indonesian national coastal and
marine policy framework. Marine Policy, 52, 163-171
[17] Gadenne, D. L., Kennedy, J., & McKeiver, C. (2009). An Empirical Study of Environmental Awareness
and Practices in SMEs. Journal of Business Ethics, 84(1), 45-63.
[18] Flamm, B. J. (2009). The impacts of environmental knowledge and attitudes on vehicle ownership and
use. Transportation Research Part D: Transport and Environment,14(4), 272-279.
[19] Mathivanan, K., & Pazhanivelu, G. (2013). A study of higher secondary students participation in
environmental activites in relation to environmental awareness. International Journal of
Development Research., 3(6), 22–25.

Anda mungkin juga menyukai